Anda di halaman 1dari 6

ETIKA BISNIS, PROFESI AKUNTAN, DAN TATA KELOLA KORPORAT

Disusun Oleh :

1. Lailatul Masruroh (01116006)


2. Cindy Meiriza Muharomah (01116031)
3. Ninin Furianti Aprilia Prandini (01116076)
4. Risky Prasetya Perdana (01116011)
5. Rooisathus Sholikhah (01116086)
6. Lailya Handiyani (01116084)
7. Rida Kusuma Dewi (01116007)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS NAROTAMA
SURABAYA
2017
SKANDAL KASUS PENGELEMBUNGAN LABA BERSIH PT KIMIA FARMA.
Dalam skandal kasus PT KIMIA FARMA. Telah dibuktikan bahwa PT KIMIA FARMA sudah
melanggar prinsip dasar kode etik yaitu :

1. Tanggung Jawab Profesi


Dalam kasus skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT Kimia Farma telah
terbukti melakukan penggelembungan laba bersih dalam laporan keaungan. Hal ini
bertentangan dengan kode etik tanggung jawab profesi yang mana dalam
melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa
menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam
masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab
kepada semua pemakai jasa professional mereka. Anggota juga harus selalu
bertanggung jawab untuk bekerjasama dengan sesama anggota untuk mengembangkan
profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan
tanggungjawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Seharusnya setiap anggota PT
Kimia Farma melaksanakan tanggung jawab profesional masing – masing dengan
menggunakan pertimbangan moral pada semua kegiatan, serta bertanggung jawab
terhadap diri sendiri dan pihak lain (termasuk kepercayaan masyarakat), tetapi mereka
malah menyalahgunakan profesi mereka untuk kepentingan pribadi yang merugikan
banyak pihak. Disini, PT Kimia Farma terbukti tidak bertanggung jawab karena telah
melakukan penggelembungan laba bersih.

2. Prinsip Kepentingan Publik


PT Kimia Farma telah melakukan pelanggaran prinsip kepentingan publik. Hal ini dapat
dilihat dari kasus penggelembungan laporan keuangan yang mengakibatkan kerugian
terhadap banyak pihak termasuk kerugian untuk PT Kimia Farma sendiri karena mereka
telah kehilangan kepercayaan publik yang diakibatkan oleh mantan direksi dan anggota
yang tidak bertanggungjawab dalam menyusun laporan kauangan. Aktivitas manipulasi
pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak terlepas dari bantuan
akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi yang
menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair. Disini,
dapat diketahui bahwa Akuntan sudah melanggar prinsip etika IAI yakni prinsip
kepentingan publik.

3. Prinsip Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan public dan merupakan
patokan (benchmark) bagian anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus
terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Disini, PT Kimia Farma telah
melanggar prinsip ini karena dia tidak jujur dalam menyusun laporan keuangan. PT
Kimia Farma telah membohongi public dengan pemalsuan laba bersih laporan
keuangan.

4. Prinsip Standar Teknis


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-
hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar
teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants,
badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan. Dalam hal ini, KAP
Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM) telah melanggar prinsip standar teknis dimana
mereka telah dinyatakan gagal dalam mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma
karena telah berkali – kali melakukan kesalahan pemeriksaan laporan keuangan serta
gagal mendeteksi adanya kecurangan dalam pelaporan keuangan PT Kimia Farma. Hal
ini berarti, KAP HTM telah melanggar pasal 32 ayat 6 yang isinya mewajibkan seorang
Akuntan Publik untuk mematuhi SPAP serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dimana pelanggar terhadap hal tersebut telah menimbulkan kerugian bagi
pihak lain.

PEMBAHASAN
Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau penyidikan baik
atas manajemen lama direksi PT Kimia Farma Tbk. ataupun terhadap akuntan publik
Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan akuntan publik (Hans Tuanakotta dan
Mustofa) harus bertanggung jawab, karena akuntan publik ini juga yang mengaudit
Kimia Farma tahun buku 31 Desember 2001 dan dengan yang interim 30 Juni tahun
2002.

Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan pencatatan
atas laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan publik Hans Tuanakotta
Mustofa (HTM) menemukan kesalahan pencatatan alas laporan keuangan. Sehingga
Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat
Akuntansi dan Jasa Penilai Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai
kewenangan untuk mengawasi para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas
keterlibatan akuntan publik dalam kesalahan pencatatan laporan keuangan pada PT.
Kimia Farma Tbk. untuk tahun buku 2001.

