Anda di halaman 1dari 6

Pengertian & kebutuhan akan analisis akuntansi

Analisis akuntansi merupakan proses evaluasi sejauh mana angka akuntansi perusahaan
mencerminkan realitas ekonomi. Analisis akuntansi mencakup sejumlah pekerjaan yang berbeda
Analisis akuntansi merupakan persyaratan terpenting bagi analisisi keuangan yang efektif. Hal ini
disebabkan oleh kualitas analisis keuangan, dan kesimpulan yang dibuat, bergantung pada
kualitan informasi akuntansi yang digunakan, bahan mentah dari analisis ini.

Kemampuan Analisis Akuntansi adalah hal terpenting yang harus dimiliki seorang analisis
akuntan. setidaknya ada dua alasan mengapa seorang harus memiliki kemampuan analisis
akuntansi, yaitu :
1. Akuntansi akrual Memperbaiki akuntansi kas dengan mencerminkan aktivitas usaha pada
waktu yang lebih cepat
2. Laporan keuangan di buat untuk berbagai jenis pemakai dan kebutuhan akan informasi.

Distorsi Akuntansi

Distorsi akuntansi merupakan penyimpangan dari informasi yang dilaporkan pada laporan
keuangan terhadap realitas usaha sebenarnya. Distorsi ini timbul dari sifat akuntansi akrual-yang
meliputi standar, kesalahan estimasi, keseimbangan antara relevan, dan andal, serta kebebasan
dalam aplikasinya.

Sumber Distorsi Akuntansi


Setidaknya ada empat sumber yang mempengaruhi terjadinya distorsi akuntansi, yaitu :
1. Standar Akuntansi
2. Kesalahan Estimasi
3. Keseimbangan Andal dan Relevan
4. Manajemen Laba

Ubramanyam (2010), menguraikan bahwa ada dua hal KETERBATASAN AKUNTANSI


yang bisa di dapat dalam menguraikan analisa laporan keuangan.

Pertama,
Comparability Problem, adalah masalah yang timbul dari penerapan akuntansi yang

berbeda. Artinya, perusahaan yang berbeda menerapkan akuntansi yang berbeda untuk transaksi atau
peristiwa yang sama.Masalh juga bisa muncul ketika perusahaan mengubah akuntansinya yang berakibat
pada TIMBULNYA KESULITAN PERBANDINGAN SEMENTARA

Kedua,
Distorsi akuntansi yaitu penyimpangan informasi akuntansi dari ekonomi yang

mendasari. Ada tiga jenis yaitu :


a) Estimasi manajemen dapat salah atau tidak lengkap. Kesalahan estimasi ini merupakan sebab utama
distorsi akuntansi
b) manajer menggunakan pilihan dalam akuntansi untuk memanipulasi atau mempercantik laporan
keuangan (window dressing). Earning management ini dpat mendistorsi akuntansi
c) Standar akuntansi dapat menyebabkan distorsi akuntansi karena gagal menangkap realitas ekonomi.

ANALISIS KUALITAS LABA (EARNINGS QUALITY)

Melakukan analisis terhadap laba tidak hanya dapat dilakukan dengan hanya sekedar melihat
angka dari laba yang dilaporkan. Proses pelaporan angka tersebut merupakan proses yang
panjang, melibatkan berbagai metode, asumsi dan estimasi dalam sebuah pemisahan batas (cutoff) periode akuntansi yang lazim disebut dengan tahun takwim (financial year)

Menurut White, Sondhi dan Fried (1998, 956), Indikator Kualitas Laba yang baik adalah
1.

Pengakuan pendapatan dengan metode yang konservatif

2.

Menggunakan metode persediaan LIFO (jika diasumsikan harga-harga mengalami

peningkatan)
3.

Cadangan Piutang Tak Tertagih (Bad Debts) relatif tinggi terhadap piutang dan kerugian

kredit dimasa lalu.


4.

Menggunakan metode penyusutan dipercepat (accelerated methods) dan umur yang singkat.

5.

Penghapusan yang cepat terhadap Goodwill dan Aktiva tidak berwujud lainnya.

6.

Kapitalisasi yang minimal terhadap bunga dan biaya overhead.(Wajib dihapuskan konsep

7.

Kapitalisasi yang minimal terhadap biaya piranti lunak komputer (Computer Shofware)

8.

Membebankan langsung biaya awal (start-up costs) untuk operasi-operasi baru.

9.

Menggunakan metode kontrak penuh (completed contract method) dalam akuntansi

bunga)

pekerjaan dalam jangka panjang.


10. Menggunakan asumsi-asumsi yang konservatif dalam rencana manfaat untuk karyawan
(employee benefit plans)
11. Menyediakan provisi yang memadai terhadap tuntutan hukum dan kerugian kontijensi
(Contingency Losses).
12. Meminimalkan penggunaan tehnik-tehnik pembiayaan off-balance sheet.
13. Tidak memperhitungkan keuntungan yang tidak berulang (non-recurring gains)
14. Tidak memperhitungkan laba yang bukan kas (non-cash earenings).

