Anda di halaman 1dari 13

Macroeconomics (inflation and interest rates)

DISUSUN

OLEH:

LUSY AMRAIDA (2305906010021)

Dosen Pengampu : Afni Abdul Manan, S.E., M.Si

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

TAHUN 2023/2024

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
1.3. Tujuan ................................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
2.1. Inflasi ..................................................................................................................... 3
A. Pengertian ......................................................................................................... 3
B. Faktor Penyebab ............................................................................................... 4
2.2. Faktor Makro Ekonomi Terhadap Inflasi .............................................................. 5
2.3. Suku Bunga............................................................................................................ 6
A. Pengertian ......................................................................................................... 6
B. Jenis .................................................................................................................. 6
C. Manfaat ............................................................................................................. 7
2.4. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Inflasi ................................................................ 7
2.5. Faktor Moderasi dari Pengaruh Suku Bunga terhadap Inflasi ............................... 8
BAB 3 PENUTUP .......................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 10
3.2 Saran ..................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................11

ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang secara umum terjadi di hampir setiap negara
di dunia. Dalam konteks makro ekonomi, inflasi dapat dianggap sebagai kenaikan umum
dan berkelanjutan dalam tingkat harga barang dan jasa dalam suatu periode waktu
tertentu. Inflasi bisa terjadi karena ada penambahan volume uang beredar, baik uang
kartal maupun giral. Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang
beredar dan oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang
(Atmadja, 1999). Meskipun inflasi secara moderat dianggap sebagai bagian alami dari
pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi yang tinggi atau tidak stabil dapat memiliki
konsekuensi yang merugikan bagi perekonomian, seperti menyebabkan ketidakpastian,
mengurangi daya beli, dan mengganggu stabilitas finansial.
Faktor-faktor yang memengaruhi inflasi sangat kompleks dan melibatkan interaksi antara
berbagai variabel ekonomi makro. Dalam konteks ini, memahami faktor-faktor makro
ekonomi yang berkontribusi terhadap tingkat inflasi menjadi sangat penting bagi para
pengambil keputusan, baik itu pemerintah, bank sentral, maupun pelaku ekonomi lainnya.
Penelitian tentang faktor-faktor ini bukan hanya menarik secara teoritis, tetapi juga
memiliki implikasi kebijakan yang signifikan dalam upaya mengendalikan dan mengelola
tingkat inflasi.
Beberapa faktor makro ekonomi yang telah diidentifikasi sebagai berpotensi
memengaruhi inflasi antara lain pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, kebijakan
moneter, neraca perdagangan, fluktuasi harga minyak dunia, dan faktor-faktor eksternal
lainnya. Namun, kompleksitas hubungan antara faktor-faktor ini serta dampaknya
terhadap inflasi memerlukan analisis yang cermat dan komprehensif.
Dalam konteks negara berkembang seperti Indonesia, di mana inflasi memiliki dampak
yang signifikan terhadap kehidupan sehari-hari penduduk, pemahaman yang mendalam
tentang faktor-faktor makroekonomi yang memengaruhi inflasi menjadi semakin penting.
Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki dan menganalisis faktor-faktor
makroekonomi tersebut serta dampaknya terhadap inflasi di Indonesia. Melalui
pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara faktor-faktor tersebut, diharapkan
dapat memberikan wawasan yang berharga bagi pengambil kebijakan dalam upaya
mengelola dan menjaga stabilitas ekonomi negara.
Dengan demikian, makalah ini akan menjelaskan secara rinci tentang berbagai faktor
makroekonomi yang mempengaruhi inflasi, mengevaluasi dampaknya terhadap tingkat
inflasi di Indonesia, dan mengidentifikasi implikasi kebijakan yang relevan untuk
mengelola inflasi secara efektif.
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini yaitu antara lain:

