Anda di halaman 1dari 11

INFLASI

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah


EKONOMI MAKRO ISLAM

Dosen Pengampu: Hj. Mardhiyah Hayati, S.P., M.S.I

Disusun Oleh :

Irvan Haryadi 1951010373

Jur/Smt/Kls : ES/III/E

EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa di dalam
pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Allah SWT. Dan tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, kami menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan
baik. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran dan usul guna menyempurnakan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Bandar Lampung,04-01- 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………...…….……………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………..………ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………...………………1
A. Latar Belakang………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….....1
C. Tujuan………………………………………………...…………………...….2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….3
A. Pengertian Inflasi…………...………………………………………………...3
B. Jenis Inflasi…………………….……………………………………………..5
C. Definisi inflasi merayap dan hyperinflasi……………………………………6
D. Dampak Inflasi………………………………………………………………..8

BAB III PENUTUP………………………………………………………………..


A. Kesimpulan………………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah inflasi dan
pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini dapat saling berkaitan?
Kita melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah bergantung pada berbagai ciri pasar
tenaga kerja, seperti peraturan upah minimum, kekuasaan pasar serikat pekerja,
peranan upah efisiensi dan seberapa efektifnya proses pencarian kerja. Sebaliknya tingkat
inflasi terutama sekali bergantung pada jumlah uang yang beredar yang dikendalikan oleh
bank sentral, oleh sebab itu, pada jangka panjang, inflasi dan pengangguran secara garis
besar bukanlah dua masalah yang saling berkaitan.
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa kebijakan moneter dan kebijakan
fiskal dapat menggeser kurva permintaan agregat. Oleh sebab itu, kebijakan moneter dan
fiskal dapat memindahkan perekonomian sepanjang kurva phillips. Kenaikan jumlah uang
yang beredar, peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak meningkatkan
permintaan agregat dan memindahkan perekonomian ke suatu titik pada kurva
phillips dengan tingkat pengangguran yang lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi. Dan
begitu juga sebaliknya. Dengan pemahaman ini kurva phillips menawarkan pilihan-
pilihan kombinasi antara inflasi dan penangguran kepada para pembuat kebijakan
(Mankiw, 2006:364).

B. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan materi mengenai “Inflasi dan Pengangguran” kami mengangkat
rumusan masalah yaitu:
a. Apa itu inflasi, deflasi dan stagflasi?

C. Tujuan

Tujuan dalam makalah ini adalah ingin mengetahui tentang konsep dan pengaruh
inflasi, deflasi dan staglasi serta hubungan antara tingkat harga dan pengangguran.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus.
Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus
menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap awal
barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap berikutnya jumlah barang akan
semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli masyarakat. Sedangkan lawan
dari inflasi adalah deflasi,yaitu manakala harga-harga secara umum turun dari
periode sebelumnya (nilai inflasi minus). Akibat dari inflasi secara umum adalah
menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga
menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar
5%, sementara pendapatan tetap, maka itu berarti secara riil pendapatan mengalami
penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5%
juga.
Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang
berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah
tujuan utama kebijakan pemerintah karena ia adalah sukar untuk dicapai. Yang
paling penting untuk diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah.
Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba atau wujud sebagai akibat suatu
peristiwa tertentu yang berlaku di luar ekspektasi pemerintah, misalnya efek dari
pengurangan nilai uang (depresiasi nilai uang) yang sangat besar atau ketidakstabilan
politik. Menghadapi masalah inflasi yang bertambah cepat ini pemerintah akan
menyusun langkah-langkah yang bertujuan agar kestabilan harga-harga dapat
diwujudkan kembali.

B. Jenis- Jenis Inflasi


1. Menurut Sifatnya

Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama yait sebagai


berikut:
a. Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang dari
10% pertahun.
b. Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun. Inflasi
ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar.
Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%,
20%, 30%, dan sebagainya.
c. Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100% pertahun.
Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik.
d. Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya harga
secara drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini masyarakat
tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat tajam, sehingga
lebih baik ditukarkan dengan barang.

2. Berdasarkan Sebabnya
a. Demand Pull Inflation.
Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di satu pihak,
di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full
employment), akibatnya adalah sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan
banyak sementara penawaran tetap, maka harga akan naik. Dan bila hal ini
berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan inflasi yang
berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya
pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga

b. Cost Push Inflation.


Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi (naiknya
biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs mata
uang negara yang bersangkutan jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku
industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan
sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan
oleh produsen, yaitu: pertama, langsung menaikkan harga produknya dengan
jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik menarik
permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi.
3. Berdasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu pertama inflasi yang
berasal dari dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya
defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja
negara. Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu
harga-harga naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam
yang berkepanjangan dan sebagainya. Kedua inflasi yang berasal dari luar
negeri Karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara
mengalami inflasi yang tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga dan juga
ongkos produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus
mengimpor barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja
bertambah mahal.

