Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

EKONOMI MAKRO

DOSEN PEMBINA : Dr. Priyono MM


NAMA : Anggi Langgeng Bachtiar
NIM : 13-160-0116
Ruang Kelas : B-302 (2013)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
TAHUN 2013-2014

KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati kami memanjatkan segala puji
& syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Tugas Makalah
ini untuk memenuhi mata kuliah Perekonomian Indonesia. Mungkin
dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari
segi penulisan,isi,dan lain sebagainya. Maka, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan untuk kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini diterima dan bermanfaat bagi para
pembaca khususnya dalam menambah wawasan dan pengetahuan di
bidang Ilmu Ekonomi. Atas perhatian dan kerja sama nya kami
mengucapkan Terima kasih.

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah
inflasi dan pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini
dapat saling berkaitan? Kita melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah
bergantung pada berbagai ciri pasar tenaga kerja, seperti peraturan upah
minimum, kekuasaan pasar serikat pekerja, peranan upah efisiensi dan seberapa
efektifnya proses pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutama sekali
bergantung pada jumlah uang yang beredar yang dikendalikan oleh bank sentral,
oleh sebab itu, pada jangka panjang, inflasi dan pengangguran secara garis besar
bukanlah dua masalah yang saling berkaitan.
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal dapat menggeser kurva permintaan agregat. Oleh sebab itu,
kebijakan moneter dan fiskal dapat memindahkan perekonomian sepanjang
kurva phillips. Kenaikan jumlah uang yang beredar, peningkatan pengeluaran
pemerintah atau pemotongan pajak meningkatkan permintaan agregat dan
memindahkan perekonomian ke suatu titik pada kurva phillips dengan tingkat
pengangguran yang lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi. Dan begitu juga
sebaliknya. Dengan pemahaman ini kurva phillips menawarkan pilihan-pilihan
kombinasi antara inflasi dan penangguran kepada para pembuat kebijakan

Rumusan Masalah
a. Penyebab hubungan antara Pengangguran dan Inflasi
b. Dampak Inflasi Pengangguran, dan Ketimpangan Neraca Pembayaran
terhadap Masyarakat Indonesia

Tujuan Makalah
Mengetahui konsep Pengangguran & Inflasi Mengetahui hubungan
antara Pengangguran & Inflasi Mengetahui Kebijakan-kebijakan yang diambil
pemerintah untuk mengendalikan Inflasi dan menurunkan Pengangguran

DASAR TEORI
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum
dan terus menerus Sukirno (2002). Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari
satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut
meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang
lain (Boediono, 2000). Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan
persentase yang sama.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau
para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya
kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Seperti dikemukakan diatas, penentuan sasaran inflasi dilakukan dengan
memperhatikan prospek ekonomi makro dan didasarkan pada perkembangan
dari proyeksi arah pergerakan ekonomi kedepan. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa terdapat ketidak sejalanan (trade-off) antara pencapaian
inflasi yang rendah dengan keinginan untuk mendorong laju pertumbuhan
ekonomi lebih tinggi. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia tidak ingin menargetkan
inflasi yang terlalu rendah karena dapat menghambat pemulihan ekonomi
nasional. Untuk ini dengan menggunakan model-model makro ekonomi yang
dikembangkan. Bank Indonesia menganalisis dan memproyeksi beberapa laju
pertumbuhan ekonomi kedepannya, dengan berbagai komponen-komponennya
dan komposisinya yang didorong oleh sisi permintaan dan dari sisi penawaran.
Dengan cara ini, dapat diukur kecenderungan terjadinya kesengajaan antara
besarnya permintaan dengan penawaran agregat (yang diukur dengan output
potensial), atau yang sering disebut output gap kesenjangan output. Besarnya
output gap inilah yang diperkirakan akan menentukan besarnya tekanan
terhadap inflasi kedepannya.

