Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Ekonomi Makro

“Inflasi dan Pengangguran”

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Anna Lestari (7181220001)

Carolina Sinaga (7181220003)

Mega Utami (7182220016)

Rosliana Patrika Tumanggor (7183520038)

Olga Benedikta Situmorang (71)

Reg B 2018

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat membuat dan menyelesaikan tugas makalah ini dalam
keadaan sehat. Tak lupa kami berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.

Tugas ini kami susun untuk menyelesaikan mata kuliah “Ekonomi Makro.” Penulis
berharap hasil dari makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dan dapat
menambah pengetahuan bagi pembacanya.

Demikianlah makalah ini penulis susun, kami sadar bahwa makalah ini masih sangat jauh
dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Atas perhatian Dosen pengampu Kurikulum dan Pembelajaran dan teman-
teman, saya ucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2019

Penulis
Kelompok 7
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah inflasi
dan pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini dapat saling
berkaitan? Kita melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah bergantung pada berbagai
ciri pasar tenaga kerja, seperti peraturan upah minimum, kekuasaan pasar serikat pekerja,
peranan upah efisiensi dan seberapa efektifnya proses pencarian kerja. Sebaliknya tingkat
inflasi terutama sekali bergantung pada jumlah uang yang beredar yang dikendalikan oleh
bank sentral, oleh sebab itu, pada jangka panjang, inflasi dan pengangguran secara garis
besar bukanlah dua masalah yang saling berkaitan.
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa kebijakan moneter dan kebijakan
fiskal dapat menggeser kurva permintaan agregat. Oleh sebab itu, kebijakan moneter dan
fiskal dapat memindahkan perekonomian sepanjang kurva phillips. Kenaikan jumlah
uang yang beredar, peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak
meningkatkan permintaan agregat dan memindahkan perekonomian ke suatu titik pada
kurva phillips dengan tingkat pengangguran yang lebih rendah dan inflasi yang lebih
tinggi. Dan begitu juga sebaliknya. Dengan pemahaman ini kurva phillips menawarkan
pilihan-pilihan kombinasi antara inflasi dan penangguran kepada para pembuat kebijakan
(Mankiw, 2006:364).

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan materi mengenai “Inflasi dan Pengangguran” kami mengangkat
rumusan masalah yaitu:
a.       Bagaimana konsep dan pengaruh inflasi, deflasi dan stagflasi?
b.      Bagaimana hubungan antara tingkat harga dan pengangguran?

C. TUJUAN
Tujuan dalam makalah ini adalah ingin mengetahui tentang konsep dan pengaruh inflasi,
deflasi dan staglasi serta hubungan antara tingkat harga dan pengangguran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang barang yang bersifat umum dan terus
menerus. Dari defenisi ini, ada tiga komponen yang harus di penuhi agar dapat
dikatakan telah terjadi inflasi :
 Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika dikatakaan menjadi lebih tinggi
daripada harga periode sebelumnya. Mis, harga sabun mandi 80 gr/buah
kemarin adalah Rp1000 hari ini menjadi Rp1100. Berarti harga sabun perbuah
hari ini Rp100 lebih mahal disbanding dari harga kemarin. Dapat dikatakan
telah terjadi kenaikan harga sabun. Perbandingan tngkat harga bisa dilakukan
dengan jarak walau yang lebih panjang : seminggu, sebulan, triwulan, dan
setahun.
 Bersifat umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat diakatakan inflasi jika kenaikan
terebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik.
Harga buah mangga harum manis di Jakarta, jika belum musimnya dapat
mencapai Rp10000/kg. tetapi jika semusimnya, sekitar akhir tahun, dapat
dibeli hanya dengan harga Rp4000-Rp5000/kg. Jadi harga mangga pada
periode-periode tertentu akan mengalami kenaikan 2-3 kali lipat. Tetapi
kenikan mangga yang sangat tajam tersebut tidak menimbulkan inflasi, karna
harga- harga komoditas yang lain tidak naik. Mangga harum manis bukanlah
komoditas pokok, sehingga tidak memiliki dampak besr terhadap stabilitas
harga.
 Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi,
jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam
rentang waktu minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah
kenaikan harga bersifat umum dan terus – menerus. Rentang waktu ya ng
lebih panjang adalah triwulan dan tahunnya. Pemerintah melaporkan bahwa
inflasi tahun ini adalah 10%, berarti akumulasi infalsi adalah 10% per tahun.
Inflasi triwulan rata – rata 2,5% (10%:4), sedangkan infalsi bulanan sekitar
0,83 (10%:12).
B. Inflasi Dan Keseimbangan Ekonomi

Secara grafis, keseimbangan ekonomi tercapai di titik E, pada saat kurva AD dan
AS berpotongan. Pada diagram titik output (PDB) adalah Y0, tingkat harga umum adalah
P0. Terjadi inflasi terlihat jika tingkat harga umum dalam keseimbangan baru menjadi
lebih tinggi. Dalam diagram terlihat misalnya P1 > P0. Bahwa tingkat P1 ada tiga
kemungkinan A, B, dan C.