1
1. Apa yang dimaksud dengan inflasi?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi makro ekonomi terhadap inflasi?
3. Apa yang dimaksud dengan suku bunga dan jenis-jenis suku bunga?
4. Bagaimana cara suku bunga bisa mengendalikan angka inflasi?
5. Apa faktor moderasi dari pengaruh suku bunga terhadap inflasi?
1.3.Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu antara lain:
1. Mengetahui definisi dari inflasi
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi makro ekonomi terhadap inflasi
3. Mengetahui suku bunga dan jenis-jenisnya
4. Mengetahui cara suku bunga bisa mengendalikan angka inflasi
5. Mengetahui faktor-faktor moderasi dari pengaruh suku bunga terhadap inflasi

2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Inflasi
A. Pengertian
Saat ini masyarakat merasakan bahwa harga barang dan jasa sebagai kebutuhan
pokok terbilang lebih mahal dibandingkan dengan harga barang dan jasa pada
beberapa tahun lalu. Bahkan bagi sebagian masyarakat kenaikan hargaharga pada
kebutuhan pokok sehari-hari telah menjadi beban hidup yang sangat berat.
Kebijakan pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) maupun
tarif dasar listrik (TDL), selalu membawa dampak pada kenaikan hargaharga
terutama harga komoditas kebutuhan pokok masyarakat. Kenaikan hargaharga
tersebut kemudian mendorong laju inflasi menjadi semakin tinggi. Inflasi yang
tinggi akan menjadi beban bagi semua pihak. Dengan inflasi, maka daya beli suatu
mata uang menjadi lebih rendah atau menurun. Dengan menurunnya daya beli
mata uang, maka kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
baik barang maupun jasa akan semakin rendah. Laju inflasi yang tidak stabil akan
menyulitkan perencanaan bagi dunia usaha, tidak mendorong masyarakat untuk
menabung dan melakukan investasi, menghambat perencanaan pembangunan
oleh pemerintah, merubah struktur APBN maupun APBD dan berbagai dampak
negatif lain yang tidak kondusif bagi perekonomian secara keseluruhan.
Pada awalnya inflasi diartikan sebagai kenaikan jumlah uang beredar atau
kenaikan likuiditas dalam suatu perekonomian. Pengertian tersebut mengacu pada
gejala umum yang ditimbulkan oleh adanya kenaikan jumlah uang beredar yang
diduga telah menyebabkan adanya kenaikan harga-harga. Dalam perkembangan
lebih lanjut, inflasi diartikan sebagai peningkatan harga-harga secara umum dalam
suatu perekonomian yang berlangsung secara terus-menerus. (Supriyanto, 2007).
Untuk memahami inflasi, terdapat beberapa teori inflasi, salah satunya adalah
teori strukturalis. Teori ini lebih didasarkan pada pengalaman negaranegara di
Amerika Latin. Pendekatan ini menyatakan bahwa inflasi, terutama di negara
berkembang lebih disebabkan oleh faktor-faktor struktural dalam perekonomian.
Menurut teori strukturalis, ada dua masalah struktural di dalam perekonomian
negara berkembang yang dapat mengakibatkan inflasi. Pertama, penerimaan
ekspor tidak elastis, yaitu pertumbuhan nilai ekspor yang lebih lambat
dibandingkan dengan pertumbuhan sektor lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh
Terms of trade yang memburuk dan produksi barang ekspor yang kurang responsif
terhadap kenaikan harga. Kedua, masalah struktural perekonomian negara
berkembang lainnya adalah produksi bahan makanan dalam negeri yang tidak
elastis, yaitu pertumbuhan produksi makanan dalam negeri tidak secepat
pertambahan penduduk dan pendapatan perkapita sehingga harga makanan dalam
negeri cenderung meningkat lebih tinggi daripada kenaikan harga barang-barang
lainnya. Hal ini mendorong timbulnya tuntutan kenaikan upah dari pekerja sektor

