Anda di halaman 1dari 25

TEORI INFLASI

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro

Dosen Pengampu : Sudarman, S.H., M.E.

Disusun Oleh :

SITTI MULYANA
RACHMADANA

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

DARUD DA’WAH WAL IRSYAD

(STAI-DDI) PINRANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayah-Nya serta berbagai
upaya tugas makalah ini yang berjudul “Teori Inflasi” ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi
Makro. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu penulisan makalah ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pinrang, 17 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Masalah.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Definisi Inflasi...............................................................................................3

B. Akibat Buruk Inflasi......................................................................................6

C. Penyebab Terjadinya Inflasi........................................................................11

D. Cara Mengatasi Inflasi................................................................................15

E. Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam.....................................................19

BAB III PENUTUP...............................................................................................21

A. Kesimpulan.................................................................................................21

B. Saran............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ekonomi merupakan aspek terpenting di dalam suatu negara. Ekonomi


menjadikan suatu negara mampu untuk memenuhi kebutuhannya dengan
memanfaatkan sumber daya yang terbatas itulah muncul masalah ekonomi
yang disebabkan oleh kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Ekonomi
diskriptif adalah bagian dari ilmu ekonomi yang menggambarkan keadaan
atau kegiatan ekonomi yang benerbener terjadi pada suatu tempat atau negara
tertentu. Teori ekonomi pada dasarnya berusaha untuk menjelaskan hubungan
antara variable-variable ekonomi baik variable mikro maupun variable
makro. Dalam ekonomi terapan menyangkut persoalan kebijakan ekonomi
yang perlu di terapkan dalam daerah atau negara tertentu.
Inflasi adalah momok ekonomi modern. Ini adalah salah satu ancaman
utama yang terus-menerus akan merusak atau bahkan menghancurkan dekade
pertumbuhan ekonomi jika dilepaskan dan tidak dikekang. Dikhawatirkan
oleh gubernur bank sentral global dan memaksapelaksanaan kebijakan
moneter yang secara inheren tidak populer. Ini membuat beberapa orang tidak
adil antara orang kaya dan memiskinkan orang lain.
Secara historis inflasi telah menghancurkan seluruh ekonomi dan
mengubah jalannya sejarah manusia. Inflasi adalah salah satu kekuatan yang
terurai, pada kekaisaran Romawi dua ribu tahun yang lalu dan kekaisaran Uni
Soviet dua dekade lalu. Padakali ini sedang ditulis negara Venezuela pulih
dari tingkat inflasi di atas 100% dan Mesir yang terjadi kerusuhan tentang
bahan bakar yang lebih tinggi harganya.
Dampak inflasi yang parah seringkali jauh melebihi perekonomian.
Dalam kisah yang paling jitu dalam sejarah modern, inflasi mengerikan
dipicu oleh Republik di Jerman pada akhir Perang Dunia I yang
menyebabkan harga naik untuktingkat luar biasa bahwa nilai tukar Mark

1
2

Jerman ke Dollar melebihi 3000000000000-1! Hal ini dihasilkan kehancuran


ekonomi yang menciptakan lubang hitam politik yang akhirnya muncul
Nasional Partai Sosialis dan Adolf Hitler, yang mengeksploitasi kehancuran
menjadi Kanselir Jerman pada bulan Januari 1933.
Inflasi ini merupakan gambar cermin, deflasi, memiliki kurang dari
warisan sejarah gelap, tapi tetap masalah ekonomi yang serius.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengertian inflasi?


2. Apa akibat buruk dari inflasi?
3. Apa penyebab timbulnya inflasi?
4. Bagaimanakah cara mengatasi inflasi?
5. Bagaimanakah inflasi dalam perspektif ekonomi Islam?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian inflasi


2. Mengetahui akibat buruk inflasi
3. Mengetahui penyebab terjadinya inflasi
4. Mengetahui cara mengatasi inflasi
5. Mengetahui inflasi dalam perspektif ekonomi Islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Inflasi

Inflasi adalah suatu istilah umum yang digunakan dalam banyak


konteks, tidak ada definisi yang diterima secara umum tentang inflasi, juga
tidak ada agrteement umum tentang apa yang merupakan tingkat yang dapat
diterima inflasi, inflasi yang buruk, atau hiperinflasi.Secara umum dapat
dikatakan bahwa inflasi adalah ukuran dari peningkatan umum tingkat harga
dalam perekonomian, yang diwakili biasanya dengan indeks harga inklusif,
seperti sebagai Indeks Harga Konsumen di Amerika Serikat. Istilah
menunjukkan banyak harga individu meningkat bersama-sama daripada satu
atau duaharga terisolasi, seperti harga bensin di lingkungan harga dinyatakan
tenang.1
Inflasi didefinisikan dengan banyak ragam yang berbeda, tetapi semua
definisi itu mencakup pokok-pokok yang sama. Samuelson (2001)
memberikan definisi bahwa inflasi sebagai suatu keadaan dimana terjadi
kenaikan tingkat harga umum, baik barang-barang, jasa-jasa maupun faktor-
faktor produksi. Dari definisi tersebut mengindikasikan keadaan melemahnya
daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata
uang suatu Negara.
Sementara definisi lain menegaskan bahwa inflasi terjadi pada saat
kondisi ketidakseimbangan (disequilibrium) antara permintaan dan
penawaran agregat, yaitu lebih besarnya permintaan agregat daripada
penawaran agregat. Dalam hal ini tingkat harga umum mencerminkan
keterkaitan antara arus barang atau jasa dan arus uang. Bila arus barang lebih
besar dari arus uang maka akan timbul deflasi, sebaliknya bila arus uang lebih
besar dari arus barang maka tingkat harga akan naik dan terjadi inflasi.

1
Priyono dan Teddy Chandra, Esensi Ekonomi Makro, Surabaya: Zifatama Publisher,
2016, h.152.

3
4

Secara umum pendapat ahli ekonomi menyimpulkan bahwa inflasi


yang menyebabkan turunnya daya beli dari nilai uang terhadap barang-barang
dan jasa, besar kecilnya ditentukan oleh elastisitas permintaan dan penawaran
akan barang dan jasa. Faktor lain yang juga turut menentukan fluktuasi
tingkat harga umum diantaranya adalah kebijakan pemerintah mengenai
tingkat harga, yaitu dengan mengadakan kontrol harga, pemberian subsidi
kepada konsumen dan lain sebagainya.
Dari definisi yang ada tentang inflasi dapatlah ditarik tiga pokok yang
terkandung di dalamnya (Gunawan, 1991), yaitu :
a. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti
mungkin saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun
atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap
menunjukkan kecenderungan yang meningkat.
b. Peningkatan harga tersebut berlangsung terus menerus, bukan
terjadi pada suatu waktu saja.
c. Mencakup tingkat harga umum (general level of prices) yang
berarti tingkat harga yang meningkat itu bukan hanya pada satu
atau beberapa komoditi saja.
Menurut Rahardja dan Manurung (2004) suatu perekonomian dikatakan
telah mengalami inflasi jika tiga karakteristik berikut dipenuhi, yaitu : 1)
terjadi kenaikan harga, 2) kenaikan harga bersifat umum, dan 3) berlangsung
terusmenerus.
Berkaitan dengan pengertian inflasi seperti yang dijelaskan di atas,
selanjutnya perlu pula diketahui tentang Tingkat Inflasi (Inflasi Rate) dan
Indeks Harga (Price index). Tingkat inflasi adalah persentase perubahan di
dalam tingkat harga; sedangkan indeks harga itu sendiri mengukur biaya dari
kelompok barang tertentu sebagai persentase dari kelompok yang sama pada
periode dasar. Secara umum dikenal ada tiga indeks harga, yaitu;
5

1. Indeks Harga Konsumen (Costumer Price Index atau CPI)


Indeks Harga Konsumen yaitu suatu indeks harga yang
mengukur biaya sekelompok barang-barang dan jasa di pasar
termasuk harga-harga makanan, pakaian, perumahan, transportasi,
perawatan kesehatan, pendidikan dan komuditi lain yang dibeli
untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Dalam indeks konsumen,
setiap jenis barang ditentukan suatu timbangan atau bobot tetap yang
proporsional terhadap kepentingan relatif dalam anggaran
pengeluaran konsumen. Dalam kasus IHK ini, indeks harga dibuat
dengan menimbang setiap harga sesuai dengan penting secara
ekonomis dari komuditi yang bersangkutan.
2. Indeks Harga Produsen (Producer Price Index atau PPI)
Indeks Harga Produsen yaitu suatu indeks dari harga bahan-
bahan baku (raw materials), produk antara (intermediate products)
dan peralatan modal dan mesin yang dibeli oleh sektor bisnis atau
perusahaan. Jadi PPI hanya mencakup bahan baku dan barang antara
atau setengah jadi saja, sementara barang-barang jadi tidak
dimasukkan di dalam perhitungan. Indeks harga produsen
dimaksudkan untuk mengukur harga-harga pada tahap paling dini
dari sistem distribusi, yang disusun dari harga-harga pada tingkat
transaksi perdagangan pertama kalinya terjadi (Dornbusch and
Fischer, 1994: 37) dalam Muana Nanga 2001.
3. GNP Deflator
GNP Deflator yaitu suatu indeks yang merupakan perbandingan
atau rasio antara GNP nominal dan GNP riil dikalikan dengan 100.
GNP rill adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan di
dalam perekonomian, yang diperoleh ketika output dinilai dengan
menggunakan harga tahun dasar (base year). Oleh karena itu, GNP
riil juga sering disebut GNP berdasarkan harga tahun dasar (GNP at
base year price). Sedangkan GNP nominal adalah GNP yang
dihitung berdasarkan harga pasar yang berlaku (GNP at current
6

market prices). Jadi, singkatnya GNP deflator adalah merupakan


suatu ukuran tentang tingkat harga (Parkin and Bade, 1992: 53)
dalam Muana Nanga 2001. Karena GNP deflator cakupannya lebih
luas dalam arti perhitungannya meliputi semua barang yang
diproduksi di dalam perekonomian, maka indeks ini merupakan
indeks harga yang secara luas digunakan sebagai basis untuk
mengukur inflasi.2

B. Akibat Buruk Inflasi

Inflasi dapat sangat merugikan. bahaya lebih besar sejauh bahwa


tingkat inflasi aktual berbeda dari tingkat inflasi diantisipasi. Ketika pelaku
transaksi dengan benar mengantisipasi penurunan lebih cepat dalam daya beli
dolar (tingkat inflasi yang lebih tinggi), persyaratan kontrak menyerukan
pembayaran di masa depan dolar disesuaikan. Peminjam dan pemberi
pinjaman yang mengharapkan inflasi yang lebih tinggi setuju untuk tingkat
bunga nominal yang lebih tinggi (dolar dilunasi selama dolar dipinjamkan)
sehingga dapat melestarikan tingkat bunga riil (kekuatan dilunasi selama daya
beli dipinjamkan beli) di antara mereka.3
Kenaikan harga-harga yang tinggi dan terus-menerus bukan saja
menimbulkan beberapa efek buruk buruk ke atas kegiatan ekonomi, tetapi
juga kepada kemakmuran individu dan masyarakat. Setidaknya ada 2 efek
buruk inflasi yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan
perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan
kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal
biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi.
Antara lain tujuan ini dicapai dengan membeli harta-harta tetap seperti
tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka
2
Zarkasi, Pengangguran, Inflasi dan Daya Beli Masyarakat Kalimantan Barat,
Pontianak: STAIN Pontianak Press, 2015, h.32-35.
3
Priyono dan Zainuddin Ismail, Teori Ekonomi, Surabaya: Dharma Ilmu, 2012, h.88.
7

menjalankan kegiatan investasi yang seperti ini, investasi produktif


akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai
akibatnya lebih banyak pengangguran akan wujud.Kenaikan harga-
harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas perdagangan.
Kenaikan harga menyebabkan barang-barang negara tidak dapat
bersaing di pasar internasional, maka ekspor akan menurun. Sebaliknya,
harga-harga produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat
inflasi menyebabkan barang-barang impor menjadi relatif murah. Maka
lebih banyak impor yang akan dilakukan. Ekspor yang menurun dan
diikuti pula oleh impor yang bertambah menyebabkan
ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing dan akhirnya
kedudukan pembayaran akan memburuk.
2. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Di samping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi
negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek baik secara individu
maupun masyarakat.
a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang
berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah sece-
pat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil
individu-individu yang berpendapatan tetap.
b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang.
Disimpan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-
institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai
riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku.
c. Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa
penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam
nilai riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan
mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Akan tetapi
pemilik-pemilik harta-harta tetap seperti tanah, bangunan dan
8

lainnya dapat mempertahankan atau menambah nilai riil


kekayaannya.4
Sebagai akibat kenaikan harga barang dan jasa, maka nilai suatu mata
uang akan mengalami penurunan dan daya beli mata uang tersebut menjadi
semaki lemah. Penurunan daya beli tersebut selanjutnya akan berdampak
terhadap individu, dunia usaha, serta anggaran pendapatan dan belanja
pemerintah. Dengan kata lain, laju inflasi yang tinggi akan berakibat negatif
terhadap suatu perekonomian secara keseluruhan. Namun, penurunan nilai
mata uang sebagai akibat inflasi dampaknya tidak akan sama terhadap seluruh
masyarakat. Kelompok masyarakat yang berpenghasilan tetap, misalnya,
pegawai negeri, adalah kelompok masyarakat yang menderita akibat inflasi.
Kelompok masyarakat berpendapatan tetap tersebut akan menderita karena
secara riil pendapatannya akan menurun atau menjadi lebih kecil. Sementara
kelompok masyarakat lainnya yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi diri tidak menerima beban yang sama sebagai akibat adanya
inflasi.
Ketidakpastian besarnya laju inflasi juga dapat mengakibatkan semakin
seriusnya beban atau bahaya inflasi. Laju inflasi yang terlalu berfluktuasi
akan menimbulkan distorsi terhadap tingkat harga. Dalam sistem ekonomi
pasar, tingkat harga merupakan sinyal bagi rumah tangga maupun dunia
usaha tentang keseimbangan alokasi sumber daya ekonomi dalam suatu
perekonomian. Contoh: apabila kenaikan harga tahu lebih besar dibandingkan
harga tempe, maka hal tersebut akan mendorong masyarakat untuk lebih
banyak memproduksi tahu dan mendorong orang akan lebih banyak
mengkonsumsi tempe (dengan asumsi hal-hal lain tetap atau dalam istilah
ekonominya ceteris paribus). Kenaikan harga-harga saham di pasar modal
yang secara relatif lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harga barang
dan jasa pada umumnya merupakan tanda-tanda membaiknya prospek dunia
usaha, yang lebih lanjut berarti adanya kesempatan untuk melakukan berbagai

