Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS KESEIMBANGAN UMUM MAKRO EKONOMI

A. PENGANTAR
Sebelum tahun 1930an pemikiran ekonomi lebih banyak didominasi oleh
pemikiran ekonomi mikro walaupun pemikiran ekonomi makro sudah ada dalam
pembicaraan tetapi belum intensif dan juga belum dinamai dengan teori ekonomi
makro. Ketika muncul pertanyaan kenapa orang-orang jadi menganggur, kenapa pabrik
ditutup, faktor apa yang mempengaruhi pendapatan masyarakat, kenapa harga barang
tidak stabil dan sangat fluktuatif atau kenapa nilai uang semakin merosot, dan lain
sebagainya, maka pada waktu itulah timbul pemikiran tentang teori ekonomi makro
karena ternyata teori ekonomi mikro tidak mampu menjawab pertanyaan diatas. Pada
waktu itulah mulai terjadi pemisahan yang semakin nyata antara teori ekonomi mikro
dan ekonomi makro.
Teori ekonomi mikro yang selama ini mendominasi diskusi para pemikir mulai
beralih kepada aspek-aspek besar atau makro dari ekonomi suatu negara. Sejak itu
lahirlah teori ekonomi makro, tetapi pada waktu itu pemikiran teori ekonom makro yang
dominan adalah apa yang sekarang disebut dengan teori ekonomi makro klasik
(Classical macroeconomic theory). Pada tahun 1937 baru muncul pemikiran baru yang
dilontarkan oleh John Meynard Keynesian sebagai jawaban atas krisis ekonomi yang
dialami Eropa pada masa itu, dimana ekonomi mengalami depresi, pengangguran
terjadi dimana-mana, pabrik bangkrut, dan pendapatan merosot tajam sehingga daya
beli menjadi turun. Teori ekonomi yang ditulis pada tahun 1936 dan tahun-tahun
sebelumnya disebut oleh Keynes sebagai teori makro klasik.

B. PEMBAHASAN
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 1

1. Pasar Barang
Pasar barang adalah pasar dimana semua barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu negara dan dalam jangka waktu tertentu.

Dalam ekonomi konvensional,

kesimbangan umum dapat terjadi apabila pasar barang dan pasar uang ada di dalam
keseimbangan. Dalam keadaan keseimbangan umum ini besarnya pendapatan
nasional (Y) dan tingkat bunga (i) yang terjadi akan mencerminkan pendapatan
nasional (Y) dan tingkat bunga (i) yang seimbang baik di pasar barang maupun di pasar
uang. Namun, dalam ekonomi Islam, system bunga dihapuskan.
Kurva IS menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan
yang muncul di pasar barang dan jasa. Kurva IS juga menyatakan investasi dan
tabungan.
Dengan asumsi perekonomian tertutup, dimana ekspor adalah nol, maka
pengeluaran yang direncanakan sebagai jumlah konsumsi C, investasi yang
direncanakan I, dan pembelian pemerintah G.
E=C+I+G
Dimana : C = C(Y T)
Persamaan ini menunjukkan bahwa konsumsi tergantung pada pendapatan
disposibel (Y T), yang merupakan pendapatan total Y dikurangi pajak T. Diasumsikan
investasi yang direncanakan adalah tetap I, dan kebijakan fiskal-tingkat pembelian dan
pajak pemerintah- adalah tetap G dan T. Sehingga dikombinasikan menjadi :
E = C(Y T) + I + G
Selanjutnya perekonomian berada dalam keseimbangan (equilibrium) ketika
pengeluaran aktual sama dengan pengeluaran yang direncanakan. Asumsi ini
didasarkan pada gagasan bahwa ketika rencana orang-orang telah direalisasikan,
mereka tidak mempunyai alasan untuk mengubah apa yang mereka lakukan.
Mengingat Y sebagai GDP
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 2

aktual tidak hanya pendapatan total tetapi juga pengeluaran total atas barang dan jasa,
sehingga dapat ditulis kondisi keseimbangan sebagai :
Pengeluaran Aktual = Pengeluaran Yang Direncanakan
Y

Dapat disimpulkan, kurva IS menunjukkan kombinasi dari tingkat bunga dan tingkat
pendapatan yang konsisten dengan keseimbangan dalam pasar untuk barang dan jasa.
Perubahan-perubahan dalam kebijakan fiskal yang meningkatkan permintaan terhadap
barang dan jasa menggeser kurva IS ke kanan. Perubahan-perubahan dalam kebijakan
fiskal yang mengurangi permintaan terhadap barang dan jasa menggeser kurva IS ke
kiri.

Menurut teori klasik di pasar barang tidak mungkin terjadi kelebihan atau
kekurangan produksi barang dalam jangka panjang. Kalau terjadi kelebihan maka
dalam waktu yang tidak lama akan terjadi keseimbangan kembali. Pendapat ini didasari
dengan alasan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hukum Say, seorang ahli ekonomi Perancis Jean-Baptiste Say, yang
mengatakan

bahwa

setiap

barang

yang

diproduksi

selalu

ada

yang

membutuhkannya (supply creates its own demand)


2. Harga-harga semua barang dan jasa serta faktor produksi adalah fleksibel, dapat
naik turun sesuai dengan kekuatan pasar. Bila terjadi ketidak seimbangan maka
sifatnya hanyalah sementara.
Hubungan faktor produksi ril dengan produksi ditunjukkan oleh fungsi produksi
agregat seperti berikut:
Y=f(L,K,T)
Dimana Y adalah output yang ditentukan oleh faktor produksi tanaga kerja (L),
modal (K) dan teknologi (T). Dalam jangka pendek modal dan teknologi dianggap
kontan, artinya tidak bisa berubah karena untuk meningkatkan teknologi dan modal
perlu waktu, sehingga dalam jangka pendek output hanya ditentukan oleh tenaga kerja
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 3

(L). Hubungan faktor produksi (tenaga kerja) dan output ini dapat di gambarkan pada
bambar 1 yang menunjukkan hubungan faktor produksi dan output. Bila pemakaian
input tenaga kerja sebesar L1 maka produksi agregat adalah sebesar Y1 dan pada saat
pemakaian tenaga kerja meningkat ke L2 maka produksi agregat juga meningkat ke Y2.
Pemakaian tenaga kerja antara L1 dan L2 mengakibatkan penambahan produksi yang
semakin berkurang untuk setiap panambahan tenaga kerja sebesar satu unit.
Gambar 1

Pada saat pemakaian tenaga kerja sebesar L1 maka produksi yang dihasilkan
adalah sebesar Y1 dan untuk tenaga kerja L2 maka produksi yang dihasilkan adalah
sebesar Y2. Jadi produksi atau output dalam pandangan teeori makro klasik ditentukan
oleh faktor produksi rill tenaga kerja dimana supply tenaga kerja ini ditentukan oleh
pasar tenaga kerja. Dari grafik tersebut jelas bahwa tingkat output ditentukan oleh faktor
produksi rill semata.
2 Pasar Tenaga Kerja
Pasar tenaga kerja tidak berbeda dengan pasar barang dan jasa. Bila harga
(upah) dari tenaga kerja fleksibel maka permintaan dan penawaran tenaga kerja akan
selalu seimbang. Tidak mungkin terjadi pengangguran secara suka rela (voluntarily
unemployed), karena setiap orang akan bersedia bekerja dan menerima upah yang
berlaku di pasar. Gambar 2 menunjukkan, bila terjadi pengurangan permintaan TK,
misalnya karena resesi, dari DL1 menjadi DL2 maka upah TK turun dari W1 menjadi
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 4

W2. Pengangguran ini terjadi karena supply tetap tetapi permintaan menurun. Pada
tingkat upah yng rendah ada sebagian dari TK yang tidak mau bekerja (disebut
menganggur

sukarela

voluntary

unemployed)

yaitu

sebesar

NuNf.

Tetapi

pengangguran ini akan bersifat sementara karena adanya penyesuaian harga-harga


barang dan jasa yang turun sehingga permintaan akan barang akan naik lagi. Naiknya
produksi barang dan jasa mengakibatkan permintaan akan tenaga kerja juga naik,
sehingga kegiatan ekonomi kembali normal atau kembali ke titik keseimbangan
(equilibrium).
Gambar 2

Kebijakan untuk merekayasa upah, misalnya dengan menerapkan upah


minimum, dengan tujuan agar pekerja lebih sejahtera akan berakhir dengan sia-sia.
Upah minimum akan menyebabkan timbulnya pengangguran karena bertentangan
dengan kehendak pasar. Bila ekonomi dalam keadaan full employment, dimana setiap
bekerja dan produksi dalam keadaan kapasitas penuh, maka dalam keadaan seimbang
permintaandan penawaran tenaga kerja adalah sama yaitu Nf, dan upaha adalah Wf.
Karena adanya desakan serikat buruh maka pemerintah pemberlakukan ketentuan
upah minimum yang harus dibayar oleh pengusaha, yaitu sebesar WM. Tujuan
penerapan upah minimum adalah agar kelompok buruh menjadi lebih sejahtera karena
mereka dibayar lebih mahal. Karena upah minimum lebih tinggi dari upah yang berlaku
di pasar maka sesuai dengan hukum pasar permintaan akan turun dan penawaran naik
sehingga yang terjadi justru adalah pengangguran.
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 5

Gambar 3 menunjukkan pasar tenaga kerja dengan upah minimum. Pada saat
ekonomi dalam keadaan full employment (semua orang bekerja) maka upah pada
tingkat Wf dan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan dan diminta adalah Nf. Ketika upah
dipkasa naik menjadi NM maka terjadi kelebihan penawaran dan penurunan permintaan
sehinga terjadi pengangguran sebesar N1N2.
Gambar 3

3. Pasar Uang
Hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul di pasar
uang dinyatakan dengan Kurva LM. Teori preferensi likuiditas menyatakan bahwa
tingkat bunga menyesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan untuk
aset perekonomian yang paling likuid, yaitu uang. Jika M menyatakan penawaran uang
dan P menyatakan tingkat harga, maka M/P adalah penawaran dari keseimbangan
uang riil. Teori preferensi likuisditas mengasumsikan adanya penawaran uang riil tetap.
Penawaran uang M adalah variabel kebijakan eksogen yang dipilih oleh bank sentral.
Tingkat harga P juga merupakan variabel eksogen dalam model ini (dianggap tingkat
harga adalah tertentu (given) karena model IS-LM menjelaskan jangka pendek ketika
tingkat harga adalah tetap).