PEMBAHASAN
Hubungan Inflasi, Pengangguran, dan Ketimpangan
Neraca Pembayaran
Definisi Inflasi Dan Penganguran
Inflasi adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suatu harga atas barangbarang secara umum dari waktu ke waktu secara terus menerus.
Tingkat kenaikan harga baru dapat dikatakan sebagai inflasi bila kenaikan itu
meluas dan mempengaruhi kenaikan harga untuk barang yang lain. Sehingga
kenaikan harga untuk satu atau dua barang saja dapat dikatakan sebagai inflasi,
kecuali bila telah mempengaruhi harga barang lainnya.
Pengangguran adalah suatu kondisi dimana seseorang yang ingin
bekerja dan mempunyai kemampuan dibidang masing-masing tetapi
dikarenakan terbatasnya suatu pekerjaan yang tersedia dan tidak memadai
bahkan bisa juga tidak tersedianya lapangan kerja .

INFALASI
Inflasi adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suatu harga atas barangbarang secara umum dari waktu ke waktu secara terus menerus.
Tingkat kenaikan harga baru dapat dikatakan sebagai inflasi bila kenaikan itu
meluas dan mempengaruhi kenaikan harga untuk barang yang lain. Sehingga
kenaikan harga untuk satu atau dua barang saja dapat dikatakan sebagai inflasi,
kecuali bila telah mempengaruhi harga barang lainnya.
Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan
telah terjadi inflasi :
1. Kenaikan Harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik juka menjadi lebih tinggi daripada
harga periode sebelumnya. Misalnya, harga sabun mandi 80 gram per unit
kemarin adalah Rp. 1.000. Hari ini menjadi Rp.1.100. Berarti harga sabun
per unit hari ini Rp.100 lebih mahal dibanding harga kemarin.
2. Bersifat Umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika
kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik.

Harga buah mangga Harum Manis di Jakarta, jika belum musimnya dapat
mencapai Rp.10.000 per kilogram. Tetapi jika sudah musimnya, sekitar
akhir tahun, dapat dibeli hanya dengan harga Rp.4.000-Rp.5.000 per
kilogram.
3. Berlangsung Terus-Menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan
inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi
dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan .

Penyebab Inflasi :
1. Tingkat pengeluaran agregat yg melebihi kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan barang dan jasa - Keinginan utk mendapatkan brg yg dibutuhkan
- Pengusaha menahan barangnya (pasar gelap)
2. Pekerja di berbagai kegiatan ekonomi menuntut kenaikan upah - Peningkatan
produksi, pekerja menuntut kenaikan upah - Tuntutan upah yg meluas akan
mendorong biaya produksi
3. Kenaikan harga barang impor
4. Penambahan penawaran uang yg berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan
produksi dan penawaran barang
5. Kekacauan politik dan ekonomi

Akibat buruk inflasi :


1. Menurunnya tingkat kemakmuran masyarakat, terutama bagi yang
berpenghasilan tetap.
2. Inflasi dapat berlaku lebih cepat dibandingkan kenaikan upah/gaji
3. Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang terganggu
4. Cenderung mengurangi tingkat investasi
5. Cenderung mengurangi ekspor dan menaikkan impor
6. Memperlambat pertumbuhan ekonomi

Jenis-jenis Inflasi
Jenis-jenis inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa golongan
berdasarkan berbagai faktor yang membedakannya.
Berdasarkan asalnya :
a.

Inflasi Dalam Negeri (Domestic Inflation)


Adalah inflasi yang terjadi didalam negeri, umumnya disebabkan karena
defisit anggaran belanja yang dibiayai oleh percetakan uang baru, kenaikan
upah, gagal panen dll.

b.

Inflasi Luar Negeri (Imported Inflation)


Adalah inflasi yang disebabkan karena naiknya harga barang-barang
impor, yang terjadi karena kenaikan tarif impor barang atau karena tingginya
biaya produksi di luar negeri.
Berdasarkan tingkat tingginya inflasi
Inflasi ringan (dibawah 10% pertahun)
Inflasi sedang (10% sampai 30% pertahun)
Inflasi berat (antara 30% sampai 100% pertahun)
Hiper inflasi (diatas 100% pertahun)
Cara Menghitung Tingkat Inflasi
Untuk dapat menghitung tingkat inflasi terlebih dahulu harus diketahui
indeks harga konsumen (IHK). IHK adalah ukuran perubahan harga dari
kelompok barang dan jasa yang paling banyak dikonsumsi oleh rumahtangga
dalam jangka waktu tertentu, untuk menhitung IHK digunakan rumus :
IHK = harga sekarang/harga pada tahun dasar x 100%
Selanjutnya rumus untuk menghitung laju inflasi adalah :
Laju Inflasi = IHK periode n IHK tahun sebelumnya