3
industri yang akan menyebabkan kenaikan biaya produksi dan kemudian akan
menimbulkan inflasi. (Supriyanto, 2007).
Berhubung inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa secara umum, maka
untuk mengukur perubahan laju inflasi (inflation rate) dari waktu ke waktu pada
umumnya digunakan suatu angka indeks yang disebut Indeks Harga Konsumen
(IHK). Angka indeks tersebut disusun dengan memperhitungkan sejumlah barang
dan jasa yang akan digunakan untuk menghitung besarnya angka laju inflasi. Laju
inflasi yang paling umum dan dikenal oleh masyarakat adalah laju inflasi untuk
menghitung perubahan harga barang dan jasa yang digunakan untuk konsumsi
masyarakat. Angka indeks tersebut dihitung secara periodik dan pada umumnya
dilakukan secara bulanan, kuartalan dan tahunan.
Selain dihitung berdasarkan IHK, inflasi dapat dihitung berdasarkan Indeks Biaya
Hidup (IBH), yaitu untuk mengukur perubahan harga barang dan jasa kebutuhan
hidup masyarakat. Indeks Harga Produsen (IHP) untuk mengukur perubahan
harga bagi produsen. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) untuk mengukur
perubahan harga barang dan jasa perdagangan. Serta dapat dihitung dengan
Produk Domestik Bruto (PDB).
B. Faktor Penyebab
Inflasi merupakan suatu masalah ekonomi yang sangat besar khususnya bagi
negara-negara berkembang. Sumber inflasi di negara berkembang berasal dari
beberapa faktor, seperti defisit anggaran belanja pemerintah yang kemudian
berdampak pada peningkatan jumlah uang beredar. Dilihat dari faktor-faktor
utama yang menyebabkan inflasi, inflasi dapat disebabkan dari sisi permintaan,
sisi penawaran dan ekspektasi, maupun gabungan dari ketiga faktor tersebut.
Adapun faktor-faktor tersebut dijelaskan dalam buku Kebanksentralan seri inflasi
(Suseno dan Siti Astiyah, 2009) yaitu sebagai berikut.
1. Inflasi yang disebabkan faktor permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi yang disebabkan oleh permintaan timbul karena adanya pertambahan
jumlah uang beredar dalam jangka pendek. Bertambahnya jumlah uang beredar
mengakibatkan suku bunga mengalami penurunan sehingga jumlah konsumsi dan
investasi meningkat secara keseluruhan. Dengan adanya peningkatan permintaan
maka secara otomatis mendorong peningkatan hargaharga secara keseluruhan.
Kejadian tersebut, disebut sebagai inflasi permintaan atau demand pull inflation.
2. Inflasi Penawaran atau cost push inflation/ supply shock inflation.
Inflasi penawaran adalah inflasi yang disebabkan faktor penawaran yang memicu
kenaikan harga penawaran atas suatu barang, termasuk barang-barang yang harus
diimpor, serta harga barang-barang yang dikendalikan oleh pemerintah seperti
kenaikan harga minyak dunia, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan
kenaikan tarif dasar listrik (TDL).