4
Zarkasi, Pengangguran, Inflasi dan Daya Beli Masyarakat Kalimantan Barat,
Pontianak: STAIN Pontianak Press, 2015, h.44-45.
9

investasi yang menguntungkan. Harga relatif (bukan harga satu persatu


barang dan jasa) merupakan sinyal yang sangat penting bagi para pelaku
ekonomi dalam mengambil berbagai keputusan yang strategis.
Apabila laju inflasi bergejolak (sangat berfluktuasi) dan tidak menentu,
maka harga-harga secara relatif juga berubah terhadap tingkat harga secara
umum, dan hal tersebut sangat berbahaya karena keadaan tersebut akan
mendistorsi sinyal ekonomi yang sangat penting dalam suatu perekonomian,
yaitu harga. Perubahan dan variasi harga relatif yang timbul karena adanya
ketidakpastian harga (inflasi) dapat mengakibatkan masyarakat (individu dan
dunia usaha) memboroskan sumber-sumber daya ekonomi untuk mencari
harga yang berbeda-beda.
Salah satu contoh inflasi yang tidak menentu dan tak terkendali adalah
apa yang disebut hiperinflasi, yaitu suatu keadaan ketika laju inflasi dapat
meningkat
ratusan atau bahkan ribuan persen dalam suatu waktu tertentu.
Hiperinflasi sangat berbahaya bagi suatu perekonomian. Dalam keadaan
hiperinflasi setiap orang akan berusaha untuk membelanjakan uangnya
sampai habis atau menukarkannya dengan mata uang yang lebih stabil
sebelum harga-harga semakin meningkat. Pada tahun 1960-an Indonesia
pernah mengalami hiperinflasi. Demikian juga sejumlah negara lain pernah
mengalami apa yang disebut hiperinflasi tersebut, misalnya, Zimbabwe.
Zimbabwe, sebuah negara di kawasan sub sahara Afrika, mencatat rekor
negara dengan hiperinflasi tertinggi di dunia, yaitu di atas dua juta persen
pada 2007. Dengan tingkat inflasi seperti itu, maka harga sebungkus roti bisa
naik berkali-kali lipat dalam hitungan jam. Dalam keadaan hiperinflasi
tersebut, tingkat harga sebagai sinyal tentang nilai suatu barang atau jasa atau
sebagai sinyal dalam alokasi sumber daya ekonomi dalam suatu negara tidak
berfungsi sama sekali. Sementara itu, dampak inflasi juga dapat dibedakan
menjadi dampak inflasi yang terduga (expected inflation) dan dampak inflasi
yang tak terduga (unexpected inflation). Baik inflasi yang terduga maupun
10

yang tak terduga akan berpengaruh terhadap distribusi dan alokasi sumber
daya dalam suatu perekonomian.
Sebagaimana diketahui, inflasi akan mengakibatkan merosotnya daya
beli suatu mata uang. Dengan kata lain, secara riil nilai suatu mata uang
menjadi lebih kecil dari nilai nominalnya. Apabila kita memiliki dan
menyimpan uang selama satu tahun sebesar Rp 100 dan pada tahun tersebut
laju inflasi adalah sebesar 7%, maka daya beli atau nilai riil uang tersebut
pada akhir tahun sebenarnya telah berkurang sebesar Rp7. Berkurangnya nilai
riil uang tersebut akan berpengaruh terhadap permintaan atau keinginan
masyarakat untuk memegang atau menyimpan uang. Dalam hal
perekonomian mengalami inflasi yang tinggi, maka dapat dipastikan bahwa
masyarakat akan berusaha mengurangi jumlah uang yang dipegang dan,
sebaliknya akan berusaha untuk menukarkannya pada barang yang nilainya
tidak mudah merosot karena inflasi.
Hal tersebut lebih lanjut akan berpengaruh terhadap transaksi ekonomi
dan alokasi sumber daya yang ada dalam perekonomian yang bersangkutan.
Contoh: dalam transaksi pinjam meminjam uang, inflasi akan berpengaruh
terhadap alokasi dana antara debitur dan kreditur. Bagi debitur pembayaran
kembali pokok dan bunga atas uang yang dipinjam secara riil menjadi lebih
kecil. Dengan demikian, dalam kondisi inflasi yang tinggi kreditur menjadi
pihak yang dirugikan dan debitur menjadi pihak yang diuntungkan. Laju
inflasi juga akan mendistorsi pajak pendapatan atau keuntungan yang
dikenakan oleh pemerintah kepada masyarakat, baik pajak terhadap
perseorangan maupun badan usaha yang pada umumnya bersifat progresif.
Artinya, semakin besar pendapatan atau laba yang diperoleh, maka tarif
pajaknya akan semakin besar. Sebagaimana diketahui, pajak pada umumnya
dikenakan pada pendapatan atau laba nominal yang diperoleh. Denganadanya
inflasi maka kenaikan pendapatan atau keuntungan tersebut juga tidak
mencerminkan adanya kenaikan pendapatan atau keuntungan yang
11