Faktor Penentu Terjadinya Inflasi :


Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Disebabkan karena permintaan masyarakat akan barang terlalu kuat yang dipicu
oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga permintaan menjadi tinggi.
Permintaan yang tinggi terhadap faktor faktor produksi tersebut mengakibatkan
harga faktor produksi mengalami kenaikan. Hal ini terjadi karena jumlah uang
yang beredar bertambah.
Desakan Biaya (Cost Push Inflation)
Terjadi akibat adanya kelangkaan distribusi. Walaupun tidak ada permintaan
yang meningkat secara signifikan. Yang memicu terjadinya kenaikan harga ialah
karena ketidaklancaran arus distribusi atau berkurangnya barang yang di
produksi yang tersedia pada rata rata permintaan normal. Hal ini juga adapat
terjadi karena naiknya biaya produksi.

Inflasi Campuran
Adalah gabungan dari keduakombinasi antara tarikan permintaan dan dorongan
biaya. Namun jenis ini jarang dijumpai pada kehidupan nyata.

Dampak dari inflasi


Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan
dalam perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip
ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan
pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tinhgkat
pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk
menyeimbangkan perekonomian Negara, dan lain sebagainya. Secara khusus
dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi adalah
sebagai berikut.

Dampak Negatif
1.

2.

3.
4.
5.
6.

Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik,
sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat
yang berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa
membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan
yang ditimbulkannya.
Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk
menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank
di rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau
rendahnya dana investasi yang tersedia.
Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk
memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan
konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber
produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena
produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu
membeli.
Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang
mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada
penjarahan dan perampasan.

Dampak positif
1.
Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan
diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2.
Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam
negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
3.
Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan
tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau
membuka usaha.

Cara Mencegah Inflasi :


1. Kebijakan Moneter Pengaturan jumlah uang yang beredar. Salah satunya
pengaturan uang giral melalui penetapan cadangan minimum.
2. Kebijakan Fiskal Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan
total. Kebijaksanaan fiskal berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta
kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat
ditekan.
3. Kebijakan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output
ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk
sehingga impor cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang dalam
negeri cenderung menurunkan harga.
4. Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta didasarkan pada indeks harga
tertentu untuk gaji ataupun upah (gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga
naik,gaji atu upah juga dinaikkan.

Kerugian Inflasi
Inflasi memperbanyak jumlah masyarakat produktif yang menganggur
karena banyaknya PHK yang dilakukan perusahaan perusahaan.
Harga dalam berbagai barang konsumsi masyarakat menjadi mahal. Sehingga
untuk menutupinya seringkali masyarakat harus memperkecil pengeluaran akan
kebutuhannya.
Para pemborong atau kontraktor, harus mengeluarkan tambahan biaya agar
dapat menutup pengeluaran karena terjadinya inflasi. Sehingga keuntungannya
menjadi berkurang.
Bagi para kreditor atau pemberi pinjaman karena nilai riil dari pinjaman
yang diberikan dapat menjadi lebih kecil. Misalnya pada saat sebelum inflasi
pinjaman sebesar Rp.500.000,00 setara dengan 25 gram emas. Namun setelah
inflasi dapat menjurun menjadi 20 gram emas.
Bagi para penabung terjadinya inflasi dapat memperbesar tingkat bunga dan
menurunkan nilai uang yang ditabung dibandingkan ketika sebelum terjadinya
inflasi.

Keuntungan Inflasi
Keuntungan inflasi dapat juga di rasakan bagi suatu perusahaan yang
memiliki stok persediaan barang dari sebelum terjadinya inflasi.
Bagi para pedagang, inflasi dijadikan sebagai kesempatan untuk
mempermainkan harga dengan cara menaikkan harga untuk memperoleh
keuntungan yang besar.

