Disusun Oleh:
Adima gulo
223020405039
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN PERIKANAN
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
2023.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA, karena atas
limpahan rahmat-nnya penyusun dapat menyelesaikan makala yang berjudul
“Inflasi dan Pengangguran di Indonesia” ini tempat waktu tanpa ada halangan
yang berarti dan sesuai dengan harapan .
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Dr.Subhan A.Alhidayati,
S.Pi,M,Si. Sebagai dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi yang
telah memebantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makala
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makala ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami,maka dari penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran untuk menympurnakan makala ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi kita semua pihak yang membutuhkan.
Palangkaraya , 19 Februari 2023
Adima Gulo
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inflasi dan pengangguran adalah masalah jangka pendek dalam
perekonomian. Inflasi sendiri diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus menerus. Kenaikan dari satu atau dua barang saja tidak dapat
dikatakan sebagai inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan
kenaikan harga) pada barang lainnya. Semua negara di dunia selalu menghadapi
permasalahan inflasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa inflasi yang terjadi pada
suatu negara dapat digunakan sebagai indikator baik buruknya perekonomian
suatu negara. Bagi negara yang perekonomiannya baik, tingkat inflasi yang terjadi
berkisar antara 2 sampai 4 persen per tahun.
Tingkat inflasi yang berkisar antara 2 sampai 4 persen dikatakan tingkat
inflasi yang rendah. Tujuan negara membangun adalah untuk kesejahteraan
rakyat, maka masalah pengangguran yang tinggi merupakan kondisi yang sangat
tidak dikehendaki oleh suatu negara di manapun. Inflasi dan pengangguran adalah
dua masalah ekonomi yang utama yang sering dihadapi oleh masyarakat suatu
negara. Jika masalah inflasi dan pengangguran tidak terkendali, maka kedua
masalah tersebut dapat mewujudakan efek buruk baik yang bersifat ekonomi,
sosial, politik serta lingkungan dan budaya. Untuk menghindari berbagai efek
buruk yang mungkin ditimbulkan oleh kedua masalah tersebut, secara sederhana
yakni secara ekonomi makro diperlukan berbagai kebijakan ekonomi yang
komprehensif. Dalam teori kurva Phillips, pengangguran yang tinggi memang
akan cenderung mengurangi inflasi. Namun yang menarik di Indonesia fenomena
yang sering terjadi adalah ketika pengangguran tinggi tingkat inflasi juga masih
tetap tinggi. Padahal, tujuan yang selalu dikehendaki untuk kedua masalah
tersebut adalah rendah.
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah
inflasi dan pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini
dapat saling berkaitan? Kita melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah
bergantung pada berbagai ciri pasar tenaga kerja, seperti peraturan upah
minimum, kekuasaan pasar serikat pekerja, peranan upah efisiensi dan seberapa
efektifnya proses pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutama sekali
bergantung pada jumlah uang yang beredar yang dikendalikan oleh bank sentral,
oleh sebab itu, pada jangka panjang, inflasi dan pengangguran secara garis besar
bukanlah dua masalah yang saling berkaitan.
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal dapat menggeser kurva permintaan agregat. Oleh sebab itu,
kebijakan moneter dan fiskal dapat memindahkan perekonomian sepanjang kurva
phillips. Kenaikan jumlah uang yang beredar, peningkatan pengeluaran
pemerintah atau pemotongan pajak meningkatkan permintaan agregat dan
memindahkan perekonomian ke suatu titik pada kurva phillips dengan tingkat
pengangguran yang lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi. Dan begitu juga
sebaliknya. Dengan pemahaman ini kurva phillips menawarkan pilihan-pilihan
kombinasi antara inflasi dan penangguran kepada para pembuat kebijakan
B. Rumusan Masalah
Indonesia merupakan negara yg berkembang dengan berbagai
permasalahan ekonomi yang dihadapi.atau sering juga dikatakan indikator dan
ekonomi serta dependecy ratio yang mana setiap itu ada perubahannnya dapat
mengambarkan keberhasilan ekonomi. Di indonesia bertumbuhnnya ekonomi yg
mengalami trend yg agak tidak berkualitas namun kadang cenderung satabil
selama diikuti inflasi yang selalu berfliktuasi setiap tahunnya diiringin dengan
tingkat peengangguran yang cenderung naik namun diikuti dengan rasio
ketergantungan yang semakin menurun. Berdasarkan penjelasan latar belakang
tersebut maka permasalahan dalam makala ini dirumuskan berbagai masalah
yaitu:
1. Bagaiman pengaruh serta hubungan inflasi terhadap tingkat pengagguran
indonesia ?