Dititik A inflasi disertai penurunan output(kontraksi ekonomi). Hal ini sering


disebut resesi. Dititik B inflasi disertai kemandekan output(pertumbuhan ekonomi 0%).
Kondisi ini disebut stagflasi, kombinasi dari keadaan kemandekan output (stagnasi) dan
inflasi. Dititik C inflasi disertai pertumbuhan ekonpmi, umumnya terjadi pada saat
ekonomi sedang membaik
C. Macam – macam Inflasi

Inflasi berdasarkan penyebab nya :

1. Inflasi Tekanan Permintaan (Demand Pull Inflation)

Yaitu inflasi yang terjadi karena dominannya tekanan permintaan agregat. Pada gambar
dibawah ini tekanan permintaan digambarkan dengan bergesernya kurva AD0 ke. Pergeseran
tersebut mengakibatkan harga naik dari OP1 menjadi OP2.. Tekanan permintaan menyebabkan
output perekonomian bertambah, tetapi disertai inflasi, dilihat dari makin tingginya tingkat harga
umum.
2. Inflasi Biaya Produksi (Cost Push Inflation)

Inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi. Biaya produksi yang naik akan
mendorong naiknya harga-harga barang dan jasa. Selain itu, kenaikan biaya produksi akan
mengakibatkan turunnya jumlah produksi sehingga penawaran menjadi berkurang, jika
penawaran berkurang sedangkan permintaan diasumsikan tetap, maka akibatnya harga-harga
akan naik.

Dari Gambar 9.2 tampak bahwa karena kenaikan biaya produksi maka kurva penawaran bergeser
dari S1S1 ke S2S2. Pergeseran tersebut mengakibatkan harga naik dari OP1 menjadi OP2.
3. Stragflasi

Stagflasi adalah suatu kondisi suatu perekonomian mengalami inflasi dan stagnasi dalam
waktu yang bersamaan. Stagnasi adalah kondisi dimana tingkat pertumbuhan ekonomi sekitar
nol persen per tahun. Sedangkan inflasi adalah gejala kenaikan harga barang barang yang bersifat
umum dan terus menerus

Terlihat pada grafik bahwa stagflasi akan terjadi jika pemintaan agregat (AD) bertambah,
sedangkan penawaran agregat (AS) berkurang.

Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahan

 1) Inflasi ringan, yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% per tahun.

 2) Inflasi sedang, yaitu inflasi yang besarnya antara 10% – 30% per tahun.

 3) Inflasi berat, yaitu inflasi yang besarnya antara 30% – 100% per tahun.

 4) Inflasi sangat berat atau hiperinflasi, yaitu inflasi yang besarnya di atas 100% per
tahun.

 Inflasi Berdasarkan Asal Terjadinya


 Inflasi dari Dalam Negeri (Domestic Inflation), yaitu inflasi yang hanya

disebabkan oleh faktor-faktor penyebab dari dalam negeri. Faktor-faktor penyebab


tersebut antara lain, adanya pencetakan uang baru untuk menutup anggaran negara yang defisit
karena naiknya permintaan masyarakat dan karena kenaikan biaya produksi di dalam negeri
(seperti naiknya upah buruh).

 Inflasi dari Luar Negeri (Imported Inflation),

yaitu inflasi yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab dari luar negeri. Inflasi ini
timbul karena adanya perdagangan antarnegara. Jika suatu negara mengalami inflasi maka inflasi
tersebut dapat menular ke negara-negara lain yang memiliki hubungan dagang dengannya.
Contohnya, jika negara kita mengimpor faktor-faktor produksi (berupa bahan baku dan mesin)
serta mengimpor barang-barang jadi (seperti motor, mesin cuci, dan kipas angin) dari Jepang,
maka jika di Jepang harga faktor-faktor produksi dan barang jadi tersebut naik (inflasi), otomatis
negara kita juga akan mengalami inflasi. Sebab barang-barang yang kita buat dengan
faktorfaktor produksi dari Jepang tentu akan dijual lebih mahal, dan barangbarang jadi dari
Jepang pun dijual lebih mahal.

D. Indikator Inflasi
1. Indeks Harga Konsumen (Consumen Price Index)

adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga dan jasa yang harus di beli
konsumen dalam satu periode tertentu. Angka IHK di peroleh dengan menghitung harga harga
barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu.

Contoh :

Pada akhir tahun 2010 indeks harga konsumen adalah 125,17 dan di pada akhir tahun 2011
indeks harga konsumen naik menjadi 129,91. Maka tingkat inflasi yang terjadi pada tahun 2011
adalah..

Tingkat inflasi ={(126,46 – 123,29)}/126,29}*100

Tingkat inflasi = 3,787%

2. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)/Indeks Harga Produsen

Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka indeks harga perdagangan besar
(IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima
produsen pad berbagai tingkat produksi.

3. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)

Berfungsi untuk menentukan tingkat inflasi dari waktu ke waktu dengan cara
membandingkan GNP (Gross National Product) nominal pada tahun tertentu dengan GNP (Gross
National Product) riil. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan
sebenarnya, ekonom menggunakan indeks harga Implisit (IHI).
D. Pengertian Pengangguran.

Struktur Penduduk Berdasarkan Usia

E. Struktur Penduduk Berdasarkan Usia

Ada dua dasar utama klasifikasi pengangguran yaitu :


 Pendekatan Angkatan Kerja (Labour Force Approach), Pendekatan ini mendefinisikan
pengangguran sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja.
 Pendekatan Pemanfaatan Tenaga Kerja (Labour Utilization Approach)
• Menganggur (Unemployed) atau penganguran terbuka (Open Unemployment),
mereka yang sama sekali tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Tingkat
pengangguran di Indonesia (3% - 5% per tahun).
• Setengah Menganggur (Underemployed), mereka yang bekerja, tetapi belum
dimanfaatkan secara penuh. Jam kerja mereka dalam seminggu kurang dari 35
jam. Tingkat Pengangguran di Indonesia 35% per tahun.
• Bekerja Penuh (Employed), orang-orang yang bekerja penuh atau jam kerjanya
mencapai 35 jam per minggu
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai