Anda di halaman 1dari 10

REKAYASA IDE

“Cara mengatasi Inflasi yang terjadi di Kota Medan”

Dosen Pengampu : Armin Rahmansyah Nasution, SE., M. Si

Disusun Oleh:
Evelyn Sinurat (7203510023)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan hikmat
karunia-Nya hingga saya dapat menyelesaikan “Rekayasa Ide”. Penyusunan makalah ini
dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia.

Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan ,arahan, dan masukan dari berbagai
pihak. Untuk itu saya ucapkan terima kasih atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan
makalah ini. Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan
kekeliruan didalam penulisan makalah Projek ini. Sehingga penulis secara terbuka menerima
segala saran dan kritik positif daripembaca.

Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat umumnya ,dan kamikhususnya.

Medan, mei 2023

Evelyn Sinurat
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Inflasi merupakan fenomena atau peristiwa ekonomi secara makro yangdapat


menggambarkan aktivitas dan pencapaian yang dicapai oleh kegiatanekonomi, baik di suatu
wilayah ataupun di suatu negara. Fenomena ekonomiseperti inflasi, tidak mungkin dihindari,
melainkan bagaimana cara pemerintahmampu mengendalikan gejolak inflasi yang tinggi dan
tidak stabil, agar menjadirelatif lebih rendah dan tetap stabil. Laju inflasi selain merupakan
indikator utamamelihat kinerja ekonomi suatu negara, tapi dapat juga merupakan target yang
akandicapai pemerintah, karena sebagai asumsi dalam menyusun nota keuangannegara yakni
APBN pada tiap tahunnya juga mengacu pada seberapa besar target inflasi yang akan dicapai
pada tahun tersebut. Jadi laju inflasi harus dapatdikendalikan oleh pemerintah bersama
dengan Bank Indonesia yang telah16diamanahkan dalam undang-undang No. 23 Tahun 1999
tentang Tugas danTanggung jawab BankIndonesia.

Bank Indonesia bersama-sama dengan Pemerintah Pusat sampai dengan Pemerintah


Propinsi serta Kota dan Kabupaten selalu bekerjasama dan berkoordinasi dalam
mengendalikan laju inflasi, terutama pada kondisi peak season (Bulan Ramadhan dan Hari
Raya) dimana laju inflasi menjadi lebih cepat naik dan selalu terjadi pada setiap tahunnya.
Hal ini dikarenakan adanya gap expectation di pasar antara konsumen di satu sisi dengan
pedagang barang-barang kebutuhan pokok pada sisilainnya.

Kenaikan harga barang secara keseluruhan yang sering kita sebut sebagai inflasi
memiliki dampak yang kuat terhadap perekonomian. Kenaikan harga barang dapat
disebabkan karena beberapa faktor diantaranya jumlah uang yang beredar di masyarakat
cukup banyak, kelangkaan sumber daya yang akan menyebabkan naiknya impor barang
tersebut, dan masih banyak lagi sebab yang lainnya. Kebijakan Bank Indonesia di dalam
mengendalikan inflasi diantaranya dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dan
menaikkan tingkat sukubunga.

Tingkat inflasi mencerminkan kenaikan harga barang-barang secara umum. Inflasi


dipengaruhi oleh banyak faktor yang secara garis besarnya dibagi menjadi dua yakni tekanan
inflasi yang berasal dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Bank Indonesia sebagai otoritas
moneter hanya mampu untuk mempengaruhi inflasi dari sisi permintaan, yang lazim disebut
dengan inflasi inti (core inflation) atau underlying inflation, yang bersifat permanen dan
persisten. Tingkat inflasi inilah yang menjadi acuan Bank Indonesia dalam menetapkan
kebijakan moneter. Bank Indonesia menggunakan inflasi inti sebagai sasaran operasional
dikarenakan inflasi inti dapat memberikan signal yang tepat dalam memformulasikan
kebijakan moneter. Melalui inflasi inti, Bank Indonesia akan mengetahui kecenderungan
inflasi yang bersifat jangka menengah dan jangka panjang. Kemudian melalui inflasi, akan
diperoleh informasi mengenai inflasi jangka pendek yang belum tentu direspons secara cepat
dengan kebijakan suku bunga.

Inflasi non inti (non core inflation) secara definisi dapat diartikan bahwa inflasi terjadi
karena adanya gangguan dari sisi penawaran (supply side) dan berada di luar kendali otoritas
moneter, bersifat sesaat (temporary) atau sering disebut noises inflation. Terhadap inflasi non
inti tersebut, kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia tidak akan berdampak apa-
apa dalam perekonomian, karena yang diperlukan adalah kebijakan lain yakni kebijakan
fiskal dan sektor riil. Dimana kebijakan ini sangat responsif terhadap perekembangan
ekonomi yang sedangdihadapi.