2. Bagaimana pengaruh dan hubungan pertumbuhan ekonomi terhadap
tingkat pengangguran di indonesia ?
3. Bagaimana pengaruh dan hubungan rasio ketergatungan di indonsia ?
4. Apa itu inflasi, deflasi dan stagflasi ?
5. Bagaimana hubungan antara tingkat harga dan pengangguran ?
C. Tujuan
Adapun tujuan makala ini adalah ingin mengetahui tentang apa saja
konsepdari pengaruh inflasi, atau deflasi serta dengan hubungan antara tingkat
harga dan pengangguran. serta dengan juga mengetahui atau analisi tentang
fenomena tingkat pengangguran di indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. INFLASI
1. Pengertian Inflasi
2. Jenis-jenis Inflasi
a. Menurut Sifatnya
Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama
(https://www.academia.edu), yaitu sebagai berikut:
• Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya
kurang dari 10% pertahun
• Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun .
Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif
besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya
15%, 20%, 30%, dan sebagainya.
• Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100%
pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik.
• Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh
naiknya harga secara drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi
ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat
tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.
b. Berdasarkan Sebabnya
Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan
yang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai
kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan
hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap, maka
harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung secara terus-menerus akan
mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya
diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan
tenaga kerja baru.
• Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya
biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya
perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan jatuh/menurun,
kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat
buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi, maka dua hal
yang bisa dilakukan oleh produsen, yaitu: pertama, langsung menaikkan harga
produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya naik
(karena tarik menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah
produksi.
c. Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu pertama inflasi yang berasal
dari dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya defisit dalam
pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara.
Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-
harga naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang
berkepanjangan dan sebagainya. Kedua inflasi yang berasal dari luar negeri.
Karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi
yang tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga dan juga ongkos produksi
relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut
maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.
d. Metode Pengukuran Inflasi
Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks
harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju
inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain:
ConsumerPriceIndex (CPI)
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga
dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup:
CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x
100%
Produsen PriceIndex dikenal dengan
Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan
mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini
sejalan dengan indeks CPI.
GNP Deflator
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan
PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam
hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks
diatas:
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
e. Definisi Inflasi Merayap dan Hiperinflasi
Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang
digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak
melebihi dua atau tiga persen setahun. Malaysia dan Singapura adalah dua dari
negara-negara yang tingkat inflasinya dapat digolongkan sebagai inflasi merayap
Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang
menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang
singkat. Di Indonseia, sebagai contoh, pada tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500
persen dan pada tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen. Ini berarti tingkat
harga-harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat dalam tahun 1966.
Di negara-negara berkembang adakalanya tingkat inflasi tidak mudah
dikendalikan. Negara-negara tersebut tidak menghadapi masalah hiperinflasi, akan
tetapi juga tidak mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat rendah.
Secara rata-rata di sebagian negara tingkat inflasi mencapai di antara 5 hingga 10
persen. Inflasi dengan tingkat yang seperti itu digolongkan sebagai inflasi rendah
atau moderate inflation.
3. DAMPAK NEGATIF
1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik,
sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat
yang berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa
membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang
ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk
menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di
rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau
rendahnya dana investasi yang tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk
memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan
konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber
produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
5. Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena
produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang
mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada
penjarahan dan perampasan.
4. DAMPAK POSITIF
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan
diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam
negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan
tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau
membuka usaha.
5. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Kenaikan harga – harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas perdagangan.
