Pasal 28:
1. Bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, pajak yang terutang dikurangi dengan
kredit pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan, berupa:
a. Pemotongan pajak atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 21
b. Pemungutan pajak atas penghasilan dari kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha
dibidang lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 22
c. Pemotongan pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalty, sewa, hadiah, dan
penghargaan, dan imbalan jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 23
d. Pajak yang dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar negeri yang boleh dikrediktkan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 24
e. Pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri sebagaimana dimaksudkan dalam pasal
25
f. Pemotongan pajak atas penghasilan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 26 ayat (5)
2. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang
berkenaan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan yang
berlaku tidak boleh dikreditkan dengan pajak yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal 29:
Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun Pajak ternyata lebih besar daripada kredit pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1), kekurangan pembayaran pajak yang terutang harus
dilunasi sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan.
Dasar perhitungan pajak terutang adalah laba yang diperoleh perusahaan. Dalam menghitung
pajak yang harus dibayar, perusahaan harus memaksimalkan pengkreditan yang bisa dilakukan
terhadap pajak terutang. Auditor harus memeriksa dengan teliti apakah seluruh pajak yang bisa
dikreditkan telah dikreditkan, dengan membandingkan antara catatan uang muka pajak (selain PPN)
dengan pengkreditan yang dilakukan pada penghitungan pajak yang masih harus dibayar.
Kewajiban Wajib Pajak yang telah ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) meliputi
pemungutan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan Barang Kena
Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang diserahkan, seperti yang diatur pada pasal 3a dan
pasal 4 UU No 42 tahun 2009 tentang PPN.
Disamping mewajibkan PKP untuk memungut PPN atas penyerahan BKP/JKP, UU PPN juga
mengecualikan dari pemungutan PPN atas penyerahan BKP/JKP berikut ini:
1. Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah barang tertentu dalam kelompok
barang:
a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya
b. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak
c. Makanan dan minuman yang disajikan dihotel, restoran, rumah makan, warung dan
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi ditempat maupun yang
tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering
2. Jenis jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai adalah jasa tertentu dalam kelompok jasa:
a. Jasa kesehatan pelayanan medis
b. Jasa pelayanan social
c. Jasa pengiriman surat dengan perangko
d. Dan lain-lain
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daipada Pajak Masukan, selisihnya
merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha Kena Pajak. Wajib pajak harus
menyetor PPN yang telah dipungut (PPN Keluaran), setelah dikompensasikan dengan PPN masukan pada
masa yang sama, paling lama tanggal 15 bulan berikutnya dan harus dilaporkan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan lebih besar daripada Pajak keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang
dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. Atas kelebihan Pajak Masukan terseut dapat diajukan
permohonan pengembalian pada akhir tahun buku.
Pajak Penghasilan
33. PPh Pasal 21 yang ditanggung Pemerintah Bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota ABRI, dan Para
Pensiunan
Kriteria Penerima:
a. Pejabat Negara, untuk:
Gaji dan tunjangan lain yang sifatnya tetap dan teratur setiap bulan
Imbalan tetap sejenisnya
b. PNS, anggota TNI, dan anggota POLRI, untuk gaji dan tunjangan lain yang sifatnya tetap
dan teratur setiap bulan
c. Pensiunan, untuk uang pensiun dan tunjangan lain yang sifatnya tetap dan teratur setiap
bulan
34. Pengenaan PPh Pasal 21 dengan Tarif yang Lebih Rendah dan Bersifat Final
Kriteria Penerima:
Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat
pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus.
35. PPh Pasal 21 Pegawai Harian, Mingguan, dan Pegawai Tidak Tetap Lainnya
Kriteria Penerima:
Pegawai harian dan mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya yang menerima atau
memperoleh penghasilan bruto sampai dengan jumlah Rp.150.000 sehari.
36. Kantor Perwakilan Negara Asing dan Organisasi Internasional yang Tidak Wajib Memotong
PPh Pasal 21/26
Kriteria Penerima:
Kantor perwakilan negara asing dan organisasi internasional yang telah ditetapkan dengan
peraturan Menteri Keuangan