4
Inflasi penawaran disebabkan oleh adanya kenaikan biaya produksi secara terus-
menerus dalam jangka waktu tertentu. Adapun kenaikan biaya produksi
disebabkan oleh depresiasi atau turunnya nilai nata uang asing. Selain itu inflasi
ini disebabkan oleh faktor alam seperti kondisi cuaca yang tidak menentu yang
mengakibatkan gagalnya panen, faktor sosial ekonomi seperti adanya hambatan
dalam distribusi barang, maupun faktor-faktor yang timbul karena kebijakan
pemerintah seperti kebijakan tarif, pajak dan pembatasan impor.
3. Inflasi Campuran (Mixed Inflation)
Inflasi campuran merupakan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan permintaan
dan kenaikan penawaran, perilaku permintaan dan penawaran tidak seimbang
ataupun permintaan terhadap barang dan jasa bertambah. Hal tersebut
mengakibatkan faktor produksi dan persediaan barang menjadi turun. Sementara,
substitusi atau barang pengganti terbatas atau bahkan tidak ada. Keadaan seperti
itu pada akhirnya akan menyebabkan harga-harga menjadi naik.
2.2. Faktor Makro Ekonomi Terhadap Inflasi
Faktor-faktor makroekonomi yang mempengaruhi inflasi meliputi (Supriyanto, 2007):
1. Permintaan Agregat
Permintaan agregat yang tinggi cenderung mendorong inflasi. Ketika permintaan
melebihi kapasitas produksi yang ada, perusahaan akan menaikkan harga untuk
menyeimbangkan antara permintaan dan pasokan.
2. Biaya Produksi
Biaya produksi yang meningkat, seperti biaya bahan baku atau tenaga kerja, dapat
mendorong produsen untuk menaikkan harga produk mereka, yang pada
gilirannya dapat menyebabkan inflasi.
3. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter yang longgar, seperti menurunkan suku bunga atau
meningkatkan jumlah uang yang beredar, dapat mendorong inflasi dengan
meningkatkan jumlah uang yang tersedia di masyarakat.
4. Nilai Tukar
Nilai tukar yang melemah dapat meningkatkan harga impor, yang pada gilirannya
dapat mendorong inflasi.
5. Faktor Internasional
Peristiwa internasional seperti kenaikan harga minyak dunia atau krisis ekonomi
global dapat mempengaruhi inflasi di suatu negara melalui efek pada harga barang
impor dan tingkat permintaan domestik.
6. Ekspektasi Inflasi
Ekspektasi inflasi yang tinggi dapat menyebabkan pekerja dan perusahaan
menyesuaikan ekspektasi upah dan harga, yang dapat mendorong inflasi.
7. Ketersediaan Sumber Daya

5
Ketersediaan sumber daya yang terbatas, seperti tenaga kerja terlatih atau
kapasitas produksi, juga dapat mempengaruhi inflasi jika permintaan melebihi
kapasitas yang ada.
8. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat menyebabkan permintaan melebihi
pasokan, yang pada gilirannya dapat mendorong inflasi jika kapasitas produksi
tidak dapat mengimbangi pertumbuhan tersebut.
2.3. Suku Bunga
A. Pengertian
Pengertian suku bunga menurut Boediono (2014) adalah harga dari penggunaan
dana investasi (loanable funds). Tingkat suku bunga merupakan salah satu
indikator dalam menentukan apakah seseorang akan melakukan investasi atau
menabung. Sunariyah (2013) menyatakan bahwa suku bunga adalah harga dari
pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu.
Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur
yang harus dibayarkan kepada kreditur. Kasmir (2013) berpendapat bahwa Suku
bunga pinjaman adalah bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga
yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank.
Berdasarkan beberapa pengertian menurut ahli diatas dapat dinyatakan bahwa
suku bunga merupakan tingkat persentase yang digunakan untuk menghitung
biaya atau imbal hasil dari pinjaman atau investasi uang. Secara umum, suku
bunga mencerminkan harga dari penggunaan uang atau imbal hasil dari
menyimpan uang. Suku bunga dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor,
termasuk tingkat inflasi, kebijakan moneter dari bank sentral, serta kondisi
ekonomi global dan domestik. Suku bunga yang tinggi cenderung mendorong
tabungan daripada pengeluaran, sementara suku bunga yang rendah dapat
mendorong investasi dan meminjam uang untuk merangsang pertumbuhan
ekonomi.
B. Jenis
Menurut Sunariyah (2013) suku bunga dibagi menjadi beberapa jenis antara lain:
1. Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK)
SBDK adalah suku bunga yang digunakan sebagai dasar perhitungan suku bunga
pinjaman oleh bank. SBDK biasanya ditetapkan berdasarkan faktor-faktor seperti
suku bunga acuan, biaya operasional bank, dan margin keuntungan yang
diinginkan oleh bank.
2. Suku Bunga Kredit
Suku bunga kredit adalah tingkat bunga yang harus dibayarkan oleh peminjam
kepada bank atas pinjaman yang diterimanya. Suku bunga kredit dapat tetap atau

6
mengambang, tergantung pada jenis produk kredit dan kesepakatan antara
pemberi pinjaman dan peminjam.
3. Suku Bunga Deposito
Suku bunga deposito adalah tingkat bunga yang diberikan oleh bank kepada
nasabah yang menyimpan dananya dalam bentuk deposito. Suku bunga deposito
dapat bervariasi tergantung pada jangka waktu deposito dan kebijakan bank.
4. Suku Bunga Pasar Uang
Suku bunga pasar uang adalah tingkat bunga yang berlaku di pasar uang untuk
transaksi antar bank. Suku bunga pasar uang dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti likuiditas pasar, kebijakan moneter, dan ekspektasi inflasi.
5. Suku Bunga BI Rate
BI Rate adalah suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. BI Rate
digunakan sebagai pedoman bagi bank-bank lain dalam menentukan suku bunga
kredit dan deposito mereka. Penetapan BI Rate dipengaruhi oleh kondisi ekonomi
dan moneter yang berlaku di Indonesia.
C. Manfaat
Menurut Kasmir (2013) terdapat beberapa manfaat suku bunga yaitu sebagai
berikut:
1. Mengendalikan inflasi
Suku bunga dapat digunakan oleh bank sentral sebagai salah satu alat untuk
mengendalikan inflasi. Dengan menaikkan suku bunga, bank sentral dapat
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat, sehingga mengurangi
tekanan inflasi. Sebaliknya, dengan menurunkan suku bunga, bank sentral dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengatasi risiko deflasi.
2. Mengatur investasi dan konsumsi
Suku bunga yang tinggi cenderung mengurangi investasi dan konsumsi karena
biaya pinjaman menjadi lebih mahal. Sebaliknya, suku bunga yang rendah dapat
mendorong investasi dan konsumsi karena biaya pinjaman menjadi lebih murah.
Dengan demikian, suku bunga dapat memengaruhi tingkat aktivitas ekonomi
dalam suatu negara.
3. Menghasilkan pendapatan bagi penyimpan
Suku bunga juga memberikan manfaat bagi penyimpan uang, terutama bagi
mereka yang menyimpan dana dalam bentuk deposito atau obligasi. Suku bunga
yang tinggi akan meningkatkan pendapatan dari investasi ini, sementara suku
bunga yang rendah mungkin membuat pendapatan lebih rendah namun bisa
mendorong investasi ke instrumen-instrumen yang lebih berisiko, seperti saham.
2.4. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Inflasi

7
Suku bunga merupakan salah satu instrumen kebijakan moneter yang paling penting yang
digunakan oleh bank sentral untuk mengendalikan tingkat inflasi. Perubahan suku bunga
dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap aktivitas ekonomi secara keseluruhan,
termasuk tingkat inflasi. Menurut Yodiatmaja (2012:130) perkembangan BI rate atau suku
bunga BI dapat mempengaruhi beberapa variabel makro ekonomi kemudian dilanjutkan
ke inflasi. Naiknya BI rate yaitu untuk mengurangi kecepatan aktifitas ekonomi yang bisa
memicu inflasi. Ketika suku bunga kredit serta deposito naik, ini dikarenakan
peningkatan level BI rate dan selanjutnya hal ini menyebabkan masyarakat lebih condong
menyimpan uang di bank mengakibatkan jumlah uang beredar berkurang (Rizky Agil
Maulana). Berikut adalah beberapa cara di mana suku bunga mempengaruhi inflasi:
1. Pengaruh Terhadap Kredit dan Investasi: Ketika bank sentral menaikkan suku
bunga, biaya pinjaman bagi perusahaan dan individu juga meningkat. Hal ini
cenderung mengurangi belanja konsumen dan investasi perusahaan karena
mendorong orang untuk menyimpan uang mereka di bank atau membatasi belanja
besar-besaran. Penurunan belanja konsumen dan investasi dapat mengurangi
permintaan agregat, yang pada gilirannya dapat mengurangi tekanan inflasi.
2. Pengaruh Terhadap Mata Uang dan Impor: Kenaikan suku bunga dapat
menyebabkan apresiasi mata uang negara tersebut karena menarik investor untuk
menanamkan modal dalam mata uang tersebut. Dengan mata uang yang lebih
kuat, impor menjadi lebih murah karena harga barang impor dalam mata uang
domestik menjadi lebih rendah. Hal ini dapat mengurangi tekanan inflasi karena
barang-barang impor menjadi lebih terjangkau bagi konsumen domestik.
3. Pengaruh Terhadap Harga Properti dan Aset: Suku bunga yang tinggi dapat
mengurangi minat investor dalam aset berisiko, seperti properti dan saham. Ini
dapat mengurangi tekanan inflasi aset karena harga aset cenderung menjadi stabil
atau bahkan turun. Selain itu, penurunan harga properti juga dapat mengurangi
biaya hidup dan menyebabkan tekanan inflasi yang lebih rendah.
4. Efek Antisipasi: Selain dampak langsung dari kebijakan suku bunga saat ini,
harapan akan perubahan suku bunga di masa depan juga dapat mempengaruhi
tingkat inflasi saat ini. Jika pasar percaya bahwa bank sentral akan menaikkan
suku bunga di masa depan untuk mengendalikan inflasi, ini dapat menciptakan
ekspektasi deflasi yang mengurangi tekanan inflasi saat ini.
5. Stabilitas Keuangan: Menjaga suku bunga pada tingkat yang wajar juga penting
untuk menjaga stabilitas keuangan. Suku bunga yang terlalu rendah dapat
menciptakan gelembung aset yang berpotensi mengakibatkan krisis keuangan di
masa depan, sementara suku bunga yang terlalu tinggi dapat mengurangi
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
2.5. Faktor Moderasi dari Pengaruh Suku Bunga terhadap Inflasi
Pengaruh suku bunga terhadap inflasi dapat dimoderasi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Ekspektasi Inflasi
Jika masyarakat dan pelaku ekonomi memiliki ekspektasi inflasi yang tinggi,
mereka akan menuntut kenaikan gaji dan harga yang lebih tinggi. Hal ini dapat
mengurangi efektivitas kebijakan suku bunga dalam mengendalikan inflasi. Jika