Kenaikan harga menyebabkan barang – barang negara itu tidak dapat bersaing di
pasaran internasional. Maka ekspor menurun. Sebaliknya, harga – harga produksi
dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang –
barang impor menjadi relatif murah. Maka lebih banyak impor akan di lakukan.
Ekspor yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang bertambah menyebabkan
ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran
akan memburuk.
6. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Di samping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi
juga akan menimbulkan efek – efek yang berikut kepada individu masyarakat
(https://www.academia.edu):
Inflasi akan menurunkan pendapatan rill orang – orang yang berpendapatan tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga – harga. Maka
inflasi akan menurunkan upah rill individu – individu yang berpendapatan tetap.
Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan
masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan
simpanan dalam institusi – istitusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan.
Nilai rillnya akan menurun apabila inflasi berlaku.
Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukan bahwa penerima
pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai rill pendapatannya,
dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai rill
kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta – harta tetap (tanah), bangunan dan
(rumah) dapat mempertahankan atau menambah nilai rill kekayaannya. Ajuga
sebagai penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai rill pendapatannya.
Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan
berpendapatan tetap dengan pemilik – pemilik harta tetap dan penjual/pedagang
akan menjai semakin tidak merata.
B. PENGANGGURAN
1. Pengertian Pengangguran
Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai
pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan
(https://www.academia.edu). Kategori orang yang menganggur biasanya adalah
mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masanya kerja. Usia
kerja biasanya usia yang tidak dalam masa sekolah tetapi di atas usia anakanak
(relatif di atas 6 – 18 tahun, yaitu masa pendidikan dari SD – tamat SMU).
Sedangkan di atas usia 18, namun masih sekolah dapatlah dikategorikan sebagai
penganggur, meski untuk hal ini masih banyak yang memperdebatkannya.
Pengangguran pada dasarnya tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, karena
bagaimanapun baik dan hebatnya kemampuan suatu bangsa dalam menangani
perekonomiannya, tetap saja pengangguran itu ada. Akan tetapi mashab klasik
dengan salah satu teorinya yang terkenal sebagai hukum “Say” dari Jean Baptiste
Say yang mengatakan bahwa “Supply creats its own demand” atau penawaran
menciptakan permintaannya sendiri menjelaskan bahwa bila ini benar terjadi,
maka pengangguran tidak aka nada, dan bila pun ada tidak akan berlangsung
lama, karena akan pulih kembali. Cara kerjanya sederhana, bahwa apabila
produsen menghasilkan barang dalam jumlah tertentu maka akan segera habis
dikonsumsi masyarakat. Pada saat yang sama misalkan terdapat para pencari
kerja, oleh karena produsen akan lebih baik menghasilkan barang dalam jumlah
banyak untuk memperbesar keuntungan tanpa takut risiko gagal dalam penjualan,
maka semua pencari kerja itu akan terserap untuk mengisi lowongan baru yang
disediakan oleh produsen / perusahaan, dan ini berlangsung terus. Akan tetapi
pada kenyataannya tidak satu negara pun di dunia ini yang bisa menerapkan teori
ini, alasannya salah satu asumsi yaitu pasar persaingan sempurna tidak akan bisa
dan tidak akan pernah terjadi, dikarenakan syaratnya yang tidak mungkin bisa
dipenuhi.
Pengangguran selalu menjadi masalah, bukan saja karena pengangguran berarti
pemborosan dana. Akan tetapi, juga memberikan dampak social yang tidak baik
misalkan akan semakin meningkatnya tindakan kriminal dan pelanggaran moral.
Akan tetapi, di sisi lain pengangguran atau menganggur umumnya dilakukan
dengan suka rela, baik karena memilih pekerjaan, menunggur pekerjaan yang
sesuai, keluar dari pekerjaan lama untuk mencari pekerjaan baru karena alasan
jenuh, bosan atau tidak cocok dengan pekerjaan dan perusahaan, dan berbagai
macam alasan lainnya.
a. Jenis-Jenis Pengangguran
Bedasarkan penyebab terjadinya
• Pengangguran friksional : sifatnya sementara disebabkan oleh kendala
waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar dengan pembuka lamaran
pekerjaan. Ini terjadi karena pelamar kerja tidak mampu memenuhi syarat yang
dibutuhkan oleh pembuka lamaran kerja.