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 6

Semakin besar jumlah barang atau semakin mahal harga maka semakin besar
pula jumlah uang yang diminta. Dalam bentuk persamaan dapat dinyatakan sebagai
berikut:
Md=kPY
Rumus ini bararti bahwa jumlah permintaan uang ditentukan oleh output atau
income (Y) dan harga barang (P) serta konstanta (k). Konstanta antara lain adalah
kecepatan uang digunakan dalam transaksi, dimana k = 1/V (V adalah kecepatan uang
digunakan atau turn over). Karena dalam jangka pendek income (output) dan konstanta
adalah tidak berubah (tetap) maka jumlah permintaan uang akan ditentukan hanya oleh
harga.

Jadi

permintaan

uang

(Md)

sebanding

dengan

tingkat

harga

(P).

Penawaran uang (supply) akan ditentukan oleh kebijakan moneter yang ditempuh oleh
pemerintah, namun mekanisme pasar akan menyebabkan jumlah uang yang
ditawarkan akan sama dengan permintaan, yaitu:
Md=Ms=kPY
Kenapa kenaikan harga barang dan permintaan uang berkorelasi? Karena bila
jumlah uang yang beredar bertambah maka permintaan barang akan naik juga.
Konsumen atau rumah rangga yang memegang uang lebih banyak, yang berarti
mempunyai income nominal lebih tinggi, akan terdorong untuk berbelanja lebih banyak.
Dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak bertambah karena dibutuhkan waktu
yang cukup untuk menyesuaikan kapasitas produksi dengan naiknya permintaan.
Akibatnya adalah harga barang dan jasa akan naik. Dalam keadaan demikian yang
terjadi adalah inflasi, yaitu naiknya harga-harga umum di pasar barang.
Gambar 4

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 7

Kebijaksanaan fiskal dan moneter juga tidak ada pengaruhnya terhadap output
dan employment. Peningkatan pengeluaran pemerintah misalnya hanya akan
menyebabkan crowding out, yaitu naiknya suku bunga dan selanjutnya investasi akan
turun

sebanding

dengan

dengan

naiknya

jumlah

pengeluaran

pemerintah.

Kebijaksanaan moneter juga tidak berpengaruh terhadap output dan employment.


Tetapi pemotongan pajak (tax cut) akan berpengaruh terhadap output.
4. Pasar Luar Negeri
Menurut teori klasik negara tidak perlu repot untuk menyeimbangkan masalah
neraca perdagangan maupun neraca pembayaran dengan melakukan kebijakankebijakan khusus karena semua ketidak seimbangan tersebut secara otomatis akan
terkoreksi sendiri sehingga keadaan kembali ke titik equilibrium. Misalnya defisit
perdagangan tidak akan terjadi terus menerus karena akan mengakibatkan nilai mata
uang Rupiah rendah sehingga barang import menjadi mahal dan import akan terhenti
dengan sendirinya secara otomatis.
5. Keseimbangan Pasar Barang dan Tenaga Kerja
Keseimbangan pasar barang dan tenaga kerja akan menentukan jumlah
produksi, tenaga kerja (employment) dan tingkat upah seperti yang terlihat pada
Gambar 5.

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 8

Dengan pemakaian tenaga kerja sebesar Lf maka tingkat upah adalah sebesar
Wf dan output yang dihasilkan adalah sebesar Yf. Terlihat pada grafik bahwa tidak ada
yang mempengaruhi berapa besarnya produksi (output) selain dari faktor ril, dalam
kasus ini, tingkat pemakaian tenga kerja. Produksi hanya dapat naik bila pemakaian
faktor produksi juga dinaikkan. Uang tidak bisa mempengaruhi pemakaian tenaga kerja
dan output sehingga pasar uang tidak muncul dalam Gambar 5.
6. Intervensi Pemerintah Dalam Teori Klasik
Pada prinsipnya teori makro klasik ini sama dengan teori pasar bebas atau pasar
bersaing sempurna seperti yang ditemui dalam ekonomi mikro, dimana campur tangan
pemerintah adalah minimal. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam pasar bebas
bila masyarkat dibiarkan berusaha tanpa diintervensi akan menghasilkan kemakmuran
bersama. Dalam situasi yang demikian apa peran pemerintah? Peran pemerintah
terutama adalah membuat persaingan bebas berjalan secara baik, adil dan fair.
Teori Ekonomi Makro Keynesian
John Maynard Keynes tampil dengan pemikiran yang menawarkan solusi
terhadap depressi yang bekepanjangan. Teori yang kemudian disebut dengan teori
ekonomi makro Keynesian ini dapat dikatakan sebagai jalan tengah antara dua ekstrim
klasik yang liberal dengan sistem socialist yang kaku dan sangat sarat dengan campur
tangan pemerintah.
Menurut teori Keynesian asumsi dasar teori ekonomi klsasik adalah tidak benar.
Asumsi bahwa ekonomi bekerja penuh atau full employment, tingkat harga yang
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 9

fleksibel dan informasi yang dimiliki secara sempurna adalah tidak benar atau
bertentangan dengan realitas dan tidak akan pernah tercapai dalam jangka pendek
bahkan juga dalam jangka panjang.Teori Keynesian ini adalah jalan tengah antara teori
Klasik yang tidak meinginkan campur tangan pemerintah sama sekali dan Sosialis yang
esktrim menginginkan campur tangan pemerintah dalam setiap aspek ekonomi negara.
Sistem sosialis hanya memberikan sedikit ruang tersisa bagi masyarakat untuk
berkiprah, berkreatifitas dan mengatur diri sendiri. Kaum sosialis menyalahkan para
kapitalis sebagai penyebab terjadinya krisis dan depressi yang panjang di Eropa.
Selama kaum kapitalis dengan pasar bebasnya dibiarkan terus mengatur ekonomi dan
menguasai pasar maka selama itu pula krisis ekonomi akan selalu menghantui dan
mengintip terus. Hal ini karena kapitalis hanya mementingkan diri sendiri, mencari
keuntungan sebesar-besarnya untuk diri sendiri tanpa menghiraukan orang lain yang
miskin dan lemah. Untuk mengatasi keadaan maka sosialis mengusulkan agar semua
faktor-faktor produksi tidak lagi dikuasai oleh swasta tetapi dikuasai dan diatur oleh
negara. Konsekuensinya produksi tidak lagi dikuasai oleh swasta tetapi diberikan
kepada pemerintah untuk mengaturnya dengan prinsip mengutamakan kepentingan
masyarakat dan negara diatas kepentingan segala-galanya.
Sebagai jalan tengah Keynes mengusulkan agar orang bersedia meninggalkan
ideologi laissez faire yang murni yang terkandung dalam teori ekonomi klasik. Artinya
pemerintah tidak bisa lagi berpangku tangan membiarkan pihak swasta dan masyarakat
berjalan sendiri tetapi pemerintah harus berperan aktif membantu menggerakkan roda
perekonmian. Walaupun faktor produksi dan proses produksi sendiri masih tetap dimiliki
dan dikendalikan oleh pihak swasta tetapi pemerintah harus aktif dalam mempengaruhi
pergerakan ekonomi .Teori Keynesian juga berpendapat bahwa pasar barang, pasar
uang, tenaga kerja dan pasa luar negeri, semuanya saling terkait satu sama lain
sehingga apapun yang terjadi pada salah satu pasar akan berdampak pada pasar yang
lain. Disequilibrium pada pasar uang dengan cepat akan merambat ke pasar barang
seperti yang dialami Indonesia pada waktu krisis ekonomi pertengahan tahun 1997.
1. Pasar barang

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 10

Perbedaan pasar barang menurut Keynesian dengan klasik terletak pada Hukum
Say bahwa permintaan sama dengan penawaran sehingga tidak akan terjadi kelebihan
atau kekurangan permintan atau penawaran. Menurut Keynesian permintaan barang
tidak selalu sama dengan penawaran karena tidak semua income dibelanjakan tetapi
sebagian dari pendapatan tersebut akan disimpan dalam bentuk tabungan (saving).
Tabungan tidak menambah permintaan efektif terhadap barang dan jasa kalau tidak
segera diinvestasikan sehingga akan terjadi kelebihan stok barang atau kelebihan
produksi barang (penawaran). Apa akibat dari ketidakseimbangan permintaan dengan
penawaran ini terhadap perekonomian negara? Ada dua akibat yang akan terjadi.
Pertama, para produsen akan mengurangi jumlah produksi mereka pada tahun
atau periode berkutnya, artinya output atau GDP akan berkurang pada tahun
berikutnya. Bila output berkurang maka dampaknya akan sangat serius terhadap
variabel makro karena income, lapangan pekerjaan, konsumsi, investasi dan
seterusnya akan menurun.
Kedua, akbat dari turunnya GDP dan income maka harga-harga akan turun
karena turunnya permintaan akibat penurunan income. Apabila harga-harga (harga
barang dan harga tenaga kerja) tidak kaku tetapi fleksibel dan turun sebanding dengan
penuruan income, seperti yang diasumsikan oleh teori Klasik, maka keadaan down turn
ini tidak akan berlangsung lama karena harga yang turun akan kembali mendorong
naiknya permintaan (sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran). Naiknya
permintaan akan mendorong produsen kembali menggenjot produksi mereka dan
keadaan terpuruk akan segera terkoreksi kembali. Pabrik dan industri tidak akan tutup
sehingga para buruh tidak banyak yang kena PHK. Berbeda dengan teori Klasik yang
mengasumsikan harga-harga adalah fleksible, kenyataannya menurut Keynes, hargaharga adalah tidak fleksible tetapi kaku (rigid), tidak mau turun. Akibatnya permintaan
akan turun dan produksi tidak akan naik sehingga ekonomi akan terjebak pada resesi
atau depresi.
Keadaan sebaliknya bisa juga terjadi yaitu terjadinya kelebihan permintaan dan
kekurangan produksi. Misalnya produsen membuat perhitungan yang optimis dengan
menambah investasi sehingga permintaan aggregate naik (ingat investasi adalah
komponen Aggregate Demand). Bila kapasitas terpasang pabrik sudah penuh maka
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 11

tidak akan terjadi peningkatan produksi sehingga produksi berkurang dan sementara
permintaan

naik.

Kenaikan

permintaan

dan

kekurangan

produksi

ini

akan

ditransmisikan kedalam inflasi.


2. Pasar Uang
Perbedaan teori Klasik dan Keynesian dalam hal uang adalah, dan ini yang
merupakan perbedaan besar, Keynesian tidak setuju dengan pendapat bahwa
permintaan uang hanya ditentukan oleh kebutuhan transaksi dimana transaksi ini
dipengaruhi oleh volume barang, harga barang dan kecepatan perputaran uang.
Menurut Keynesian permintaan uang ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
a) kebutuhan transaksi (transaction motive), yaitu Y, P dan k.
b) kebutuhan untuk berjaga-jaga (precautionary motive) dan
c) kebutuhan untuk berspekulasi (speculation motive) atau investasi.
. Jadi jumlah kekayaan finansial seseorang adalah penjumlahan dari uang dengan
aset lain seperti persamaan sebagai berikut:
Md + Bd = FW
Dimana Md adalah permintaan terhadap uang, Bd permintaa terhadap aset lain
dan FW total nominal kekayaan finansial. Persamaan diatas berarti permintaan uang
dibatasi oleh ketersediaan kekayaan finansial. Jumlah permintaan uang maksimal
adalah sama dengan jumlah kekayaan finansial dan permintaan terhadap obligasi
menjadi nol. Ini berarti keseimbangan di pasar uang otomatis juga berarti
keseimbangan di pasar obligasi.
Permintaan terhadap uang ditentukan oleh dua faktor, pertama, pendapatan
(income) karena seseorang memegang uang adalah untuk transaksi sedangkan volume
transaksi ditentukan oleh pendapatan. Selain itu adalah kebutuhan untuk berjaga-jaga
yang juga ditentukan oleh pendapatan. Kebutuhan berjaga-jaga misalnya adalah
kebutuhan uang bila jatuh sakit yang memerlukan uang secara mendadak. Semakin
tinggi income seseorang maka semakin tinggi pula kebutuhan untuk berjaga-jaga
sehingga kebutuhan uangnya juga semakin tinggi. Kedua, permintaan uang ditentukan
juga oleh tingkat bunga (interest rate) aset lain. Semakin tinggi bunga atau pendapatan
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 12

yang diberikan oleh aset lain maka semakin tinggi pula permintaan terhadap aset lain
tersebut sehingga permintaan terhadap uang semakin rendah. Bila hubungan antara
income dan permintaan uang adalah positive atau berbanding lurus maka hubungan
antara permintaan uang dan bunga aset lain adalah negative atau hubungan terbalik.
Artinya bila bunga aset lain tinggi maka permintaan terhadap uang rendah, dan
sebaliknya bila bunga aset lain rendah maka permintaan terhadap uang menjadi tinggi.
Bunga atau pendapatan yang hilang akibat memegang uang tersebut merupakan biaya
memegang uang. Persamaan berikut menyatakan faktor yang mempengaruhi
permintaan uang tersebut.
Md = kY bi
Secara grafik permintaan uang dapat dilihat pada Gambar 6. Bila pendapatan naik,
misalnya dari Y0 ke Y1 maka permintaan akan uang juga naik dari M0 menjadi M1.
Atau bila bunga (i0) turun, dengan asumsi income tetap pada Y0, maka permintaan
uang juga akan naik. Sampai disini belum ada spekulasi masuk dalam kerangka analisa
kita. Berikut akan kita bahas tentang spekulasi dan kaitannya dengan permintaan
terhadap uang.

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 13

Bila pendapatan naik, misalnya dari Y0 ke Y1 maka permintaan akan uang naik
dari M0 ke M1. Permintaan uang juga naik bila bunga turun, dengan pendapatan tetap,
karena hubungan bunga dan Md adalah negatif. Menurut Keynes orang bisa
berspekulasi mengenai perubahan tingkat bunga diwaktu yang akan datang dan
hubungannya dengan permintaan uang. Bila tingkat bunga rendah (sekarang) ada
harapan bahwa bunga akan naik diwaktu yang akan datang. Bila bunga rendah maka
harga aset lain (dalam hal ini obligasi) adalah tinggi. Bila ada harapan bunga akan
tinggi (sekarang bunga masih rendah) berarti ada harapan harga obligasi akan turun.
Turunnya harga obligasi akan mengakibatkan pemegang obligasi menderita kerugian
(capital loss). Sebelum harga turun maka orang akan menjual obligasi tersebut untuk
menghndari kerugian, dan ini berarti orang melepas obligasi dan meminta uang
sehingga permintaan terhadap uang menjadi naik.
Dapat disimpulkan bila bunga rendah (harga obligasi lama tinggi) maka
mengakibatkan dua hal yaitu, adanya potensi kerugian yang akan diterima pemegang
obligasi berupa capital loss seperti yang diuraikan diatas, karena ada kemungkinan
bunga akan naik kembali sehingga orang menjual obligasi dan mendapatkan uang, dan
kedua, rendahnya bunga obligasi menyebabkan berkurangnya minat untuk membeli
obligasi yang baru sehingga permintaan terhadap obligasi turun dan permintaan
terhadap uang naik. Secara mudah hubungan ini dapat dipahami dari persamaan 4.2
diatas.

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 14

Bunga adalah penerimaan atau yield dari obligasi. Dalam perkembangan


selanjutnya uang sekarang juga memberikan yield atau disebut dengan bunga uang
seperti bunga tabungan, deposito dan lain-lain walaupun besarnya jauh lebih rendah
dari penerimaan yang diberikan oleh obligasi atau asset lain selain uang. Selain dari
bunga tabungan, ada pula bunga pinjaman, yaitu bunga yang dibebankan oleh bank
kepada si peminjam. Bunga pinjaman ini tentu lebih tinggi dari bungan tabungan karena
selisihnya merupakan keuntungan usaha bagi bank. Jadi bila kita menyebut bunga
maka pengertiannya ada dua yaitu pertama bunga asset lain seperti obligasi atau
saham dan kedua bunga uang. Kedua jenis bunga ini mempunyai implikasi yang sama
terhadap harga obligasi (hubungan bunga dan harga obligasi) dan terhadap permintaan
uang. Artinya yang dimaksud dengan bunga pada rumus 2 tersebut dapat berupa
bunga uang dan dapat pula bunga obligasi karena implikasinya terhadap harga saham
dan permintaan uang adalah sama.
Sebagai ilustrasi, bila bunga naik maka permintaan akan uang turun. Kenapa?
Karena biaya uang semakin mahal untuk dipertahankan sehingga lebih baik
mengurangi jumlah uang yang ada. Kelebihan uang ini akan dialihkan ke aset lain
selain uang seperti obligasi dan saham, karena harganya relatif murah (ingat, hubungan
negatif dengan tingkat bunga) dan diharapkan akan memberikan keuntungan yang lebih
tinggi karena bunga akan turun dan harga saham akan naik. Pada saat bunga tinggi
harga saham rendah maka kesimbangan kekayaan finansial (persamaan1) juga
mengalami perubahan, dimana Md menurun dan Bd naik.
3. Bunga dan Keseimbangan Pasar Uang
Perbedaan lain dengan teori klasik adalah teori Keynesian berpendapat bahwa
uang mempunyai harga yang dinyatakan dengan bunga (interest). Besarnya harga
uang atau bunga ini ditentukan oleh supply dan demand uang, seperti halnya supply
dan demand pada pasar barang dan pasar tenaga kerja. Penawaran uang ditentukan
oleh pemeritah dalam hal ini Bank Sentral (Bank Indonesia) dan ini sama dengan
jumlah uang yang beredar. Sedangkan permintaan uang ditentukan oleh rumah tangga,
pelaku bisnis dan pelaku ekonomi lainnya yang membutuhkan uang dimana permintaan
terhadap uang tersebut dikategorikan kepada tiga macam seperti yang telah diuraikan
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 15

diatas. Dengan demikian keseimbangan bunga di tentukan oleh supply dan demand
dari uang atau obligasi. Keseimbangan bunga ini dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 tentang keseimbangan bunga dicapai ketika supply uang sama dengan
permintaan uang. Supply uang diasumsikan tetap dan diatur oleh kebijakan pemerintah.
Bila supply uang naik, misalnya dari Ms0 ke Ms1, dan income tetap maka bunga akan
turun dari i 0 ke i 1. Bila supply uang sama dengan permintaan uang maka bunga
dalam keadaan seimbang. Ini juga berarti bila bunga seimbang maka pasar uang juga
dalam keadaan seimbang. Perobahan supply atau demand terhadap uang akan
merobah keseimbangan pasar uang dan tingkat bunga. Misalnya, bila pemerintah
memutuskan untuk menaikan supply uang sementara pendapatan masyarakat tetap
maka bunga akan turun.
Ilustrasi 1. Aset dan Surat-Surat Berharga

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 16

Assets dibagi atas dua bagian besar, asets finansial atau kekayaan non finansial
(tidak nyata, intangible) dan aset real atau yang nyata (tangibel assets). Aset finansial
dapat pula dibagi atas dua macam yaitu: uang beserta dengan giro dan deposito dan
aset finansial selain uang. Aset real adalah aset nyata berupa barang yang dimiliki oleh
seseorang. Dalam bentuk persamaan aset dapat ditulis sebagai berikut:
Total Asset = Aset Finansial (lancer) + Aset Real (tidak lancar)
Aset Finansial = Uang + Selain Uang
Yang termasuk dalam aset finansial adalah uang, giro, deposito, dan aset finansail
selain uang seperti obligasi, saham dan surat-surat berharga lainnya yang dikeluarkan
oleh pemerintah dan perusahaan. Aset real contohnya adalah tanah, rumah, mobil dan
barang-barang lainnya. Alokasi jumlah uang dan selain uang akan tergantung dengan
tingkat pendapatan yang diberikan oleh masing-masing jenis aset kepada pemilik aset.
b. Uang, Giro dan Deposito
Uang, tabungan dan giro adalah asset yang paling lancar karena dapat segera
digunakan bila diperlukan. Uang terdiri dari uang kertas dan koin. Pemegang uang dan
giro tidak mendapatkan penghasilan atau bunga dari uang atau giro yang dipegangnya,
kecuali hanya kenyamanan dalam melakukan transaksi. Sedangkan tabungan
memberikan bunga tetapi sangat rendah dibandingkan, misalnya dengan deposito.
Deposito adalah tabungnan berjangka, hanya dapat dicairkan setelah jangka waktu
tertentu, misalnya setelah 3 bulan dan mendapatkan sejumlah bunga tertentu. Jadi
deposito tidak selancar uang karena tidak dapat digunakan sewaktu-waktu.
c. Obligasi (bonds)
Obligasi adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh pemerintah atau
perusahaan sebagai pengakuan berhutang kepada pemegang obligasi dan berjanji
membayar kepada pemegang obigasi sejumah bunga tertentu per periode tertentu
(misalnya per tahun) plus hutang pokok (principle) pada saat jatuh tempo (misalnya
setelah 10 tahun). Uang hutang hasil penjualan obligasi ini menjadi pemasukan bagi
pemerintah, disamping pajak, yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 17

pemerintah. Bagi perusahaan akan digunakan untuk investasi dan pengembangan


perusahaan.
Ada obligasi yang membayarkan bunga selama waktu yang tidak terbatas dan
pemerintah sebagai yang penerbit obligasi tidak perlu membayar hutang pokok, artinya
pemegang

obligasi

meminjamkan

uang

selamanya

kepada

pemerintah

atau

perusahaan. Hal ini sama dengan seseorang yang menabungkan uangnya di bank
untuk selamanya. Obligasi ini disebut juga perpetuity.
d. Saham (Stocks)
Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
menyatakan si pemegang saham berhak atas sebagian kepemilikan dan sebagian
keuntungan dari perusahaan tersebut. Pemilik saham mendapatkan keuntungan setiap
tahun yang disebut dividen yang jumlahnya tergantung dengan kinerja perusahaan.
Disamping itu pemegang saham juga dapat tambahan nilai saham (capital gain) bila
perusahaan menunjukkan kinerja .Bila perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau
kinerjanya memburuk maka pemegang saham juga menanggung resiko dengan
menanggung kerugian (capital loss) dan tidak mendapat dividen. Di Indonesia saham
ini diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakata Stock Exchanges.
e. Assets Real
Yang dimaksud dengan asset real disini adalah berupa tangible assets atau aset
yang nyata secara fisik seperti mesin, tanah, rumah, ruko, dan lain-lain yang dimiliki
oleh perusahaan atau aset real berupa barang konsumsi rumah tangga, consumer
durables, seperti mesin cuci, mobil, rumah tempat tinggal, stereo, dan lain-lain yang
dimiliki oleh konsumen atau rumah tangga. Semua aset ini memberikan penghasilan
langsung maupun tidak langsung kepada pimiliknya. Individu yang memiliki rumah
menikmati hidup yang lebih tenang di rumah sendiri karena tidak perlu repot
memikirkan sewa rumah tiap bulan. Ruko yang disewakan memberikan income secara
langsng kepada pemiliknya berupa uang sewa tiap tahun atau tiap bulan.
Nilai dari saham tidak bisa dimasukkan sebagai kekayaan real (tangible assets) karena

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 18

saham adalah klaim terhadap sebagian kepemilikan perusahaan yang secara fisik
dimiliki oleh perusahaan.
4. Pasar Tenaga Kerja
Berbeda dengan teori klasik yang menganggap permintaan dan penawaran
terhadap tenaga kerja selalu seimbang (equilibrium) karena harga-harga fleksibel, maka
menurut Keynes pasar tenaga kerja jauh dari seimbang, karena upah tidak pernah
fleksibel, sehingga permitaan dan penawaran hampir tidak pernah seimbang sehingga
penganguran sering terjadi. Menurut Keynesian penganguran bisa terjadi terus
menerus dan jenis pengangguran tersebut ada tiga macam:
a). Pengangguran karena adanya pergeseran tingkat oputput dari berbagai sektor dan
ini bersifat sementara (frictional unemployment).
b). Pengangguran musiman, yang jumlahnya tergantung dengan musim (seasonal
unemployment).
c). Pengangguran yang dibuat (institutional unemploymen).
Pengangguran pergeseran (frictional) adalah pengangguran yang disebabkan
karena adanya perobahan struktur dalam ekonomi dan orang-orang berpindah dari satu
pekejaan ke pekerjaan lain. Masa transisi perpindahan pekerjaan ini menyebabkan
timbulnya pengangguran sementara. Misalnya ada suatu industri yang tutup karena
tidak efisien lagi untuk diteruskan sehingga orang-orang harus mencari pekerjaan baru.
Proses mencari pekerjaan baru memerlukan waktu dan bahkan adakalanya pekerja
tersebut harus dilatih kembali untuk memsuki lapangan pekerjaan baru. Pengangguran
institusinal

adalah

pengangguran

yang

timbul

akibat

adanya

kebijakasanaan

pemerintah seperti upah minimum yang menyebabkan permintaan terhadap tanaga


kerja berkurang. Sementara itu penawaran kerja dari pencari kerja cukup banyak
sehinga timbul pengangguran. Timbulnya ketiga jenis penganguran tersebut diatas
disebabkan oleh karena tidak fleksibelnya harga-harga, termasuk harga tenaga kerja
(upah) dan lambatnya reaksi rasional dari para pelaku ekonomi sehingga tidak terjadi
full employment. Tidak full employment berarti akan ada orang yang tidak mendapatkan
pekerjaan.

Keadaan

ini

dapat

dilihat

pada

Gambar

3.3

pada

Bab

3.

Pada keadaan full employment, semua orang bekerja dan tidak ada pengangguran.
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 19

Permintaan dan penawaran tenaga kerja berada pada titik Nf dengan tingkat upah
sebesar Wf.
C. Keseimbangan Antara Penawaran Agregat (AS) dan Permintaan Agregat (AD)
1. Keseimbangan Jangka Pendek
Keseimbangan jangka pendek antara penawaran agregat dan permintaan
agregat ditunjukkan dengan gambar 8 sebagai berikut :

Gambar 8: Keseimbangan AS - AD dalam Jangka Pendek


Dari gambar diatas terlihat bahwa keseimbangan antara AS dan AD dalam
jangka pendek terjadi pada titik E. yang merupakan titik per-potongan kedua kurva
tersebut. Pada tingkat keseimbangan itu, output = Y N dan tingkat harga =

PQ.

Kalau

perekonomian berada pada tingkat harga di atas tingkat harga keseimbangan, misalnya
P1, maka jumlah output yang didapatkan pada titik D adalah lebih besar daripada output
yang diminta pada titik B. Pada kondisi tersebut, artinya pada tingkat harga P 1, orang
akan berlomba-lomba untuk menjual lebih banyak barang dan jasa daripada apa yang
ingin dibeli orang lain (dalam kondisi ini terjadi kelebihan penawaran atau excess
supply), dan harga barang-barang dan jasa akan turun dan oleh karenanya tingkat
harga agregat juga akan turun pula. Penurunan harga ini akan terus terjadi hingga
mencapai tingkat harga keseimbangan yaitu P0 pada titik E.