Bagi para orang orang atau perusahaan yang mengadakan spekulasi, mereka
akan menimbun barang sebanyak banyaknya sebelum terjadinya inflasi untuk
menjualnya saat terjadinya inflasi. Kenaikan harga akan menguntungkan
mereka.
Bagi para peminjam, terjadinya inflasi tidak mempengaruhi jumlah
pinjamannya jika peminjaman terjadi sebelum terjadinya inflasi. Meskipun saat
inflasi terjadi kenaikan harga. Contohnya para pengambil KPR BTN inflasi
akan mengakibatkan harga bahan bangunan menjadi naik. Namun jumlah
kewajiban yg harus dibayar kepada BTN tidak ikut dinaikkan.

Dapatkah Inflasi di Indonesia Dijinakkan ?

Perlunya inflasi dikendalikan rasanya tidak perlu dipertanyakan lagi. Inflasi


menggerogoti nilai ril pendapatan menjadikan semua orang. Terutama orang miskin, bertamb
miskin. Di sisi supply, banyak proyek terancam tidak feasible gara-gara asumsi inflasinya ter
tinggi, sehingga investasinya tidak jadi dilakukan dan lapangan pekerjaaan tidak jadi bertamb
Bahkan saat ini tingkat nilai inflasi Indonesia yang masih lebih tinggi dibanding dengan tingk
inflasi di negara tetanggga menjadikan tingkat bunga rill terancam negatif yang akan
memberikan tekanan pada nilai rupiah terhadap uang asing. Khsusnya ditengah kabar akan
meningkatkanya suku bunga Fed Fund di Amerika.
Inflasi sebenarnya dapat dikendalikan walaupun tidak mudah. Untuk itu perlu
dikendalikan faktor-faktor dominan penyebab inflasi yang ditiap-tiap negara bisa tidak sama.
Untuk Indonesia ada beberapa faktor dominan yang menonjol, yang pertama, dan paling besa
pengaruhnya asalah faktor moneter (Core Infalation). Ini konsisten dengat pendapat begawan
ilmu ekonomi moneter Milition Friedman yang mengatakan Inflation Is Always A Monetary
Phenomeon. Maka tidak salah bila dalam UU No.3 tahun 2004, Bank Indonesia adalah piha
yang diberi tanggung jawab oleh negara untuk memelihara nilai rupiah, karena BI yang
mengendalikan Instrumen-instrumen moneter termasuk jumlah uang beredar. Walaupun fakto
moneter paling dominan pengaruhnya, core inflation selama ini selama ini adalah bagian infl
yang paling mudah dikendalikan. Dari data tahun 2003, deviasi realisasi dan perkiraan core
inflation hanya 1,07% dari perkiraan 8% di awal tahun tersebut. Yang masih menjadi persoal
di Indonesia dalam hal ini adalah terjadinya efek tunda (lag) dari suatu kebijakan moneter ya
lumayan lama, kabarnya masih sekitar 4-6 bulan. Faktor dominan yang Kedua adalah Peruba
atas Administered Prices, yaitu harga barang-barang dan jasa tertentu yang tingkat harganya
ditentukan secara sepihak oleh pemerintah, BUMN atau oleh kartel, seperti BBM, Listrik,
Telepon, Air, SPP Sekolah dan sebagainya. Dari data BI, tingkat kemelencengan realisasi dar
perkiraan untuk tahun 2003 cukup besar, yaitu 8% sekaligus menunjukan tipisnya kesadaran,
kesepakatan maupun koordinasi para pengambil kebijakn terkait (baik swasta maupun
pemerintah) ddalam pengendalian administered prices ini. Saat ini wacana inflasi dalam sida
kabinet belum terjabarkan ke dalam tindakan pengendalian inflasi yang lebih terkoordinasi d
berkesinambungan, apalagi dalam kalangan BUMN maupun pengusaha swasta. Faktor yang
ketiga adalah fenomena supply-shock yang sangat memmengaruhi perekonomian kita, baik d
sisi domestik (seperti kekeringan, gagal panen, dan wabah ternak) maupun internasional (sep
naiknya harga crude oil, perubahan exchange rate, dan suku bungah internasional). Data BI
tahun 2008 deviasi realisasi dari perkiraan Food Volatile Inflation cukup besar, yaitu 7,69
menunjukan sulitnya mengendalikan inflasi di bidang ini. Departemen Perdagangan dan
Perindustrian belum dapat mewujudkan kebijakan distribusi yang efektif untuk menghindari
tingginya inflasi bila terjadi krisis pangan. Ketergantungan atas minyak bumi juga memperpa
inflasi apabila terjadi kenaikan harga minyak dunia. Tiap satu dollar AS kenaikan harga miny