mencerminkan daya beli yang sesungguhnya karena sebagian pendapatan


atau laba tersebut sudah termakan oleh inflasi yang terjadi.5

C. Penyebab Terjadinya Inflasi

Penyebab dari terjadinya inflasi menurut para ahli adalah karena


tekanan permintaan (demand pull inflation) dan didorong biaya (cost push
inflation) dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Demand Pull Inflation (Inflasi Permintaan)
Demand full inflation yaitu inflasi yang terjadi karena kuatnya
permintaan masyarakat akan berbagai jenis barang. Keinginan
untuk mendapatkan barang yang dinginkan konsumen mendorong
konsumen meminta barang tersebut dengan harga yang tinggi.
Sementara si produsen akan berusaha untuk menahan barang dan
akan menjual barang tersebut kepada pembeli yang sanggup
membeli dengan harga yang mahal. Kedua perilaku produsen dan
konsumen akan mendorong terjadinya inflasi, dengan bentuk kurva
berikut ini:

S
P2
P1
D2
D1
Q
Q1 Q2

Gambar 1. Kasus Demand Full Inflation

Keterangan: Terjadinya pertambahan jumlah barang yang diminta


akan menggeser kurva permintaan kearah kanan atas
dan akan bertentangan dengan hokum permintaan.
Adapun dampak dari kenaikan permintaan ini adalah

5
Eko Sudarmanto, dkk., Teori Ekonomi: Mikro dan Makro, Medan: Yayasan Kita
Menulis, 2021, h.196-198.
12

terjadinya peningkatan harga dan kuantitas barang


yang diminta akan meningkat.6

Inflasi karena tekanan permintaan (demand pull inflation) ini


bermula dari adanya kenaikan permintan total (agregat demand),
sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja
penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam
keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total
disamping menaikkan harga dapat juga menaikkan harga produksi
(output). Apabila kesempatan kerja penuh (fullemployment) telah
tercapai; penambahan permintaan selanjutnya hanya akan me-
naikkan harga saja (sering disebut dengan inflasi murni). Apabila
kenaikan permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP berada-
diatas/ melebihi GNP pada kesempatan kerja penuh maka akan ter-
dapat adanya (inflationary gap). Inflationary gap inilah yang dapat
menimbulkan inflasi.7

2. Cost Push Inflation (Inflasi Biaya Produksi)


Cost push Inflation yaitu inflasi yang terjadi atau ditandai
dengan kenaikan biaya produksi akan mendorong perusahaan untuk
menaikkan harga barang mereka. Apabila pengusaha kesukaran
dalam mencari tambahan tenaga kerja untuk menambah produksi
maka tenaga kerja yang ada akan terdorong untuk meminta /
menuntut kenaikan upah, apabila tuntutan kenaikan upah ini berlaku
secara luas maka akan terjadi kenaikan biaya produksi. Biasanya
kenaikan biaya produksi disebabkan oleh:
a. Tuntutan serikat buruh untuk menaikkan upah
b. Kenaikan harga bahan baku

6
Mahyarni dan Astuti Meflinda, Ekonomi Makro Terintegrasi, Pekanbaru: Suska Press,
2015, h.16-17.
7
Zarkasi, Pengangguran, Inflasi dan Daya Beli Masyarakat Kalimantan Barat,
Pontianak: STAIN Pontianak Press, 2015, h.38-39.
13

c. Industri yang bersifat monopoli, maka dengan


kekuasaannya si pengusaha akan menaikkan harga.

