Anda di halaman 1dari 58

BAB I PENDAHULUAN

A. Pentingnya Ekonomi Intenasional


Beberapa pengetahuan tentang ekonomi internasional diperlukn untu
memahami apa yang terjadi di dunia saaat ini an untuk menjadi konsumen, warga, dan
pemegang hak ilih yang terpelajar. Pada tinkat yang lebih praktis, pelajaran ekonomi
intrnasonal dierlukan untuk berbagai pekerrjaan di perusahaan intenasional,
perbankan internasional, berbagai instansi pemeintah, dan organisasi internasional.

Masalah kelangkaan dan pilihan produk barang (barang dan jasa serta ide)
muncul karena adanya permintaan dan penawaran akan kebutuhan dan keinginan
yang sifatnya tidak terbatas dan keinginan yang sifatnya tidak terbatas dan permintaan
serta penawaran sumber daya (resources). Permasalahan ekonomi tersebut dapat
bersifat internasional karena adanya permintaan dan penawaran yang berasal dari
dalam negeri maupun dari luar negeri.
Pentingnya studi Ekonomi Internasional karena pada saat ini pengaruh
globalisasi ekonomi dunia yang ditandai ciri-ciri atau karakter yaitu:

Keterbukaan pasar atau liberalisasi pasar dan arus uang dan transfer teknlogi.

Ketergantungan ekonomi suatu negara terhadap dunia luar dimana adanya


perusahaan Multi Nasional.

Persaingan semakin ketat antar negara atau antar perusahaan untuk meningkatkan:
produktifitas, efisiensi, dan efektif yang optimal.

Sebagai konsekuensi dari globalisasi maka studi Ekonomi Internasional sangat


pnting guna mengukur kemampuan suatu negara dalam kancah globalisasi.

B. Perdagangan Internasional dan Standar Hidup Suatu Negara


Adanya keterkaitan dan ketergantungan serta persaingan global antar negara
didunia menyebabkan hampir semua kehidupan dalam suatu negara dipengaruhi atau
terpengaruh oleh ekonomi intenrasional. Analisis yang dilakukan dalam ekonomi
internasional mencakup arus barang, jasa, pembayaran-pembayaran antara sebuah
negara dan negara lain, kebijakan yang diarahkan pada pengaturan arus yang ada,
serta pengaruhnya pada kesejahteraan negara. Secara spesifik, ilmu ekonomi
internasional mengkaji teori perdagangan internasional, kebijakan perdagangan

1
internasional pasar valuta asing dan neraca pembayaran, sera ilmu makroekonomi
pada perekonomian terbuka
Amerika Serikat begantung pada perdagangan internasional untuk
meemperoleh banyak produk yang tidak dihasilkan di dalam negri dan beberapa
mineral ( baik karena tidak memiliki deposit dalam negri atau karena cadangan negeri
kurang ). Lebih penting lagi secara kuantiatif untuk standar hidup di Amerika, banyak
produk yang bias dihasilan didala negeri tetapi denngan harga yang lebih mahal
dibandingkan jika di produksi di luar negri. Perdagangan internasional bahkan lebih
penting lagi bagi kesejahteraan Negara lainnya.

C. Partner-Partner Utama Dalam Perdagangan Amerika Serikat


Postulat model gravitasi berdalil bhwa (apabila hal lain tetap sama)
peragangan bilateral diatara kedua Negara proportional atau setidaknya berhubungan
positif dengan produk dari PDB Negara tersebut dan semakin mengecil seiring
semakin besar jarak antar kedua Negara( seperti Negara hukun Newton tentang
grafitasi dalam ilmu fisika)

D. Pokok Bahasan Dalam Ekonomi Internasional


Ekonomi interrnasional berkaitan dengan teorii murni perdaganga n, teori kebijakan
perdagangann, neraca pembayaran dan pasar valuta asing, dan penyesuaian dalam
neraca pembayaran atai makroekonomi dalam prekonomian erbuka. Ua topic perama
ermaksud dalam aspek mikroekonomi ekonomi itenasional, dua yang trakhir adalah
aspek makroekonomi, juga diknal sebbagai keeuangn internasional.

E. Tujuan Teori-Teori Dan Kebbijan-Kebijakan Ekonomi Internasional


Dimulai denngan banyak asumsi penyederhanaan, teori ekonomi internasional
mengkaji dasar dan keuntungan dari perdaagangann, alas an dan dampak dari
pembatasan perdangangan, kebijakan yang diarahka untuk mengatur aliran
pembayaran dan pendapatan interasioal, dan dampak dari kebijakan pada kesjahteraan
Negara

F. Tantangan Ekonomi Internasional Saat Ini


Masalah utama ekonomi internasional yan dihadapi dunia saat ini adalah:
1. Meningkatnya proteeksi perdagangan di Negara-negara industry.
2. Volatilitas berlebihan dan ketidakseimbangan nilai tukar mata uang.
3. Meningkatnya persaingan internasional terutama dari Cina dan ketakutan akan
kehilangan pekerjaan di antara warga Amerika Serikat dan negara-negara maju
lainnya.

2
4. Pengangguran structural yang tinggi dan pertumbuhan yang lamat di Eropa,
serta perlunya restrukturisasi di Jepang.
5. Krisis keuntungan yang sering terjadi di Negara-negar berkembang dan
perekonomian transisi.
6. Restrukturisasi masalah yang dihadapi Negara-negara Eropa Tengah, Eropa
Timurr, dan bekas Uni Soviet
7. Kemiskinan yang mendalam dan kesenjangan internasional yang makin
melebar yang dialami warga dari banyak Negara berkembang miskin di dunia.

G. Tantangan globalisasi
Dunia saat ini berada di tengah-tengah revolusi yang berakar pada globalisasi
selera, produk pasar tenaga kerja, dan pasar keuangan. Globalisasi penting
artinya karena meningkatkan efisiensi dan globalisasi tidak bisa dihindari
karena persaingan internasional membutuhkannya. Globalisasi sering
disalahkan oleh pendapatan dunia yang makin meningkat, pencemaran
lingkungan dan masalah lainnya, dan menimbulkan gerakan antiglobalisasi
yang kuat.

3
BAGIAN SATU: TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
BAB II HUKUM KEUNGGULAN KOMPARATIF

A. Pandangan Dari Sisi Merkantilime Mengenai Perdagangan


Dalam teori perdagangan internasional terjadi perkembangan teori
perdagangan teori perdagangan internasional. Dimulai dengan doktrin ekonomi yang
dikenal dengan merkantilisme yang muncul pada abad ke tujuhbelas dan
delapanbelas. Selanjutnya teori absolute yang dikembangkan oleh Adam Smith.
Kemudian keunggulan komparatif yang dikembangkan oleh David Ricardo. Teori
inilah yang lebih menjelaskan pola dan keuntungan perdagangan.
Pandangan merkantilis mengenai perdagangan. Pada abad ketujuhbelas dan
delapanbelas, sekelompok orang telah menulis esai dan pamphlet mengenai
perdagangan internasional yang memunculkan filosofi ekonomi yang disebut
merkantilisme. Secara ringkas, penganut merkantilisme itu berpendapat bahwa satu-
satunya cara bagi sebuah negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan
melakukan sebanyak- banyak mungkin ekspor dan sesedikit mungkin impor. Surplus
ekspor yang dihasilkan selanjutnya akan berbentuk emas lantakan, atau logam- logam
mulia, khususnya emas dan perak. Semakin banyak emas dan perak yang dimiliki
oleh sebuah negara, maka semakin kaya dan kuatlah Negara itu.
Kaum merkantilis menilai kekayaan sebuah Negara dengan stok cadangan
logam mulia yang dimilikinya. Sebaliknya pada saat sekarang ini kita mengukur
kekayaan suatu Negara dengan cadangan sumber daya manusia, hasil produksi
manusia, serta kekayaan alam yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa. Jika
kita telaah lebih lanjut, kita menemukan bahwa keinginan para merkantilisme untuk
menumpuk emas dan perak ini cukup rasional. Dengan emiliki emas yang banyak,
maka sangat mungkin untuk membeli perlengkapan senjata untuk mempertahankan
Negara. Kekuatan angkatan bersenjata akan lebih mamudahkan dalam menaklukkan
banyak koloni. Selain itu, banyak emas memungkinkan juga untuk mengembangkan
bisnis.
Kaum merkantilis selalu melakukan pengendalian pemerintah terhadap semua
aktivitas ekunomi dan mengajarkan nasionalisme ekonomi mereka bahwa sebuah
Negara hanya dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan mengorbankan
Negara lain. Pandangan ini sangat penting karena mengingat dua alasan. Pertama,
pemikiran Adam Smith, David Ricardo dan ekonom klasik lainnya hanya dapat
dipahami dengan baik jika mereka dianggap sebagai reaksi terhadap pandangan kaum

4
merkantilis dan peranan Negara yang sangat ketat. Kedua, pada saat ini terdapat
kecenderungan munculnya kembali neo-merkantilisme oleh semakin tingginya tingkat
pengangguran yang sangat dikhawatirkan oleh pemerintahan sebuah Negara. Hal ini
mendorong pemerintah untuk melakukan restriksi terhadap impor agar dapat
mendorong kembali produksi domestik dan kesempatan kerja.

B. Perdagangan Berdasarkan Keunggulan Absolute


Adam Smith mengawali penjelasannya dengan kebenaran sederhana bahwa
dua Negara akan melakukan perdagangan secara sukarela jika kedua Negara tersebut
mengalami keuntungan.
Menurut Adam Smith, perdagangan dua Negara didasarkan pada keunggulan
absolut ( absolute advantage). Jika sebuah Negara lebih efisien daripada Negara lain
dalam memproduksi sebuah komoditi, atau kurang efisien dari Negara lain dalam
memproduksi komoditi lainnya, maka kedua Negara tersebut dapat memperoleh
keuntungan dengan cara masing- masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi
suatu komoditi dengan keunggulan absolute dan menukarkannya dengan komoditi
lain dari Negara lain. Dengan cara demikian, sumber daya kedua Negara dapat
dimanfaatkan dengan efisien. Output kedua komoditi pun akan meningkat.
Jadi berbeda dengan kaun merkantilis yang percaya bahwa sebuah Negara
hanya dapat keuntungan dengan mengorbankan Negara lain. Adam Smith justru
percaya bahwa semua Negara dapat memperoleh keuntungan melalui perdagangan
dan dengan tegas menyarankan untuk menjalankan kebijakan yang dinamakan
laissez-faire, yaitu suatu kebijakan ekonomi yang menyarankan sesedikit mungkin
intervensi pemerintah terhadap perekonomian. Memang ada pengecualian terhadap
kebijakan laissez-faire dan perdagangan bebas ini. Salah satu pengecualian yang
paling penting adalah proteksi terhadap berbagai industri penting sebagai pertahanan
Negara.
Dalam kenyataan, pembatasan arus bebas ini terutama dilakukan oleh
sejumlah industri dan para pekerja yang terancam dengan adanya impor. Oleh
karenanya, pembatasan perdagangan akan menguntungkan sedikit pihak dan
merugikan banyak pihak.Teori keunggulan absolut atau keunggulan mutlak (absolut
advantage) dikemukakan oleh Adam Smith sebagai kritik terhadap ide-ide yang
dikemukakan oleh merkantilisme. Kritik Adam Smith tersebut adalah dengan
mengemukakan pendapat sebagai berikut :
Ukuran kemakmuran suatu negara bukanlah ditentukan oleh banyak logam
mulia (uang). Tetapi kemakmuran suatu negara ditentukan oleh besar Gross Domestic

5
Produkct (GDP). Jadi yang penting adalah apa yang dapat dibeli dengan uang yang
dimiliki.
Untuk meningkatkan GDP dan perdagangan luar negeri, maka pemerintah
harus mengurangi intervensinya dalam perekonomian, sehingga akan tercipta
perdagangan bebas (free trade). Perdagangan bebas akan menimbulkan persaingan
(competition) yang semakin ketat, sehingga mendorong masing-masing negara untuk
melakukan spesialisasi/pembagian kerja internasional berdasarkan keunggulan absolut
yang dimiliki oleh masing-masing negara. Keunggulan absolut diartikan sebagai
keunggulan yang dinyatakan dengan banyaknya jam kerja per hari yang dibutuhkan
untuk membuat barang-barang ataupun jasa-jasa. Jadi keunggulan absolut diperoleh
apabila suatu negara mampu memproduksikan suatu barang ataupun jasa dengan
jumlah jam per hari kerja yang lebih sedikit dibandingkan seandainya barang/jasa
tersebut dibuat oleh negara lain.
Spesialisasi internasional akan mendorong masing-masing negara untuk
memfokuskan produksinya pada barang-barang tertentu yang sesuai dengan
keunggulan yang dimilikinya, baik itu keunggulan alamiah (natural advantage)
ataupun keunggulan yang diperkembangkan (acquired advantage). Keunggulan
alamiah adalah keunggulan yang diperoleh karena sesuatu negara memiliki sumber
daya alam yang tidak dimiliki oleh negara lain, baik kuantitas maupun kualitas.
Keunggulan yang diperkembangklan adalah keunggulan yang diperoleh karena
sesuatu negara telah mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam
menghasilkan produk-produk yang diperdagangkan yang belum dimiliki oleh negara
lain.
Spesialisasi internasional dapat memberikan hasil berupa manfaat
perdagangan (gains of trade) berupa kenaikan produktivitas dan efisiensi, sehingga
terjadi kenaikan GDP dan perdagangan luar negeri yang berimplikasi pada kenaikan
produksi dan konsumsi barang dan jasa yang identik dengan peningkatan
kemakmuran suatu negara.
Berdasarkan teori keunggulan absolut bahwa setiap negara akan memperoleh
manfaat perdagangan internasional karena melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barang/jasa jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak serta
mengimpor barang jika negara tersebut tidak memiliki keunggulan mutlak untuk suatu
barang tertentu. Jadi suatu negara dapat melakukan perdagangan dengan negara lain
dan akan saling memperoleh keuntungan jika masing-masing negara tersebut
mempunyai keunggulan mutlak terhadap barang-barang yang mereka produksi.

6
Teori keunggulan absolut ini didasarkan pada beberapa asumsi pokok antara
lain sebagai berikut :
1. Faktor produksi yang diperhitungkan hanya tenaga kerja
2. Kualitas barang yang diproduksikan kedua negara sama.
3. Pertukaran dilakukan secara barter (tanpa menggunakan uang).
4. Biaya transport diabaikan.
Berikut ini akan diberikan contoh terjadinya hubungan perdagangan antara
dua negara berdasarkan model keunggulan absolut.
Misalnya hanya ada 2 negara, Amerika dan Inggris memiliki faktor produksi
tenaga kerja yang homogen menghasilkan dua barang yakni gandum dan pakaian.
Untuk menghasilkan 1 unit gandum dan pakaian Amerika membutuhkan 8 unit tenaga
kerja dan 4 unit tenaga kerja. Di Inggris setiap unit gandum dan pakaian masing-
masing membutuhkan tenaga kerja sebanyak 10 unit dan 2 unit.
Banyaknya Tenaga Kerja yang Diperlukan untuk Menghasilkan per Unit

Produksi Amerika Inggris


Gandum 8 10
Pakaian 4 2

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pekerja Inggris dapat memproduksi
kain setengah kali dari kain yang diproduksi Amerika, sementara gandum hanya dapat
diproduksi seperenam kali, maka Inggris dikatakan memiliki keunggulan komparatif
dalam kain. Di lain pihak, karena keunggulan absolut pada gandum lebih besar (6:1)
dibanding kain (4:2), maka Amerika memiliki keunggulan komparatif dalam gandum.
Menurut hukum keunggulan komparatif, kedua Negara tersebut dapat memperoleh
keuntungan jika Amerika Serikat melakukan spesialisasi dalam produksi gandum dan
mengekspor sebagian dari produksi gandum tersebut serta menukarnya dengan kain
dari Inggris. Pada saat yang sama, Inggris melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor kain. Dalam konteks dua negara dan dua komoditi, jika satu negara
ditetapkan memiliki keunggulan komparatif dalam satu komoditi, maka negara
lainnya harus dianggap memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi lainnya.
Untuk membuktikan hukum keunggulan komparatif, kita harus dapat
memperlihatkan bahwa Amerika Serikat dan Inggris dapat memperoleh keuntungan
dengan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor komoditi yang memiliki
keunggulan komparatif. Untuk menunjukkan bahwa kedua negara dapat memperoleh
keuntungan, misalnya Amerika Serikat dapat menukarkan 6 gandum dengan 6 kain
dari Inggris. Dari perdagangan ini Amerika Serikat memperoleh keuntungan sebesar 2
kain karena AS hanya dapat menukar 6 gandum dengan 4 kain di dalam negeri.