Propinsi Sumatera Utara merupakan propinsi yang aktivitas ekonominya paling besar
di Pulau Sumatera atau di Luar Pulau Jawa. Hal ini dapat dilihat dari nilai Produk Domestik
Bruto (PDB) yang dihasilkan masuk 6 besar nasional setelah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa
Barat dan Jawa Tengah, maka Propinsi Sumatera Utara di no urut ke 6 setelah Propinsi Riau.
Nilai Ekonomi Riau jika dilihat dari PDRB nya lebih besar dibanding Sumatera Utara, hal ini
disebabkan oleh total produksi dari Migas yang masih cukup besar dihasilkan oleh propinsi
tersebut. Beda denga Sumatera Utara yang benar-benar merupakan potensi lokaldi luar
minyak dan gas bumi, dengan kata lain nilai PDRB dihasilkan dari sumberdaya alam yang
dapatdiperbaharui.

Dari 33 Kota dan Kabupaten di Sumatera Utara, maka roda penggerak ekonomi di
luar sektor primer, adalah perekonomian kota Medan, sehingga Kota Medan sering
menyumbangkan inflasi yang cukup tinggi untuk Sumatera Utara. Aktivitas ekonomi untuk
sektor sekunder seperti konstruksi serta pelistrikan cukup besar kontribusi yang dihasilkan
dalam membentuk produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Medan. Selain itu sektor
industri, perdagangan hotel dan restoran serta jasa lembaga keuangan menjadikontribusi
berikutnya yang sangat besar menyumbang PDRB kota Medan. Denyut nadi aktivitas
ekonomi akan selalu diamati dan kemudian harus dapat dikendalikan, sehingga laju inflasi
yang terjadi dalam proses aktivitas tersebut tidak menjadi tinggi, dan sangat fluktuatif.
Kondisi ini dapat merugikan semua orang karena inflasi yang tinggi justru akan membuat
pendapatan riil dari masyarakat menurun, keuntungan riil dari perusahaan juga dapat
menurun dan pada akhirnya tingkat kesejahteraan masyarakat dan pengusaha mengalami
penurunanjuga.

Laju inflasi di kota Medan dalam kurun waktu tahun 2000-2011 relatif sangat
fluktuatif, dengan rata-rata 8,48%. Tingkat inflasi tahun 2001 lebih tinggi dari inflasi rata-rata
yang disebabkan masih terasanya pengaruh krisis moneter 1998. Inflasi tahun 2005 juga lebih
tinggi dari inflasi rata-rata yang disebabkan terjadinya kenaikan BBM sebesar 100%.
Demikian juga halnya dengan inflasi tahun 2008 yang lebih tinggi dari inflasi rata-rata. Hal
ini disebabkan naiknya lagi harga BBM. Bila dibandingkan dengan tingkat inflasi secara
nasional, maka rata-rata inflasi kota Medan lebih tinggi dari inflasi nasional(7,2%).

1.2 RumusanMasalah

Bagaimana cara mengatasi Inflasi yang terjadi di Kota Medan?

1.3 Manfaat
Untuk mengetahui cara mengatasi Inflasi yang terjadi di Kota Medan
BAB II

PEMBAHASA

2.1 LandasanTeori

A. PengertianInflasi

Lehner mendefinisikan inflasi sebagai keadaan terjadi kelebihan permintaan (Excess


Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan (Anton H
Gunawan, 1991). Ackley mendefinisikan inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang
terusmenerus dari barang dan jasa secara umum. Boediono (1995) menjelaskan inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus.

Banyak pengertian inflasi yang dapat kita jumpai pada beberapa sumber. Diantaranya:

1. Inflasi adalah kenaikan harga secaraumum

Inflasi dikatakan sebagai suatu proses kenaikan harga, yaitu adanya kecenderungan
bahwa harga barang meningkat secaraterus-menerus.

2. Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secarakontinu.

Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkatharga.


Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi

3. Inflasi adalah suatu proses atau peristiwa kenaikan tingkat harga barang-barang secara
umum.

• Dikatakan tingkat harga secara umum karena barang dan jasa itu banyak sekali jumlah
dan jenisnya. Ada kemungkinan harga sejumlah barang turun banyak barang lainnya
yang justru naik harganya. Kenaikan satu dua barang saja bukan merupakan inflasi,
kecuali bila kenaikan harga barang tersebut meluas pada sebagian besar harga
barangbaranglainya.
Definisi Inflasi menurut para ahli :

• Ekonom Parkin dan Bade : Inflasi adalah pergerakan ke arah atas dari tingkatanharga.
Secara mendasar ini berhubungan dengan harga, hal ini bisa juga disebut dengan
berapa banyaknya uang (rupiah) untuk memperoleh barangtersebut.

• Menurut Nopirin (1987:25) : Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang


secara terus menerus selama peridetertentu.

• Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603) : Inflasi dinyatakan sebagai


kenaikan harga secaraumum.

B. TeoriInflasi

Kaum Klasik mengatakan bahwa inflasi adalah sama dengan pertumbuhan uang
beredar dikurangi pertumbuhan output.Artinya penyebab utama timbulnya inflasi atau
kenaikan harga adalah pertumbuhan jumlah uang beredar. Hal ini didasarkan asumsi bahwa
kecepatan perputaran uang tetap dan perekonomian berada dalam tingkat kesempatan kerja
penuh.

