Pengaditan I
Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit
Pendahuluan
Oleh :
Iqrima Mas Mappangile (A31114027)
Fakultas Ekonomi
Universitas Hasanuddin
2016
KONSEP MATERIALITAS
Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas mempunyai
pengaruh yang mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. Dalam
SA Seksi 319 Risiko Audit dan Materialitas Audit dalam Pelaksanaan Audit
mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan materialitas dalam (1) perencanaan
audit, dan (2) penilaian terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Pengertian Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
2
laporan keuangan yang dipandang material oleh auditor dengan jumlah pekerjaan audit
yang diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan.
Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi
kekeliruan atau kecurangan yang dampaknya, secara individual atau secara gabungan,
sedemikian signifikan sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan
tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji
dapat terjadi sebagai akibat penerapan secara keliru prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia, penyimpangan dari fakta, atau penghilangan informasi yang diperlukan.
Dalam perencanaan audit, auditor harus menyadari bahwa terdapat lebih dari satu
tingkat materialitas yang berkaitan dengan laporan keuangan. Kenyataannya, setiap
laporan keuangan dapat memiliki dari satu tingkat materialitas. Untuk laporan laba-rugi,
materialitasnya dapat dihubungkan dengan total pendapatan, laba bersih usaha, laba
bersih sebelum pajak, atau laba bersih setelah pajak. Untuk neraca, materialitas dapat
didasarkan pada total aktiva, aktiva lancar, modal kerja, atau modal saham.
Pertimbangan awal auditor tentang materialitas seringkali dibuat enam sampai
dengan sembilan bulan sebelum tanggal neraca. Oleh karena itu, pertimbangan tersebut
dapat didasarkan atas data laporan keuangan yang dibuat tahunan. Sebagai alternatif,
pertimbangan tersebut dapat didasarkan atas hasil keuangan satu tahun atau lebih yang
telah lalu, yang disesuaikan dengan perubahan terkini, seperti keadaan ekonomi umum
dan trend industri.
Sampai dengan saat ini, tidak terdapat panduan resmi yang diterbitkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia tentang ukuran kuantitatif materialitas. Berikut ini diberikan contoh
beberapa panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik :
a) Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji
5 % sampai 10 % dari laba sebelum pajak.
b) Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji
% sampai 1 % dari total aktiva.
c) Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji
1 % dari total pasiva.
d) Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji
% sampai 1 % dari pendapatan bruto.
3
Materialitas pada Tingkat Saldo Akun
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin
terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep
materialitas pada timgkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo
akun material. Saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan
konsep materialitas berkaitan dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi
keputusan pemakai informasi keuangan.
Saldo suatu akun yang tercatat umumnya mencerminkan batas atas lebih saji
( overstatement ) dalam akun tersebut. Oleh krena itu, akun dengan saldo yang jauh lebih
kecil dibandingkan materialitas seringkali disebut sebagai tidak material mengenai risiko
lebih saji. Namun, tidak ada batas jumlah kurang saji dalam suatu akun dengan saldo
tercatat yang sangat kecil. Oleh karena itu, harus disadari oleh auditor, bahwa akun yang
kelihatannya bersaldo tidak material, dapat berisi kurang saji ( understatement ) yang
melampaui materialitasnya.
4
RISIKO AUDIT
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Menurut
SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit adalah
risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko
audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya.
Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan
atas dasar bukti yang diperoleh dari verifikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun
secara individual atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko audit
pada tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko audit
dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan berada
pada tingkat yang rendah.
5
MENILAI KOMPONEN RISIKO AUDIT
Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan
prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.
Penilaian risiko bawaan merupakan pertimbangan mengenai hal-hal yang
mungkin memiliki dampak yang mendalam terhadap asersi-asersi untuk semua atau
banyak akun dan hal-hal ang hanya berkaitan dengan asersi spesitifk untk suatu akun
spesifik.
Risiko bawaan dapat lebih besar untuk beberapa asersi daripada untuk asersi-
asersi lainnya. Risiko bawaan muncul secara independent dari audit laporan keuangan.
Oleh karena itu, auditor tidak dapat mengubah tingkat actual dari risiko bawaan. Akan
tetapi, auditor dapat mengubah tingkat risiko bawaan yang dinilai.
Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi
yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian
intern entitas.
Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mandeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi.
Risiko deteksi dapat dinyatakan sebagai suatu kombinasi dari risiko prosedur
analitis dan risiko pengujian terinci. Dalam menentukan risiko deteksi auditor juga harus
mempertimbangkan kemungkinan akan membuat suatu kekeliruan.
Dalam perencanaan audit, suatu tingkat risiko deteksi yang direncanakan dapat
diterima untuk prosedur analitis dan pengujian terinci ditentukan untuk setiap asersi yang
signifikan dengan menggunakan model risiko audit.
6
RISIKO AUDIT PADA TINGKAT LAPORAN KEUANGAN DAN TINGKAT
SALDO AKUN
Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketepatan
informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor
mempertimbangkan baik materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atau suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua
bagian :
1. Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai
keseluruhan.
2. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang
dicantumkan dalam laporan keuangan.
Risiko Audit Keseluruhan (Overall Audit Risk)
Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan risiko
audit keseluruhan yang direncanakan, yang merupakan besarnya risiko yang dapat
ditanggung oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara
wajar, padahal kenyataannya, laporan keuangan tersebut berisi salah saji material.
7
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah
bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari tiga cara berikut ini :
a) Menambah tingkat meterialiras, sementara itu mempertahankan jumlah bukti
audit yang dikumpulkan.
b) Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat
materialitas tetap dipertahankan.
c) Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas
secara bersama-sama.
8
Unsur strategi Audit Awal
Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor
menetapkan empat unsur berikut ini :
1. Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan.
2. Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh.
3. Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko pengendalian.
4. Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit ke
tingkat yang cukup rendah.
9
Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada tingkat
yang tinggi (atau pada tingkat maksimum).
Rencanakan untuk memperoleh pemahaman minimum mengenai bagian yang
relevan dari pengendalian intern.
Rencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalian.
Rencanakan pengujian substantive atas transaksi dan saldo yang lebih sempit sebagai
akibat dari pengurangan risiko yang diberikan dari pengurangan risiko bawaan dan
prosedur analitis yang lebih rendah.
Pertanyaan :
1.
2.
10