7
Inggris pun memperoleh keuntungan. Enam gandum yang diterima Inggris dari AS
memerlukan enam jam untuk memproduksinya di dalam negeri. Namun Inggris dapat
menggunakan enam jam ini untuk memproduksi 12 kain, dan hanya menyerahkan 6
kain untuk memperoleh 6 gandum dari AS. Dengan demikian Inggris mendapat
keuntungan sebanyak 6 kain.
Dari contoh di atas kedua negara memperoleh keuntungan dengan menukarkan 6
gandum dengan 6 kain. Meski demikian, pertukaran ini bukanlah satu-satunya
perdagangan yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. AS dapat menukarkan 6
gandum dengan 4 kain di dalam negeri. Untuk itu, AS harus menukarnya dengan lebih
dari 4 kain untuk mendapat keuntungan. Di Inggris, 6 gandum = 12 kain (dalam
pengertian untuk memproduksinya dibutuhkan 6 jam). Oleh karena itu, Inggris
bersedia menukar berapapun kain asal kurang dari 12 kain dengan 6 gandum untuk
mendapat keuntungan. Jadi range untuk perdagangan yang saling menguntungkan
adalah :
4 kain < 6 gandum < 12 kain
Jarak antara 12 kain dan 4 kain (8 kain) menggambarkan total keuntungan
yang tersedia dalam perdagangan kedua negara dengan memperdagangkan 6 gandum.
Dari contoh di atas AS memperoleh keuntungan 2 kain sedang Inggris 6 kain yang
totalnya 8 kain. Jika AS menukarkan 6 gandum dengan 8 kain dari Inggris, kedua
negara akan memperoleh keuntungan 4 kain.
Contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari misalnya seorang pengacara
dapat mengetik dua kali lebih cepat dari sekretarisnya. Oleh karena itu, pengacara
memiliki keunggulan absolut terhadap sekretarisnya, baik dalam hal praktik hukum
maupun dalam mengetik. Namun, karena sekretaris tidak memiliki pengetahuan
mengenai praktik hukum, maka pengacara memiliki keunggulan komparatif dalam
hukum. Sementara sekretaris memiliki keunggulan komparatif dalam mengetik.
Menurut hukum keunggulan komparatif, pengacara tersebut harus menyerahkan
seluruh pekerjaan mengetik kepada sekretarisnya. Sebagai contoh, bila pengacara
mendapat $100 per jam kerja praktik hukum dan membayar sekretarisnya $10 per jam
kerja untuk melakukan pengetikan. Bila pekerjaan pengetikan dikerjakan sendiri oleh
pengacara, sebenarnya dia kehilangan $80 per jam. Alasannya, dia dapat menghemat
$20 per jam karena dapat mengetik dua kali lebih cepat dari sekretarisnya, namun
kehilangan kesempatan memperoleh $100 per jam dari praktik hukumnya.
Pengecualian terhadap hukum keunggulan komparatif terjadi bila kerugian
absolut yang dimiliki suatu negara pada kedua komoditi sama besarnya, meskipun hal

8
ini sangat jarang terjadi. Sebagai contoh dalam tabel 2-2 produksi gandum Inggris
bukan 1 tapi 3. Akibatnya produktivitas Inggris dalam memproduksi kain dan gandum
setengah dari produktivitas AS. Oleh karena itu tidak ada yang memiliki keunggulan
komparatif. Seperti yang telah diungkap sebelumnya, AS hanya mau menukar 6
gandum dengan lebih dari 4 kain. Namun dalam kondisi seperti ini Inggris tidak mau
menukar 4 kain untuk memperoleh 6 gandum dari AS karena dapat memproduksi
sendiri 6 gandum maupun 4 kain dalam dua jam kerja. Pada akhirnya, dibutuhkan
modifikasi pada pernyataan hukum keunggulan komparatif, yakni meskipun sebuah
negara memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi kedua
komoditi, masih terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan
kedua belah pihak, kecuali jika kerugian absolut pada kedua komoditi tersebut
memiliki proporsi yang sama.
Menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun salah satu negara memiliki
kerugian absolut dalam produksi kedua komoditi dibanding negara kedua, namun
masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan. Mari
kita lihat contoh yang telah disebutkan di atas dengan menggunakan satuan mata
uang.
Misalkan upah di AS $6 per jam. Karena satu jam kerja dapat menghasilkan 6
gandum, harga gandum adalah $1. Sedangkan untuk kain dapat menghasilkan 4 kain
dalam satu jam, maka harga kain = $1.5. Misalnya pada saat yang sama upah di
Inggris adalah 1 per jam. Karena dalam satu jam kerja dapat menghasilkan 1
gandum, maka harga gandum 1 di Inggris. Begitu pula dengan kain. Dalam satu jam
kerja dapat dihasilkan 2 kain. Maka harga kain di Inggris adalah 0.5. Jika nilai tukar
antara pound dan dollar adalah 1 = $2, maka harga gandum di Inggris = 1 = $2 dan
harga kain = 0.5 = $1.
TABEL 2-3. Nilai Gandum dan kain di Amerika dan Inggris dalam Satuan Dolar pada
Nilai Tukar 1 = $2
AMERIKA SERIKAT INGGRIS
Harga gandum $1,00 $2,00
Harga kain $1,50 $1,00
Dari tabel 2-3 kita dapat melihat bahwa harga gandum di AS lebih rendah daripada di
Inggris sedangkan untuk harga kain lebih rendah di Inggris. Oleh karena harga
gandum lebih rendah di AS, para pengusaha akan membeli gandum di AS dan
menjualnya di Inggris yang kemudian ditukar dengan kain untuk dijual kembali di

9
AS.
Jika nilai tukar antara pound dan dollar diubah menjadi 1 = $1, maka harga gandum
dalam dollar di Inggris akan menjadi $1. Oleh karena harga ini sama dengan harga di
AS, AS tidak dapat mengekspor gandum ke Inggris. Pada saat yang sama, Inggris
semakin banyak mengekspor kain karena harga kain di Inggris menjadi $0,5. Dalam
hal ini terjadi ketidakseimbangan perdagangan karena lebih menguntungkan Inggris.
Jika nilai tukar adalah 1 = $3, maka harga kain di Inggris akan menjadi $1,5.
Akibatnya Inggris tidak bisa mengekspor kain ke AS. Perdagangan tidak menjadi
seimbang karena lebih menguntungkan AS. Pada akhirnya nilai tukar pound dengan
dollar akan berada pada tingkat yang memberikan keseimbangan perdagangan
(dengan asumsi tidak terdapat campur tangan atau transaksi internasional lainnya).

C. Keunggulan Komparatif dan Biaya Oportunitas


Beberaapa asumsi yang dibuat David Ricardo dalam hokum keunggulan
komparatifnya antara lain:
1. hanya terdapat dua negara dan dua komoditi;
2. perdagangan bersifat bebas;
3. terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara namun tidak
ada mobilitas diantara dua negara;
4. biaya produksi konstan;
5. tidak terdapat biaya tansportasi;
6. tidak ada perubahan teknologi;
7. menggunakan teori tenaga kerja.
Menurut teori nilai tenaga kerja, nilai atau harga sebuah komoditi tergantung
dari jumlah tenaga kerja yang dipakai untuk menghasilkan komoditi itu. Implikasinya
(1) tenaga kerja merupakan satu-satunyaa faktor produksi, atau tenaga kerja dipakai
dalam proporsi yang sama untuk semua komoditi dan (2) tenaga kerja bersifat
homogen. Tetapi kenyataannya asumsi ini tidak benar dan tidak dapat dijadikan
asumsi untuk mendasari teori keunggulan komparatif.
Menurut teori ini biaya sebuah komoditi adalah jumlah komoditi kedua yang
harus dikorbankan untuk memperoleh sumber daya yang cukup untuk memproduksi
satu unit tambahan komoditi pertama. Konsekuensi teori ini negara mempunyai biaya
opurtunitas lebih rendah dalam memproduksi sebuah komoditi dan memiliki kerugian
komparatif dalam komoditi lainnya. Sehingga harus menspesialisasikan dirinya untuk
memproduksi satu jenis komoditi yang biaya oportunitasnya lebih rendah dan
bertransaksi dengan negara lain untuk memperoleh komoditi kedua.
Biaya opurtunitas dapat digambarkan dengan kurva batas kemungkinan
produksi atau kurva tansformasi. Kurva ini akan menunjukkan potensi kombinasi

10
produksi suatu negara dengan sumber daya yang ada. Jika garis batas kemungkinan
produksi merupakan garis lurus maka biaya oportunitas mereka adalah konstan. Hal
ini timbul ketika (1) sumber daya atau faktor produksi bersifat substitusi sempurna
dan (2) semua unit dan faktor produksi homogen. Hal ini memberikan dasar untuk
terjadinya perdagangan antar negara demi memenuhi kebutuhan untuk tiap komoditi
dengan proporsi kebutuhan masing-masing.
Dalam kurva batas kemungkinan produksi kemiringan garis batas produksi
sering disebut dengan tingkat transformasi marjinal (marginal rate of transformation).
Dari kemiringan garis tersebut dapat dilihat besarnya biaya oportunitas dimana biaya
oportunitas ini sama dengan harga komoditas relatif terhadap harga komoditas
lainnya. Sehingga dengan melihat kemiringan suatu negara harus melakukan
perdagangan dengan negara lain sesuai biaya oportunitas masing-masing, harga
komoditi, serta kubutuhan masing-masing negara. Sehingga perbedaan harga
komoditi relatif antara dua negara (ditunjukkan perbedaan kemiringan kurva
transformasi mereka) merupakan refleksi dari keunggulan komparatif mereka dan
memberikan dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua pihak.

D. Dasar Dan Keuntungan Perdagangan Pada Biaya Konstan


Dalam situasi tanpa perdagangan, sebuah negara hanya mampu
mengkonsumsi komoditi-komoditi yang diproduksinya sendiri. Sebagai akibatnya,
batas kemungkinan produksi negara tersebut juga menggambarkan batas
konsumsinya. Komoditi yang akan diproduksi bergantung pada keinginan masyarakat
atau pada sisi permintaan.
2.6a Ilustrasi Keuntungan dari Perdagangan
Ambil contoh 2 negara sebut saja Amerika Serikat (US) dan Inggris (UK).
Dalam situasi tanpa perdagangan Amerika serikat memiliki pilihan untuk
memproduksi sebagaimana yang digambarkan di kurva kemungkinan produksi.
Asumsikan saja US memilh kombinasi A (90G dan 60K). Sementara itu UK dalam
situasi tanpa perdagangan juga memiliki pilihan memproduksi sebagaimana yang
digambarkan dalam kurva kemungkinan produksi. Asumsikan saja UK memilih
kombinasi A (40G dan 40K).
Dengan adanya perdagangan maka baik US maupun UK memiliki kesempatan untuk
memaksimalkan produksi komuditas yang memiliki keunggulan komparatif. US akan
melakukan spesialisasi produksi gandum dan Uk melakukan spesialisasi produksi
kain. Hasilnya US memproduksi pada titik B (180G dan 0K) dan US memproduksi

11
pada titik B (0G dan 120K). Asumsikan jika US bersepakat dengan UK untuk
menukarkan 70G produksinya dengan 70K produksi UK. Hasilnya US akan
memperoleh 110G dan 70K, sedangkan UK akan memperoleh 70G dan 50K.
Perdagangan ini membuat US dan UK memperoleh keuntungan dibandingkan jika
mereka tidak melakukan perdagangan. Jika dibandingkan dengan kombinasi A (90G
dan 60K) maka kombinasi B (110G dan 70K) akan memberikan keuntungan 20G dan
10K bagi US. Begitupula dengan UK, dibandingkan dengan kombninasi A (40G dan
40K) maka kombinasi B (70G dan 50K) akan memberikan keuntungan 30G dan 10K.
Jadi kesimpulannya perdagangan tersebut menghasilkan keuntungan.
Pada panel kiri Sg(us+uk) merupakan kurva penawaran gandum gabungan dai
US dan UK. Kurva ini memperlihatkan bahwa US dapat memperoduksi maksimum
180G = 0B pada Pg/Pk= 2/3, sedangkan UK dapat memproduksi maksimum 60G =
BB* pada Pg/Pk = 2. Kurva Dg(us+uk) merupakan kurva permintaan gabungan
terhadap gandum US dan UK. Kedua kurva ini saling memotong pada titik E dan
menghasilkan kuantitas keseimbangan pada 180G (yang semuanya diproduksi di US)
dan harga keseimbangan pada Pg/Pk = 1. Panel sebelah kanan memperlihatkan
keseimbangan pada komoditi kain pada perpotongan kurva permintaan Dk(us+uk)
dengan kurva penawaran Sk(uk+us) pada titik E dengan kuantitas keseimbangan
sebesar 120K (yang semuanya diproduksi di UK) dan harga keseimbangan Pk/Pg = 1.

E. Pengujian Empiris Model Ricardo


Pengujian empiris pertama terhadap model perdagangan David Ricardo
dilakukan oleh MacDoughall pada tahun 1951 dan 1952 dengan menggunakan data
tahun 1937. Hasil yang diperoleh dari pengujian tersebut adalah bahwa Industri-
industri yang memiliki produktivitas tenaga kerja relatif lebih tinggi di Amerika
dibandingkan di Inggris untuk Industri-industri yang memiliki rasio ekspor Amerika
terhadap Inggris lebih besar kenegara-negara lain. Hasil ini didukung oleh oleh
pengujian yang dilakukan oleh Bela Ballasa dan Stern.
Dapat dilihat bahwa keunggulan komparatif nampaknya memang didasarkan
pada perbedaan dalam produktivitas tenaga kerja, seperti yang dijelaskan oleh David
Ricardo. Namun teori ini tidak menjelaskan alasan perbedaan produktivitas tenaga
kerja di berbagai negara. Teori ini juga tidak menjelaskan mengenai pengaruh
perdagangan Internasional terhadap pendapatan yang diperoleh oleh faktor produksi.
Dari tabel diatas nampak bahwa Amerika lebih efisien dalam memproduksi
gandum sedang Inggris dalam produksi pakaian. 1 unit gandum diperlukan 10 unit
tenaga kerja di Inggris sedang di Amerika hanya 8 unit. (10 > 8 ). 1 unit pakaian di

12
Amerika memerlukan 4 unit tenaga kerja sedang di Inggris hanya 2 unit. Keadaan
demikian ini dapat dikatakan bahwa Amerika memiliki absolute advantage pada
produksi gandum dan Inggris memiliki absolute advantage pada produksi pakaian.
Dikatakan absolute advantage karena masing-masing negara dapat menghasilkan satu
macam barang dengan biaya yang secara absolut lebih rendah dari negara lain.
Kelebihan dari teori Absolute advantage yaitu terjadinya perdagangan bebas
antara dua negara yang saling memiliki keunggulan absolut yang berbeda, dimana
terjadi interaksi ekspor dan impor hal ini meningkatkan kemakmuran negara.
Kelemahannya yaitu apabila hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut
maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan.

13
BAB III TEORI STANDAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang menonjol adalah
mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga wacana lain mengenai pengangguran,
inflasi atau kenaikan harga barang-barang secara bersamaan, kemiskinan, pemerataan
pendapatan dan lain sebagainya. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks
perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pertumbuhan atau
pencapaian perekonomian bangsa tersebut, meskipun tidak bisa dinafikan ukuran-ukuran
yang lain. Wijono (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu
indikator kemajuan pembangunan. Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi
pertumbuhan adalah perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa perdagangan
dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan. Jika aktifitas perdagangan internasional adalah
ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi
motor penggerak bagi pertumbuhan. Tambunan (2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an
Indonesia menetapkan kebijakan yang berupa export promotion. Dengan demikian, kebijakan
tersebut menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan. Bab ini bertujuan
untuk mengembangkan lebih lanjut model perdagangan sederhana demi memunculkan suatu
model perdagangan yang lebih realistis, yakni yang lebih memperhitungkan konsep
peningkatan biaya oportunitas. Selain itu, juga bermaksud memperkenalkan konsep
preferensi permintaan atau selera yang bermacam-macam dari setiap Negara yang berbeda
dalam bentuk kurva indiferen masyarakat. Dalam bab ini juga lebih melihat hubungan antara
kekuatan-kekuatan permintaan dan penawaran dalam menentukan keunggulan komparatif
dari suatu Negara.

A. Batas Produksi dengan Peninngkatan Biaya


Dalam ekonomi, kurva kemungkinan produksi (product transformation curve)
adalah suatu grafik yang menunjukan kemungkinan produksi dua komoditas yang
dihasilkan dengan menggunakan factor produksi yang sama dan tetap. Dalam kurva
ini, konsep biaya peluang dan diminishing return dapat diterapkan.
Dalam kenyataan, suatu Negara jauh lebih sering menghadapi peningkatan
biaya oportunitas. Jadi, anggapan bahwa biaya oportunitis selalu konstan hanya
merupakan asumsi yang kurang realistis, dan sengaja diadakan semata-mata guna
menyederhanakan pembahasan.
B. Kurva Indeferen Masyarakat
Selera / Prefensi permintaan suatu Negara secara keseluruhan tersebut
dilambangkan oleh apa yang disebut sebagai kurva indiferen masyarakat, atau

14
seringpula disebut sebagai kurva indiferen masyarakat / indiferen social (social
indifference curve).
Kurva ini menjelaskan kombinas-kombinasi konsumsi atas dua macam
komoditi yang masing-masing menghasilkan kepuasan dalam tingkat yang sama bagi
masyarakat/suatu Negara.semakin tinggi posisi kurva, maka semakin tinggi pula
tingkat kepuasan atau kesejahteraan yang dilambangkannya.

C. Ekuilibrium dalam Isolasi


Tanpa adanya perdagangan internasional, suatu negaraakan mencapai kondisi
ekuilibrium apabila ia dapat menjangkau kurva indiferen yang tertinggi yang
dimungkinkan oleh kurva batas kemungkinan produksi serta kurva indiferennya.
Kondisi itu akan tercipta disuatu titik dimana kurva indiferen masyarakat menjadi
tangan dari kurva batas kemungkinan produksi. Besaran sudut yang persis sama dari
kedua kurva tersebut pada titik tangen menunjukkan posisi harga relative ekuilibrium
internal di Negara yang bersangkutan dan sekaligus mencerminkan letak keunggulan
komparatif yang selanjutnya akan menjadi landasan baginya dalam melakukan
perdagangan internasional.

D. Landasan dan Keuntungan dari Perdagangan dalam peningkatan Biaya


Negara yang harga relatifnya atas suatu komoditi lebih rendah, bisa dikatakan
memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi yang bersangkutan. Namun dipihak
lain Negara itu dililit kerugian komparatif atas komoditi-komoditi lainnya, yang
selanjutnya menjadi mata dagangan andalan Negara lain. Setelah perdagangan
berlangsung, masing-masing Negara akan terlibat dan terdorong untuk melakukan
spesialisasi dalam produksi komoditi yang keunggulan komparatifnya ia kuasai. Sejak
saat itu pula Negara-negara yang bersangkutan akan menghadap hukum
peningkatan biaya oportunitas. Spesialisasi dalam produksi itu akan terus berlangsung
sampai harga relative komoditi dikedua Negara sama besarnya pada suatu tingkat
tertentu dimana perdagangan akan benar-benar seimbang.

E. Perdagangan Berdasarkan Perbedaan Selera


Dengan adanya peningkatan biaya oportunitas, sekalipun dua Negara memiliki
kurva batas kemungkinan produksi yang identic, hubungan dagang diantara kedua
Negara tersebut masih dapat berlangsung apabila selera atau preferensi permintaan
dari kedua Negara itu berbeda satu sama lain. Negara yang permintaan atas satu
komoditi relative kecil akan memiliki tingkat harga relative antarki yang lebih murah
sehingga pada komoditi itulah ia memiliki keunggulan komparatif. Selanjutnya hal

15
tersebut akan mendorong berlangsungnya spesialisasi produksi dan pada akhirnya
akan memicu hubungan dagang yang saling menguntungkan diantara kedua Negara
tersebut.

16
BAB IV PERMITAAN DAN PENAWARAN KURVA PENWARAN EKSPOR, DAN NILAI
TUKAR PERDAGANGAN

Seluruh model perdagangan internasional pada dasarnya sama-sama memiliki sejumlah


kesamaan sebagai berikut

1. kapasitas produktif dari suatu perekonomian terbuka akan dapat diketahui


berdasarkan kurva batas-batas kemungkinan produksinya, dan sesungguhnya
perbedaan didalam batas-batas kemungkinan produksi itulah yang membuka peluang
bag terjadinya hubungan perdagangan di antara segenap perekonomian atau negara-
negara yang bersangkutan.

2. batas-batas kemungkinan produksi tersebut senantiasa menentkan skedul penawaran


relatif dar masing-masing negara

3. keseimbangan dunia akan ditentukan oleh permintaan relatif dunia yang terletak
antara skedul-skedul penawaran relatif nasional

Pembahasan dalam bab ini menekankan pada usaha untuk mencapai pemahaman
terhadap masalah-masalah di atas seg tinjau atau sudut pandang teor perdagangan
internasional yang tidak akan semata-mata bergantug pada unsur-unsur segi penawaran
(supply side) dari suatu perekonomian. Pada dasarnya, model perdagangan standar harus
dilandaskan empat hubungan inti:

1. Hubungan antara batas-batas kemungknan produksi dengan kkurva penawaran relatif

2. Hubungan antara harga-harga relatif dengan tingkat permintaan

3. Penentuan keseimbangan dunia dengan penawaran relatif dunia dan permintaan relatif
dunia.

4. Dampak dampak atau pengaruh nilai tukar perdagangan (terms of trade) yakni
harga ekspor dari suatu negara dibagi dengan harga impornya - terhadap kesejahteraan
suatu Negara

A. Harga Komuditas Equilibrium Relative dalam Perdagangan Analisis Equilibrium


Parsial
Kelebihan penawaran (exess supply) dari suatu komoditi atas dasar
equilibrium sebelum perdagangan berlangsung akan mendorong negara tersebut untuk

17
mengekspor kelebihan komoditinya. Sebaliknya. Kelebihan permintaan (exess
demand) dari suatu komoditi yang harganya lebih rendah dari pada harga equilibrium
sebelum perdagangan berlangsung akan mendorong Negara tersebut mengimpor
komoditi tersebut dari Negara lain Sehingga, dari kurva tawar menawar dapat
dijelaskan bagaimana permintaan impor dan penawaran ekspor dari komoditi
perdagangan tersebut seberapa besar volume perdagangan dan harga relative dari
masing masing komoditi dalam kondisi equilibrium pada kurva tawar menawar
setelah terjadinya perdagangan antar 2 negara.
Kurva harga komoditi relative equilibrium setelah perdagangan:

Titik keseimbangan mula-mula kurva satu pada Negara satu adalah A saat
harga Titik keseimbangan mula-mula kurva 3 Negara 2 adalah saat harag Saat
Negara satu melakukan pertambahn produksi maka titiik keseimbang negar satu
berubah menjadi titik B dan harga nya naik menjadi akan tetapin jumlah barangg
yang di tawar kan nya adalah E , sehinga banyak terjadi kelebihan penwaran barang
.Saat Negara 2 melakukan penurunan harga semula berubah menjadi terjadi lah pula
perubahan titik keseimbang , titik keseimabangan berubah menjadi B , sedangkan
barang yang di minta oleh konsumen pada Negara 2 adalah sebanyak E , sehingga
terjadi kelangkaan barang. Akibat terjadi nya kelangkaan dan kelebihan barang maka
negar 1 dann negar 2 bersepakat untuk melakukan perdagangan internasional ,Negara
1 mau mengekspor barang ke Negara 2 sebanyak B-E, sedangkan Negara 2 mau meng
impor barang dari Negara 1 sebanyak dari B-E. Akibat perdagangan internasional
tersebut maka negar 1 dan negar 2 terjadi keseimbangn baru yang dapat di lihat pada

18
kurva 2 titik keseimbangan tersebut adalah E* ,denagan haraga yg di tawarkan adalah
B*. Seandai nya Negara 1 menawarkan harga barang lebih redah dari maka akan
terjadi peningkata yang sangat besar atas barang sehingga lambat laun akan membuat
harga itu naik mendekakati atau samdenggan. Seanadai nya Negara satu menwarkan
harga lebih dari makan akan terjadi penurunan akan permintaan sehiingga membuat
harga itu lambat laun turun mendekati atau menjadi
Pada kurva,, jarak antara B ke E merupakan ekspor komoditi, sedangkan jarak
antara B ke E merupakan impor komoditinya. Pada panel A, Px/Py lebih besar dari
P1, maka pada Negara 1 terjadi kelebihan penawaran komoditi X, sehingga kurva
penawarannya pada panel B mengalami peningkatan. Kemudian pada panel C, karena
Px/Py lebih kecil dari pada P3 maka Negara 2 mengalami kelebihan permintaan
komoditi X. Pada panel B juga menunjukkan bahwa hanya pada tingkat P2 maka
kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh negara 2 akan persis sama dengan yang
ditawarkan oleh negara 1. Dengan demikian P2 merupakan Px/Py atau harga relatif
ekuilibrium setelah berlangsungnya perdagangan di kedua negara tersebut. Tapi jika
Px/Py lebih besar dari P2 maka akan terdapat kelebihan penawaran ekspor komoditi X
dan hal ini akan menurunkan harga relatifnya Px/Py sehingga akhirnya harga itu akan
bergerak mendekati atau sama dengan P2. Sebaliknya jika Px/Py lebih kecil dari pada
P2 maka akan tercipta kelebihan permintaan impor komoditi X yang selanjutnya akan
menaikan Px/Py sehingga lambat laun akan sama dengan P2.

B. Kurva Penawaran Ekspor


Kurva penawaran ekspor suatu neggara menunjukkan berapa banyak komuditas impor
yang diminya Negara tersebbut agar bersedia untuk memasok berbagai jumlah
komuditas ekspor. Kurva penawaran ekspor suatu Negara dapat diuraikan dari garis
batas produksi, bagan kurva indeveren, dan harga berbagai komuditas relative dimana
perdagangan dapat terjadi . Kurfa penawaran ekspor suatu negara berbentuk
melengkung terhadp sumbu yang mengukur komodita kenggulan komparatifnya.
Kurfa penawaran ekspor dar dua Negara akan terletak antara harga komuditas relative
ebelum perdagangan mereka, atau autaki. Ntuk mendorong suat Negara mengekspor
lebih banyak komuditas, harga relative komuditas meningkat.

C. Harga Komoditas Equlibrium


Perpotongan kurva penawaran ekspor dari dua negara mennjukkan harga komoditas
ekuilibrim relative dimana perdaagangan berlangsng anaraa mereka. Hanya pada
harga ekuilirium perdagangan akan menjadi seimbang. Pada setiap harga komoditas

19
relative lainnya, jumlah yang diinginkan dai impor dan ekspor dari dua komoditas
tidak akan sama. Hal ini akan memberkan tekaan paa harga komoditas relative untuk
bergerak meuju pada tingkt keseimbangan.

D. Hunbungan antara Analisi Eqkuilinbrium Umum dan Parsial


Kita juga dpat menggambarkan harga equilibrium relative dan kuantitas
komoditas dalam perdagangan dengan analiis equilibrium parsial mengunakan kurva
permintaan dan penawaran untuk komuditas yang diperdagangkan. Ini diturunkan dari
analisis batas produksi dan kurfa indefern. Informasi dasar yang sama dibutuhkan
untuk menguraikan kurva peawaran ekspor suatu Negara ( yang digunakan dalam
analisis umum)

Mula-mula titik produksi penwaran barang di Negara 1 adalah R akan tetapi


daya beli masyraka nya akan barang X tersebut rendah yai itu R sehingga kelebihan
penawaran atas barang X di Negra 1 yaitu dari P-P , akbat kelebihan tersebut dari
pada banyak barang yang tidak laku terjual maka Negara 1 menurunkan harga nya
dari 1 menjadi 1 dan di ekpor nya ke Negara 2 sehiingga terjadi lah keseimbang yang
di tanda.i dengan titik E
Mula-mula produksi penawaran akan barang di Negara 2 addalah H , pada
harag tersebut dan daya beli masarakat yang tinggi membuat titiik nya bergeser
menjadi H, akan tetapi Negara 2 ahanya mampu memproduksi sebanyak h dan
kelebihan permintaan ttersebut adalah dari H-H sehingga membuat Negara 2
meanikan kan harga nya yang semula menjadi 1 dan meng impor barang x
darineagar 1 agar terjadi nya keseimbang perdagangan

20
E. Nilai Tukar Perdagangan
Nilai tukar suatu perdagangan didefinisikan sebagai rasio harga ekspor
komoditi suatu Negara terhadap harga impornya. Nilai tukar perdagangan ini
merupakan kebalikan dari nilai tukar Negara lain yang menjadi mitra dagang. Jika
komoditi yang diperdagangkan lebih dari 2 komoditi, maka kita harus menggunakan
indeks harga ekspor terhadap harga impor dan mengalikannya dengan angka seratus
persen untuk memperoleh nilai tukar perdagangan.

Model ricardo menunjukkan bahwa kemajuan teknologi di satu sektor


perekonomian memperluas kemungkinan kemungkinan produksi suatu
perekonomian. Negara 1 mengalami pertumbuhan pada sektor ekonomi yang sangat
bias terhadap komoditi X , sehingga qutputnya meningkat pada harga relatif tertentu,
dan dalam waktu bersamaan output komoditi Y nya menurun. Dengan demikian bagi
dunia secara keseluruhan, output X secara relatif terhadap produk Y akan naik pada
tingkat harga tertentu. dan sementara itu kurva penawaran relatif dunia akan bergeser
ke komoditi X. pergerakkan ini akan mengakibatkan harga relatif X yang pada
dasarnya mencerminkan buruknya nilai tukar perdagangan negara 1 dan sebaliknya,
membaiknya nilai tukar perdagangan bagi negara 2 yang mengandalkan ekspor
komoditi Y. dalam hal ini yang diperhatikan bukan adanya pertumbuhan ekonomi,
melainkan kepada adanya pertumbuhan ekonomi bias. Jika negara 2 mengalami
pertumbuhan ekonomi yang bias terhadap X, dampaknya kepada kurva pernawaran
relatif dan karenanya juga kepada nilai tukar perdagangan akan sama.

21
Pada sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang bias terhadap Y, baik itu di negara 1
atau dinegara 2 akan meningkatkan harga relatif X. peningkatan ini merupakan
perbaikan nilai tukar perdagangan bagi negara 1 dan penurunan nilai tukar
perdagangan bagi negara 2. Pertumbuhan yang tidak proporsional akan memperluas
kemungkinan produksi suatu negara ke arah barang yang tidak proporsional akan
memperluas kemungkinan produksi suatu negara ke arah barang yang di ekspor
(yakni X di negara 1 dan Y di negara 2), dan semuanya ini merupakan pertumbuhan
yang bias terhadap ekspor. Sedangkan pertumbuhan yang bias terhadap barang yang
diimpor merupakan pertumbuhan yang bias terhadap impor.