8
masyarakat memiliki ekspektasi inflasi yang rendah, kebijakan suku bunga yang
ketat akan lebih efektif dalam mengendalikan inflasi. Hal ini karena masyarakat
akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan kenaikan suku bunga dan tidak akan
menuntut kenaikan gaji dan harga yang tinggi. Bank Indonesia perlu
mempertimbangkan ekspektasi inflasi dalam menentukan kebijakan moneternya.
Jika ekspektasi inflasi tinggi, Bank Indonesia mungkin perlu menaikkan suku
bunga lebih tinggi daripada yang seharusnya untuk mengendalikan inflasi. Bank
Indonesia dapat menggunakan komunikasi kebijakan untuk mempengaruhi
ekspektasi inflasi. Dengan meyakinkan masyarakat bahwa Bank Indonesia
berkomitmen untuk menjaga stabilitas harga, Bank Indonesia dapat membantu
menurunkan ekspektasi inflasi dan membuat kebijakan moneternya lebih efektif.
Pada tahun 2023, Bank Indonesia menaikkan suku bunga beberapa kali untuk
mengendalikan inflasi. Namun, inflasi masih tetap tinggi karena masyarakat
memiliki ekspektasi inflasi yang tinggi. Untuk mengatasi hal ini, Bank Indonesia
meningkatkan komunikasinya dengan masyarakat dan menegaskan komitmennya
untuk menjaga stabilitas harga. Hal ini membantu menurunkan ekspektasi inflasi
dan membuat kebijakan moneter Bank Indonesia lebih efektif.
2. Pertumbuhan Ekonomi
Jika pertumbuhan ekonomi sedang tinggi, kebijakan suku bunga yang ketat
mungkin tidak akan berdampak signifikan terhadap inflasi. Hal ini karena
peningkatan permintaan agregat yang tinggi dapat mengimbangi efek pengetatan
suku bunga. Bank Indonesia perlu mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi
dalam menentukan kebijakan moneternya. Jika ekonomi sedang tumbuh tinggi,
Bank Indonesia mungkin perlu menaikkan suku bunga lebihtinggi daripada yang
seharusnya untuk mengendalikan inflasi. Bank Indonesia dapat menggunakan
instrumen kebijakan moneter lainnya, seperti quantitative easing atau quantitative
tightening, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
tanpa membahayakan stabilitas harga.
3. Struktur Pasar
Jika pasar didominasi oleh perusahaan monopoli, perusahaan-perusahaan tersebut
dapat menaikkan harga meskipun suku bunga naik. Hal ini dapat mengurangi
efektivitas kebijakan suku bunga dalam mengendalikan inflasi.
4. Kebijakan Fiskal
Jika pemerintah menerapkan kebijakan fiskal yang ekspansif, hal ini dapat
meningkatkan permintaan agregat dan menekan efektivitas kebijakan suku bunga
dalam mengendalikan inflasi.

9
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan diatas adalah inflasi merupakan kenaikan umum dan
berkelanjutan dalam tingkat harga barang dan jasa yang kompleks dan melibatkan
interaksi antara berbagai variabel ekonomi makro, dengan faktor-faktor yang
memengaruhi inflasi di Indonesia memiliki dampak signifikan terhadap kehidupan
sehari-hari penduduk. Penyebab inflasi dapat berasal dari permintaan agregat yang tinggi,
biaya produksi yang meningkat, kebijakan moneter yang diterapkan oleh bank sentral,
nilai tukar mata uang yang lemah, pengaruh faktor-faktor internasional seperti harga
minyak dunia, ekspektasi inflasi yang tinggi dari masyarakat, keterbatasan sumber daya,
dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Suku bunga, sebagai instrumen kebijakan
moneter, sangat berperan dalam mengendalikan inflasi dengan mempengaruhi aktivitas
kredit, investasi, nilai mata uang, harga properti, serta stabilitas keuangan. Namun,
pengaruh suku bunga terhadap inflasi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
ekspektasi inflasi yang ada, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, struktur pasar yang
mungkin didominasi oleh perusahaan monopoli, serta kebijakan fiskal yang diterapkan
oleh pemerintah.
3.2 Saran
Pemahaman terkait inflasi dan suku bunga masih perlu dikembangkan lagi. Penulis
menerima kritik dan saran yang membangun untuk terbentuknya makalah yang lebih baik
kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, A. S. (1999). INFLASI DI INDONESIA : SUMBER-SUMBER PENYEBAB
DAN PENGENDALIANNYA. JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, 54-
67.

Boediono. (2014). Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.

Kasmir. (2013). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Rizky Agil Maulana, S. N. (t.thn.). PENGARUH EKSPOR, SUKU BUNGA DAN


NILAI TUKAR TERHADAP INFLASI DI INDONESIA. DINAMIC: Directory
Journal of Economic Volume 2 Nomor 3, 675-684.

Sunariyah. (2013). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal (Edisi 6). Penerbit: UPP STIM
YKPN, Yogyakarta.

Supriyanto, A. M. (2007). Ekonomi. Surakarta: CV Haka MJ.


Suseno dan Siti Astiyah. (2009). Inflasi. Jakarta:Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia.

11

Anda mungkin juga menyukai