• Pengangguran konjungtural : pengangguran yang disebabkan oleh naik
turunnya siklus ekonomi.
• Pengangguran struktural : pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
• Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang disebabkan oleh
fluktuasi ekonomi jangka pendek yang menyebabkan tenaga kerja untuk
menganggur.
• Pengangguran siklikal : pengangguran yang menganggur akibat imbas
naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada
penawaran kerja.
• Pengangguran teknologi : pengangguran yang disebabkan adanya
perubahan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
• Pengangguran siklus : pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya
kegiatan perekonomian karena terjadi resesi
Berdasarkan Cirinya
• Pengangguran Terbuka : Pengangguran ini tercipta sebagai akibat
pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga
kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga
kerja yang tidak dapat memperleh pekerjaan. Efek dari keaadaan ini di dalam
suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan sesuatu
pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu, dan oleh
karenanya dinamakan pengangguran terbuka.
• Pengangguran Tersembunyi : Di banyak negara berkembang, seringkali
didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak
dari yang sebenarnya diperlukan supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan
efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran
tersembunyi. Contoh – contohnya ialah, pelayan restoran yang lebih banyak dari
yang diperlukan dan kluarga petani dengan anggota kluarga yang besar yang
mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.
• Pengangguran Bermusim : Pengangguran ini terutama terdapat di sektor
pertanian dan perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak
dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim
kemarau pula para pesawah tidak dapat mengerjakan tanahnya. Di samping itu,
pada umumnya para pesawah tidak begitu aktif di antara waktu sesudah menanam
dan sudah menuai. Apabila dalam masa di atas penyadap karet, nelayan dan
pesawah tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur.
Pengnggur seperti ini digolongkan sebagai pengangguran bermusim.
• Setengah Menganggur : Di negara – negara berkembang penghijrahan atau
migrasi dari desa ke kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnyatidak semua
orang yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah.
Sebagiannya menjadi penganggur sepenuh waktu. Di samping itu ada pula yang
tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka
adalah jauh lebihrendah dari yang normal. Mereka mungkin hnya bekerja satu
hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja – pekerja
yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai
setengah menganggur atau dalam bahasa Inggris : underemployed dan jenis
penganggurannya dinamakan underemplayment.
b. Akibat Pengangguran
Bagi perekonomian Indonesia
1. Penurunan pendapatan perkapita.
Bagi masyarakat :
1. Menjadi beban psikologis dan psikis.
Data Indonesia
Dari gambar 1 diketahui bahwa tingkat inflasi dan tingkat pengangguran memiliki
hubungan yang negative. Artinya jika tingkat inflasi tinggi, maka pengangguran
akan menjadi rendah. Atau sebaliknya, pengangguran akan menjadi tinggi jika
perekonomian suatu negara mengalami inflasi yang rendah.
Gambar 1 menunjukkan kurva Phillip untuk negara Amerika Serikat pada kurun
waktu dari Januari 2008 sampai dengan Oktober 2009. Karena kedua variabel
ekonomi ini memiliki hubungan yang negative, maka usaha untuk menurunkan
tingkat inflasi, dapat menimbulkan peningkatan pengangguran.
BAB III PENUTUP
A.kesimpulan
1).Inflasi adalah suatu keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya
harga-harga pada umumnya, atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa
turunnya nilai uang.
2).Deflasi adalah suatu keadaan semakin turunnya harga barang-barang atau
semakin meningkatnya nilai uang.
3).Stagflasi adalah kondisi dimana hubungan terbalik antara laju inflasi dan
output ini merupakan akibat dari pergeseran kurva penawaran aggregate yang
disebabkan oleh perubahan inflasi yang diharapkan.
Dari kurva phillips tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi
tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan
semakin tinggi harapan inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.
DAFTAR PUSTAKA