22
BAB V FAKTOR PRODUKSI BAWAAN DAN TEORI HECKSCHER OHLIN

A. Asumsi Teori
Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu
Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai
perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan
komparatif. Sebelum masuk ke dalam pembahasan teori H-O, tulisan ini sedikit akan
mengemukakan kelemahan teori klasik yang mendorong munculnya teori H-O. Teori
Klasik Comparative advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat
terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of labor (faktor produksi yang
secara eksplisit dinyatakan) antarnegara (Salvatore, 2006). Namun teori ini tidak
memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaan produktivitas tersebut. Teori
H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya
perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O menyatakan penyebab perbedaan
produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki
(endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan
terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O
ini dikenal sebagai .The Proportional Factor Theory.. Selanjutnya negara-negara yang
memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan
melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya,
masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki
faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya.
Teori Heckscer-Ohlin memprediksi bahwa negara-negara yang akan
mengekspor barang secara intensif menggunakan faktor berlimpah secara lokal,
sambil mengimport barang secara intensif menggunakan faktor-faktor lokal yang
langka. Jadi, teori Heckscer-Ohlin mencoba menjelaskan pola dari perdagangan
internasional yang kita teliti pada ekonomi dunia.
Teori Heckscer-Ohlin mempunyai pertimbangan akal sehat. Contohnya,
Amerika serikat telah lama menjadi eksportir besar dari produk-produk pertanian,
mencerminkan negara tersebut mempunyai pertanian yang melimpah karena tanahnya
baik untuk ditanami. Sebaliknya, China unggul pada ekspor barang-barang produksi
dalam tenaga kerja intensif industri manufaktur. Ini mencerminkan China mempunyai
tenaga kerja dengan biaya rendah berlimpah. Di Amerika serikat, yang kekurangan
tenaga kerja dengan biaya rendah, telah memilih untuk mengimpor buruh. Secara
relatif, tidak mutlak, sumbangan adalah penting; sebuah negara bisa mempunyai

23
jumlah lahan dan tenaga kerja lebih besar dari negara lain, tetapi menjadi relatif
melimpah satu dari mereka.
Teori Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan
baik, negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan
faktor produksi yang relatif melimpah secara intensif. Menurut Heckscher-Ohlin,
suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara laindisebabkan negara
tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan dalam teknologi dan
keunggulan faktor produksi. Basis dari keunggulan komparatif adalah:
a. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi di dalam suatu
negara.
b. Faktor intensity, yaitu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi,
apakah labor intensity atau capital intensity.
Teori modern Heckescher-Ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva
pertama adalah kurva isocost yaitu kurva yang menggambarkan total biaya produksi
yang sama. Dan kurva isoquant yaitu kurva yang menggambarkan total kuantitas
produk yang sama. Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan
dengan kurva isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan
diperoleh produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah
produk tertentu. Analisis hipotesis H-O dikatakan berikut:
a. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau
proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
b. Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing
negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang
dimilikinya.
c. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang
relatif banyak dan murah untuk memproduksinya.
d. Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu
karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal
untuk memproduksinya.
e. Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang
dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan
sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.
Hipotesis Teori H-O
Sebelum melakukan kritik terhadap teori H-O, di bawah ini akan dikemukakan
hipotesis yang telah dihasilkan oleh Teori H-O, antara lain:
1. Produksi barang ekspor di tiap negara naik, sedangkan produksi barang impor
di tiap negara turun.

24
2. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau
proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara.
3. Harga labor di kedua negara cenderung sama, harga barang A di kedua Negara
cenderung sama demikian pula harga barang B di kedua negara cenderumg
sama.
4. Perdagangan akan terjadi antara negara yang kaya Kapital dengan Negara
yang kaya Labor.
5. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan
mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi
yang relatif banyak dan murah untuk melakukan produksi. Sehingga Negara
yang kaya kapital maka ekspornya padat kapital dan impornya padat karya,
sedangkan negara kaya labor ekspornya padat karya dan impornya padat
kapital.
Kelemahan Asumsi Teori H-O
Untuk lebih memahami kelemahan teori H-O dalam menjelaskan perdagangan
internasional akan dikemukan beberapa asumsi yang kurang valid:
a. Asumsi bahwa kedua negara menggunakan teknologi yang sama dalam
memproduksi adalah tidak valid. Fakta yang ada di lapangan negara sering
menggunakan teknologi yang berbeda.
b. Asumsi persaingan sempurna dalam semua pasar produk dan faktor produksi lebih
menjadi masalah. Hal ini karena sebagian besar perdagangan adalah produk
negara industri yang bertumpu pada diferensiasi produk dan skala ekonomi yang
belum bisa dijelaskan dengan model faktor endowment H-O.
c. Asumsi tidak ada mobilitas faktor internasional. Adanya mobilitas factor secara
internasional mampu mensubstitusikan perdagangan internasional yang
menghasilkan kesamaan relatif harga produk dan faktor antarnegara. Maknanya
adalah hal ini merupakan modifikasi H-O tetapi tidak mengurangi validitas model
H-O.
d. Asumsi spesialisasi penuh suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi jika
melakukan perdagangan tidak sepenuhnya berlaku karena banyak Negara yang
masih memproduksi komoditi yang sebagian besar adalah dari impor.

B. Intensitas factor produksi, Kelimpahan factor produuksi, dan Bentuk Garis Batas
Produksi
1. Intensitas faktor (factor intensity)
Kurva intensitas faktor untuk komoditi X dan komoditi Y di negara 1 dan negara
2:

25
Dinegara 1, rasio modal atau tenaga kerja ( K/L ) untuk komoditi Y sama
dengan 1, sedangkan K/L untuk komoditi X sama dengan . Hal tersebut
ditunjukkan oleh besaran sudut dari garis bayangan yang ditarik dari pusat sumbu
untuk masing-masing komoditi (X dan Y) yang dibuat di negara 1. Oleh sebab itu,
kita dapat mengatakan bahwa komoditi Y merupakan komoditi padat K atau padat
modal di negara 1. Sedangkan dinegara 2, rasio K/L untuk komoditi Y sama
dengan 4, sedeangkan rasio K/L untuk komoditi X sama dengan 1. Dengan
demikian, komoditi Y merupakan komoditi padat modal, sedangkan komoditi Y
komoditi padat L (padat tenaga kerja) di kedua negara itu. Akan tetapi negara 2
menggunakan K/L yang lebih tinggi dari negara 1 dalam memproduksi kedua
jenis komoditi tersebut karena harga relatif modal (R/W) di negara 2 lebih rendah.
Seandainya R/W menurun, maka produsen akan menggantikan sebagian K dengan
L pada proses produksi kedua jenis komoditi tersebut dalam rangka
meminimalkan biaya-biaya produksinya. Sebagai akibatnya K/L di negara 2 untuk
kedua komoditi itu akan mengalami peningkatan, dan menjadi lebih tinggi
ketimbang rasio K/L di negara 1.
2. Kelimpahan factor
Ada dua cara untuk mendefinisikan konsep kelimpaha faktor (factor
abundance):
a. Pertama dengan mendasarkannya pada unit-unit fisik (yakni didasarkan pada
keseluruhan jumlah numerik / bilangan modal dan tenaga kerja yang tersedia bagi
setiap negara)
b. Kedua yaitu dengan mendefinisikan kelimpahan faktor itu atas dasar harga-
harga relatif faktor produksi (relative faktor prices) yakni didasarkan pada harga
sewa modal dan upah pekerja yang berlaku di masing-masing Negara
Menurut definisi yang didasarkan pada unit-unit fisik, negara 2 layak disebut
sebagai negara yang memiliki kelimpahan modal apabila rasio total jumlah modal
26
terhadap total jumlah tenaga kerja ( TK/TL) yang ada di negara2 lebih besar
ketimbang yang terdapat di negara 1 (yakni jika TK/TL yang dimiliki negara 2
melebihi TK/TL yang ada di negara 1). Perhatikan bahwa yang disoroti disini
bukanlah jumlah absolute modal dan tenaga kerja yang ada di masing-masing
negara, melainkan rasio total jumlah modal itu terhadap total jumlah tenaga kerja.
Dengan demikian, meskipun jumlah absolute modal yang dimiliki oleh negara 2
ternyata lebih sedikit daripada yang dimiliki oleh negara 1, negara 2 itu masih
dapat dikatakan sebagai negara yang secara relatif memiliki kelimpahan modal
jika TK/TL di negara 2 memang melebihi TK/TL di negara 1.
Sedangkan menurut definisi yang didasarkan pada harga-harga relatif faktor
produksi negara 2 baru layak dikatakan sebagai negara yang mempunyai
kelimpahan modal apabila rasio harga modal terhadap harga tenaga kerja (PK/PL)
di negara 2 lebih rendah ketimbang yang terdapat di negara 1 (artinya jika PK/PL
dinegara 2 lebih kecil ketimbang PK/PL di negara 1). Karna apa yang dikatakan
harga sewa modal itu adalah suku bunga (r) sedangkan harga tenaga kerja adalah

tingkat upah maka PK/PL = r/w. Sekali lagi, yang diperhatikan disini

sebagai penentu apakah suatu negara dapat dikatakan sebagai negara yang
berkelimpahan modal atau tidak, bukanlah angka absolut atau angka numerik r
melainkan r/w. Sebagai contoh, r di negara 2 lebih tinggi ketimbang r di negara 1,
namun negara 2 tersebut dapat dikatakan sebagai negara yang berkelimpahan
modal andaikata r/w di negara itu lebih rendah ketimbang yang terdapat di negara
1.
Hubungan antar kedua definisi kelimpaha faktor tersebut cukup jelas. Definisi
kelimpahan faktor yang didasarkan pada unit-unit fisik hanya memperhatikan sisi
penawaran dari faktor-faktor produksi itu. Sedangkan definisi yang didasarkan
pada harga relatif faktor tidak hanya memperhatikan sisi penawarannya,
melainkan juaga sisi permintaannya. Sebelumnya, kita telah mengetahui dari
prinsip-prinsip umum dalam ilmu ekonomi bahwa harga dari suatu faktor
komoditi atau suatu faktor produksi di tentukan oleh kekuatan-kekuatan
permintaan dan penawaran, selama perekonomian yang bersangkutan secara
keseluruhan beroperasi dalalam sistem kompetisi sempurna. Dari prinsip umum
ilmu ekonomi kita juga mengetahui bahwa permintaan atas suatu faktor produksi
merupakan permintaan turunan (derived demand) atau permintaan hasil derifasi,

27
yakni di derifasikan dari permintaan atas komoditi final yang banyak memerlukan
faktor produksi tersebut.
3. Kelimpahan faktor dan kurva batas kemungkinan produksi
Karena negara 2 merupakan negara yang berkelimpahan modal, sedangkan
komoditi Y merupakan komoditi yang padat modal, maka kita pundapat langsung
menduga bahwa negara 2 akan memproduksi lebih banyak komoditi Y daripada
negara 1. Dilain pihak, karna negara 1 adalah sebuah negara yang berkelimpahan
tenaga kerja dan komoditi X merupakan komoditi yang padat tenaga kerja, maka
dengan sendirinya negara 1 akan dapat memproduksi lebih banyak komoditi X
ketimbang negara 2. Fakta itulah yang menjadi penyebab mengapa bentuk kurva
batas kemungkinan produksi (production curve) untuk negara 1 relatif lebih landai
dan melebar ketimbang kurva batas kemungkinan produksi untuk negara 2 (itu
juka kita mengukur komoditi X pada sumbu korizontal, dan komoditi Y pada
sumbu vertikal).
Negara 1 merupakan negara yang berkelimpahan tenaga kerja sedangkan
komoditi X adalah komoditi yang padat tenaga kerja, maka kurva batas
kemungkinan produksi negara1 lebih melekat ke sumbu horizontal yang
mengukur besar kecilnya komoditi X yang diproduksikan oleh masing-masing
negara1. Di lain pihak, karena negara 2 merupakan sebuah negaa yang
berkelimpahan modal dan komoditi Y itu adalah komoditi yang padat modal,
maka dengan sendirinya kurva batas kemungkinan produksi negara 2 lebih
menempel kesumbu vertikal yang mengukur kuantitas komoditi Y.

Kurva batas kemungkinan produksi negar 1 lebih landai dan lebih melebar
ketimbang kurva batas kemungkinan produksi negara 2. Hal tersebut

28
menuntjukkan bahwa negara 1 dapat memproduksi komoditi X lebih banyak dari
negara 2. Alasannya karena negara 1 adalah merupakan sebuah negara yang
berkelimpahan tenaga kerja, sedangkan komoditi X merupakan komoditi yang
padat tenaga kerja.

C. Faktor Bawaan dan Teori Heckscher-Ohlin


Teori Heckscher-Holin secara keseluruhan dapat disajikan dalam wujud yang
sangat singkat dan padat menjadi dua teorema saja. Kedua teorema yang menjadi
intisari teori ini adalah teorema Heckscher-Ohlin yang mengupas dan
memprediksikan pola perdagangan, dan teorema penyamaan harga faktor ( factor
price equalization theorem) yang mengupas dampak-dampak yang ditimbulkan oleh
perdagangan internasional terhadap harga-harga faktor produksi di masing-masing
negara yang terlibat.
1. Teorema Heckscher-Ohlin
Teorema H-O ini berbunyi: sebuah negara akan mengekspor komoditi yang
produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan
murah di negtara itu, dan dalam waktu bersamaan ia akan mengimpor komoditi
yang produksi nya memerlukan sumberdaya yang relatif langka dan mahal di
negaa itu. Singkatnya, sebuah negara yang relatif kaya atau berkelimpahan tenaga
kerja akan mengekspor komoditi-komoditi yang relatif pada tenaga kerja dan
mengimpor komoditi-komoditi yang relatif padat modal ( yang merupakan faktor
produksi langkja dan mahal di negara bersangkutan).
2. Kerangka keseimbangan umum teori Heckscher-Ohlin
Kerangka dan karakter keseimbangan umum dalam teori Heckscher-Ohlin:

Bermula pada sudut kanan diagram kita melihat bahwa distribusi kepemilikan
faktor produksi, atau distribusi pendapatan dan selera menentukan tinggi
rendahnya permintaan atas komoditi-komoditi yang di perdagangkan. Permintaan

29
faktor produksi selanjutnya dapat diderifasikan dari kurva permintaan komoditi
final. Permintaan dan penawaran faktor-faktor produksi itulah yang akan
menentukan harganya. Lebih lanjut, harga faktor-faktor produksi dan teknologi
akan ikut menentukan harga komoditi final. Perbadaan harga relatif komoditi
(final) diantara negara-negara yang terlibat dalam perdagangan akan menentukan
keuntungan komparatif bagi masing-masing negara dan juga pola perdagangan
yang kan berlangsung diantara mereka.
3. Ilustrasi teori heckscher-Ohlin
Model dasar Heckscher-Ohlin

Kurva indifferent I berlaku untuk negara 1 maupun negara 2, karrena disini


kita mengasumsikan selera konsumen di kedua negara itu sama. Kurva indifferent
I menjadi tangen terhadap kurva batas kemungkinan prodsuksi negara 1 di titik A,
dan juga menjadi tangen kurva batas kemungkinan produksi negara 2 di titik A`.
Titik-titik itulah yang melambangkan besaran harga komoditi yang tercipta dalam
kondisi equilibrium, yakni PA bagi negara 1 dan PA` untuk negara 2 (pada panel
sebelah kiri). Karena PA lebih kecil dari PA` maka kita dapat menyimpulkan
bahwa negara 1 memiliki keunggulan komparatif pada komoditi X, sedangkan
negara 2 dalam komoditi Y. Setelah perdagangan berlangsung (panel sebelah
kanan) negara 1 akan berproduksi di titik B, dan menukarkan sejumlah X untuk
mendapatkan Y sehingga ia akan mencapai tingkat konsumsi di titik E (pada segi
tiga perdagangan BCE). Adapun negara 2 akan berproduksi di titik B` dan ia akan
menukarkan sejumlah Y untuk mendapatkan X sehingga ia akan mencapai tingkat
konsumsi di titik E` (yang berhimpitan dengan titik E). Kedua negara akan
memperoeh keuntungan dari perdagangan karena mereka dapat meningkatkan
konsumsinya pada kurva indifferent II yang lebih tinggi pada kurva indifferent
mereka sebelumnya.