C. Definisi Inflasi Merayap dan Hyperinflasi

Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya.


Yang digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak
melebihi dua atau tiga persen setahun. Malaysia dan Singapura adalah dua dari negara-
negara yang tingkat inflasinya dapat digolongkan sebagai inflasi merayap
Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang
menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat.
Di Indonseia, sebagai contoh, pada tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500 persen dan pada
tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen. Ini berarti tingkat harga-harga naik 5 kali lipat
pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat dalam tahun 1966.
Di negara-negara berkembang adakalanya tingkat inflasi tidak mudah dikendalikan.
Negara-negara tersebut tidak menghadapi masalah hiperinflasi, akan tetapi juga tidak
mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat rendah. Secara rata-rata di sebagian
negara tingkat inflasi mencapai di antara 5 hingga 10 persen. Inflasi dengan tingkat yang
seperti itu digolongkan sebagai inflasi rendah atau moderate inflation.

D. Dampak dari Inflasi

Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam


perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa
dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa
inflasi dapat menurunkan tinhgkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu
cara untuk menyeimbangkan perekonomian Negara, dan lain sebagainya. Secara khusus
dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi adalah sebagai
berikut:

1. Dampak Negatif

a. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga
perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan
uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya
negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.

b. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk


menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush
akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya dana
investasi yang tersedia.

c. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk


memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.

d. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan


konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan

yang masyarakatnya memiliki banyak uang.

e. Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif
akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.

f. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang


mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan
dan perampasan.

2. Dampak Positif

a. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan


seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.

b. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri


menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
c. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan
tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka
usaha.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Inflasi adalah suatu keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya
harga-harga pada umumnya, atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa turunnya
nilai uang.
b. Deflasi adalah suatu keadaan semakin turunnya harga barang-barang atau
semakin meningkatnya nilai uang.
c. Stagflasi adalah kondisi dimana hubungan terbalik antara laju inflasi dan
output ini merupakan akibat dari pergeseran kurva penawaran aggregate yang
disebabkan oleh perubahan inflasi yang diharapkan.
d. Dari kurva phillips tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi
tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan semakin
tinggi harapan inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.
Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, pengangguran dan
inflasi merupakan masalah ekonomi yang perlu di hadapi dan di atasi. Dalam
sistem pasar bebas, kdua masalah ini tidak dapat dengan sendirinya diatasi.
Kebijakan pemerintah perlu dijalankan apabila salah satu kedua masalah tersebut
timbul. Sesuai dengan keperluan ini dalam analisis makro ekonomi perlu
diperhatikan dengan lebih baik mengenai kdua masalah tersebut dan bentuk –
bentuk kebijakan pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi kedua
masalah. Ada dua cara yg di gunakan untuk melihat masalah pengangguran.
Yang pertama adalah dengan melihar sumber dari wujud masalah tersebut dan yang
kedua adalah berdasarkan ciri – cirinya. Berdasarkan sumbernya pengangguran
dibedakan kepada : pengangguran normal/friksional, pengangguran siklikal
(kunjungtur), pengangguran berstruktur dan pengangguran teknologi. Berdasarkan
ciri – cirinya pengangguran dibedakan kepada : pengangguran terbuka,
pengangguran tersembunyi, pengangguran bermusim dan setengah menganggur.
Mengapakah pengangguran perlu diatasi? Kebijakan pemerintah untuk
mengatasi pengangguran didorong oleh tujuan bersifat ekonomi dan tujuan bersifat
sosial dan politik. Dari segi ekonomi tujuan mengatasi pengangguran adalah :
Menyediakan kesempatan kerja, meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat dan
memperbaiki distribusi pendapatan

B. Saran
Menurut kami sebaiknya pemerintah dapat mengatasi pengangguran yang
terjadi di Indonesia yaitu dengan membuka lapangan kerja atau menyediakan
lapangan kerja. Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-
usaha yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka
peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk
lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau
dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill,
mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah standar global.
DAFTAR PUSTAKA

Boediono. Ekonomi Moneter. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA.


Yogyakarta:2001.

Christopher Pass & Bryan Lowes. Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua.

Collins. Penerbit Erlangga : 1997.

Manullang. Pengantar Teori Ekonomi Moneter. Penerbit Ghalia Indonesia.


Jakarta: 1993.

Nopirin. Ekonomi Moneter Buku II. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA.


Yogyakarta: 2000.

Rudiger Dombusch, Stanley Fischer, J. mulyadi. Makro ekonomi. Penerbit

Erlangga: 1992.

Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Penerbit PT. RajaGrafindo

Waluya Harry. Ekonomi Moneter Uang dan Perbankan. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta: 1993.

Yanuar. (2016). ekonomi makro:suatu analisis konteks indonesia

Anda mungkin juga menyukai