PENGANGURAN
Pengangguran adalah suatu kondisi dimana seseorang yang ingin
bekerja dan mempunyai kemampuan dibidang masing-masing tetapi
dikarenakan terbatasnya suatu pekerjaan yang tersedia dan tidak memadai
bahkan bisa juga tidak tersedianya lapangan kerja .
Pengangguran juga dapat didefinisikan sebagai berikut yaitu seseorang
yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang
mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat
memperoleh pekerjaan yang diinginkannya.
Golongan penduduk yang termasuk sebagai angkatan kerja adalah sebagai
berikut :
Penduduk yang berumur antara 15 hingga 65 tahun kecuali ibu rumah
tangga yang lebih suka menjaga keluarganya
Orang yang belum mencapai umur 65 tahun tetapi sudah pensiun dan
tidak mau bekerja lagi
Pengangguran sukarela yaitu golongan penduduk dalam lingkungan
umur tersebut yang tidak aktif mencari pekerjaan
Pengangguran menyebabkan produktivitas masyarakat berkurang
sehingga banyak menyebabkan timbulnya kemiskinan, tingkat kriminalitas
meningkat dan masalah sosial lainnya yang akan terjadi. Yang jika dalam jangka
waktu yang panjang dapat menyebabkan kekacauan politik dan sosial disuatu
negara ini sehingga dapat mengganggu dan menghambat pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi disuatu negara sehingga dapat mengakibatkan
menurunnya GNP dan pendapatan perkapita disuatu Negara. Hal demikian
sangat dapat membahayakan untuk suatu Negara bahkan jika suatu Negara
tersebut sedang berkembang pesat disuatu bidang.
Jenis-jenis pengangguran :
1) Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Adalah suatu jenis pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seorang
pekerja untuk meninggalkan kerjaannya dan mencari kerjaan lebih baik lagi
atau mencari kerjaan yang lebih sesuai dengan keinginannya.
Contoh :
- seorang guru di Medan, misalnya berhenti bekerja karena mengikuti suaminya
yang dipindahkan ke Jakarta. Di tempat yang baru ini guru tersebut mencari
kerjaan kembali.
- seorang wanita yang bekerja sedang mengandung anaknya yang pertama dan
memutuskan untuk berhenti kerja. Setelah anaknya berumur beberapa bulan ia
memutuskan mencari kerja kembali.

2) Pengangguran Musiman (seasonal unemployment)


Adalah suatu keadaan dimana seseorang harus menganggur, karena
adanya fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek.
Contoh :
- Petani, misalnya akan selalu dapat digolongkan sebagai penganggur musiman
karena mereka tidak selalu dapat bekerja sepanjang tahun. Dan diantara
menanam dan panen meraka harus menganggur karena beberapa bulan
diperlukan agar tanamannya mendapatkan hasil.
3) Pengangguran siklikal
Adalah jenis pengangguran yang disebabkan karena adanya imbas dari
naik turunnya siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah
daripada penawaran pekerjaan.
4) Pengangguran struktural
Adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan ekonomi
(berkembang atau mengalami kemunduran), yang disebabkan karena
perkembangan teknologi, persaingandari luar negeri atau luar daerah, dan
pertumbuhan yang pesat dari kawasan lain.
Contoh :
- Sebelum industri komputer berkembang permintaan yang besar ke atas untuk
mesin tik. Dengan penggunaan computer yang semakin meluas, permintaan
mesin tik pun menjadi berkurang dan industrinya mengalami kemunduran,dan
sebagian pekerja dalam industri ini akan menganggur.
5) Pengangguran sukarela
Adalah pengangguran yang dikarenakan adanya kesempatan kerja tetapi
orang yang menganggur itu tidak bersedia menerimanya pada tingkat gaji yang
berlaku.
6) Pengangguran terpaksa
Adalah pengangguran yang diakibatkan apabila seseorang bersedia
menerima pekerjaan pada tingkat gaji yang berlaku , tetapi pekerjaan itu tidak
bersedia.
Contoh :
- Seseorang yang memang sangat ingin mendapatkan pekerjaan tetapi
perusahaan tersebut tidak membutuhkan karyawan lagi atau persyaratannya
untuk menjadi karyawan tersebut tidak sesuai atau kurang.