30
D. Penyimpangan Harga Faktor Produksi dan Distribbusi Pendapata
Diliar semua kekuatan yang mungkin dapat menyebabkan perbedaan dalam harga
komoditas relative sebelum perdaganga antar negarra-negara, Hecksher Ohln
mengisolasi perbedaan dalam factor produksi pendukung (dalam menghadapi
teknologi dan selera yang sama) sebagai penentu dasar atau penyebab kenggulan
komparatif. Perdagangan internasional juga bisa menjadi pengganti untuk mobilitas
international dari factor produksi dalam menyeimbangkan hasil relative dan absolut
untuk factor homogeny di seluru Negara. Sifat ekuilibbroum umum dalam teori H-O
muncul dari kenyataan bahwa semua pasar komoditas dan factor produksi merupakan
komponen dari suatu system terpadu secara keseluruhan, sehingga perubahan di
bagian manapun memengaruhi setiap bagian lainnya.

E. Pengujian Empiris Model Heckscher Ohlin


Pengujian empiris terhadap teori ini antara lain dilakukan oleh Wassily
Leontief, seorang pelopor utama dalam analisis Input-Output yang melakukan studi
empiris untuk menguji prediksi H-O. Leontief menerapkan H-O pada data Amerika
Serikat tahun 1947. Secara umum AS diasumsikan sebagai negara yang relatif
memiliki modal lebih banyak dan tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan negara-
negara lain. Sehingga berdasarkan teori H-O, maka ekspor AS akan terdiri atas
barang-barang yang padat modal dan sebaliknya impornya akan terdiri atas barang
barang padat karya.
Dari hasil pengujian diperoleh tenyata AS cenderung ekspor produk padat
tenaga kerja dan mengimpor produk padat modal. Kesimpulan ini bertentangan
dengan teori H-O yang sering dikenal dengan Leontief Paradoks. Tetapi munculnya
paradoks tersebut menurut beberapa ekonom dapat disebabkan keterbatasan
metodologi dan kelemahan analisa. Selain ada beberapa faktor yang mendukung
terjadinya paradoks tersebut, antara lain misalnya, pada tahun 1947 terjadi perang
Dunia II sehingga keadaan pada saat itu belum dapat mewakili kondisi perdagangan
AS secara umum dengan tepat.
Sedangkan menurut beberapa ahli ekonomi perdagangan, paradox
Leontiefdapat terjadi karena beberapa sebab utama berikut:
a. adanya intesitas faktor produksi yang berkebalikan (factors intensity reversals)
b. Tariffdan non-tarief barier
c. Perbedaan dalam ketrampilan dan human capital
Penjelasan lain menyatakan bahwa penemuan Leotief tidak sepenuhnya
bertentangan dengan teori H-O, karena ekspor AS yang pada karya (labor intensif)

31
tersebut sangat logis. AS merupakan negara yang mempunyai banyak tenga kerja
terdidik (skilled labor) dibandingkan dengan negara lain, sehingga eskpornya lebih
banyak terdiri atas barang yang padat karya namun terdidik. Sehingga penemuan
Leontief tersebut, dalam batasan tertentujusteru sesuai dan mendukung teori H-O.
Pengujian data banyak negara Pengujian dilakukan dengan menggunakan data dari
berbagai negara. Stdi terpenting yang perna dilakuakan antara lain oleh Harry P.
Bowen, Edward E. Learmer dan Leo Sveikauskas. Mereka menyatakan bahwa
perdagangan barang secara tidak langsung merupakan perdagangan faktor produksi.
Sehingga kita akan menemukan negara akan melakukan ekspor terhadap produk yang
faktor produksinya relatif melimpah dan begitu pula sebaliknya.

32
BAB VI SKALA EKONOMI, PERSAINGAN TIDAK SEMPURNA, DAN
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

A. Model Heckscher-Ohlin dan Teori Perdagangan Baru


Pada bab ini, kita akan melepaskan asumsi-asumsi teori Heckscher-Ohlin.
Ketika asumsi-asumsi tersebut dilepaskan, pada dasarnya tidak memengaruhi
keabsahan model heckscher-Ohlin, tetapi menunjukkan perlunya teori perdagangan
komplemen yang baru untuk menjelaskan sebagian besar fenomena dalam
perdagangan internasional yang tidak dijelaskan oleh teori Heckscher-Ohlin.
Asumsi pertama (dua Negara, dua komoditas, dan dua factor ) untuk
menyertakan lebih dari dua komoditas, lebih dari dua komoditas, dan lebih dari dua
factor , sementara dalam pelaksanaannya tentu akan menyulitkan analisis, model H-O
pada dasarnya tetap berlaku selama jumlah komoditas sama dengan atau lebih besar
dari jumlah factor produksi.
Asumsi kedua dari teori Heckscher-Ohlin (yaitu bahwa kedua Negara
menggunakan teknologi yang sama dalam produksi) umumnya tidak valid. Artinya,
negara-negara sering menggunakan teknologi yang berbeda di dunia nyata. Namun,
teknologi dapat dianggap sebagai faktor produksi, dan, dengan demikian, usaha
berdasarkan perbedaan teknologi yang digunakan antarnegara dapat dipandang
sebagai cakupan dalam bidang teori H-O.
Asumsi ketiga, bahwa komoditas X adalah komoditas L-intensif, sedangkan
komoditas Y adalah komoditas K-intensif di kedua negara, menyiratkan adanya
pembalikan intensitas factor produksi. Namun, studi empiris menunjukkan bahwa
pembalikan intensitas factor produksi tidak terlalu lazim di dunia nyata.
Sementara teori H-O mengasumsikan skala hasil konstan (asumsi keempat),
perdagangan internasional juga dapat didasarkan pada skala hasil yang meningkat.
Skala hasil yang meningkat dapat diianggap sebagai pelengkap teori H-O dalam hal
bahwa mereka mencoba untuk menjelaskan sebagian dari fenomena perdagangnan
internasional yang tidak tercakup oleh teori H-O dasar.
Asumsi kelima daro model H-O adalah spesialisasi menyeluruh di kedua
negara. Jika perdagangan mebawa spesialisasi tidak menyeluruh dalam produksi di
salah satu negara, harga komoditas relatif akan menyamakan kedudukan, namun
harga factor produksi tidak.
Asumsi keenam pada selera yang sama telah lebih kurang diverifikasi secara
empiris. Selera tentu tidak cukup berbeda di seluruh negara untuk mengatasi

33
perbedaan dalam ketersediaan fisik relative factor poduksi untuk menjelaskan
perbedaan harga komoditas relative dan perdagangan antarnegara.
Melepaskan asumsi ketujuh, yaitu persaingan sempurna dalam semua pasar
produk dan factor produksi, akan lebih bermasalah.
Melepakan asumsi kedelapan yang menyatakan tidak ada mobilitas factor
produksi secara internasional memodifikasi, tetapi tidak membatalkan model H-O.
Kesimpulannya, melepaskan sebagian besar asumsi dari teori Heckscher-Ohlin
hanya akan memodifikasi, tetapi tidak membatalkan teori. Namun, melepaskan
asumsi skala ekonomi konstan dan persaingan sempurna, membutuhkan teori
perdagangan komplementer baru untuk menjelaskan bagian fenomena dalam
perdagangan internasional yang tidak diijelaskan dalam teori H-O.

B. Skala Ekonomi dan Perdagangan Internasional


Pemingkatan skala hasil mengacu pada situasi produksi di mana output
produksi tumbuh secara proporsional lebih dari peningkatan input atau factor-factor
produksi . skala ekonomi atau peningkatan hasil juga harus dibedakan secara jelas
dari ekonomi eksternal. Skala ekonomi mengacu pada pengurangan biaya rata-rata
produksi seiring peningkatan output perusahaan. Dengan demikian, skala ekonomi
atau peningkatan skala hasil terjadi secara internal di perusahaan. Ekonomi eksternal,
di sisi lain, mengacu pada pengurangan biaya rata-rata setiap kurva produksi
perusahaan seiring output seluruh industry meluas.

C. Persaingan Tidak Sempurna dan Perdagangan Internasional


Perdagangan berdasarkan diferensiasi produk. Sebagian besar dari output
ekonomi modern saat ini melibatkan produk terdiferensiasi daripada homogen.
Akibatnya, banyak dari perdagangan internasional dapat dan memang melibatkan
pertukaran terdeferensiasi dari industry yang sama atau kelompok produk yang luas.
Tingkat perdagangan intraindustri dapat diukur dengan indeks perdagangan
intraindustri
D. Perdagangan Berdasarkan Perbedaan Teknologi Dinamis
1. Model kesenjangan teknologi dan model siklus produk
Menurut model kesenjangan teknologi, banyak dari perdagangan diantara
negara industry berdasarkan pada pengenalan produk baru dan proses produk
baru. Ini memberikan perusahaan dan negara yang berinovasi monopoli sementara
pasar dunia. Monopoli sementara sering didasarkan pada paten dan hak cipta yang
diberikan untuk merangsang berbagai macam penemuan.

34
Sebuah generalisasi dan perluasan dari model kesenjangan teknologi adalah
model siklus produk, dimana ketika sebuah produk baru diperkenalkan, biasanya
membutuhkan tenaga kerja terampil untuk memproduksinya.
E. Biaya Transportasi, Standar Lingkungan, dan Perdagangan Internasional
1. Biaya lokasi dan komoditas yang tidak diperdagangkan secara internasional.
Biaya transportasi termasuk biaya pengiriman, biaya pergudangan, biaya
bongkar-muat, premi asuransi, dan beban bunga sementara barang dalam
perjalanan. Akan digunakan istilah biaya transportasi atau biaya logistic untuk
memasukkan semua biaya yang digunakan untuk mentransfer barang dari satu
lokasi ke lokasi lain. Pertimbangan biaya transportasi dan logistic menjelaskan
mengapa sebagian besar barang dan jasa tidak diperdagangkan secara
internasional sama sekali. Barang-barang tersebut disebut sebagai barang dan
jasa yang tidak diperdagangkan, yaitu barang dan jasa yang mempunyai biaya
transportasi melebihi perbedaan harga di seluruh dunia.
2. Biaya transportasi dan lokasi industry. Industry yang berorientasi pada sumber
daya adalah industry yang cendenrung untuk mencari lokasi dekat dengan
sumber daya bahan baku yang digunakan oleh industry. Industry yang
berorientasi pasar, di sisi lain, adalah industry yang mencari lokasi terdekat
dengan pasar untuk produk industrinya. Industry yang mudah berpindah
adalah industry yang memproduksi barang yang tidak menghadapi kenaikan
atau penurunan berat yang besar selama proses produksi. Industri-industri ini
cendenrung memiliki rasio nilai terhadap berat tinggi dan menjadi punya
mobilitas tinggi, atau mudah dipindahkan.
1. Standar lingkungan, lokasi industry, dan perdagangan internasional. Standar
lingkungan mengacu pada tingkat polusi udara, polusi air, polisi suhu (panas), dan
polisi yang dihasilkan dari pembuangan sampah yang diperbolehkan suatu negara.
Pencemaran lingkungan dapat menyebabkan masalah serius karena harga barang dan
jasa yang diperdagangkan seringkali tidak sepenuhnya mencerminkan biaya
lingkungan social.

35
BAB VII PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
A. Pertumbuhan Faktor Produksi
Seiring berjalannya waktu, populasi suatu negara biasanya akan berkembang.
Bersamaan dengan itu, berkembang pula ukuran angkatan kerjanya. Begitu pula,
dengan memanfaatkan sebagian dari sumber dayanya untuk menghasilkan peralatan
modal, negara meningkatkan persediaan modal. Modal merujuk kepada peralatan
buatan manusia yang digunakan dalam produksi, seperti mesin, pabrik, bangunan
perkantoran, transportasi, dan komunikasi, demikian pula dengan pendidikan dan
pelatihan bagi tenaga kerja, semuanya yang dapat meningkatkan kemampuan suatu
negara dalam memproduksi barang dan jasa.
1. Pertumbuhan tenaga kerja dan akumulasi modal dari waktu ke waktu. Peningkatan
kontribusi tenaga kerja dan modal dari waktu ke waktu menyebabkan batas
produksi negara bergeser. Jenis dan tingkat pergeseran tergantung pada tingkat
pertumbuhan L dan K. jika L dan K tumbuh pada tingkat yang sama, batas
produksi negara akan bergeser secara merata ke segal arah dengan laju sebesar
laju pertumbuhan factor produksi. Akibatnya, kemiringan batas produksi lama dan
baru akan sama pada setiap titik di mana mereka dipotong oleh garis dari titik
asal.
2. Teorema Rybczynski, mendalilkan bahwa pada harga komoditas konstan,
peningkatan kemampuan dari salah satu factor akan meningkatkan output dari
komoditas yang padat dalam factor itu dengan proporsi yang lebih besar dan akan
mengurangi output dari komoditas lainnya.
B. Kemajuan Teknis
Beberapa studi empiris telah menunjukkan bahwa sebagian besar peningkatan
pendapatan perkapita riil di negara-negara industry adalah karena kemajuan teknis
dan sedikit dikarenakan akumulasi modal. Namun, analisis kemajuan teknis jauh lebih
kompleks daripada analisis pertumbuhan factor produksi karena ada banyak definisi
dan jenis kemajuan teknis, dan mereka dapat terjadi pada tingkat yang berbeda dalam
produksi salah satu atau kedua komoditas.
1. Kemajuan teknis yang bersifat netral, penghematan tenaga kerja, dan
penghematan modal. Kemajuan teknis netral meningkatkan produktivitas L dan K
dalam proporsi yang sama sehingga K/L tetap sama setelah kemajuan teknis netral
seperti sebelum pada berubah harga relatif factor. Kemajuan teknis hemat tenaga
kerja meningkatkan produktivitas K lebih dari secara proporsional dengan
produktivitas L. akibatnya, K menggantikan L dalam produksi dan K/L naik

36
dalam kondisi w/r konstan. Kemajuan teknis hemat modal meningkatkan
produktivitas L lebih dari proporsional produktivitas K. akibatnya, L
menggantikan K dalam produksi dan L/K naik pada kondisi w/r konstan.
2. Kemajuan teknis dan batas produksi suatu negara. Dengan tingkat kemajuan
teknis netral yang sama dalam produksi kedua komoditas, batas produksi negara
akan bergeser secara merata ke segala arah dengan laju yang sama dimana
kemajuan teknis terjadi. Ini memiliki efek yang sama terhadap batas produksi
negara seiring pertumbuhan factor produksi yang seimbang. Dengan demikian,
kemiringan batas produksi lama dan baru negara tersebut akan sama pada setiap
perpotongan dengan garis yang ditarik dari titik asal.
C. Pertumbuhan dan Perdagangan: Kasus Negara Kecil
1. Pengaruh pertumbuhan terhadap perdagangan. Apa yang terjadi dengan volume
perdagangan tergantung pada tingkat dimana output dari komoditas yang dapat
diekspor dan diimpor suatu negara tumbuh dan pada pola konsumsi negara seiring
pendapatan nasionalnya berkembang melalui pertumbuhan dan perdagangan.
2. Kemajuan teknis, perdagangan, dan kesejahteraan. Jika konsumsi setiap
komoditas juga meningkat secara proporsional di negara ini, volume perdagangan
akan meningkat pada laju yang sama dengan nilai tukar yang konstan. Artinya,
ekspansi netral untuk produksi dan konsumsi mengarah ke tingkat yang sama
dengan ekspansi perdagangan.
D. Pertumbuhan dan Perdagangan: Kasus Negara Besar
Untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan terhadap produksi, konsumsi, dan
perdagangan, dan kesejahteraan negara yang cukup besar untuk memengaruhi harga
komoditas relative di mana ia terlibat perdagangan sehingga nilai tukar negara
tersebut mengalami perubahan. Pertumbuhan dengan sendirinya dapat meningkatkan
kesejahteraan negara, tetapi menybabkan nilai tukar memburuk begitu banyak,
sehingga membuat negara menjadi lebih buruk setelah terjadi pertumbuhan daripada
sebelumnya.
1. Pertumbuhan serta nilai tukar dan kesejahteraan suatu negara. Jika pertumbuhan,
terlepas dari sumber atau jenisnya, meningkatkan volume perdagangan negara
pada kondisi harga konstan, nilai tukar suatu negara akan cenderung memburuk.
Di sisi lain, jika pertumbuhan mengurangi volume perdagangan suatu negara pada
kondisi harga konstan, nilai tukar suatu negara akan cenderung membaik. Hal ini
disebut sebagai efek nilai tukar dari pertumbuhan. Pengaruh pertumbuhan pada
kesejahteraan suatu negara tergantung pada selisih dari efek nilai tukar dan efek