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 20

Apabila tingkat harga berada di bawah tingkat harga, misalnya P 2, maka disini
akan terjadi ketidakseimbangan dimana output yang diminta adalah lebih besar
daripada jumlah output yang (artinya terjadi kelebihan permintaan atau excess
demand). Dalam kondisi yang demikian, tingkat harga akan naik karena orang ingin
untuk membeli lebih banyak barang daripada yang ditawarkan orang lain. Kenaikan
harga ini akan terus berlangsung sampai mencapai kembali tingkat harga keseimbangan (P0) di titik E.
2. Keseimbangan Jangka Panjang
Keseimbangan jangka panjang antara permintaan agregat (AD) dan penawaran
agregat (AS) ditunjukkan oleh gambar 7.5 berikut. Pada gambar bawah ini ditunjukkan
dimana keseimbangan mula-mula terjadi di atas tingkat output natural rate (above full
employment output), yaitu pada titik A, yang merupakan titik perpotongan antara SRAS 0
dengan AD. Karena tingkat output (Y0) keseimbangan lebih besar daripada tingkat
output kesempatan kerja penuh (natural rate, YN), maka pengangguran yang terjadi
(aktual) akan menjadi lebih kecil daripada tingkat pengangguran alamiah (natural rate
level) dan kekakuan berlebihan (excessive tightness) terjadi di pasar tenaga kerja.
Kekakuan di pasar tenaga kerja tersebut akan mendorong upah atau

biaya tenaga

kerja mengalami, dan menggeser kurva SRAS ke dalam yaitu ke SRAS 1. Oleh karena
itu, keseimbangan kini berada pada titik B dan output turun ke Y 1. arena output agregat
(Y) masih di atas tingkat alamiah yaitu Y 1 > YN, maka upah terus naik. yang pada
akhirnya menggeser kurva SRAS ke SRAS 2. Keseimbangan tercapai di titik C yaitu
pada garis vertikal YN dan sekaligus merupakan titik keseimbangan jangka panjang.
Karena output berada pada tingkat alamiah, maka tidak akan terdapat tekanan lebih
lanjut atas upah untuk naik dan begitu juga kecenderungan lebih lanjut bagi kurva
SRAS untuk bergeser.
Keadaan dalam gambar 9 menunjukkan bahwa perekonomian tidak an tetap
pada tingkat output yang lebih tinggi daripada tingkat alamiah (natural rate) sebab kurva
SRAS akan bergeser ke dalam (ke kiri), menaikan tingkat harga, dan menyebabkan
perekonomian bergerak ke atas sepanjang kurva AD sampai mencapai titik C pada
garis vertikal pada tingkat output alamiah (Y N), yang merupakan titik keseimbangan
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 21

jangka panjang. Garis vertikal tersebut menunjukkan jumlah output yang ditawarkan di
dalam jangka panjang untuk setiap tingkat harga, dan dapat kita sebut sebagai kurva
pena-agregat jangka panjang (LRAS).
Pada gambar 10, ditunjukkan dimana keseimbangan terjadi di bawah output
tingkat alamiah (below full employment output). Karena pengangguran aktual lebih
tinggi daripada tingkat pengangguran alamiah (natural rate of employment), maka upah
akan turun, yang selanjutnya menggeser kurva SRAS ke luar atau ke kanan sampai
mencapai SRAS2. Perekonomian bergerak turun sepanjang kurva AD sampai mencapai
keseimbangan jangka panjangnya yaitu di titik C, yang merupakan titik perpotongan
antara kurva AD dan kurva SRAS pada YN. Di sini seperti halnya pada gambar 9,
perekonomian akan berhenti ketika output telah kembali lagi ke tingkat alamiah (natural
rate).

Gambar 9. Keseimbangan mula-mula di mana Y > YN

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 22

Gambar 10. Keseimbangan mula-mula dimana Y < YN


3. Pergeseran Kurva Permintaan Agregat
Efek dari pergeseran ke luar (outward shift) di dalam kurva AD yang disebabkan
antara lain oleh kenaikan di dalam jumlah uang beredar (Ms 1), kenaikan di dalam
pengeluaran pemerintah (G), kenaikan di dalam ekspor netto (Xn), penurunan di
dalam pajak (T), atau kenaikan di dalam kemauan ;dari konsumen dan dunia bisnis
untuk membelanjakan karena mereka menjadi lebih optimistik (C. I), ditunjukkan oleh
gambar 11.
Keadaan perekonomian mula-mula berada pada keseimbangan jangka panjang
di titik A, dimana kurva permintaan agregat mula-mula adalah AD 0 berpotongan dengan
kurva SRAS pada YN. Ketika kurva AD bergeser ke luar ke AD 1, maka perekonomian
akan bergerak ke titik A1, dimana, baik output (Y) maupun tingkat harga (P) mengalami
kenaikan, yaitu masing-masing menjadi Y1 dan P1. Namun demikian, perekonomian
tidak akan tetap pada titik B, sebab tingkat output (Y N) itu
alamiah (YN), sehingga hal ini akan mendorong

berada di atas tingkat

upah naik, yang selanjutnya

menggeser kurva SRAS ke dalam yaitu ke SRAS 1, dimana pada akhirnya akan
berhenti, artinya tidak akan mengalami pergeseran lagi. Jadi, kurva AD akan bergeser
dari AD0 ke AD1, yang berarti titik keseimbangan perekonomian berpindah dari titik A ke
titik B yang merupakan titik perpotongan antara kurva AD] dan kurva LRAS atau garis
YN. Pergeseran kurva AD dari AD 0 ke AD1 tersebut menyebabkan output turun kembali
pada tingkat alamiah (YN), tetapi tingkat harga mengalami kenaikan dari P1 ke P2.

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 23

Gambar 11. Respon Output dan Tingkat Harga Terhadap Pergeseran Kurva AD
4. Pergeseran Kurva Penawaran Agregat
Tidak hanya pergeseran di dalam kurva AD yang dapat menjadi sumber fluktuasi
di dalam output agregat (siklus bisnis), tetapi juga bisa terjadi karena pergeseran di
dalam kurva penawaran agregat. Kurva penawaran agregat dapat bergeser karena
faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi, sebagai berikut :
(1) Kekakuan Pasar Tenaga Kerja
Ketika output agregat berada di atas tingkat output natural rate (Y > Yn), maka kurva
penawaran agregat (SRAS) akan bergeser ke dalam atau ke kiri, ketika output
agregat berada di bawah tingkat output alamiah (Y < Yn), maka kurva SRAS akan
bergeser ke luar atau ke kanan.
(2) Tingkat Harga yang Diharapkan
Perubahan di dalam tingkat harga yang diharapkan (expected price level) akan
menyebabkan kurva SRAS bergeser ke kanan atau ke kiri, semakin besar kenaikan
yang diharapkan di dalam tingkat harga (yaitu semakin tinggi tingkat harga yang
diharapkan), maka semakin besar pergeseran dalam dari kurva SRAS tersebut.
(3) Dorongan Upah
Keberhasilan para pekerja untuk mendorong upah (wages push) naik akan
menyebabkan kurva SRAS bergeser ke dalam (inward shift) atau ke kiri .
(4) Perubahan dalam Biaya Produksi yang Tidak Terkait dengan Upah
Suatu guncangan penawaran yang negatif (negative supply shock) yang menaikan
biaya produksi akan mendorong kurva SRAS bergeser ke dalam atau ke kiri,
sementara suatu guncangan penawaran yang positif (positif supply shock) yang
menurunkan biaya produksi akan menggeser kurva SRAS ke luar.
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 24

Faktor-faktor yang mempengaruhi kurva penawaran agregat tersebut dapat


disimak lebih jauh melalui tabel berikut.
Faktor

Y > Yn
Y < Yn
Tingkat Inflasi yang diharapkan
Dorongan Upah
Guncangan penawaran yang negative
Guncangan penawaran yang positif

Pergeseran di dalam Kurva AS


Ke kiri
Ke kanan
Ke kiri
Ke kiri
Ke kanan
Ke kiri

Mishkin (1992), The Economics of Money, Banking and Financial Markets, p. 619
Selanjutnya, dapat ditunjukkan bagaimana respons output agregat dan tingkat
harga apabila terjadi pergeseran kurva SRAS. Misalkan perekonomian mula-mula
berada pada tingkat output natural rate yaitu di titik A. Ketika kurva penawaran agregat
(SRAS) mengalami pergeseran dari SRAS 0 ke SRAS1 yang disebabkan oleh adanya
guncangan penawaran yang negatif (negative supply shock), maka perekonomian akan
bergerak dari titik A ke titik B, dimana tingkat harga naik tetapi output agregat turun.
Situasi dimana harga naik tetapi output agregat turun, disebut dengan istilah stagflasi
(stagflation) yaitu kombinasi antara stagnasi (pengangguran) dan inflasi yang tinggi,
ditunjukkan dengan gambar 12. berikut.

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 25

Gambar 12. Respon Output Agregat dan Tingkat Harga terhadap Pergeseran
dalam Kurva SRAS
Pada titik B dalam gambar 12 tersebut, output nasional (aggregate output) di
bawah tingkat output alamiah (Y < YN), sehingga upah turun dan menggeser kurva
SRAS kembali ke SRAS0. Sebagai akibatnya, perekonomian bergerak ke bawah
sepanjang kurva AD (asumsi kurva-kurva AD tetap pada posisi yang sama) kembali
pada posisi keseimbangan jangka panjang yaitu di titik A. Kesimpulannya, pada waktu
terjadi pergeseran ke dalam (inward shift) dari kurva SRAS dimana mula-mula
menaikkan tingkat harga dan menurunkan output agregat, maka efek akhir (final effect)nya output dan tingkat harga akan kembali pada tingkat alamiah, artinya tidak
mengalami perubahan.
D. Penawaran Agregat dan Permintaan Agregat: Pandangan Klasik Versus
Pandangan Keynes
1. Pandangan Kaum Klasik
Model Klasik didasarkan pada asumsi bahwa perekonomian beroperasi ibarat
sebuah mekanisme yang dapat melakukan pengaturan, penyesuaian, atau koreksi
secara otomatis (self-regulating, self-adjusting, atau self-correcting), dan cenderung
bergerak menuju kepada keseimbangan pada tingkat kesempatan kerja penuh (full
employment level). Mengenai faktor yang mempengaruhi permintaan agregat (AD)
menurut pandangan kaum Klasik secara aktual hanyalah faktor jumlah uang beredar
(money supply). Perubahan di dalam jumlah uang beredar menurut mereka akan
menciptakan perubahan di dalam permintaan agregat.
Kebijakan fisikal (perubahan di dalam pengeluaran pemerintah dan/ atau pajak)
menurut kaum Klasik tidak mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat dan
output. Hal tersebut disebabkan karena adanya crowding-out effect dari ekspansi fiskal
terhadap investasi swasta. Kenaikan di dalam pengeluaran pemerintah (G) atau
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 26