Aliran Moneteris menyatakan bahwa inflasi itu sebagai fenomena moneter dan
kecepatan perputaran uang adalah konstan. Perbedaan antara kaum Moneteris dan Klasik
adalah bahwa Monetaris berasumsi bahwa pertumbuhan uang beredar berpengaruh juga
terhadap output dan kesempatan kerja. Jadi tidak hanya berpengaruh terhadap tingkat harga
sebagaimana yang dikemukakan oleh kaum Klasik.

Teori Teori Inflasi yang menjelaskan mengenai inflasi, sebagai berikut :

1. TeoriKuantitas
Teori ini merupakan pandangan dari teori klasik. Menurut teori ini sebab naiknya harga
barang secara umum yang cenderung akan mengarah pada inflasi ada tiga : sirkulasi uang
atau kecepatan perpindahan uang dari satu tangan ke tangan yang lain begitu cepat
(masyarakat terlalu komsumtif), terlalu banyak uang yang dicetak dan diedarkan ke
masyarakat, dan turunnya jumlah produksi secaranasional.
Teori Kuantitas adalah teori yang membahas mengenai inflasi, tetapi dalam
perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi Universitas
Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum moneteris. Teori kuantitas ini
menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan masyarakat mengenai kenaikan
harga terhadap timbulnyainflasi.

Inti dari teori kuantitas ini sebagai berikut :


(a) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang
kartal maupun uanggiral.
(b) Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh
harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masamendatang.

2. TeoriKeynes
Teori ini yang menyatakan bahwa inflasi terjadi disebabkan masyarakat hidup di luar batas
kemampuan ekonominua. Inflasi terjadi karena pengeluaran agregat terlalu besar. Oleh
karena itu, solusi yang harus diambil adalah dengan jalan mengurangi jumlah pengeluaran
agregat itu sendiri (mengurangi pengeluaran pemerintah atau dengan meningkatkan pajak dan
kebijakan uangketat.

Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin
hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif
masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang
yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatan
jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek
kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan
agregat. Karenanya teori ini dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka
pendek.

3. Teori InflasiMoneterisme
Teori ini berpendapat bahwa inflasi timbul disebabkan oleh kebijaksanaan moneter dan fiskal
yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat sangat berlebihan. Kelebihan
uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan
jasa di sektor riil. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat diturunkan dengan cara
menahan dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal
yang bersifat kontraktif, atau melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan
terhadap subsidi atas nilai tukar valutaasing.

4. TeoriEkspektasi
Menurut Dornbush, pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan
ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan optimal
mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian rasional
adalah suatu tidakan yang logis untuk mencapai tujuan berdasarkan informasi yang ada.

5. TeoriStrukturalis
Teori ini menyoroti penyebab inflasi yang berasal dari kekauan struktur ekonomi, khususnya
kekuatan suplay bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab struktural
pertambahan barang-barang produksi ini terlalu lambar dibanding dengan pertumbuhan
ekonominya, sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat
selanjtnya adalah kenaikan harga-harga barang lain, sehingga terjadi inflasi yang relatif
berkepanjangan bila pembangunan sektor penghasil bahan pangan dan industri barang ekspor
tidak dibenahi atau ditambah.

C. Cara mengatasi Inflasi yang terjadi di KotaMedan

Agar dapat membantu mengatasi masalah inflasi pada kelompok bahan makanan,
maka pemko Medan hendaknya memperhatikan masalah distribusi barang dan persediaan
stok barang di kota Medan. Dengan mempermudah akses keluar-masuk pelabuhan dan
perbaikan jalan, maka masalah distribusi dapat terbantu. Untuk menghindari kelangkaan
barang menjelang hari besar keagamaan, maka pemko Medan harus merencanakan stok
barang, beberapa bulansebelumnya.

Untuk mengendalikan inflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga,
pemko Medan dapat mengambil kebijakan melarang setiap sekolah untuk mengganti buku
pelajaran setiap tahun.

Pengendalian inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar dapat
dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan pihak swasta (pengembang) dalam pengadaan
rumah murah bagi masyarakat.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Faktor-faktor yang mendorong tingginya tingkat inflasi di kota medan ialah faktor
tingginya tingkat harga barang stok makanan. Lalu pada kelompok pendidikan yakni pada
faktor pemenuhan fasilitas buku pelajaran dan kemudian pada kelompok perumahan
yakni faktor tingkat harga listrik, air, dan bahan bakar.

3.2 Saran

Guna mengatasi inflasi yang terjadi dikota medan hendakanya pemerintah dapat
menerapkan beberapa kebijakan seperti kebijakan distribusi barang dan persediaan stok
barang, kebijakan penggunaan bahan ajar serta kebijakan dalam nbatas penggunaan fasilitas
yang dimiliki oleh BUMN.

Anda mungkin juga menyukai