37
kesejahteraan. Efek kesejahteraan mengacu pada perubahan output per tenaga
kerja atau per orang sebagai hasil dari pertumbuhan.
2. Pertumbuhan Immiserizing. Bahkan walaupun efek kekayaan, dengan sendirinya
cenderung meningkatkan kesejahteraan negara, nilai tukar mungkin memburuk
sebegitu banyaknya sehingga menyebabkan penurunan dalam kesejahteraan
negara. Kasus ini disebut pertumbuham immiserizing.
E. Pertumbuhan, Perubahan Selera, dan Perdagangan di Kedua Negara
1. Pertumbuhan dan perdagangan kedua negara. Dengan pertumbuhan yang
seimbang, atau kemajuan teknis netral dalam produksi kedua komoditas di kedua
negara, kurva penawaran ekspor kedua negara akan bergeser dan bergerak lebih
dekat ke sumbu yang mengukur komoditas ekspor negara. Dalam hal ini, volume
perdagangan akan meningkat dan nilai tukar dapat tetap tidak berubah atau
meningkat untuk satu negara dan memburuk untuk yang lain, tergantung pada
bentuk dari kurva penawaran ekspor masing-masing negara dan pada derajat
dimana setiap kurva penawaran ekspor berputar.
2. Perubahan selera dan perdagangan di kedua negara. Melalui waktu, tidak hanya
ekonomi yang tumbuh tapi selera nasional juga cenderung berubah. Sebagaimana
telah kita lihat, pertumbuhan memengaruhi kurva penawaran ekspor suatu negara
melalui efek di mana pertumbuhan memengaruhi batas produksi suatu negara.
Demikian pula, perubahan selera memengaruhi kurva penawaran ekspor suatu
negara melalui efek dimana perubahan selera memenagruhi kurva indiferen suatu
negara.

38
BAGIAN DUA: KEBIJAKAN PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
BAB VIII HAMBATAN PERDAGANGAN: TARIF

A. Hambatan Perdagangan
Jenis hambatan perdagangan yang paling penting menurut sejarah adalah tarif.
Tarif adalah pajak atau bea masuk yang dibebankan terhadap komoditas perdagangan
yang memasuki suatu batas negara. Tarif impor merupakan bea masuk komoditas
impor, sementara ekspor adalah bea masuk komoditas ekspor.
Tarif ada tiga macam, ad valorem, khusus, atau gabungan. Tarif ad valorem
dinyatakan sebagai persentase tetap harga komoditas perdagangan. Tarif khusus
dinyatakan sebagai jumlah tetap tiap satuan barang dari komoditas perdagangan. Dan
tarif gabungan merupakan kombinasi dari tarif khusus dan tarif ad valorem.

B. Analisis Ekuilibrium Parsial Suatu Tarif


Analisis ekuilibrium parsial suatu tarif sangatlah tepat ketika suatu negara kecil
menekankan tarif impor yang bersaing dengan output industry kecil dalam negeri.
Tarif tersebut kemudian tidak akan memengaruhi harga dunia dan seluruh
perekonomian.
1. Pengaruh ekuilibrium parsial suatu tarif.
a. Pengaruh konsumsi suatu tarif yakni penurunan konsumsi dalam negeri sama
dengan 20X (BN)
b. Pengaruh produksi yakni pengembangan produksi domestik yanf berasal dari
tarif sama dengan 10X (CM)
c. Pengaruh perdagangan yakni penurunan impor sama dengan 30X (BN + CM)
d. Pengaruh penerimaan yakni penerimaan yang dipungut oleh pemerintah.
2. Pengaruh tarif terhadap surplus konsumen dan produsen. Surplus konsumen
merupakan selisih antara apa yang konsumen rela bayarkan untuk setiap barang
komoditas dengan apa yang benar-benar mereka bayarkan.
3. Biaya dan manfaat tarif. Komponen produksi dari biaya proteksi, atau kerugian
masyarakat, muncul karena, dengan adanya tarif, beberapa sumber daya dalam
negeri dialihkan dari produksi komoditas ekspor Y yang lebih efisien menjadi
produksi komoditas impor X yang kurang efisien pada Negara 2. Komponen
konsumsi dari biaya proteksi, atau kerugian beban baku, muncul akibat tarif yang
secara semu meningkatkan Px dalam kaitannya dengan PY dan mengganggu pola
konsumsi di Negara 2.

C. Teori Struktur Tarif

39
Tingkat proteksi efektif, (dihitung pada nilai tambah dalam negeri, atau
pemrosesan, yang terjadi pada suatu negara) melibihi tingkatan tarif nominalnya
(dihitung pada nilai barang jadi). Nilai tambah dalam negeri sama dengan harga
barang jadi dikurangi biaya bahan baku impor yang digunakan pada produksi
komoditas. Ketika tingkatan tarif nominall penting bagi konsumen, tingkatan tarif
efektif penting pula bagi produsen karena menunjukkan seberapa besar proteksi
benar-benar diberikan pada pemrosesan komoditas persaingan impor di dalam negeri.

D. Analisis Ekuilibrium Umum Tarif di Negara Kecil


1. Pengaruh ekuilibrium umum tarif di negara kecil. Ketika negara yang sangat kecil
menetapkan tarif, tarifnya tidak akan memengaruhi harga di pasar dunia. Akan
tetapi, harrga dalam negeri dari komoditas yang diimpor akan meningkat sebesar
jumlah tarif tersebut bagi tiap produsen dan konsumen di negara kecil.
2. Teori Stolper-Samuelson, merumuskan bahwa kenaikan harga relative suatu
komoditas menaikkan laba atau keuntungan dari factor yang digunakan secara
terus-menerus dalam produksi komoditas. Oleh karena itu, keuntungan nyata bagi
kelangkaan factor produksi negara akan meningkat bersama pembebanan suatu
tarif.

E. Analisis Ekuilibrium Umum Tarif di Negara Besar.


Pengaruh ekuilibrium umum tarif di negara besar dapat diukur dengan menggunakan
kurva penawaran ekspor. Ketika suatu negara membebankan tarif, kurva penawaran
ekspor bergeser atau berputar menuju sumbu yang mengukur komoditas impor dalam
jumlah tarif impornya. Alasannya adalah bahwa pada jumlah komoditas ekspor
tertentu, importer sekarang menginginkan lebih banyak komoditas impor yang
mencukupi untuk menutup tarifnya. Fakta bahwa negara tersebut besar tercermin pada
kurva penawaran ekspor rekan dagangnya yang memiliki beberapa bentuk kurva
dibandingkan berwujud garis lurus.

F. Tarif Optimal
1. Makna konsep tarif optimal dan pembahasan
Tarif optimal merupakan tingkatan tarif yang memaksimalkan manfaat bersih dari
adanya perbaikan neraca perdagangan negara terhadap pengaruh negative dari
adanya penurunan volume perdagangan. Jadi, dimulai dari posisi perdagangan
bebas, ketika suatu negara meningkatkan tingkatan tingkatan tarif,
kesejahteraannya meningkat hingga maksimal dan kemudian menurun ketika

40
tingkatan tarif meningkat melewati optimalnya. Pada akhirnya, negara terdorong
kembali menuju titik autarki dengan tarif menjadi penghalang.

41
BAB IX HAMBATAN PERDAGANGAN NONTARIF DAN PROTEKSIONISME BARU

A. Hambatan Perdagangan Nontarif


Meskipun tarif menurut sejarah telah menjadi bentuk hambatan perdagangan
yang paling penting, terdapat berbagai jenis hambatan perdagangan lainnya, misalnya
kuota impor, pembatasan ekspor secara sengaja, dan kebijakan antidumping. Sewaktu
tarif dijanjikan menurun selama periode pascaperang, arti penting hambatan
perdagangan nontariff meningkat besar-besaran.

B. Kuota Impor
Kuota merupakan hambatan perdagangan nontarif yang paling penting. Kuota
merupakan hambatan kuantitatif langsung berupa jumlah komoditas yang
diperbolehkan untuk diimpor atau diekspor.
1. Pengaruh kuota impor. Kuota impor dapat digunakan untuk melindungi industry
dalam negeri, melindungi pertanian dalam negeri, dan/atau demi alas an neraca
pembayaran.
2. Perbedaan kuota impor dengan tarif impor. Perbedaan penting kedua antaea kuota
impor dan tarif impor

C. Hambatan nontarif lainnya dan protektionisme baru


Kartel internasional merupakan organisasi pemasok komoditas yang berlokasi
di Negara berbeda (atau sekelompok pemerintah) yang setuju dalam membatasi
output dan ekspor dalam komoditas dengan tujuan memeksimalkan atau meningkakan
total keuntungan organisaasi terssebut. Kartel internasional akan lebih berhasil jika
hanya terdapat beberapa pemasok internasional dari komoditas dasar yang tidak ada
batang penggantiny, terdapat pula intensif untuk tidaak jujur atau mencurangi kartel.
Hambatan erdagangan bisa juga beraal dari dumping aan subsic ekspor. Dumping
merupakan ekspor komoditas dibawah biaya atau pada harga yang lebih lebih rendah
dibandingkan haga jual di dalam negri. Dumping ada tiga jenis, terus-menerus, ganas,
ata sporadic. Bea cukai penyeimbangan (CVD) merupakan tariff yang dibebankan
terhadap impor untuk menutup subsidi dari pemerintah luar negri.

D. Ekonomi Politik dari Proteksionisme


Pendapat awa tariff diperlukan untuk melindungi tenag keerja dalam negri dan
murahnya tenaga kerja asing dan tarif ilmiah jelas keliru. Dua pendapat beggar thay
neighbor yang meragukan adalah proteksi diperlukan untuk mengrangi pengangguran
dalam negri dan deficit neaca dalam pembayaran negar. Pendapat yang lebih shahih
dalam proteksi adalah pendapat industry muda. Akan tetapi, apa yang dialami dalam

42
prroteksi dagang, subsidi langsung dan pajak dapat menangani lebih baik daalam
mgatasi gangguan yang murni dari dalam negri. Hal yang sama sudah bena bagi
industri yang penting untuk ketahanan nasional. Yang terdekat yang dapat kita capai
mengenai pendapat ekonomi yang sahih tentang proteksi adalah tariff optimal (yakni,
bagaimanapun memicu pembbalasan). Proteksi dagang di Amerika Serikat biasanya di
tujukan bagi pekerjadengan upah rendah dan untuk memperbesar organisasi yag
tertata baik dalam mmproduksi produk konsumsi.

E. Keebiakan Indusri dan Perdagangan Strategis


Kebijakan industri dan perdagangan strategi merpakan pendapat lain yang
layak mengenai proteksi. Kebijkan terebut mengusulkan bahwa dengan mendorong
industry berteknologi tinggi, suatu Negara dapat meraup eksternalitas ekonomi besar-
besaran yag berasal dari industry tersebut dan mendorong prospek pertumbuhannya di
masa depan. Kebijakan industry dan perdagangan strategis, bagaimanapun
menghadapi berbagi kesulitan praktis karena sulit bagi Negara untuk memilih
pemenagnya dank arena kebijakan tersebut memicu pembalasan. Jadi perdagangan
bebas masih menjadi kebijakan terbaik sejahu ini.

F. Sejarah Kebijakan Perniagaan Amerika Serikat


Smoot-Hawley Tariff Act 1930 menyebabkan rata-rata tariff impor tertinggi di
Amerika Serikat sebesar 59% pada 1932 , yang memicu pembalasan dari Negara
asing . Trade greements Act 1934 memberi wewenang pada presiden untuk
menyepakati penurunan tariff yang menguntungkan hingga 50% menurut pinsip yang
paling menguntungkan negara . klemahan serisnya adalah pendekatan bilateral.
General agreements on tariffs adan Trait (GATT) ditunjukkan bagi perdagangan yang
lebih bebas berdasarkan pada onn diskriminasi, peundingan, dan penghapuan
hambatan perdaagangannontarif, kecuali pada bidang pertanian dan di egara yang
mngalami kesulitan di neraca perad Ekpansion Act 1962, Ametika Seeriakat
menypakati penurunan taarif dengan rata-rata 35% terhadap produk industry pada
putaran Kennedy, yang berakhir pada 1967. Trade Expension Act 1962 juga
menggantikan doktrin tanpa meruggi dngan bantuan pemulihan. Menurut wewenag
Trade Reform Act 1974, Amerika Serikat menyepakati penurunan tarif dengan rata-
ata 31% pada putaran Tokyo, yang berakhir pada 1979, dan menerima tata tertib
berupa hambatan perdagangan nomial. Trade Act 1988 memperkuat prosedur
pembalasan Amerika Serikat melawan Negara yabg membatasi ekspor Amerika
Serikat besar-besaran.

43
44
BAB X INTEGRASI EKONOMI CUSTOMS UNIONS DI AREA PERDAGANGAN
BEBAS

A. Customs Unions Pencipta Dagang


Integrasi ekonomi mengacu pada kebijakan perdagangan yang secara
diskriminatif menurunkan atau menhapuskan hambatan perdagangan hanya di antara
negara-negara yang bergabung bersama.Pada perjanjian dagang istimewa (seperti
British Commonwealth Preference Schene) hambatan perdagangan diturunkan untuk
perdagangan antaranegara yang turut serta saja.Area perdagangan bebas (yakni EFTA
dan NAFTA) menghapus seluruh hambatan perdangan di antara anggotanya, tetapi
tiap-tiap negara mempertahankan hambatan perdagangan sendiri dengan bukan
anggota. Customs Unions (yaitu Uni Eropa) bergerak lebih jauh dengan menggunakan
kebijakan perniagaan bersama terhadap dunia luar.Pasar bersama (Uni Eropa sejak
1993 dan Mercosur di masa datang) masih bergerak lebih jauh dengan
memperkenalkan pergerakan bebas tenaga kerja dan modal di antara negara
anggotanya.Serikat ekonomi menyelaraskan (yakni Benelux) atau bahkan
mempersatukan (yakni Amerika Serikat) kebijakan fiskal dan moneter dari para
anggotanya

B. Customs Unions Pengalih Dagang


Pengaruh ekuilibrium sebagian yang statis dari customs unions diukur dalam
hal penciptaan dagang dan pengalihan dagang. Penciptaan dagang terjadi ketika
beberapa produksi dalam negeri pada anggota serikatnya tergantikan oleh impor
berbiaya rendah dari negara angota lainnya.Hal ini meningkatkan spesialisasi
produksi dan kesejahteraan di customs unions.Customs unions pencipta dagang juga
meningkatkan kesejahteraan bukan anggotanya kareana beberapa kenaikan
pendapatan riilnya menetes kepada naiknya impor dari seluruh dunia
Pengalihan dagang terjadi ketika impor berbiaya rendah dari luar customs
unions tergantikan oleh impor berbiaya tinggi dari anggota serikat lainnya.Dengan
adanya pengalihan dagang hal ini menurunkan kesejahteraan karena hal tersebut
menjauhkan produksi dari keunggulan komporatif.Custom unions pengalih dagang
mendorong penciptaan dagang dan pengalihan dagang serta menaikkan atau
menurunkan kesejahteraan, tergantung pada kekuatan relatif dari kedua tenaga yang
berlawanan tersebut.
C. Teori Terbaik Kedua dan Pengaruh Kesejahteraan

45
Teori mengenai customs Unions merupakan kasus khusus dari teori terbaik
kedua.Hal ini merumuskan bahwa ketika seluruh kondisi yang diperlukan untuk
mencapai kesejahteraan sosial maksimal atau Pareto optimal tidak dapat
terpenuhi,mencoba memenuhi sebanyak mungkin kondisi tersebut tidak akan
mendorong hingga posisi kesejahteraan terbaik kedua.Kondisi sewaktu pembentukan
customs unions lebih cenderung mendorong penciptaan dagang dan meningkatkan
kesejahteraan diketahui dengan baik secara teoretis.Pengaruh statis lain dari customs
unions berupa penghematan administrasi dan semakin besarnya daya tawar.Akan
tetapi, pengaruh customs unions tehadap masing-masing neraca perdagangan
anggotanyabelum jelas.