penurunan di dalam pajak (T) menurut kaum Klasik akan menyebabkan tingkat bunga
naik, yang pada gilirannya menurunkan investasi swasta (I), dan bahkan juga
pengeluaran konsumsi (C).
Sedangkan menyangkut penawaran agregat (AS), kaum Klasik tidak membuat
pembedaan antara kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) dan kurva
penawaran jangka panjang (LRAS). Bagi kaum Klasik hanya ada satu kurva penawaran
agregat yaitu kurva penawaran agregat yang tegak lurus atau vertikal, yang
menunjukkan bahwa jumlah output barang dan jasa yang sama akan ditawarkan
berapapun harganya. Dengan perkataan lain, jumlah output barang dan jasa yang
ditawarkan itu tidak bergantung pada tingkat harga. Kurva penawaran agregat kaum
Klasik didasarkan pada asumsi bahwa pasar tenaga kerja berada pada keseimbangan
dengan kesempatan kerja (employment) berada dalam kondisi full employment
(Dornbusch ct.al, 2001). Dalam pandangan kaum Klasik, kurva SRAS selalu bergerak
ke arah tingkat output full employment untuk berpotongan dengan kurva LRAS pada
titik yang sama dengan titik perpotongan antara kurva AD dan kurva LRAS. Dengan
perkataan lain, keseimbangan ditentukan oleh perpotongan antara kurva permintaan
agregat (AD) dengan kurva penawaran agregat jangka panjang (LRAS). Di dalam
model makroekonomi Klasik, keseimbangan terjadi dimana kekuatan permintaan
agregat (AD) dan penawaran agregat (AS) adalah seimbang. Permintaan agregat
menurut kaum Klasik hanya bergantung pada jumlah uang beredar (Ms), sedangkan
penawaran agregat (AS) bergantung pada tingkat teknologi dan sekaligus merupakan
tingkat output atau GNP riil kesempatan kerja penuh (full employment level of real
GNP).
2. Pandangan Keynes
Di dalam model makroekonomi Keynes. faktor paling penting yang menentukan
tingkat permintaan agregat (AD) adalah kebijakan fiskal (fiscal 101 icy). Sedangkan
kebijakan moneter atau perubahan dalam jumlah uang beredar (money supply) menurut
Keynes pengaruhnya terhadap permintaan agregat adalah lemah dan bahkan dapat
dikatakan tidak ada. Di dalam model Keynes, perubahan dalam jumlah uang beredar
mempengaruhi permintaan agregat melalui efeknya atas investasi. Pengaruh jumlah
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 27

uang beredar terhadap investasi bersifat tidak langsung (indirect),

yaitu

melalui

tingkat bunga. Menurut Keynes, suatu kenaikan di dalam jumlah uang beredar tidak
mempunyai pengaruh yang berarti terhadap penurunan dalam tingkat bunga dan tingkat
bunga itu sendiri menurut Keynes pengaruhnya terhadap investasi ialah lemah.
Sedangkan berkaitan dengan penawaran agregat. Keynes dan pengikutpengikutnya (Keynesian) mengatakan bahwa kurva penawaran agregat jangka pendek
(SRAS) adalah horisontal (perfectly elastic), yang berarti bahwa suatu jumlah output riil
akan ditawarkan pada suatu tingkat harga tertentu. Dengan perkataan lain, perusahaan
akan menawarkan berapapun jumlah barang yang minta pada tingkat harga yang
berlaku. Pemikiran yang melandasi kurva penawaran agregat Keynes dan pengikutnya
(Keynesian)

disebabkan

oleh

terdapatnya

pengangguran,

perusahaan

dapat

memperoleh sebanyak mungkin kerja pada tingkat upah yang berlaku. Biaya produksi
rata-rata mereka ya diasumsikan tidak berubah walau terjadi perubahan dalam tingkat
outputnya. Mereka akan menawarkan berapapun yang diminta pada tingkat harga yang
berlaku (Dornbusch, et. al, 2001). Kurva penawaran agregat jangka pendek (short-run
aggregate supply curve, SRAS) menurut Keynes hanya akan bergeser secara perlahan
apabila suatu perekonomian berada di luar tingkat pengangguran alamiah (natural rate
of unemployment). Pergeseran lamban dari kurva penawaran agregat jangka pendek
menurut Keynes terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan upah dan harga yang
lamban (ingat asumsi sticky prices and wages). Menurut model Keynes, kalau jumlah
pengangguran besar (berada di atas natural rate), akan menyebabkan atau mendorong
penyesuaian yang sangat lamban di dalam upah relatif terhadap harga-harga. Hal yang
sama terjadi apabila jumlah pengangguran berada bawah tingkat alamiah dimana
tekanan bagi upah untuk meningkat lebih kecil sekali.
Secara grafik, pandangan kaum Klasik dan Keynes tentang penawaran agregat
dan permintaan agregat, dapat digambarkan sebagai berikut :

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 28

Gambar 13. Kurva AS dan AD Klasik

Gambar 14. Kurva AS dan AD Keynes


Dari gambar

13 di atas ditunjukkan bahwa permintaan agregat Klasik

merupakan fungsi dari jumlah uang beredar (Ms). Dengan perkataan lain, p ubahan
permintaan agregat (AD) hanya akan terjadi kalau terjadi perubahan di dalam peubah
jumlah uang beredar (money supply). Only monetary factors the classical aggregate
demand curve. Sedangkan dalam gambar 7.8.b. ditunjukkan bahwa permintaan agregat
(AD) tidak hanya dipengaruhi oleh bah jumlah uang beredar (Ms), tetapi juga
dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah (G 0), investasi otonom (I0), dan pajak (T0).
Perbedaan faktor tertentu permintaan agregat di dalam model Klasik dan Keynes
menghasilkan keadaan penting di dalam penjelasan mereka menyangkut sumbersumber instabilitas di dalam perekonomian dan jenis kebijakan stabilitas yang harus
diambil untuk mengatasi instabilitas tersebut (Froyen, 1996 : 215-216).
Di dalam pandangan Klasik, .tidak diperlukan kebijakan pemerintah .k
menstabilkan permintaan agregat di dalam menghadapi instabilitas investasi. Untuk
tingkat stok uang (Ms) tertentu, kurva permintaan agregat urut kaum Klasik, tidak akan
terpengaruh oleh perubahan otonom di dalam investasi atau oleh perubahanperubahan di dalam peubah kebijakan fiskal. Sumber utama instabilitas di dalam
permintaan agregat menurut Klasik adalah berasal dari perubahan di dalam jumlah
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 29

uang beredar. Oleh karena itu, untuk mengurangi instabilitas di dalam permintaan
agregat atau perekonomian, caranya menurut kaum Klasik adalah menciptakan
stabilitas moneter (stable money). Dengan perkataan lain, kebijakan fiskal itu sendiri
tidak cukup efektif dalam menciptakan stabilitas. kalau tidak diikuti dengan kebijakan
moneter (stabilitas moneter).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurva LM
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kurva LM adalah sebagai berikut :
1. Jumlah uang beredar (money supply). Kalau jumlah uang yang beredar (M s)
bertambah, kurva LM akan bergeser ke kanan, sebaliknya apabila jumlah uang
beredar (Ms) berkurang kurva LM akan bergeser ke kiri.
2. Permintaan uang (money demand). Apabila permintaan uang (Md) mengalami
kenaikan, maka kurva LM akan bergeser ke kiri, sebaliknya apabila permintaan
uang (Md) turun, kurva LM akan bergeser ke kanan.
3. Elastisitas permintaan uang untuk spekulasi terhadap perubahan tingkat bunga
(interest elasticity of speculative demand for money). Semakin elastis permintaan
uang terhadap perubahan tingkat bunga. maka kurva LM akan semakin datar
(flatter), sebaliknya semakin inelastic uang terhadap tingkat bunga, kurva LM
semakin tegak (steeper).
4. Elastisitas permintaan uang untuk transaksi terhadap tingkat pendapatan. Elastisitas
permintaan uang untuk transaksi terhadap perubahan tingkat pendapatan ini
mempengaruhi, baik Intercept maupun slope dari kurva LM.
Adapun mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kurva IS dan LM
sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, dan dampaknya terhadap pendapatan
dan tingkat bunga, dapat dirangkum sebagai berikut :
4. Keseimbangan Umum Pasar Barang dan Pasar Uang
Keseimbangan (general equilibrium) atau disebut juga keseimbangan simultan
(simultaneous equilibrium) antara pasar barang dan pasar uang terjadi pada
perpotongan kurva IS dan LM. Dengan perkataan Lain , agar keseimbangan simultan
pasar barang dan pasar uang terjadi, maka syaratnya adalah :
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 30

IS = LM
Dengan fungsi IS seperti ditunjukkan oleh persamaan (8.2) dan persamaan
fungsi LM seperti ditunjukkan oleh persamaan (8.10), apabila disubstitusikan pada
syarat keseimbangan tersebut di atas, maka akan diperoleh persamaan tingkat
pendapatan (V) atau tingkat bunga (i) keseimbangan simultan, sebagai berikut :
kalau disederhanakan akan menjadi :

1
Y
1 b f

v
v
a bT0 I 0 G0 M a
u
u

M M a
u

e
u

a bT0 I 0 G0

1 b f v

v
M a v
u
u

Atau kalau disederhanakan akan menjadi :

e a bTa I 0 G0 1 b f

e
u (1 b f ) v u

M M

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 31

Gambar 15 Keseimbangan simultan pasar barang dan pasar uang


Dari gambar 15. di atas dapat dilihat

bagaimana kurva IS dan LM itu

menentukan keseimbangan umum, dimana keseimbangan umum terjadi hanya .bila


sektor nil (pasar barang) dan sektor moneter (pasar uang) berada dalam keadaan
keseimbangan pada tingkat pendapatan dan tingkat bunga yang sama. Pada gambar
15 di atas, hanya pada tingkat pendapatan Y c dan tingkat bunga j ; pasar barang dan
pasar uang, berada dalam keseimbangan secara simultan. p ada titik A, dan B, hanya
pasar barang yang berada dalam keseimbangan; dan pada titik C, dan D, hanya pasar
uang saja yang berada dalam keseimbangan. Pada titik E terjadi keseimbangan
simultan antara pasar barang dan pasar uang (IS = LM).
Di luar kurva IS dan LM tidak terjadi keseimbangan, baik di sektor riil maupun
sektor moneter. Pada titik di sebelah kin kurva LM terdapat kelebihan penawaran uang
(excess supply of money, ESM) dan pada titik-titik di sebelah kanannya terdapat
kelebihan permintaan uang (excess demand for money, EDM). Sebaliknya, pada titiktitik di sebelah kiri kurva IS terdapat kelebihan permintaan akan barang-barang dan
jasa-jasa (excess demand for goods and services, EDG) dan di sebelah kanan kurva IS
terdapat kelebihan penawaran barane-barang dan jasa-jasa (excess supply of goods
and services, ESG).
5. Keseimbangan Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Model IS-LM dirancang untuk menjelaskan perekonomian dalam Jangka pendek
(short run) ketika tingkat harga adalah tetap (fixed). Selain ditunjukkan bagaimana
suatu perubahan di dalam tingkat harga mempengaruhi keseimbangan dalam model ISLM, dengan menggunakan model IS-LM ini dapat pula ditunjukkan bagaimana
perekonomian di dalam jangka panjang ketika tingkat harga menyesuaikan (fleksibel)
untuk menjamin perekonomian tetap berproduksi pada tingkat alamiah (natural rate}nya.