7) Pengangguran tersembunyi
Adalah pengangguran yang keadaan dimana suatu jenis kegiatan ekonomi
dijalankan oleh tenaga kerja yang jumlahnya melebihi dari yang diperlukan.
Contoh :
- Dalam kegiatan ekonomi dapat dijalankan secara efisien dengan
menggunakan 5 pekerja, tetapi pekerja yang sebenarnya adalah 8 orang.Dalam
contoh ini kelebihan 3 pekerja tersebut yang digolongkan sebagai penganggur
tersembunyi.
8) Pengangguran setengah menganggur
Adalah keadaan pengangguran dimana seseorang, pekerja itu melakukan
kerja jauh lebih rendah dari jam kerja yang normal.
Setidak-tidaknya ada dua dasar utama klasifikasi penganguran, yaitu
Pendekatan Angkata Kerja (Labour Force Approach) dan Pendekatan
Pemanfaatan Tenaga Kerja (Labour Utilization Approach)
1. Pendekatan Angkata Kerja (Labour Force Approach)
Pendekatan ini mendefinisikan penganguran sebagai angkatan kerja yang
tidak berkerja.
2. Pendekatan Pemanfaatan Tenaga Kerja (Labour Utilization Approach)
Dalam pendekatan ini, angkatan kerja dibedakan menjadi tiga kelompok
yakni :
1. Menganggur (Unemployed) adalah mereka yang sama sekali tidak
bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini sering disebut
juga pengangguran terbuka (open unemployment). Berdasarkan
definisi ini, Tingkat pengangguran di Indonesia umumnya relatif
rendah, yaitu 3%-5% per tahun.
2. Setengah Menganggur (Underemployed) adalah mereka yang bekerja,
tetapi belum dimanfaatkan secara penuh. Artinya jam kerja mereka
dalam seminggu kurang dari 35 jam. Berdasarkan definisi ini tingkat
pengangguran di Indonesia relatif tinggi, karena angkanya berkisar
35% per tahun.
3. Berkerja Penuh (Employed) adalah orang-orang yang bekerja penuh
satu jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.

Penyebab terjadinya Pengangguran


Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak
sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan

adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan


berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalahmasalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan
jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam
persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran
dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat
menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan
keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan
kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP
dan pendapatan per kapita suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah pengangguran
terselubung di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga
kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang. Dampak terjadinya
Pengangguran Bagi Perekonomian Negara
1. Penurunan pendapatan perkapita.
2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
Bagi Masyarakat Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
1. Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak
digunakan apabila tidak bekerja.
2. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.

Kebijakan-kebijakan Pemerintah untuk mengatasi


Pengangguran
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuhkan berbagai cara
untuk mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi,
yaitu sebagai berikut :

Cara Mengatasi Pengangguran Struktural Untuk mengatasi pengangguran jenis


ini, cara yang digunakan adalah :

1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.


2. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang
kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan
(lowongan) kerja yang kosong, dan
4. Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami
pengangguran.
Cara Mengatasi Pengangguran Friksional Untuk mengatasi pengangguran
secara Friksional antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut :
1. Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri
baru, terutama yang bersifat padat karya.
2. Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
3. Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di
sektor agraris dan sektor formal lainnya.
4. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan
jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap
tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru
dari kalangan swasta.
Cara Mengatasi Pengangguran Musiman Jenis pengangguran ini bisa
diatasi dengan cara sebagai berikut :
1. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain,
dan
2. Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan
waktu ketika menunggu musim tertentu.
Cara Mengatasi Pengangguran Siklus Untuk mengatasi pengangguran
jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut :

1. Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan


2. Meningkatkan daya beli masyarakat.

Ketimpangan Neraca Pembayaran


Ketimpangan Neraca Pembayaran, neraca pembayaran adalah suatu
ikhtisar yang meringkas transksi-transaksi antara penduduuk suatu negara
dengan penduduk negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu
tertentu. neraca pembayaran harus dalam keadaan seimbang antara sisi
pendapatan denganpegeluaran. jika terjadi ketidak seimbangan neraca
pembayaran, pemerintah harus mengeluarkan kebjakan untuk mengatasinya
Masalah neraca pembayaranNeraca pembayaran adalahcatatan
sistematis mengenaisemua transaksi ekonomi antarpenduduk suatu Negara
dengannegara lain selama periode tertentu.