D. Manfat Dinamis dari Customs unions


Selain tambahan kesejahteraan statis, negara yang membentuk customs unions
cenderung menerima tambahan dinamisyang banyak dari naiknya persaingan,skla
ekonomi,dorongan investasi,dan penggunaan sumber daya ekonomi yang lebih baik.

E. Sejarah Usaha Integrasi Ekoomi


Uni Eropa dibentuk pada 1958 oleh Jerman
Barat,Prancis,Italia,Belgia,Belanda dan Luksemburg.Inggris,Denmark, dan Irlandia
turut bergabung pada tahun 1973; Yunani di 1981; Spanyol dan Portugal pada 1986;
dan Austria,Finlandia,dan Sweden pada 1995, serta Polandia,Hungaria,Republik
Cek,Slovakia,Estonia,Lituania,Latvia,Malta, dan Siprus pada 2004.Perdagangan
bebas barang industri dan harga pertanian bersama tercapai pada 1968 dan pasar
bersama seutuhnya pada 1993. Uni Eropa mendorong ekspansi dagang barang industri
tetapi mengalihkan perdagangan prodiuk pertanian.Pada 1993,Amerika
Serikat,Kanada,dan Meksiko menandatangani North American Free Trade Agreement
(NAFTA). Berbagai usaha integrasi ekonomi oleh negara berkembang telah
mengalami sedikit kesuksesan,kecuali pada Pasar Bersama Selatan,atau
Mercosur.Anggotanya adalah Brasil,Argentina,Paraguay,dan Uruguay.Selama dekade
akhir,telah terdapat perkembangan perjanjian perdagangan bebas (FTA).

46
BAB XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

A. Peran Perdagangan Terhadap Pembangunan


Meskipun tingkatkan dan taraf pembangunan ekonomi sangat bergantungan
pada kondisi Internal di negara berkembang,perdagangan internasional dapat
berkontribusi signifikan terhadap proses pembangunan.Beberapa ekonom,khususnya
Prebisch,Singer, dan Myrdal, menyakini bahwa perdagangan internasional dan fungsi
dari sistem ekonomi internasional saat ini menguntungkan negara maj dengan beban
dari negara berkembang.
Meskipun kebutuhan akan teori dinamis perdagangan masih ada,teknik
perbandingan statis dapat memperluas teori dinamis perdagangan internasioanl
menjadi perubahan yang tak terpisahkan di dalam sokongan faktor,teknologi, dan
selera. Akibat kondisi permintaan dan penawaran yang kurang disukai,perdagangan
internasional saat ini diperkirakan tidak dapat menjadi mesin pertumbuhan di daerah
yang saat ini mapan di abad sembilan belas.Akan tetapi,perdagangan masih
memainkan peran pendukung yang sangat penting.

B. Neraca Perdagangan dan Pembangunaan Ekonomi


Neraca perdagangan komoditas,atau barter (N) mengukur pergerakan
sepanjang waktu harga ekspor negara tehadap harga impornya.Neraca perdagangan
pendapatan (I) mengukur kapasitas ekspor negara terhadap impornya.Nerca
perdagangan faktor tunggal(S) mengukur jumlah impor yang diperoleh negara tiap
unit faktor dalam negeri yang melekat pada ekspornya. I dan S lebih penting daripada
N di negara berkembang,tetapi sebagian besar pembahasan dan kontroversi berada
dalam bentuk N (karena paling mudah diukur). I dan S dapat meningkat jika N
menueun.Prebisch dan Singer berpendapat bahwa N memiliki kecenderungan
menurun di negara berkembang karena sebagian besar kenaikan produktivitasnya
tercermin olrh lebih rendahnya harga pada ekspor pertaniannya.Studi empiris
menunjukkan bahwa di negara berkembang, N menurun selama seabad lalu tetapi I
meningkat besar-besaran akibat kenaikna tajam volume ekspor.
C. Ketidakstabilan Ekspor daan Pembangunan Ekonomi
Tidak terkait dengan penurunan neraca perdagangan sekuler atau jangka
panjang, negara berkembang juga menghadapi fluktuasi jangka pendek yang lebih
besar pada harga ekspor dan penerimaannya daripada negara maju akibat kekakuan
harga dan ketidakstabilan permintaan akan penawaran ekspornya.Akan
tetapi,kemutlakan tingkat ketidakstabilan ekspor tidak begitu besar, dan , di

47
kebanyakan kasus, tidak terlihat menganngu pembangunan.Di masa lalu,negara
berkembang meminta perjanjian komoditas internasional untuik menstabilkan dan
meningkatkan harga dan penerimaan ekspornya.Hal ini melibatkan stok
penyangga,kendali ekspor,atau perjanjian pembelian.Hanya sedikit saja yang
beroperasi saat ini,dan tidak ada yang terlihat efektif.Besarnya pengeluaran yang
diperlukan untuk membentuk dan menjalankan perjanjian komoditas tidak
menunjukkan penggunaan sumber daya yang paling baik.
D. Subtitusi Impor dan Orentasi Ekspor
Selama 1950-an,1960-an, dan 1970-an, sebagaian besar negara berkembang
melakukan usaha keras untuk berindustrialisasi melalui kebijakan substitusi
impor.Hasil umumnya adalah industri yang tidak efisien,intensitas modal berlebih dan
kecilnya penyerapan tenaga kerja,pengabaian pertanian, dan bahkan semakin besarnya
masalah neraca pembayaran.Semenjak akhir 1980-an, banyak negara berkembang
telah beralih menuju kebijakan berorientasi ekspor dan lebih memerhatikan
pertaniannya.
E. Masalah Saat Ini Dihadapi Negara Berkembang
Masalah paling serius yang dihadapi negara berkembang saat ini adalah (1)
kondisi kemiskinan akut yang terjadi di banyak negara, terutama Afrika Sub-Sahara,
(2) utang luar negeri yang berkesinambungan di berbagai di negara berkembang
termiskin, terutama Afrika Sub-Sahara, dan (3) proteksionisme di negara maju
terhadap ekspor negara berkembang.Negara berkembang harus menangani masalah
ini dengan meminta Tatanan Ekonomi Internasional Baru (NIEO) kepada perserikatan
Bangsa-Bangsa dan badan khususnya UNCTAD Globalisasi bukanlah penyebab
kemiskinan dunia, tetapi globalisasi tidak.Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa-
Bangsa saat ini telah mengajukan delapan poin Tujuan Pembangunan Milenium
untukl menyebarkan manfaat globalisasi ke nonglobalizer dan menjadikannya
berfungsi bagi kaum miskin.

48
BAB XII PERGERAKAN SUMBERDAYA INTERNASIONAL DAN PERUSAHAAN
MULTINASIONAL

A. Beberapa data Arus Modal Internasional


Jika di hitung berdasarkan nilai pasar atau harga yang berlaku pada saat ini ,
penanaman modal asing keluar negeri telah dilampaui modal oleh modal asing dari
Negara lain ke Amerika, sedangkan sejak tahun 1990-1992 arus keluar modal dari
amerika serikat ke Negara-negara lain kembali melampaui arus masuk modal dari
Negara lain ke Amerika Serikat . Di penghujung taun 1992 total asset milik pihak
asing di Amerika serikat melebihi nilai total asset milik Amerika Serikat yang tersebar
di berbagai Negara. Hal ini menyebabkan Amerika serikat menjadi Negara
penghutang bersih yang nilainya mencapai 110 miliar dolar apabila investasi langsung
dihitung berdasarkan biaya sekarang ,atau sebesar 206 miliar dolar apabila
penanaman modal asing di Amerika serikat dihitung berdasarkan nilai pasarnya .
Perubahan status dari Negara kreditor bersih, yakni yang Negara investasinya
keluar negeri lebih besar ketimbang investasi asingyang masuk kedalamnya menjadi
Negara penghutang bersih yakni Negara yang jumlah investasinya keluar negeri lebih
kecil ketimbang jumlah investasi yang diterimanya dari Negara-negara lain . Ini
merupakan suatu hal yang cukup mengagetkan warga amerika sendiri karena selama
berpuluh-puluh tahun, Amerika serikat dikenal sebagai Negara kreditor terbesar di
dunia .
Kenyataan tersebut seringkali menimbulkan perdebatan di kalangan ekonomi,
politisi, dan pejabat pemerintah di amerika serikat mengenai manfaat dan resiko yang
terkandung dalam perkembangan terakhir . Mengenai perubahan status amerika
serikat dari Negara kreditor bersih menjadi terutang bersih . mengungkapkan fakta
penanaman modal asing ameriika serikat di Negara-negara eropa mengalami
peningkatan yang lebih cepat ketimbang investasi amerika serikat yang tercurah ke
Negara-negara amerika latin . Penurunan itu sendri diakibatkan oleh berlarut-larutnya
masalah utang internasional yang dihadapi oleh sebagaian besar amerika latin ,
penanaman modal asing amerika serikat ke modal asing mengalami peningkatan yang
lebih cepat ketimbang penanaman modal asing amerika serikat ke eropa , jepang dan
kanada .
Alasan alas an terjadinya penurunan tajam atas jumlah pinjaman Negara-
negara berkembang mudah sekali di tebak , yakni runtuhnya kepercayaan masyarakat
kreditor internasional terhadap kemampuan Negara-negara berkembang tersebut

49
untuk dapat membayar kembali hutang-hutangnya . apa yang disebut sebagai krisis
utang internasional tersebut benar-benar memangkas arus financial kebanyak Negara
dunia ketiga .Namun sebab- sebab pergeseran mendadak amerika serikat menjadi
importir modal netto sampai sekarang masi sebagai bahan perdebatan sengit ,
kelompok yang optimis menghubungkan impor modal itu denganmunculnya berbagai
kesempatan investasi baru di amerika yang memikat minat para investor
mancanegara. sebaliknya , kelompok pesimis mengatkan bahwa amerika serikat
semata-mata menggeser konsumsinya k masa depan dengan mengorbankan masa
datang . Sebagian besar indicator empiris yang ada ternyata lebih mendukung
interpretasi dari kelompok pesimis . meskipun demikian perselisihan pendapat
mengenai hal itu masih saja berlangsung hingga saat ini . Di samping itu untuk
pertama kalinya para investor di berbagai negar amaju juga melirik bursa saham di
Negara-negara berkembang yang memang mulai mekar sebagai lahan investasi yang
menguntungkan . Kehadiran para investor Negara ini lbih lanjut memberi dorongan
yang kuad bagi berkembang nya bursa saham di Negara-negara berkembang itu

B. Pengaruh Kesejahteraan dari Arus Modaal Internasional


Pada pembagian bahasan atau sub Bab ini kita akan mempelajari motif-motif
berlangsungnya investasi fortopolio dan investasi langsung keluar negeri . pada
dasarnya motif pokok untuk kedua investasi asing tersebut sama saja, yakni
menempatkan dana modal pada lahan bisnis yang paling menguntungkan . Meskipun
demikian ada beberapa perbedaan yang harus diperhatikanmengingat penanaman
modal asing langsung memerlukan penjelasan tambahan yang tidak terjccantum pada
modal pokok yang dimaksudkan untuk menjelaskan investasi portofolio internasional
1. Motif Investasi Portofolio Internasonal
Motif utama bagi berlangsungnya invastasi portofolio internasional adalah
memperoleh keuntungan (berupa suku bunga, potongan harga, atau deviden) yang
lebih besar di luar negeri. Jadi, penduduk di suatu negara akan tertarik untuk
membeli surat-surat berharga dari negara lain jika tingkat hasil atau keuntungan
yang dijanjikannya lebih tinggi. Prinsipnya adalah maksimalisasi keuntungannya
yang sederhana. Dalam jangka panjang, suku bunga atau tingkat hasil yang
dibuahkan oleh surat-surat berharga antarnegara akan cenderung sama, karena
satu sama lain akan bersaing dalam memperebutkan para investor. Menurut model
pokok Heckscher-Ohlin, pada awalnya tingkat hasil untuk modal di negara yang
miskin modal akan lebih tinggi. Hal ini tentunya akan mengundang datangnya

50
para investor dari negara- negara lain. Namun karena negara lain tidak ingin
kehilangan investor, maka mereka pun berusaha untuk meningkatkan laba
sekuritasnya.Model atau teori investasi potofolio tersebut memang dapat
menjelaskan dasar yang kita butuhkan, yakni bahwa motif pokok investasi adalah
untuk memporeleh keuntungan maksimal.
Untuk menjelaskan berlangsungnya aruus modal internasional dua arah,
elemen resiko harus diperhitungkan. Artinya, para investor sesungguhnya tidak
hanya tertarik pada tingkat keuntungannya saja, namun mereka juga
memperhatikan besar-kecilnya risiko yang terkandung dalam suatu bentuk
investasi. Risiko obligasi atau surat berharga itu bervariasi, mulai dari
kemungkinan bangkrutnya lembaga yang menerbitkannya sampai dengan gejolak
nilai pasarnya. Demikian pula halnya dengan saham, resikonya bervariasi mulai
dari kemungkinan bangkrutnya perusahaan penerbitnya sampai dengan lonjakan-
lonjakan dan kemorosotan nilai pasarnya, serta besarnya kemungkinan bahwa
tingkat hasil atau deviden yang dibuahkannya akan lebih rendah dari yang
diperkirakan semula. Semuanya mengakibatkan kerigian.
Dengan demikian, para investor pada umumnya senantiasa memadukan
perhitungan keuntungan dengan perhitungan resiko, masinng-masing dalam
komposisi yang seimbang. Seorang investor mungkin mau membeli sekuritas
yang resikonya tinggi asalkan bunga atau keuntungannya sangat besar. Demikian
pula sebaliknya, seorang investor mungkin akan bersedia membeli sebuah
sekuritas, katakanlah obligasi, yang berbunga relative rendah namun jika
resikonya sangat kecil.
Teori portofolio memberitahukan bahwa dengan meninvestasikan modal ke
dalam lebih dari satu jenis sekuritas yang tingkat hasilnya saling mempengaruhi,
maka tingkat hasil tertentu akan di peroleh dengan resiko yang lebih rendah,atau
tingkat hasil yang lebbih tinggi akan dapat diraih dengan bobot resiko yang sama.
Karena hasil-hasil sekuritas asing (masing-masing tergantung terutama pada
kondisi ekonomi di negara atau perusahaan yang menerbitkan) cenderung lebih
terkait satu sama lain daripada sekuritas-sekuritas domestic, maka penggabungan
sekuritas domestic dan sekuritas asing secara sekaligus akan dapat menciptakan
tingkat hasil yang lebih tinggi lagi, atau menurunkan kadar resiko lebih rendah
lagi. Artinya, dengan membeli sekuritas dari luar negeri dan domestic, seorang
investor akan memperbesar kemungkinan tingkat hasil dan atau menurunkan