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 32

Gambar 16. Keseimbangan Jangka Pendek

Gambar 17. Keseimbangan Jangka Panjang

Dalam gambar 16. ditunjukkan tiga kurva yang perlu untuk dapat memahami
keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang, yaitu kurva IS, kurva LM, dan kurva
LRAS yang merupakan garis vertikal yang menggambarkan tingkat output alamiah
(natural rate of output, YN). Kurva LM seperti biasanya, ditarik untuk suatu tingkat harga
yang tetap (fixed), P1. Keseimbangan jangka pendek dari perekonomian terjadi di titik K ;
dimana kurva IS memotong kurva LM. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa di dalam
keseimbangan jangka pendek ini pendapatan perekonomian berada di bawah tingkat
pendapatan alamiah (natural rate). Sedangkan pada gambar 8.1 l.b. ditunjukkan situasi
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 33

yang sama dalam diagram penawaran agregat dan permintaan agregat (AS-AD model).
Pada tingkat harga P1, kuantitas output yang diminta berada di bawah tingkat alamiah.
Dengan perkataan lain, pada tingkat harga; berlaku. permintaan barang-barang dan
jasa yang terjadi tidak memadai untuk mempertahankan perekonomian agar tetap
berproduksi pada alamiahnya.
Dalam kedua diagram tersebut dapat dilihat bahwa titik K merupakan titik
keseimbangan jangka pendek karena tingkat harga adalah tetap (fixed) pada tingkat
harga P1. Kemudian, permintaan akan barang-barang dan jasa-jasa yang rendah
menyebabkan harga turun dari P1 ke P2, dan perekonomian bergerak kembali ke arah
tingkat alamiah (natural rate). Ketika tingkat harga mencapai P2, maka perekonomian
akan berada pada titik C yang merupakan keseimbangan jangka panjang. Diagram ASAD menunjukkan bahwa pada titik C, kuantitas barang dan jasa yang diminta adalah
sama dengan tingkat output alamiah. Keseimbangan jangka panjang dalam diagram ISLM tercapai dengan pergeseran oleh kurva LM, dimana penurunan di dalam tingkat
harga meningkatkan jumlah uang tunai riil (real money balances) dan oleh karena itu
menggeser kurva LM ke kanan.
Sekarang bisa dilihat perbedaan yang mendasar

(fundamental) antara

pendekatan keynesian dan pendekatan Klasik menyangkut penentuan pendapatan


nasional. Asumsi Keynesian (ditunjukkan oleh titik K) yaitu bahwa tingkat harga adalah,
tetap (fixed). Output dapat menyimpang dari tingkat alamiah (natural rate)-nya, hal mi
sangat tergantung pada kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan faktor-faktor penentu
dan permintaan agregat lainnya. Sedangkan asumsi Klasik (ditunjukkan oleh titik C)
adalah bahwa tingkat harga sepenuhnya fleksibel (fully flexible). Tingkat harga
menyesuaikan untuk menjamin bahwa pendapatan nasional selalu pada tingkat
alamiahnya (always at the natural rate).
E. KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO
Bentuk-bentuk kebijakan ekonomi yang akan dilakukan oleh negara sangat tergantung
pada tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.
1. Tujuan-tujuan Kebijakan Ekonomi Makro
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 34

Setiap kebijakan ekonomi bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang


dihadapi. Tujuan-tujuan kebijakan ekonomi makro dapat dibedakan kepada empat
aspek berikut:
a. menstabilkan kegiatan ekonomi / price level stability.
b. mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi / high employment
level. Beberapa hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan kesempatan kerja adalah
peran pemerintah dalam perluasan kesempatan kerja, pendekatan demand dan supply
of labor dalam perluasan kesempatan kerja, pemberdayaan masyarakat desa dalam
upaya perluasan kesempatan kerja, human capital sebagai upaya efektif perluasan
kerja, keuangan negara dan kesempatan kerja, kebijakan ketenagakerjaan, serikat
kerja, hubungan industrial, sistem ekonomi dan kesempatan kerja.
c. menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh / long-term economic growth.
Pertumbuhan ekonomi yang ideal adalah :
(1) berlangsung terus menerus,
(2) disertai dengan terciptanya lapangan kerja,
(3) tidak merusak lingkungan,
(4) lebih tinggi daripada laju pertumbuhan penduduk,
(5) disertai dengan distribusi pendapatan yang adil,
(6) kontribusi sektoral yang merata,
(7) tidak meninggalkan sektor pertanian,
(8)kenaikannya riil,
(9) penyumbang terbesar PDB adalah warga domestik, bukan asing.
d. Kestabilan nilai tukar / exchange rate stability. Nilai tukar merupakan nilai uang
secara eksternal, yang tinggi rendahnya berdampak pada berbagai aspek ekonomi dan
sosial lainnya, misalnya :
(1) impor dan ekspor,
(2) APBN dan APBD,
(3) kesehatan dan pendidikan,
(4) transportasi,
(5) industri dalam negeri,
(6) politik,
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 35

(7) daya beli masyarakat,


(8) dunia perbankan,
(9) sektor pertanian, kelautan, peternakan, sektor properti , dan sebagainya.

2. Bentuk-bentuk Kebijakan Ekonomi Makro. Kebijakan dari segi/aspek permintaan /


pengeluaran, meliputi:
1. Kebijakan Fiskal
Yaitu kebijakan pemerintah yang dilakukan dengan cara mengubah penerimaan dan
pengeluaran negara. Atau kebijakan pemerintah yang membuat perubahan dalam
bidang per-pajakan (T) dan pengeluaran pemerintah (G) dengan tujuan untuk
mempengaruhi pengeluaran /permintaan agregat dalam perekonomian Kebijakan ini
diambil untuk menstabilkan ekonomi, memperluas kesempatan kerja, mempertinggi
pertumbuhan ekonomi, dan keadilan dalam pemerataan pendapatan. Caranya dengan :
menambah atau mengurangi PAJAK dan SUBSIDI.
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang
berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang
berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan
daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah
output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta
menurunkan output industri secara umum.
Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :
a. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar
dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat
baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif.
b. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih
besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika
perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk
menurunkan tekanan permintaan.
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 36

c. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)


Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar
dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian
anggaran serta meningkatkan disiplin.
Menurut pandangan Keynes, kebijakan fiskal (Fiscal Policy) adalah sangat penting
untuk mengatasi pengangguran. Prosesnya adalah;
a. Pengurangan pajak penghasilan akan menambah daya beli masyarakat dan akan
meningkatkan pengeluaran agregat.
b. Peningkatan pengeluaran agregat dengan cara menaikkan pengeluaran pemerintah
untuk pembelian barang dan jasa maupun untuk menambah investasi.
c. Selanjutnya dalam masa inflasi atau ketika kegiatan ekonomi telah full employment,
langkah sebaliknya harus dilakukan yaitu ; pajak dinaikkan dan pengeluaran pemerintah
akan dikurangi.
d. Langkah ini akan menurunkan pengeluaran/permintaan agregat dan mengurangi
tekanan Inflasi.
Secara garis besar berbagai jenis pajak yg. dipungut pemerintah dpt digolongkan
sebagai berikut :
1. Pajak langsung : yaitu pajak/jenis pungutan pemerintah yg.secara langsung
dikumpulkan dari wajib pajak, misal ; PPh.
2. Pajak tak langsung : yaitu pajak yg.beban pemungutannya dapat dipindah-tangankan
kepada pihak lain, misal ; PPn, & PPn BM Pajak impor dsb.
Demikian pula perubahan-perubahan sebaliknya. Pemerintah seringkali menghadapi
masalah defisit anggaran. Ada beberapa sumber pembiayaan defisit anggaran :
1. Pajak.
2. Mencetak Uang Baru.
3. Pinjaman Masyarakat Dalam Negeri.
4. Pinjaman Masyarakat Luar Negeri.
2. Kebijakan Moneter
Kebijakan yang diambil oleh Bank Sentral untuk MENAMBAH atau MENGURANGI
jumlah uang yang beredar di masyarakat. Pengaturan jumlah uang yang beredar pada
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 37

masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar.
Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy. Adalah suatu kebijakan
dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
b. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut
juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter,
yaitu antara lain :
a. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation). Operasi pasar terbuka adalah cara
mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga
pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar,
pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang
yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah
kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI
atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat
Berharga Pasar Uang.
b. Fasilitas Diskonto (Discount Rate). Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang
yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank
umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank
sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat
bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang
yang beredar berkurang.
c. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio). Rasio cadangan wajib adalah
mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan
perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang
beredar, pemerintah menaikkan rasio cadangan wajib.
d. Himbauan Moral (Moral Persuasion).Himbauan moral adalah kebijakan moneter
untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi himbauan kepada pelaku
ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 38

dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau
agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang
beredar pada perekonomian.
F. TOLAK UKUR STABILITAS MONETER
Setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah harus memiliki target dan ukuran
keberhasilan. Hal ini penting, untuk mengukur atau sebagai acuan, apakah kebijakan
tersebut berhasil atau tidak. Dalam perekonomian beberapa indikator yang biasanya
digunakan untuk menilai kebijakan moneter adalah :
1. Jumlah Uang Beredar (JUB)
Dari kelima indikator tersebut, hanya JUB yang tidak dapat dimonitor dan dirasakan
lansung oleh masyarakat, sementara itu indikator nomor 2 sampai dengan 5, relatif
dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat. Dengan alasan ini, berikut ini
akan dijelaskan secara ringkas dari keempat indikator tersebut
2. Laju inflasi yang cukup rendah terkendali
Bagi dunia perbankan laju inflasi yang tinggi akan menimbukan kesulitan bagi Bank
untuk mengerahkan dana masyarakat, karena dengan inflasi yang tinggi tersebut,
tingkat bunga riil (bunga nominal-inflasi) akan menurun, sehingga mengurangi
keinginan

masyarakat

untuk

menyimpan

kekayaannya

dalam

produk-produk

perbankan. Dampak selanjutnya adalah, bunga riil yang menurun bila dibandingkan
tingkat bunga riil di luar negeri akan memicu larinya dana masyarakat ke luar negeri,
karena dirasakan masyarakat lebih menguntungkan menyimpan dananya di luar negeri.
3. Suku bunga pada tingkat yang wajar
Selain yang telah sering dijelaskan sebelumnya, bahwa dari sisi masyarakat tingginya
suku bunga memang akan menambah keinginan masyarakat untuk menyimpan
dananya di bank, namun di sisi lain, tingginya suku bunga tersebut akan mengurangi
niat dunia usaha untuk mengambil kredit bagi pengembangan usahanya. Akibatnya
dana yang sudah terlanjur masuk ke perbankan dengan adanya bunga tinggi tersebut,
tidak dapat tersalurkan dan menimbulkan permasalahan baru bagi perbankan, yakni,
Kemana dana masyarakat tersebut akan disalurkan ? Apabila masalah ini tidak segera
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 39

mendapat jalan keluar, maka perbankan terancam akan menghadapi masalah likuiditas
dan tentu saja masalah penghasilan dari bunga yang seharusnya diperoleh.
4. Nilai tukar rupiah yang realistis, dan
Nilai tukar yang stabil tentu akan lebih memberi iklim kepastian bagi semua pelaku
usaha, termasuk sektor perbankan, dunia usaha dan masyarakat. Nilai tukar rupiah
yang rendah saat ini dapat dijadikan saat yang baik dunia usaha yang berorientasi
ekspor, dan ini dapat memicu peningkatan permintaan kredit dari dunia usaha untuk
melanjutkan dan meningkatkan produk ekspornya.
5. Ekspektasi/harapan masyarakat terhadap moneter
Meskipun lebih sulit untuk diukur, namun ekspektasi masyarakat mulai mendapat
perhatian besar dalam rangka pelaksanaan kebijakan moneter di Indonesia. Ekspektasi
umumnya terjadi melalui ekspektasi masyarakat terhadap tingkat inflasi dan ekspektasi
terhadap nilai tukar. Ekspektasi masyarakat yang berlebihan terhadap besaran inflasi
akan mendorong semakin tingginya harga-harga, sehingga akan mengurangi tingkat
konsumsi dan daya saing produk dalam negeri yang akan diekspor. Sementara itu,
ekspektasi masyarakat yang negatif terhadap nilai tukar akan berdampak pada
menurunnya kepercayaan masyarakat pada mata uang rupiah, sehingga dapat memicu
mengalirnya dana masyarakat keluar negeri.
4. STRATEGI KEBIJAKAN MONETER
Untuk mendapatkan indikator moneter seperti disyaratkan di atas, pemerintah yang
dalam hal ini otoritas moneter, memerlukan strategi yang tepat dan sesuai dengan
kondisi di Indonesia. Secara umum, strategi moneter yang dapat dipilih antara lain
adalah :
1. Startegi Kebijakan moneter longgar (Easy Monetary Policy) atau Strategi kebijakan
moneter ketat (Tight Monetary Policy)
Kebijakan moneter longgar akan ditempuh untuk menggiatkan kembali perekonomian
yang sedang lesu, dengan cara mempermudah dan menambah jumlah uang beredar,
agar permintaan konsumsi naik.
2. Countercyclical Monetary Policy atau Accomodative Monetary Policy Countercyclical
Monetary Policy
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 40

Untuk memperlunak konjungtur/naik turunnya perekonomian, pemerintah perlu secara


aktif malakukan intervensi di pasar uang, yakni dengan melakukan ekspansi moneter
disaat perekonomian menghadapi masa resesi dan melakukan konstraksi moneter saat
perekonomian mengalami boom/laju yang terlalu cepat. Penjelasan ini dapat dilihat
pada gambar berikut
3. Accomodatice Monetery Policy
Pendapat kedua mengatakan, bahwa sebaiknya pemerintah menghindari intervensi
untuk memperlunak konjungtur perekonomian yang terjadi, dan membiarkannya terjadi
secara alami. Pendapat ini didasarkan pada pemikiran:
1. Ekspektasi masyarakat dapat mengalahkan dampak dari variabel-variabel moneter
lainnya. Dengan kata lain, masyarakat telah mengantisipasi setiap kebijakan yang akan
diterapkan oleh masyarakat.
2. Kebijakan pemerintah tidak dapat memberi dampak secara langsung dan segera.
Sebagai contoh; kebijakan moneter longgar yang ekspansif yang diterapkan saat
ekonomi lesu/resesi, tidak akan segera kelihatan dampaknya saat itu juga, namun
butuh waktu dan itu dapat terjadi justru ketika perekonomian telah mencapai tahap
boom.
5. EFEKTIFITAS KEBIJAKAN MONETER
Yang dimaksud dengan efektifitas kebijakan moneter adalah, sejauh mana kebijakan
moneter yang ditempuh pemerintah (apapun bentuknya), memberi dampak positif bagi
perekonomian dan masyarakat, dalam arti :
a. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b. dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
c. dapat meningkatkan kesempatan kerja
d. dapat meningkatkan penerimaan devisa negara
e. serta memberi pengaruh pada kebijakan makro lainnya
Teori yang membicarakan mengenai efektifitas kebijakan moneter ini diantaranya
adalah :

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 41

a. Teori Natural Rate Hypothesis, yang percaya bahwa kebijakan hanya akan efektif
dan memberi dampak dalam jangka pendek saja, namun tidak akan efektif untuk jangka
panjang
b. Teori Rational Expectation Hypothesis, yang percaya bahwa baik dalam jangka
pendek maupun dalam jangka panjang, kebijakan moneter tidak akan efektif untuk
memberi pemahaman yang lebih baik mengenai kedua teori tersebut, perhatikan contoh
kasus berikut ini. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, untuk meningkatkan aktivitas
ekonomi melalui peningkatan konsumsi masyarakat, pemerintah akan menempuh
kebijakan ekspansif (kebijakan moneter longgar).
G. KESIMPULAN
1. Keseimbangan (general equilibrium) atau disebut juga keseimbangan simultan
(simultaneous equilibrium) antara pasar barang dan pasar uang terjadi pada
perpotongan kurva IS dan LM
2. Menurut teori klasik di pasar barang tidak mungkin terjadi kelebihan atau
kekurangan produksi barang dalam jangka panjang. Kalau terjadi kelebihan
maka dalam waktu yang tidak lama akan terjadi keseimbangan kembali
3. Teori Keynesian ini adalah jalan tengah antara teori Klasik yang tidak meinginkan
campur tangan pemerintah sama sekali dan Sosialis yang esktrim menginginkan
campur tangan pemerintah dalam setiap aspek ekonomi negara. Sistem sosialis
hanya memberikan sedikit ruang tersisa bagi masyarakat untuk berkiprah,
berkreatifitas dan mengatur diri sendiri
4. Kebijakan Fiskal dan Moneter merupakan bentuk-bentuk kebijakan ekonomi
yang akan dilakukan oleh negara sangat tergantung pada tujuan-tujuan yang
ingin dicapai

DAFTAR PUSTAKA
Bemjamin M Friedman and Michael Woodford, Hand Book of Monetary Economics, Vol
3 A, North Holland, 2011
Boediono. Ekonomi Moneter. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta: 2001.
Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 42

Christopher Pass & Bryan Lowes. Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua. Collins.
Penerbit Erlangga : 1997.
Mankiw, G., Teori ekonomi makro
Jegdish handa, Monetary Economic, 2nd Edition, Routledge, 2009
Jurnal : Measuring : Monetery Policy in Open Economies, Diego Cardeiro, Wold Bank,
2010, MPRA Paper No. 21071, Posted 02 March 2010/19:45
Jurnal :

Inflation Target Transparency and The Macroeconomiy, Melecky, Martin:


Rodr_quesPalenzuela, Diego and Soderstrom.

Jurnal : Asseing The Performance of Inflation Targeting inEast Asian Economies ( Hiroki
Taguchi and Chizuru Kata, 2011)
Jurnal : Inflation Targeting Framework : isthe story different for Asian Economies?
(Naqvi, Bushra and Rizvi, Syaed Kumail Abbas) Universitas The Paris 1.
Manullang. Pengantar Teori Ekonomi Moneter. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta:
1993.

Analisis keseimbangan umum, PPS 2014

Page 43

Anda mungkin juga menyukai