S2
S1
P2
P1

Q
Q2 Q1

Gambar 2. Kasus Cost Push Inflation

Keterangan: Turunnya jumlah barang yang ditawarkan akan


mengeser kurva penawaran kearah kiri atas yang
disebabkan oleh kenaikan biaya produksi, sehingga
harga barang meningkat dan kuantitas barang yang
ditawarkan mengalami penurunan.8

Cost push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga


serta turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resensi.
Kenaikan ini timbul biasanya dengan adanya penurunan dalam
penawaran total (agregat supply) sebagai akibat kenaikan biaya
produdsi. Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan
harga dan turunnya produksi. Secara logika adanya inflasi (ceteris
paribus) maka kebutuhan dana untuk konsumsi meningkat, secara
otomatis menurunkan kemampuaan masyarakat untuk menabung di
bank . Jadi dengan adanya inflasi, terdapat kemungkinan yang
secara relatif simpanan dalam pihak ketiga akan mengalami
penurunan.9
Jenis inflasi ini disebabkan oleh kenaikan biaya produksi atau
biaya pengadaan barang dan jasa. Termasuk dalam jenis inflasi ini
adalah inflasi yang disebabkan faktor penawaran lainnya yang
8
Mahyarni dan Astuti Meflinda, Ekonomi Makro Terintegrasi, Pekanbaru: Suska Press,
2015, h.17-18.
9
Zarkasi, Pengangguran, Inflasi dan Daya Beli Masyarakat Kalimantan Barat,
Pontianak: STAIN Pontianak Press, 2015, h.39
14

memicu kenaikan harga penawaran atas suatu barang (termasuk


barang-barang yang harus diimpor), serta harga barang-barang yang
dikendalikan oleh Pemerintah. Contoh: adanya kenaikan harga
minyak dunia, harga Bahan Bakar Minyak (BBM), dan Tarif Dasar
Listrik (TDL). Di samping itu, inflasi juga disebabkan oleh faktor
alam misalnya, gagalnya panen atau panen yang berlebih, faktor
faktor social ekonomi, misalnya, adanya masalah atau hambatan
dalam distribusi suatu barang, atau faktor-faktor yang timbul karena
kebijakan tertentu, misalnya, karena adanya kebijakan tarif, pajak,
pembatasan impor, atau kebijakan lainnya. Inflasi yang disebabkan
oleh interaksi antara permintaan dan penawaran agregat tersebut
pada dasarnya mengatakan bahwa apabila jumlah permintaan
agregat melebihi penawaran agregat (yang merupakan potensi yang
tersedia), maka harga-harga akan meningkat. Secara sederhana
dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut:
P=D/S
Apabila P adalah harga, sedangkan D dan S masing-masing
adalah permintaan dan penawaran agregat, maka P akan naik
selama jumlah D lebih besar dibandingkan dengan jumlah S. Hal
tersebut dapat terjadi apabila D meningkat sedangkan S tetap atau
kenaikan S tidak sebanding dengan kenaikan D. Hal yang sama juga
akan terjadi apabila S berkurang, sedangkan D tetap atau penurunan
D tidak sebanding dengan penurunan S. Inflasi yang disebabkan
oleh sisi permintaan maupun penawaran mempunyai kesamaan
dalam hal menaikkan tingkat harga output (kenaikan harga secara
umum-inflasi). Akan tetapi, kedua faktor tersebut mempunyai
dampak yang berbeda terhadap volume output (PDB riil). Dalam
hal inflasi yang lebih disebabkan oleh sisi permintaan, ada
kecenderungan output akan meningkat sejalan dengan kenaikan
harga. Besaran kenaikan output tersebut sejalan dengan elastisitas
penawaran agregat. Sebaliknya, pada inflasi yang disebabkan oleh
15

sisi penawaran, kenaikan harga seringkali justru diikuti dengan


penurunan barang yang tersedia.10

D. Cara Mengatasi Inflasi

Mewujudkan inflasi nol persen atau “zero inflation” secara terus


menerus dalam perekonomian yang berkembang adalah sukar dicapai. Oleh
sebab itu dalam jangka panjang yang perlu diusahakan adalah menjaga agar
tingkat inflasi berada pada tingkat yang sangat rendah. Usaha untuk mencapai
tujuan ini merupakan salah satu tugas utama dari bank sentral. Langkah-
langkah pemerintah yang dapat digolongkan sebagai kebijakan “diskresioner”
barulah dilaksanakan apabila inflasi yang berlaku adalah lebih serius dari
inflasi merayap. Pemerintah dapat menggunakan 2 cara untuk mengatasi
inflasi, yaitu :
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah tindakan pemerintah (Melalui
Bank Central) untuk mempengaruhi situasi makro yang dilak-
sanakan melalui pasar uang. Secara khusus kebijakan moneter
dapat diartikan sebagai tindakan makro pemerintah dengan cara
mempengaruhi proses penciptaan uang untuk mempengaruhi
jumlah uang beredar.
Kebijakan moneter yang dicapai melalui pengaturan jumlah
uang beredar. Salah satu komponen jumlah uang beredar adalah
uang giral. Uang giral dapat terjadi melalui dua cara. Pertama bila
seseorang memasukkan uangnya ke bank dalam bentuk giro.
Kedua, apabila seseorang menerima pinjaman dari bank tidak
diterima dalam bentuk kas tapi dalam bentuk giro.
Bank central dapat mengatur uang giral ini melalui penetapan
cadangan minimum. Untuk menekan laju inflasi cadangan
minimum ini dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.