15. Pengungkapan (disclosure) yang jelas dan memadai.

Penilaian Kualitas Laba


Kualitas Laba tidak mempunyai ukuran yang mutlak, maka penilaian kualitas laba yang
dapat dilakukan sesuai Hawkins (1998, 178) adalah:
1.

Mengukur dengan menggunakan skala: baik atau tinggi dan buruk atau rendah, yang perlu

diingat bahawa seberapa baik dan seberapa buruk adalah hal yang sulit dilakukan, apalagi jika harus
dikuantifikasi dalam angka-angka.
2.

Perubahan kualitas laba dari waktu ke waktu: lebih baik atau lebih buruk, dimana juga perlu

diingat bahwa seberapa banyak menjadi lebih baik atau buruk tidak dapat ditentukan dengan pasti.
Karakteristik Kualitas Laba
Laba bersih (net earnings) adalah merupakan titik awal dalam melakukan penilaian terhadap
kualitas laba. Tujuan analisis yang berbeda, akan menyebabkan pertimbangan-pertimbangan yang
berbeda mengenai karakteristik dari suatu laba.
Karakteristik yang dapat dipertimbangkan dalam menilai kualitas laba sebuah perusahaan adalah
dijelaskan sebagai berikut, disesuaikan dengan konsep Siegel (1991, 1-15).
Perusahaan dengan atau dalam Industri beresiko tinggi, indikator-indikator yang menunjukkan
perusahaan dengan resiko tinggi adalah:
1.

Glamour, dalam pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba meningkat drastis, dan resiko untuk

mengalami penurunan.
2.

Menyolok (highly visible) dari mata publik dan pengaturan pemerintah. Misalnya

perusahaan minyak dan gas, rokok.


3.

Perusahaan yang mengalami kesulitasn memperoleh kredit.

4.

Risk maximizer, perusahaan mempunyai kecenderungan sebagai pemilik resiko maksimum

dalam industrinya.
5.

Perusahaan dalam jenis industri dengan karakteristik resiko tinggi, atau dalam industri yang

sedang berada dalam harapan menurun (declining)


6.

Perusahaan dikenal dengan kebijakan akuntansi yang liberal (bebas).

7.

Perusahaan yang sering melakukan perubahan auditor.

8.

Perusahaan yang sering melakukan insider transactions.

9.

Perusahaan yang mempunyai transaksi-transaksi dalam skala atau proporsi besar dengan

perusahaan (perusahaan dalam satu kelompok usaha (affiliates))


10.

Perusahaan-perusahaan yang dikenal sering melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak jujur

(unfair) atau tidak etik (unethical)


11.

Perusahan yang dipimpin oleh individu yang sangat berkuasa dan mempunyai peranan yang

sangat dominan, dimana jika individu yang bersangkutan mengalami sesuatu maka perusahaan akan
menjadi lemah.
12. Perusahaan yang memasuki bisnis yang tidak berkaitan dengan bsinisnya, atau tidak
mempunyai kemampuan dalam bisnis tersebut.

Penerapan Kebijakan Akuntansi Yang Realistis

Penerapan kebijakan akuntansi yang realistis adalah meliputi kebijakan-kebijakan akuntansi


seperti: standar, metode dan estimasi.

Standar, Metode dan Estimasi:


Penyusunan Laporan Keuangan (Financial Statements) perusahaan seharusnya dilakukan sesuai

dengan PABU (GAAP) terutama melalui Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Seperti SFAS yang
dikeluarkan oleh FASB ( di USA), dan PSAK (di Indonesia ) yang dikeluarkan oleh IAI (Ikatan Akuntan
Indonesia), kini oleh DSAK (Dewan Standar Akuntansi Indonesia).

Penerapan kebijakan akuntansi yang melenceng jauh dari standar adalah kurang realistis dan
seharusnya menimbulkan tanda tanya bagi analis, kecuali memang tidak terdapat standar yang memadai
atau belum diatur secara khusus.
Perusahaan juga hendaknya menggunakan metode dalam akuntansi yang mendekati substansi
ekonomi dari transaksi atau peristiwa yang dialami oleh perusahaan. Pemilihan metode yang kurang tepat
merupakan indikasi kualitas laba yang buruk.
Kewajaran dalam estimasi akuntansi (accounting estimates), sebab estimasi-estimasi merupakan
suatu hal yang tidak bisa dihindarkan sebab pelaporan yang terbagi dalam periode-periode dan adanya
hal-hal yang tidak bisa dipastikan dalam kaitannya dengan masa mendatang

Anda mungkin juga menyukai