Cakupan Neraca Pembayaran ada tiga yaitu:


1. Penerimaan dari ekspor dan pembayaran untuk impor barang dan jasa
2. Aliran masuk penanaman modal asing dan pembayaran penanaman modal ke
luar negeri
3. Aliran ke luar dan aliran masuk modal jangka pendek

Bagian neraca pembayaran ada dua hal yaitu:


1. Neraca Perdagangan menunjukkan perimbangan di antara ekspor dan impor
2. Neraca Keseluruhan Menunjukkan perimbangan di antara keseluruhan aliran
pembayaran ke luar negeri dan keseluruhan aliran penerimaan dari luar negeri
Kegiatan Perekonomian Terbuka-Perdagangan internasional adalah kegiatan
pertukaran barang dan jasa antar dua atau lebih Negara di pasar dunia atau
global dengan jalan melakukan ekspor dan impor.

Surplus dandan defisit Neraca Pembayaran ada dua yaitu:


1. Neraca Pembayaran surplus,jika penerimaan lebih besar pembayaran (saldo
positif).
2. Neraca Pembayaran defisit,jika penerimaan lebih kecil pembayaran (saldo
negatif).

Manfaat Neraca Pembayaran yaitu :


1. Memberikan informasi tentang posisi Negara yang bersangkutan dalam
perdagangan.
2. Membantu pemerintah dalam mengambil kebijakan
moneter,fiskal,perdagangan maupun pembayaran internasional.

3. Memberikan keterangan kepada pemerintah dalam menetapkan berbagai


kebijakan perekonomian nasional,seperti ekspor impor, lalu lintas moneter dan
produksi.

Tujuan Neraca Pembayaran yaitu :


1. Sebagai alat pembukuan budget dan alat pembayaran luar negeri agar
pemerintah dapat mengambil keputusan yang tepat.
2. Sebagai alat untuk menjelaskan pengaruh dari transaksi luar negeri terhadap
pendapatan nasional.
3. Sebagai alat untuk mengukur keadaan / kondisi perekonomian dalam
hubungan internasional dari suatu Negara.
4. Sebagai alat dari kebijakan moneter yang akan dilaksanakan oleh suatu
Negara.
5. Untuk mengetahui transaksi luar negeri terhadap pendapatan nasional.

Keterkaitan Pengangguran dengan Inflasi


Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi
pokok permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka
pertumbuhan positif dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi.
Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum,
yang secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inflasi
mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti
semakin besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun masalah
inflasi tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa.
Inflasi juga sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari
masyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung kepada upah
riil. Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi
dengan kenaikan upah riil.
Masalah ketiga adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran
telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara
berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan
dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan
besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena
faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi. Masalah pengangguran itu sendiri
tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang namun juga dialami oleh
negara-negara maju. Namun masalah pengangguran di negara-negara maju jauh

lebih mudah terselesaikan daripada di negara-negara berkembang karena hanya


berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan bukannya karena faktor
kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik
di negara tersebut.