10
Eko Sudarmanto, dkk., Teori Ekonomi: Mikro dan Makro, Medan: Yayasan Kita
Menulis, 2021, h.194-195.
16

Selain cara ini bank central dapat menggunakan apa yang disebut
dengan tingkat diskonto untuk pinjaman yang diberikan oleh bank
sentral pada bank umum. Pinjaman ini biasanya berwujud tam-
bahnya cadangan bank umum yang ada pada bank central.
Disconto rate ini bagi bank umum merupakan biaya untuk
pinjaman yang diberikan oleh bank sentral. Apabila tingkat dis-
konto dinaikkan oleh bank sentral, maka gairah bank umum untuk
meminjam makin kecil sehingga cadangan yang ada pada bank
sentral juga mengecil. Akibatnya kemampuan bank umum untuk
memberikan pinjaman pada masyarakat makin kecil sehingga jum-
lah uang beredar turun dan inflasi dapat dicegah.
Instrumen lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi
adalah politik pasar terbuka atau jual beli surat berharga. Dengan
cara menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkem-
bangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat ditekan
atau lebih rendah.11
Kebijakan moneter ini juga dapat dilakukan dengan cara:
a. Tight Money Policy, kebijakan uang ketat ini merupakan
suatu cara yang paling ampuh untuk mengatasi terjadinya
inflasi karena tindakan ini mempengaruhi segala sektor
perekonomian. Dengan tindakan ini seluruh sektor ekonomi
akan mengalami kemacetan dalam menjalankan aktivitasnya.
Kebijakan ini dalam sejarah perekonomian Indonesia pernah
diterapkan pada akhir tahun 1990 dan berhasil menurunkan
inflasi pada tahun 1992 secara tajam.
b. Menaikkan suku bunga bank melalui bank sentral.
Menaikkan suku bunga bank melalui bank sentral akan
meningkatkan minat masyarakat untuk menabung. Dengan
naiknya suku bunga akan menyebabkan permintaan uang

11
Zarkasi, Pengangguran, Inflasi dan Daya Beli Masyarakat Kalimantan Barat,
Pontianak: STAIN Pontianak Press, 2015, h.46-47.
17

untuk investasi akan menurun. Maksud dan tujuan menaikkan


suku bunga adalah untuk menarik uang yang beredar dalam
masyarakat. Setelah uang yang beredar dapat dikurangi
volumenya maka pemberian kredit untuk investasi harus
melalui seleksi yang ketat. Investasi hanya diberikan untuk
tujuan produktif, sehingga penambahan jumlah uang yang
beredar dapat diimbangi dengan penambahan produksi
barang.12

Namun tak hanya itu, masih ada instrument kebijakan


moneter lainnya, diantaranya sebagai berikut:
 Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market
Operation)
Operasi pasar terbuka adalah kebijakan yang
diambil bank sentral untuk mengurangi atau menambah
jumlah uang beredar. Kebijakan ini dilakukan dengan cara
menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli
surat-surat berharga. Untuk meningkatkan jumlah uang
beredar, Bank Sentral menjual surat-surat berharga.
 Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy)
Kebijakan diskonto adalah kebijakan bank sentral
guna menambah atau mengurangi jumlah uang beredar di
masyarakat, dengan menaik-turunkan suku bunga bank
umum.
 Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve
Requirement)
Cadangan Wajib Minimum adalah jumlah uang
tunai yang harus dimiliki bank di brankas mereka atau di
bank sentral terdekat, sesuai dengan simpanan yang

12
Mahyarni dan Astuti Meflinda, Ekonomi Makro Terintegrasi, Pekanbaru: Suska Press,
2015, h.24.
18

dilakukan oleh pelanggan. Proporsi cadangan minimum


yang harus dipegang Bank umum atas simpanan
masyarakat yang dimiliki. Untuk menekan laju inflasi
cadangan minimum ini dinaikkan sehingga jumlah uang
menjadi lebih kecil.

2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan
pemerintah untuk mengelola/ mengarahkan perekonomian ke
kondisi lebih baik atau yaang diinginkan dengan cara mengatur
penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Kebijakan pemerintah menyangkut pengaturan tentang
pengeluaran pemerintah serta perpajakan ini secara langsung dapat
mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mem-
pengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permint-
aan total. Kebijakan Fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran
pemerintah serta kenaikan pajak akan mengurangi permintaan total,
sehingga inflasi dapat ditekan pada tingkat terendah.13
Kebijakan fiskal yang dijalankan pemerintah untuk
mengurangi volume uang yang beredar agar inflasi dapat ditekan
adalah :
a. Meningkatkan Pajak
Dengan naiknya pajak yang ditetapkan oleh pemerintah
terhadap pendapatan masyarakat akan dapat menekan tingkat
konsumsi masyarakat sehingga laju peredaran uang dapat
dikurangi.

b. Menekan Pengeluaran Pemerintah

13
Zarkasi, Pengangguran, Inflasi dan Daya Beli Masyarakat Kalimantan Barat,
Pontianak: STAIN Pontianak Press, 2015, h.47.
19

Pengeluaran pemerintah dapat ditekan melalui


kebijakan fiskal ini adalah penghapusan subsidi dan anggaran
pembangunan. Anggaran pembangunan dapat ditekan
pemerintah melalui atau dengan cara penjadwalan kembali
proyek-proyek yang dianggarkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau yang dibiayai
oleh bantuan luar negeri. Langkah berikutnya adalah
penetapan plafon pinjaman swata kepada luar negeri oleh
pemerintah dengan maksud untuk mengendalikan inflasi
dalam jangka panjang.14

Kedua kebijakan pemerintah tersebut harus dijalankan secara bersama


dan langkahlangkah yang dijalankan haruslah saling memperkuat. Keduanya
dijalankan oleh pihak yang berbeda. Kebijakan fiskal dilaksanakan oleh
Kementrian Keuangan dan kebijakan moneter dijalankan oleh Bank Sentral.

E. Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam

Dalam sistem ekonomi Islam inflasi bukan merupakan suatu masalah


utama ekonomi secara agregat, karena mata uangnya stabil
dengan digunakannya mata uang dinar dan dirham. Penurunan nilai
masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai
nominal dinar itu mengalami penurunan, diantaranya akibat ditemukannya
emas dalam jumlah yang besar, tapi keadaan ini kecil sekali
kemungkinannya.
Menurut para ekonom Islam, inflasi sangat berakibat buruk bagi
perekonomian karena:
1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi
tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran dimuka, dan fungsi
dari unit penghitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset
keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah
14
Mahyarni dan Astuti Meflinda, Ekonomi Makro Terintegrasi, Pekanbaru: Suska Press,
2015, h.25.
20

mengakibatkan terjadinya inflasi kembali atau dengan kata lain self


feding inflation.
2. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat (turunnya marginal propensity to save).
3. Meningkatkan kecendrungan untuk berbelanja terutama untuk non
primer dan barng barang mewah (naiknya marginal propensity to
consume).
4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non produktif yaitu
penumpukan kekayaan (hoarding) seperti tanah, bangunan, logam
mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah
produktif seperti pertaniaan, industrial, perdagangan, transportasi, dan
lainnya. (Karim, 2011: 13)15

15
Ahmad Syakir, Inflasi Dalam Pandangan Islam, Medan: researchgate.net, 2016, h.2.
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan


terus-menerus (continue). Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu
menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
belangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi.
Inflasi disebabkan oleh adanya permintaan total yang berlebihan
dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar, adanya
kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi
dan adanya kenaikan harga pada barang-barang impor yang mempunyai
peranan penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaanperusahaan.
Dampaknya Inflasi cukup luas dan umumnya selalu buruk yaitu :
Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan
tetap; Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang dan
memperburuk pembagian kekayaan. Selain itu inflasi juga menyebabkan
naiknya harga barang dan menurunnya kegiatan ekonomi produktif.
Cara mengatasi inflasi tersebut, pemerintah dapat menggunakan 2 cara
yaitu memberlakukan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Dengan
kerjasama dari Bank Sentral dan Kementrian Keuangan.

B. Saran

Mengingat dampak buruk dari Inflasi tersebut, maka penulis


menyarankan adanya koordinasi antara dinas terkait yang ada di
pemerintahan. Masyarakat juga harus turut membantu dalam setiap kebijakan
pemerintah untuk menanggulangi inflasi tersebut.

21
DAFTAR PUSTAKA

Mahyarni dan Astuti Meflinda. 2015. Ekonomi Makro Terintegrasi. Pekanbaru:


Suska Press.

Priyono dan Teddy Chandra. 2016. Esensi Ekonomi Makro. Surabaya: Zifatama
Publisher.

Priyono dan Zainuddin Ismail. 2012. Teori Ekonomi. Surabaya: Dharma Ilmu.

Sudarmanto, Eko dkk. 2021. Ekonomi: Mikro dan Makro. Medan: Yayasan Kita
Menulis.

Syakir, Ahmad. 2016. Inflasi Dalam Pandangan Islam. Medan: researchgate.net.


Makalah.

Zarkasi. 2015. Pengangguran, Inflasi dan Daya Beli Masyarakat Kalimantan


Barat. Pontianak: STAIN Pontianak Press.

Anda mungkin juga menyukai