51
kadar resikonya secara keseluruhan, dibandingkan jika investor membeli sekuritas
asing saja, atau sekuritas domestic saja.
2. Motif Penanaman Modal Asing
Motif-motif bagi berlangsungnya investasi asing secara langsung sama saja
dengan motif bagi investasi portofolio, yakni untuk memperoleh tingkat hasil
yang setinggi mungkin dan mendiversifikasikan atau memecahkan resiko.
Investasi asing portofolio maupun investasi secara langsung juga dilakukan untuk
menghindari pajak yang terlalu berat di suatu nagara, atau untuk mendukung
kegiatan bisnis di suatu nagara yang sarana infrastrukturnya belum memadai.
Data-data yang ada manunjukan perusahaan-perusahaan yang dimiliki orientasi
internasional (baik karena ia giat mengadakan ekspor atau memiliki fasilitas
produksi di negara lain) biasanya memiliki tingkat laba yang lebih tinggi, dan
variabelitas gejolak labanya lebih rendah (artinya lebih stabil) daripada
perusahaan-perusahaan domestic murni.
Ada beberapa hal yang bisa dikemukakan untuk menjelaskan hal tersebut.
Salah satu diantaranya yang paling penting adalah banyak perusahaan-perusahaan
besar (biasanya yang bergerak dalam pasarr-pasar yang monopolistic
oligopolistik) memiliki pengetahuan produksi atau keterampilan manajerial yang
unik yang akan dimanfaatkan untuk mencetak keuntungan lebih besar jika
keunggulannya diterapkan di luar negeri. Dorongan untuk beroperasi ke luar
negeri menjadi lebih besar,kareana pasar domestic sudah mereka kuasai. Dalam
situasi seperti itulah, sebuah perusahaan akan melakukan penanaman modal asing
secara langsung di negara lain. Langkah ini melibatkan integrasi horizontal atau
perluasan kegiatan prooduksi ke wilayah yang lebih luas.
Alasan penting lainnya bagi perusahaan untuk mengadakan penanaman modal
asing secara langsung adalah memperoleh control atas jalur pasokan bahan-bahan
mentah atau komoditi primer yang mereka butuhkan di luar negeri. Seandainya
mereka dapat menguasai jaluur pasokan itu, maka mereka akan memperoleh
suplai bahan mentah secara kontinyu dengan harga yang relative murah. Itulah
yang biasa disebut integrasi vertical yang merupakan bentuk dari sebagian besar
penanaman modal asing langsung di negara-negara berkembang dan sejumlah
negara maju yang kaya dengan bahan tambang.

C. Pengaruh Kesejahteraan dari Arus Modal Innternasional


Dampak-dampak kesejahterraan yang ditimbulkan oleh berlangsungnya arus
modal internasional bagi negara sumber investasi dan negara penerima atau tuan

52
rumah investasi bisa disajikan secara grafis dan yang tidak terungkap dalam analisis
grefis
1. Pegaruh di Negara Sasarann dan Investor

Dapat diasumsikan bahwa kedua negara tersebut mengadakan hubungan


ekonomi (perdagangan dan atau investasi internasional) sehingga berlangsungnya
pergerakan modal internasional di antara keduanya. Karena tingkat hasil modal di
Negara 2 (OH) lebih tinggi daripada yang terdapat di negara 1(OC), maka
sebagai modal di Negara 1 akan pindah ke Negara 2 (sebanyak AB),dan
perpindahan modal ini lambat laun akanmenyamakan tingkat hasil modal di kedua
negra tersebut sebesar BE(=ON=OT). total produksi domestic di Negara 1
berubah menjadi OFEB. Namun karena sebagian modalnya berada di nagara lain,
maka hasil investasi di luar negeri itu juga harus ditambahkan, yakni sebanyak
ABER, sehingga toal pendapatan nasioanl Negara 1 adalah OFERA. Tinggkat
produksi ini lebih tinggi ketimbang yang ada sebelum berlangsungnya investasi
antar Negara tersebut. Berkat berpindahnya sebagian modalnya ke Negara lain
yang tingkat hasilnya lebih tinggi, maka toal pendapatan nasional Negara 1
meningkat sebanyak ERG. Disamping itu, berkatt adanya arus modal internasional
secara bebas tersebut, total tingkat hasil modal menurun di Negara 1 meningkat
menjadi ONRA, sedangkan tingkat hasil bagi factor- faktor produksi lainnya
menjadi NFE.
Arus masuk modal ke Negara 1 sebanyak AB ke Negara 2 akan menurunkan
tingkat hasil modal di nagara itu dari OH menjadi OT. Karena modalnya kini
lebih banyak , maka total produksi domestic di negara2 akan bertambah dari

53
OJMA menjadi OJEB. Dalam kalimat lain negara2 mengalami kenaikan
produksi sebanyak ABEM . Sebagian dari kenaikan produksi tersebut, yakni
sebesar ABER, akan di terima oleh Investor asing sehingga keuntungan itu berupa
kenaikan total produksi yang di terima oleh Negara 2 sebesar ERM. Tingkat hasil
dari pemilik modal domestic di Negara 2 akan turun dari OHMA menjadi
OTRA. Sementara itu tingkat hasil bafi factor-faktor produksi secara keseluruhan
akanmeningkatkan dari HJM menjadi TJM .
2. Pengaruh Lain di Negara Sasarran dan Investor
Dapat diasumsikan bahwa kedua factor produksi yg ada ,yakni modal dan
tenaga kerja seluruhnya terserap dalam kegiatan-kegiatan industri, baik sebelum
ataupun sesudah transfer modal antar Negara . Jadi meskipun Neguara sumber
investasi secara keseluruhan memperoleh keuntungan dari berlangsungnya
transfer modal ke Negara lain,ada sebagian warganya ( yakni para pekerja) yang
mengalami kerugian . Itu berarti transfer modal mengakibatkan redistribusi
pendapatan domestic dari para pemilik factor produksi tenaga kerja ke para
pemilikifaktor pemilik modal . Atas dasar alas an ini Lah maka serikat-serikat
buruh di berbagai Negara sumber investasi,seperti di amerika serikat acap kali
menentang dilakukanya investasi oleh perusahaan perusahaan di Amerika ke
luar negeri .
Di lain pihak , redistribusi pendapatan domestic juga terjadi di Negara tuan
rumah atau penerima investasi . Transfer modal internasional juga mempengaruhi
neraca pembayaran kedua Negara tersebut pada dasarnya, neraca pembayaran
suatu Negara menghitung total penerimaan suatu Negara dari Negara-negara lain.
Pada saat suatu menerima investasi dari Negara lain maka pengeluaran luar negeri
bagi Negara sumber investasi akan menurun sehingga ia akan mengalami deficit
necara pembayaran ( kelebihan penawaran luar negeri dari penerimaan luar
negeri) . Investasi kemancanegara merupakan salah satu penyebab deficit
pembayaran neraca, hal ini mendorong pemerintah untuk membatasi arus keluar
modal ke Negara-negara lain .
Meskipun demikian , defisit neraca pembayaran yang dialami oleh Negara
sumber investasi tidak berlangsung lama . Meskipun pada awalnya transfer modal
dan meningkatnya pengeluaran luar negeri akan menciptakan defisit , namun
peningkatan ekspor barang-barang modal, suku cadang dan berbagai produk
pendukung lainnya ke Negara penerima investasi , akan menciptakan pemasukan

54
sehingga defisit neraca pembayaran Negara sumber investasi akan berkurang ,
atau bahkan lenyap ( bisa pula menjadi surplus)

D. Perusahaan Multinasional
Salah satu perkembangan paling penting dalam ekonomi internasional sejak
usianya perang dunia kedua adalah muncul dan berkembangnya perusahaan
perusahaan multinasional atau kadang disebut pula perusahaan transnasional .
Perusahaan multinasional adalah suatu badan usaha yang memiliki , mengendalikan
dan atau mengelola fasilitas-fasiltas produksi yang di sebar di sejumlah Negara .
Dewasa ini perusahaan-perusahaan multinasional secara keseluruhan menguasai lebih
dari 20 % output dunia , sedangkan nilai transaksi perdagangan intra perusahaan
( yakni perdagangan antar perusahaan induk dengan cabang-cabang atau anak-anak
perusahaannya yang tersebar di berbagain negara ) mencapai 25% dari seluruh nilai
perdaganangan manufaktur di dunia . Beberapa perusahaan multinasional seperti
general motor dan Exxon, benar-benar berukuran raksasa dan nilai penjualan tahunya
mencapai puluhan miliar dolar , jumlah ini melampaui pendapatan nasional dari
sebagian besar Negara yang ada di dunia ini.bahkan banyak pengamay yang
mengatakan bahwa keprkasaan ekonomi dari sejumlah perusahaan multinasional jauh
mengguguli banyak Negara,tidak hanya Negara berkembang namun juga Negara
maju. Di samping itu, sebagian besar penanaman modal asing langsung internasional
juga di lakukan oleh perusahaan- perusahaan multinasional tersebut. Dalam
prosesnya, perusahaan induk biasanya menyertai rekanan atau perusahaan
patungannya di luar negri dengan keahlian manejerial,teknologi,suku
cadang,organisasi pemasarandan juga modal yang bersangkutan. Dalam kalimat lain,
perusahaan multinasional itu menguasai jumlah besar perusahaan yang tersebar di
berbagai Negara, baik di Negara maju maupun Negara berkembang. Pada bagian
pembahasan ini pertama-tama kita akan mempelajari sebab-sebab atau alas an
keberadaan perusahaan multinasional iyu, disusul dengan kajian berbagai masalah
yang dewassa ini mereka timbulkan baik itu terhadap Negara asalnya maupun
terhadap Negara tuan rumah..
Seperti dikethui, sejumlah besar perpindahan modal antarnenegara mengambil
bentuk berupa penanaman modal asing langsung . Yang dimaksudkan dengan
penanaman modal asing langsung adalah suatu arus modal internasional dimana
perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas atau jaringan bisnisnya di
Negara-negara lain . Salah satu cirri yng menonjol dari penanaman modal asing

55
langsung kini adalah hal tersebut melibatkan bukan hanya pemindahan sumber daya,
akan tetapi juga memberlakukan pengendalian asing . Artinya,cabang atau anak
perusahaan itu tidak hanya diikat dengan kewajiban financial kepada induk
perusahaanya, akan tetapi secara keseluruhan ia adalah begian integral dari struktur
organisasi perusahaan induk , sehingga anak atau cabang perusahaan ini merupakan
perpanjangan tangan perusahaan induk yang berada di Negara asalnya . Sagala
macam keputusan penting tetap di ambil dari pusat . Perusahaan perusahaan
multinasional sejjak lama telah berfungsi sebagai suat wahana bagi kegiatan pinjam
meminjam internasional . Perusahaan-perusahaan induk seringkali mengirimkan
modal bagi anak-anak perusahaannya di luar negeri, dan ini adalah penanaman modal
asing langsung yang merupakan salah satu alternative untuk mencapai hal yang sama
dengan peminjaman internasional . namun disini masih ada pertanyaan yang belum
terjawab, yaitu mengapa manajemen perusahaan asing memilih cara penanaman
modal langsung dan bukan cara lain, misalnya saja dalam bentuk transfer dana perlu
di perhatikan bahwa untuk kasus-kasus tertentu, keberadaan operasi perusahaan-
perusahaan multinasional tidak selalu mencerminkan adanya arus modal neto dari
suatu Negara ke Negara lain . perusahaan multinasional kadang kala sekedar
penghimpun dana untu keperluan anak-anak perusahaannya di Negara dimana anak-
anak perusahaan tersebut beroperasi , sebagai alternative dari perluasan operasi bisnis
dari perusahaan induk di Negara asalnya sendiri . Lebih lanjut,belakangan ini terdapat
adanya kecenderungan kuat bagi terjadinya penanaman modal asing secara langsung
di antara sesame Negara industri : Misalnya perusahaan di Amerika serikat
memperluas anak perusahaannya di eropa dan pada saat yang sama perusahaan eropa
memperluas anak perusahaanya di amerika serikat . Hal terpenting yang ingin di
tekankan disini adalah, meskipun perusahaan-perusahaan mutinasional terkadang
memang berfungsi wahana untuk arus modal internasional, namun belum tentu
penanaman modal asing langsung itu merupakan alternative utama bagi Negara-
negara yang hendak meminjam dan yang memberi pinjaman di lain pihak, tujuan
utama dari penanaman modal asing adalah untuk memungkinkan pembentukan
organisasi-organisasi multinasional . jadi tujuan utamanya adalah perluasan
pengendalian . Akan tetapi mengapa perusahaan-perusahaan multinasional itu selalu
berusaha untuk memperluas pengendalianya ? kita harus mengakui bahwa sejak
semula para ekonom tidakmempunyai sebuah teori lengkap mengenai perusahaan

56
multinasional seperti teori-teori ekonomi internasional yang sudah banyak miliki .
Namun, ada sedikit teori mengenai masalah ini, yang kini akan kita bahas

E. Motif dan Pengaruh Kesejahteraan dari Migrasi


Pada dasarnya tenaga kerja merupakan sumber daya atau factor produksi secara
internasional . namun di sepanjang sejarah terdapat catatan lonjakan migrasi
internasional pada periode-periode tertentu
1. Motif-motif Migrasi tenaga Kerja Internasional
Keputusan seorang pekerja untuk bermigrasi atas dasar alasan-alasan ekonomi
dapat di analisis melalui pola dan perangkat yang sama ketika mempelajari motif-
motif investasi internasional. Secara spesifik, migrsi itu, sama halnya dengan
berbagai bentuk investasi,melibatkan biaya dan keuntungan. Ada pun biaya yang
tercakup dalam proses migrasi antara lain adalah biaya transportasi dan biaya
oportunitas berupa hilangnya pendapatan karena seseorang harus meluangkan
waktu yang cukup banyak untuk menyelenggarakan prose perpindahan dan
mencari pekerjaan baru ditempatnya yang baru. Di samping itu masih cukup
banyak biaya lain yang tidak mudah dihitung seperti hilangnya keakraban dengan
sanak saudara dan para sahabat, tekanan untuk mempelajari kebudayaan, pola
prilaku dan bahasa yang baru, adanya resiko kegagalan dalam menemukan
pekerjaan baru atau tempat mencari nafkah yang cocok di Negara yang baru,
keharusan untuk mencari tempat hunian yang baru, dan sebagainya. Namun
sebagian besar biaya non-ekonomi tersebut biasanya pupus oleh besarnya harapan
para migran untuk mendapatkan pendapatan dan penghidupan yang lebih
menyenangkan. Itulah sebabnya migrasi senantiasa terjadi.
2. Pengaruh kesejahteraan dari Migrasi Tenga kerja Internasional
Dampak-dampak kesejahteraan dari migrasi tenaga kerja internasional
terhadap Negara sumber dan Negara penerima tenaga kerja migran dapat
dianalisis melalui teknik diagram yang sama seperti yang telah digunakan untuk
menganalisis dampak-dampak kesejahteraan yang di timbulkan oleh pergerakan
modal internasional
3. Pengaruh Kesejahteraan Lain dari Migrasi Tenaga Kerja internasional
Sampai sekian jauh, secara implicit pada asumsi bahwa semua tenaga kerja
tidak terampil. Namun dari pengamatan sekilas terhadap kenyataan yang ada
langsung mengetahui bahwa sesungguhnya kualitas tenaga kerja sangat bervariasi.
Tingkat pendidikan, latihan kerja, dan kesehatan yang berbeda-beda menjadikan
seluruh angkatan kerja terbagi-bagi menjadi sejumlah golongan.

57
58

Anda mungkin juga menyukai