Masalah Pengangguran

Jumlah pengangguran terus bertambah dari sekitar 4,5 juta orang atau 5% pada tahun 20
(menjelang krisis ekonomi), menjadi sekitar 6,5 juta orang atau 7% pada tahun 2008, dan me
9,5% pada tahun 2012. Demikian juga jumlah setengah pengangguran meningkat dari jumlah
juta orang pada 2005 menjadi sekitar 31 juta orang pada tahun 2008 dan 2012.
Indikator makro ekonomi dalam lima tahun terakhir ini memang berangsur-angsur baik
bentuk laju inflasi dan tingkat bunga yang relatif rendah. Namun, Indikator makro tersebut b
mampu mendongkrak sektor riil. Kesempatan kerja di sektor formal justru berkurang dari sek
31,5 juta dalam tahun 2008 menjadi hanya sekitar 27,5 juta dalam tahun 2012. Artinya, dalam
tahun sekitar 4 juta pekerja tergusur dari sektor formal. Sebagian dari pekerja tergusur terseb
membanjiri sektor informal yang tidak produktif dan sebagian lagi menambah barisan penga
Demikian juga angkatan kerja baru sangat minim terserap di sektor formal. Setelah tidak taha
menganggur terlalu lama, sebagian mengambil kesempatan kerja apa saja yang tersedia di se
formal.
Penyebab utama masalah berat tersebut adalah pengambil kebijakan sejak pemerintahan
Baru hingga sekarang ini yang terlalu percaya pada Trickle-down effect. Mereka beranggapan
dengan mendorong pertumbuhan ekonomi, masalah pengangguran da kemiskinan akan otom
teratasi. Tapi, mereka tidak menyadari struktur perekonomian yang dominan sektor informal,
hambatan-hambatan birokrasi dan kekakuan pasar. Misalnya, walaupun tingkat bunga pada s
makro dibawah 10%, namun hamir ada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang mengenakan b
pinjaman di bawah 25%. Demikian juga para keluarga petani dan keluarga miskin, tetap sang
memperoleh kredit karena mereka pada umumnya tidak paham memberikan agunan dan men
folmulir perjanjian meminjam uang.
Dengan demikian, pemerintahan baru, terutama selama 100 hari pertama kerja kabinet,
memprioritaskan penanggulangan pengangguran dan setengah pengangguran, yaitu antara la
1. Mengembangkan usaha mandiri dan usaha kecil, termasuk usaha-usaha keluarga dan
kerajina rakyat. Usaha-usaha menengah dan besar sudah dapat dipersilahkan meman
kemudahan indikator makro yang sudah relatif baik.
2. Untuk mendorong pengembanganusaha mandiri, usaha kecil dan usaha keluarga, per
menyalurkan dana melalui bank seperti BPR dengan tingkat bunga di bawah 15% pe
tahun.
3. Bantuan kepada keluarga miskin seperti Beras untuk keluarga miskin (RasKin)
4. Sejumlah dana bergulir disediakan dan disalurkan untuk usaha-usaha keluarga di sek
informal sehingga dapat menambah penghasilan mereka.
5. Mulai tahun kedua, dikembangkan program latihan kewirausahaan terutama bagi par
lulusan SMP atau SMA/SMK/MA yang tidak melanjutkan sekolah, sehingga bekerja
mandiri.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan sebelumnya dapat ditarik Kesimpulan,
bahwa Inflasi menunjukan tingkat kenaikan harga, sedangkan Pengangguran
adalah kesempatan yang timpang yang terjadi antara angkatan kerja dan
kesempatan kerja sehingga sebagian angkatan kerja tidak dapat melakukan
kegiatan kerja.
Inflasi mempunyai keterkaitan terhadap Pengangguran. Tingkat
Pengangguran yang rendah akan menimbulkan masalah Inflasi, sebaliknya bila
tingkat Pengangguran tinggi tingkat harga-harga relatif stabil.
Selain itu, melemahnya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga
barang (Inflasi), berakibat pada lemahnya investasi pula, dan akhirnya
berdampak pada menambahnya Pengangguran karena tidak adanya kesempatan
kerja.

Saran
Menurut kami sebaiknya pemerintah dapat mengatasi pengangguran
yang terjadi di Indonesia yaitu dengan membuka lapangan kerja atau
menyediakan lapangan kerja.

DAFTAR PUSAKA
http://iermhadreier.blogspot.com/2012/12/makalah-inflasidan-pengangguran.html
http://triplego.wordpress.com/2013/06/18/pertumbuhanekonomi-inflasi-dan-pengangguran/
http://thixna.wordpress.com/2009/10/01/inflasipengangguran-dan-ketimpangan-neraca-pembayaran/
http://bayu96ekonomos.wordpress.com/modulmaterikuliah/pengantar-ekonomi-makro/
http://onchall.blogspot.com/2013/05/pengertian-ekonomimakro.html

Anda mungkin juga menyukai