Namun dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara independen karena
mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran
dalam pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di
temukan adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik
harus sudah melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila temuannya tersebut tidak
dilaporkan maka auditor tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang
mengatur bahwa setiap profesi akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten
yang melakukan pelanggaran peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan
penyajian kembali laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya
kesalahan pencatatan yang mendasar, akan tetapi kebanyakan auditor mengatakan
bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan standar profesional akuntan publik.
Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam manipulasi laporan
keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans Tuanakotta &
Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu apakah
berdasarkan laporan fiktif atau tidak.

Keterkaitan Manajemen Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk


Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti melakukan pelanggaran dalam kasus
dugaan penggelembungan (mark up) laba bersih di laporan keuangan perusahaan milik
negara untuk tahun buku 2001. Kantor Menteri BUMN meminta agar kantor akuntan itu
menyatakan kembali (restated) hasil sesungguhnya dari laporan keuangan Kimia Farma
tahun buku 2001. Sementara itu, direksi lama yang terlibat akan diminta
pertanggungjawabannya. Seperti diketahui, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia
itu telah mencatatkan laba bersih 2001 sebesar Rp 132,3 miliar. Namun kemudian
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai, pencatatan tersebut mengandung
unsur rekayasa dan telah terjadi penggelembungan. Terbukti setelah dilakukan audit
ulang, laba bersih 2001 seharusnya hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga diperlukan lagi
audit ulang laporan keuangan per 31 Desember 2001 dan laporan keuangan per 30 Juni
2002 yang nantinya akan dipublikasikan kepada publik.

Setelah hasil audit selesai dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta &
Mustafa, akan segera dilaporkan ke Bapepam. Dan Kimia Farma juga siap melakukan
revisi dan menyajikan kembali laporan keuangan 2001, jika nanti ternyata ditemukan
kesalahan dalam pencatatan. Untuk itu, perlu dilaksanakan rapat umum pemegang
saham luar biasa sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada publik.
Meskipun nantinya laba bersih Kimia Farma hanya tercantum sebesar Rp 100 miliar,
investor akan tetap menilai bagus laporan keuangan. Dalam persoalan Kimia Farma,
sudah jelas yang bertanggung jawab atas terjadinya kesalahan pencatatan laporan
keuangan yang menyebabkan laba terlihat di-mark up ini, merupakan kesalahan
manajemen lama.

Kesalahan Pencatatan Laporan Keuangan Kimia Farma Tahun 2001


Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan dalam laporan
keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat dikategorikan sebagai tindak
pidana di pasar modal. Kesalahan pencatatan itu terkait dengan adanya rekayasa
keuangan dan menimbulkan pernyataan yang menyesatkan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Bukti-bukti tersebut antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah
dilakukan secara tidak sengaja atau memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun,
pelanggarannya tetap ada karena laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk
bertransaksi. Seperti diketahui, perusahaan farmasi itu sempat melansir laba bersih
sebesar Rp 132 miliar dalam laporan keuangan tahun buku 2001. Namun, kementerian
Badan Usaha Milik Negara selaku pemegang saham mayoritas mengetahui adanya
ketidakberesan laporan keuangan tersebut. Sehingga meminta akuntan publik Kimia
Farma, yaitu Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) menyajikan kembali (restated) laporan
keuangan Kimia Farma 2001. HTM sendiri telah mengoreksi laba bersih Kimia Farma
tahun buku 2001 menjadi Rp 99 milliar. Koreksi ini dalam bentuk penyajian kembali
laporan keuangan itu telah disepakati para pemegang saham Kimia Farma dalam rapat
umum pemegang saham luar biasa. Dalam rapat tersebut, akhirnya pemegang saham
Kimia Farma secara aklamasi menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM sebagai akuntan
publik.

Dampak Terhadap Profesi Akuntan


Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak
terlepas dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan
informasi yang menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi
yang fair. Akuntan sudah melanggar etika profesinya. Kejadian manipulasi pencatatan
laporan keuangan yang menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang
tidak fairmembuat pemerintah campur tangan untuk membuat aturan yang baru yang
mengatur profesi akuntan dengan maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan
melanggar etika oleh para akuntan publik.
KESIMPULAN :
Dari kasus ini kami dapat menyimpulkan bahwa :
1. PT Kimia Farma telah melanggar prinsip kode etik karena telah menggelembungkan
laba bersih.
2. Akuntan PT Kimia Farma juga telah melanggar prinsip kepentingan publik dalam
kode etik profesi IAI
3. KAP Hans Tuanakotta & Mustafa telah melanggar kode etik prinsip standar teknis
karena telah gagal dalam mengaudit laporan keuangan dan tidak bisa menyadari
adanya kecurangan dalam laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai