Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGANTAR ILMU EKONOMI


INFLASI DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA
Dosen Pengampu :
Dr.Subhan A.Alhidayat,S.Pi,M,Si
NIP:197712122002122002

Disusun Oleh:
Adima gulo
223020405039
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN PERIKANAN
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
2023.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA, karena atas
limpahan rahmat-nnya penyusun dapat menyelesaikan makala yang berjudul
“Inflasi dan Pengangguran di Indonesia” ini tempat waktu tanpa ada halangan
yang berarti dan sesuai dengan harapan .
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Dr.Subhan A.Alhidayati,
S.Pi,M,Si. Sebagai dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi yang
telah memebantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makala
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makala ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami,maka dari penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran untuk menympurnakan makala ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi kita semua pihak yang membutuhkan.
Palangkaraya , 19 Februari 2023
Adima Gulo
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inflasi dan pengangguran adalah masalah jangka pendek dalam
perekonomian. Inflasi sendiri diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus menerus. Kenaikan dari satu atau dua barang saja tidak dapat
dikatakan sebagai inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan
kenaikan harga) pada barang lainnya. Semua negara di dunia selalu menghadapi
permasalahan inflasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa inflasi yang terjadi pada
suatu negara dapat digunakan sebagai indikator baik buruknya perekonomian
suatu negara. Bagi negara yang perekonomiannya baik, tingkat inflasi yang terjadi
berkisar antara 2 sampai 4 persen per tahun.
Tingkat inflasi yang berkisar antara 2 sampai 4 persen dikatakan tingkat
inflasi yang rendah. Tujuan negara membangun adalah untuk kesejahteraan
rakyat, maka masalah pengangguran yang tinggi merupakan kondisi yang sangat
tidak dikehendaki oleh suatu negara di manapun. Inflasi dan pengangguran adalah
dua masalah ekonomi yang utama yang sering dihadapi oleh masyarakat suatu
negara. Jika masalah inflasi dan pengangguran tidak terkendali, maka kedua
masalah tersebut dapat mewujudakan efek buruk baik yang bersifat ekonomi,
sosial, politik serta lingkungan dan budaya. Untuk menghindari berbagai efek
buruk yang mungkin ditimbulkan oleh kedua masalah tersebut, secara sederhana
yakni secara ekonomi makro diperlukan berbagai kebijakan ekonomi yang
komprehensif. Dalam teori kurva Phillips, pengangguran yang tinggi memang
akan cenderung mengurangi inflasi. Namun yang menarik di Indonesia fenomena
yang sering terjadi adalah ketika pengangguran tinggi tingkat inflasi juga masih
tetap tinggi. Padahal, tujuan yang selalu dikehendaki untuk kedua masalah
tersebut adalah rendah.
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah
inflasi dan pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini
dapat saling berkaitan? Kita melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah
bergantung pada berbagai ciri pasar tenaga kerja, seperti peraturan upah
minimum, kekuasaan pasar serikat pekerja, peranan upah efisiensi dan seberapa
efektifnya proses pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutama sekali
bergantung pada jumlah uang yang beredar yang dikendalikan oleh bank sentral,
oleh sebab itu, pada jangka panjang, inflasi dan pengangguran secara garis besar
bukanlah dua masalah yang saling berkaitan.
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal dapat menggeser kurva permintaan agregat. Oleh sebab itu,
kebijakan moneter dan fiskal dapat memindahkan perekonomian sepanjang kurva
phillips. Kenaikan jumlah uang yang beredar, peningkatan pengeluaran
pemerintah atau pemotongan pajak meningkatkan permintaan agregat dan
memindahkan perekonomian ke suatu titik pada kurva phillips dengan tingkat
pengangguran yang lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi. Dan begitu juga
sebaliknya. Dengan pemahaman ini kurva phillips menawarkan pilihan-pilihan
kombinasi antara inflasi dan penangguran kepada para pembuat kebijakan
B. Rumusan Masalah
Indonesia merupakan negara yg berkembang dengan berbagai
permasalahan ekonomi yang dihadapi.atau sering juga dikatakan indikator dan
ekonomi serta dependecy ratio yang mana setiap itu ada perubahannnya dapat
mengambarkan keberhasilan ekonomi. Di indonesia bertumbuhnnya ekonomi yg
mengalami trend yg agak tidak berkualitas namun kadang cenderung satabil
selama diikuti inflasi yang selalu berfliktuasi setiap tahunnya diiringin dengan
tingkat peengangguran yang cenderung naik namun diikuti dengan rasio
ketergantungan yang semakin menurun. Berdasarkan penjelasan latar belakang
tersebut maka permasalahan dalam makala ini dirumuskan berbagai masalah
yaitu:
1. Bagaiman pengaruh serta hubungan inflasi terhadap tingkat pengagguran
indonesia ?
2. Bagaimana pengaruh dan hubungan pertumbuhan ekonomi terhadap
tingkat pengangguran di indonesia ?
3. Bagaimana pengaruh dan hubungan rasio ketergatungan di indonsia ?
4. Apa itu inflasi, deflasi dan stagflasi ?
5. Bagaimana hubungan antara tingkat harga dan pengangguran ?
C. Tujuan
Adapun tujuan makala ini adalah ingin mengetahui tentang apa saja
konsepdari pengaruh inflasi, atau deflasi serta dengan hubungan antara tingkat
harga dan pengangguran. serta dengan juga mengetahui atau analisi tentang
fenomena tingkat pengangguran di indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. INFLASI

1. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus.


Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara
terus menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada
tahap awal barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap berikutnya
jumlah barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli
masyarakat . Sedangkan lawan dari inflasi adalah deflasi, yaitu manakala harga-
harga secara umum turun dari periode sebelumnya (nilai inflasi minus). Akibat
dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara
riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada
tahun yang bersangkutan naik sebesar sementara pendapatan tetap, maka itu
berarti secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar yang akibatnya relatif
akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga.

Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi


yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen
bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena ia adalah sukar untuk dicapai.
Yang paling penting untuk diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi tetap
rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba atau wujud sebagai
akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku di luar ekspektasi pemerintah,
misalnya efek dari pengurangan nilai uang (depresiasi nilai uang) yang sangat
besar atau ketidakstabilan politik. Menghadapi masalah inflasi yang bertambah
cepat ini pemerintah akan menyusun langkah-langkah yang bertujuan agar
kestabilan harga-harga dapat diwujudkan kembali.

2. Jenis-jenis Inflasi
a. Menurut Sifatnya
Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama
(https://www.academia.edu), yaitu sebagai berikut:
• Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya
kurang dari 10% pertahun
• Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun .
Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif
besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya
15%, 20%, 30%, dan sebagainya.
• Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100%
pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik.
• Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh
naiknya harga secara drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi
ini masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat
tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.
b. Berdasarkan Sebabnya

Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan
yang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai
kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan
hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap, maka
harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung secara terus-menerus akan
mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya
diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan
tenaga kerja baru.
• Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya
biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya
perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan jatuh/menurun,
kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat
buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi, maka dua hal
yang bisa dilakukan oleh produsen, yaitu: pertama, langsung menaikkan harga
produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya naik
(karena tarik menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah
produksi.
c. Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu pertama inflasi yang berasal
dari dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya defisit dalam
pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara.
Untuk mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-
harga naik dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang
berkepanjangan dan sebagainya. Kedua inflasi yang berasal dari luar negeri.
Karena negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi
yang tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga dan juga ongkos produksi
relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut
maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.
d. Metode Pengukuran Inflasi
Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks
harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju
inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain:
ConsumerPriceIndex (CPI)
Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga
dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup:
CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x
100%
Produsen PriceIndex dikenal dengan
Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan
mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini
sejalan dengan indeks CPI.
GNP Deflator
GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan
PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam
hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks
diatas:
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
e. Definisi Inflasi Merayap dan Hiperinflasi
Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang
digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak
melebihi dua atau tiga persen setahun. Malaysia dan Singapura adalah dua dari
negara-negara yang tingkat inflasinya dapat digolongkan sebagai inflasi merayap
Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang
menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang
singkat. Di Indonseia, sebagai contoh, pada tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500
persen dan pada tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen. Ini berarti tingkat
harga-harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat dalam tahun 1966.
Di negara-negara berkembang adakalanya tingkat inflasi tidak mudah
dikendalikan. Negara-negara tersebut tidak menghadapi masalah hiperinflasi, akan
tetapi juga tidak mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat rendah.
Secara rata-rata di sebagian negara tingkat inflasi mencapai di antara 5 hingga 10
persen. Inflasi dengan tingkat yang seperti itu digolongkan sebagai inflasi rendah
atau moderate inflation.

f. Dampak dari Inflasi


Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam
perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa
dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan
bahwa inflasi dapat menurunkan tinhgkat pengangguran, atau inflasi dapat
dijadikan salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian Negara, dan lain
sebagainya. Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun
positif dari inflasi adalah sebagai berikut:

3. DAMPAK NEGATIF
1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik,
sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat
yang berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa
membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang
ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk
menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di
rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau
rendahnya dana investasi yang tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk
memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan
konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber
produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
5. Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena
produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang
mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada
penjarahan dan perampasan.

4. DAMPAK POSITIF
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan
diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam
negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan
tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau
membuka usaha.
5. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Kenaikan harga – harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas perdagangan.
Kenaikan harga menyebabkan barang – barang negara itu tidak dapat bersaing di
pasaran internasional. Maka ekspor menurun. Sebaliknya, harga – harga produksi
dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang –
barang impor menjadi relatif murah. Maka lebih banyak impor akan di lakukan.
Ekspor yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang bertambah menyebabkan
ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran
akan memburuk.
6. Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Di samping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi
juga akan menimbulkan efek – efek yang berikut kepada individu masyarakat
(https://www.academia.edu):
Inflasi akan menurunkan pendapatan rill orang – orang yang berpendapatan tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga – harga. Maka
inflasi akan menurunkan upah rill individu – individu yang berpendapatan tetap.
Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan
masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan
simpanan dalam institusi – istitusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan.
Nilai rillnya akan menurun apabila inflasi berlaku.
Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukan bahwa penerima
pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai rill pendapatannya,
dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai rill
kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta – harta tetap (tanah), bangunan dan
(rumah) dapat mempertahankan atau menambah nilai rill kekayaannya. Ajuga
sebagai penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai rill pendapatannya.
Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan
berpendapatan tetap dengan pemilik – pemilik harta tetap dan penjual/pedagang
akan menjai semakin tidak merata.

Cara mencegah inflasi


a) Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. Bank
Sentral dapat mengatur uang giral melalui peralatan moneter yaitu :
(1) Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) dimana
pengendalian jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual atau
membeli surat-surat berharga. Untuk meningkatkan jumlah uang beredar, Bank
Sentral menjual surat-surat berharga. Sedangkan untuk menurunkan jumlah uang
beredar, Bank Sentral membeli surat-surat berharga ; (2) Penetapan Tingkat
Diskonto (Discount Rate Policy) yang merupakan tingkat bunga yang ditetapkan
Bank Sentral sebagai pinjaman yang diberikan kepada Bank Umum; (3)
Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement) yaitu
proporsi cadangan minimum yang harus dipegang Bank umum atas simpanan
masyarakat yang dimiliki. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini
dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.
b) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta
perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan
dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan
total, sehingga inflasi dapat ditekan.
c) Kebijakan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini
dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga
impor cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang dalam negeri
cenderung menurunkan harga.
d) Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta didasarkan pada indeks harga
tertentu untuk gaji ataupun upah (gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga
naik,gaji atu upah juga dinaikkan.

B. PENGANGGURAN
1. Pengertian Pengangguran

Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai
pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan
(https://www.academia.edu). Kategori orang yang menganggur biasanya adalah
mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masanya kerja. Usia
kerja biasanya usia yang tidak dalam masa sekolah tetapi di atas usia anakanak
(relatif di atas 6 – 18 tahun, yaitu masa pendidikan dari SD – tamat SMU).
Sedangkan di atas usia 18, namun masih sekolah dapatlah dikategorikan sebagai
penganggur, meski untuk hal ini masih banyak yang memperdebatkannya.
Pengangguran pada dasarnya tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, karena
bagaimanapun baik dan hebatnya kemampuan suatu bangsa dalam menangani
perekonomiannya, tetap saja pengangguran itu ada. Akan tetapi mashab klasik
dengan salah satu teorinya yang terkenal sebagai hukum “Say” dari Jean Baptiste
Say yang mengatakan bahwa “Supply creats its own demand” atau penawaran
menciptakan permintaannya sendiri menjelaskan bahwa bila ini benar terjadi,
maka pengangguran tidak aka nada, dan bila pun ada tidak akan berlangsung
lama, karena akan pulih kembali. Cara kerjanya sederhana, bahwa apabila
produsen menghasilkan barang dalam jumlah tertentu maka akan segera habis
dikonsumsi masyarakat. Pada saat yang sama misalkan terdapat para pencari
kerja, oleh karena produsen akan lebih baik menghasilkan barang dalam jumlah
banyak untuk memperbesar keuntungan tanpa takut risiko gagal dalam penjualan,
maka semua pencari kerja itu akan terserap untuk mengisi lowongan baru yang
disediakan oleh produsen / perusahaan, dan ini berlangsung terus. Akan tetapi
pada kenyataannya tidak satu negara pun di dunia ini yang bisa menerapkan teori
ini, alasannya salah satu asumsi yaitu pasar persaingan sempurna tidak akan bisa
dan tidak akan pernah terjadi, dikarenakan syaratnya yang tidak mungkin bisa
dipenuhi.
Pengangguran selalu menjadi masalah, bukan saja karena pengangguran berarti
pemborosan dana. Akan tetapi, juga memberikan dampak social yang tidak baik
misalkan akan semakin meningkatnya tindakan kriminal dan pelanggaran moral.
Akan tetapi, di sisi lain pengangguran atau menganggur umumnya dilakukan
dengan suka rela, baik karena memilih pekerjaan, menunggur pekerjaan yang
sesuai, keluar dari pekerjaan lama untuk mencari pekerjaan baru karena alasan
jenuh, bosan atau tidak cocok dengan pekerjaan dan perusahaan, dan berbagai
macam alasan lainnya.

a. Jenis-Jenis Pengangguran
Bedasarkan penyebab terjadinya
• Pengangguran friksional : sifatnya sementara disebabkan oleh kendala
waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar dengan pembuka lamaran
pekerjaan. Ini terjadi karena pelamar kerja tidak mampu memenuhi syarat yang
dibutuhkan oleh pembuka lamaran kerja.
• Pengangguran konjungtural : pengangguran yang disebabkan oleh naik
turunnya siklus ekonomi.
• Pengangguran struktural : pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
• Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang disebabkan oleh
fluktuasi ekonomi jangka pendek yang menyebabkan tenaga kerja untuk
menganggur.
• Pengangguran siklikal : pengangguran yang menganggur akibat imbas
naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada
penawaran kerja.
• Pengangguran teknologi : pengangguran yang disebabkan adanya
perubahan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
• Pengangguran siklus : pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya
kegiatan perekonomian karena terjadi resesi
Berdasarkan Cirinya
• Pengangguran Terbuka : Pengangguran ini tercipta sebagai akibat
pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga
kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga
kerja yang tidak dapat memperleh pekerjaan. Efek dari keaadaan ini di dalam
suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan sesuatu
pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu, dan oleh
karenanya dinamakan pengangguran terbuka.
• Pengangguran Tersembunyi : Di banyak negara berkembang, seringkali
didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak
dari yang sebenarnya diperlukan supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan
efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran
tersembunyi. Contoh – contohnya ialah, pelayan restoran yang lebih banyak dari
yang diperlukan dan kluarga petani dengan anggota kluarga yang besar yang
mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.
• Pengangguran Bermusim : Pengangguran ini terutama terdapat di sektor
pertanian dan perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak
dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim
kemarau pula para pesawah tidak dapat mengerjakan tanahnya. Di samping itu,
pada umumnya para pesawah tidak begitu aktif di antara waktu sesudah menanam
dan sudah menuai. Apabila dalam masa di atas penyadap karet, nelayan dan
pesawah tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur.
Pengnggur seperti ini digolongkan sebagai pengangguran bermusim.
• Setengah Menganggur : Di negara – negara berkembang penghijrahan atau
migrasi dari desa ke kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnyatidak semua
orang yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah.
Sebagiannya menjadi penganggur sepenuh waktu. Di samping itu ada pula yang
tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka
adalah jauh lebihrendah dari yang normal. Mereka mungkin hnya bekerja satu
hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja – pekerja
yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai
setengah menganggur atau dalam bahasa Inggris : underemployed dan jenis
penganggurannya dinamakan underemplayment.
b. Akibat Pengangguran
Bagi perekonomian Indonesia
1. Penurunan pendapatan perkapita.

2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak.

3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan pemerintah.

Bagi masyarakat :
1. Menjadi beban psikologis dan psikis.

2. Dapat menghilangkan keterampilan karena tidak pernah dipakai untuk


bekerja.
3. Menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik, sperti meningkatnya
tindak kriminalitas.
c. Hubungan Antara Inflasi dan Pengangguran
Arti inflasi dan pengangguran telah dijelaskan secara singkat di atas, sebagaimana
diketahui bahwa manakala inflasi terlalu tinggi, maka masyarakat cenderung tidak
ingin menyimpan uangnya lagi, tetapi akan diubah dalam bentuk barang, baik
barang yang siap dipakai atau harus melalui proses produksi (membuat rumah
misalnya). Sementara pengangguran adalah orang yang tidak bekerja dan sedang
mencari pekerjaan.
Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi, maka secara teoritis para
pengangguran akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja karena banyak
masyarakat membutuhkan tenaganya, tetapi juga para produsen seharusnya akan
memanfaatkan momentum kenaikan harga barang dengan menambah produksinya
yang tentu saja harus membuka kapasitas produksi baru dan ini tentu memerlukan
tenaga kerja baru sampai pada tingkat full employment.
Sampai sebegitu jauh agaknya inflasi yang tinggi banyak memberikan dampak
yang negatif daripada positif bagi suatu bangsa dalam perekonomiannya.
Alasannya, sederhana saja karena banyak negara yang mengelola ekonominya
tidak efisien, hambatan investasi, dan masih tergantung sangat besar (baik dari
segi kualitas maupun kuantitas) pada bahan baku impor.
Kenyataannya inflasi yang relatif tinggi membuat masyarakat hidup berhemat,
banyak PHK dan penurunan jumlah produksi sehingga terjadi kelangkaan barang
di pasar, dan ini justru akan menjadi inflasi yang sudah tinggi menjadi lebih
tinggi.
Inggris meneliti data dari berbagai negara mengenai tingkat pengangguran dan
inflasi. Secara empiris tanpa didasari teori yang kuat ditemukan suatu bukti bahwa
ada hubungan yang terbalik antara tingkat inflasi dan pengangguran, dalam arti
apabila inflasi naik, maka pengangguran turun, sebaliknya apabila inflasi turun,
maka pengangguran naik.
Secara teori, Lipsey (tahun 1997) menerangkan hubungan antara tingkat inflasi
dengan pengangguran melalui teori pasar tenaga kerja. Menurutnya, upah tenaga
kerja akan cenderung turun bila pengangguran relatif banyak, karena banyaknya
tingkat pengangguran mencerminkan adanya kelebihan penawaran tenaga kerja.
Sebaliknya upah tenaga kerja naik bila tingkat pengangguran relatif rendah,
karena adanya kelebihan permintaan tenaga kerja. Namun, meskipun pada suatu
kondisi terdapat keseimbangan anatara permintaan dan penawaran tenaga kerja
yang memberikan tingkat upah tertentu, pengangguran masih saja tetap ada, hal
ini dikarenakan informasi yang kurang keahlian yang tidak sesuai dengan
lowongan dan sebagainya. Jadi menurut Lipsey, sehubungan dengan teori Phillips,
penawaran dan permintaan itu menentukan tingkat upah dan perubahan tingkat
upah tergantung dari adanya kelebihan permintaan tenaga kerja. Dengan
demikian, makin besar kelebihan permintaan tenaga kerja, maka tingkat upah
akan semakin besar, ini berarti tingkat pengangguran akan semakin kecil/rendah.
Karena hubungan antara kelebihan permintaan tenaga kerja sebanding dengan
kenaikan upah, maka berarti bila tingkat upah tinggi maka pengangguran rendah,
sebaliknya bila tingkat upah rendah, maka pengangguran tinggi. Namun, bila
dibalik pernyataannya menjadi bila tingkat pengangguran tinggi, maka upah
rendah dan bila pengangguran rendah, maka upah tinggi. Perlu diingat bahwa
asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa bila upah riil sama dengan upah nominal,
dimana upah riil adalah upah nominal dibagi dengan harga yang berlaku.
Yang menjadi pertanyaan adalah dimanakah hubungan antara tingkat upah dengan
inflasi sehubungan dengan penjelasan teoritis. Lihatlah kembali salah satu
penyebab inflasi yang dijelaskan di atas, yaitu cost push inflation, dimana salah
satu penyebab naiknya harga barang adalah adanya tuntutan kenaikan upah,
sehingga untuk mengatasi biaya produksi dan operasi, maka harga produk dijual
dengan harga relatif mahal dari sebelumnya (artinya manakala upah tinggi, maka
tingkat inflasi tinggi, dan sebaliknya)
d. Tujian Kebijakan Pemerintah
Tujuan untuk mengatasi pengangguran didasarkan kepada pertimbangan –
pertimbangan yang bersifat ekonomi. Dalam hal ini ada tiga hal pertimbangan
utama : untuk menyediakan lowongan pekerjaan baru, untuk meningkatkan taraf
kemakmuran masyarakat dan memperbaiki kesamarataan pembagian pendapatan.
• Menyediakan Lowongan Pekerjaan
Dalam jangka panjang usaha mengatasi pengangguran diperlukan karena jumlah
penduduk yang selalu bertambah akan menyebabkan pertambahan tenaga kerja
yang terus menerus. Maka, untuk menghindari masalah pengangguran yang
semakin serius, tambahan lowongwn pwkwrjaan yang cukup perlu disediakan dari
tahun ke tahun.
Dalam jangka pendek pengangguran dapat menjadi bertambah serius, yaitu ketika
berlaku kemunduran atau pertumbuhan ekonomi yang lambat. Dalam masa seperti
itu kesempatan kerja bertambah dengan lambat dan pengangguran meningkat.
Menghadapi keadaan yang seperti ini usaha – usaha pemerintah untuk mengatasi
pengangguran perlu ditingkatkan.
• Meningkatkan Taraf Kemakmuran Masyarakat
Kenaikan kesempatan kerja dan penganguran sangat berhubungan dengan
pendapatn nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat. Kenaikan kesempatan
kerja menambah produksi nasional dan pendapatan nasional. Ukuran kasar dari
kemakmuran masyarakat adalah pendapatan per kapita yang diperoleh dengan
cara membagikan pendapatan nasional dengan jumlah penduduk. Dengan
demikian kesempatan kerja yang semakin meningkat dan pengangguran yang
semakin berkuran bukan saja menambah pendapatan nasional tetapi juga
meningkatkan pendapatan per kapita. Melalui perubahan ini kemakmuran
masyarakat akan bertambah.
• Memperbaiki Pembagian Pendapatan
Pengangguran yang semakin tinggi manimbulkan efek yang buruk kepada
kesamarataan pembagian pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak
memperoleh pendapatan. Maka semakin besar pengangguran, semakin banyak
golongan tenaga kerja yang tidak mempunyai pendapatan. Seterusnya
penganggran yang terlalu besar cenderung untuk mengekalkan atau menurunkan
upah golongan berpendapatan rendah. Sebaliknya, pada kesempatan kerja yang
tinggi tuntutan kenaikan upah akan semakin mudah diperoleh. Dari
kecenderungan ini dapat disimpulakn bahwa usaha menaikkan kesempatan kerja
dapat juga digunakan sebagai alat untuk memperbaiki pembagian pendapatan
dalam masyarakat.
e. Tujuan Bersifat Sosial dan Politik
Tujuan untuk mengatasi masalah sosial dan politik tidak kalah pentingnya dengan
tujuan yang bersifat ekonomi. Tanpa kestabilan sosial dan politik, usaha – usaha
untuk mengatasi masalah ekonomi tidak dapat di capai dengan mudah. Berikut ini
diterangkan masalah sosial dan politik utama yang ingin diatasi melalui kebijakan
pemerintah mengurangi pengangguran.
• Meningkatkan Kemakmuran Keluarga dan kestabilan Keluarga
Ditinjau dari segi mikro, tujuan ini merupakan hal yang sangat penting. Apabila
kebanyakan anggota dalam suatu rumah tangga tidak mempunyai pekerjaan,
berbagai masalah akan timbul. Pertama, keluarga tersebut mempunyai
kemampuan yang terbatas untuk melakukan perbelanjaan. Maka secara lansung
pengangguran mengurangi taraf kemakmuran kluarga. Seterusnya, pengangguran
mengurangi kemampuan keluarga untuk membiayai pendidikan anak – anaknya.
“Drop-out” di sekolah – sekolah angat berhubungan erat dengan masalah
kemiskinan. Efek psikologi ke atas rumah tangga seperti merasa rendah diri,
khilangan kepercayaan diri dan perselisihan dalam keluarga, merupakan masalah
lain yang ditimbulakan oleh pengangguran.
 Menghindari Masalah Kejahatan
Di satu pihak pengangguran menyebabkan para pekerja kehilangan pekerjaannya.
Akan tetapi di lain pihak, ketiadaan pekerjaan tidak akan mengurangi kebutuhan
untuk berbelanja. Seringkali yaitu apabila tidak ada tabungan dan sumber
pendapatan lain, pengangguran manggalakkan kegiatan kejahatan. Terdapat
perkaitan yang erat di antar masalah kejahatan dan masalah pengangguran, yaitu
semakin tinggi pengangguran, semakin tinggi kasus kejahatan. Dengan demikian
usaha mengatasi pangangguran secara tak langsung menyebabkan pengurangan
dalm kejahatan.
• Mewujudkan Kestabilan Politik
Kestabilan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang diperlukan untuk menaikkan
taraf kemakmuran masyarakat memerlukan kestabilan politik. Tanpa kstabilan
politik tidak mungkin suatu negara dapat mencapai pertumbuhan yang cepat dan
terus – menerus. Pengangguran merupakan salah satu sumber / penyebab dari
ketidakstabilan politik. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak merasa
puas dengan pihak pemerintah. Mereka merasa pemerintah tidak melakukan
tindakan yang cukup untuk masyarakat. Dalam perekonomian yang tingkat
penganggurannya tinggi masyarakat seringkali melakukan demonstrasi dan
mengemukakan kritik ke atas pemimpin – pemimpin pemerintah. Hal – hal seperti
itu akan menimbulkan halangan untuk melakukan investasi dan mengembangkan
kegiatan ekonomi. Sebagai akibatnya perkembangan ekonomi yang lambat
semakin berkepanjangan dan keadaan pengangguran semakin memburuk.
Langkah pemerintah untuk menghindari masalah ini perlu dilakukan.
Contoh Grafik dan Tabel

Data Indonesia
Dari gambar 1 diketahui bahwa tingkat inflasi dan tingkat pengangguran memiliki
hubungan yang negative. Artinya jika tingkat inflasi tinggi, maka pengangguran
akan menjadi rendah. Atau sebaliknya, pengangguran akan menjadi tinggi jika
perekonomian suatu negara mengalami inflasi yang rendah.
Gambar 1 menunjukkan kurva Phillip untuk negara Amerika Serikat pada kurun
waktu dari Januari 2008 sampai dengan Oktober 2009. Karena kedua variabel
ekonomi ini memiliki hubungan yang negative, maka usaha untuk menurunkan
tingkat inflasi, dapat menimbulkan peningkatan pengangguran.
BAB III PENUTUP
A.kesimpulan
1).Inflasi adalah suatu keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya
harga-harga pada umumnya, atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa
turunnya nilai uang.
2).Deflasi adalah suatu keadaan semakin turunnya harga barang-barang atau
semakin meningkatnya nilai uang.
3).Stagflasi adalah kondisi dimana hubungan terbalik antara laju inflasi dan
output ini merupakan akibat dari pergeseran kurva penawaran aggregate yang
disebabkan oleh perubahan inflasi yang diharapkan.
Dari kurva phillips tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi
tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan
semakin tinggi harapan inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.

Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, pengangguran dan


inflasi merupakan masalah ekonomi yang perlu di hadapi dan di atasi. Dalam
sistem pasar bebas, kdua masalah ini tidak dapat dengan sendirinya diatasi.
Kebijakan pemerintah perlu dijalankan apabila salah satu kedua masalah tersebut
timbul. Sesuai dengan keperluan ini dalam analisis makro ekonomi perlu
diperhatikan dengan lebih baik mengenai kdua masalah tersebut dan bentuk –
bentuk kebijakan pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi kedua
masalah.
Ada dua cara yg di gunakan untuk melihat masalah pengangguran. Yang pertama
adalah dengan melihar sumber dari wujud masalah tersebut dan yang kedua adalah
berdasarkan ciri – cirinya. Berdasarkan sumbernya pengangguran dibedakan
kepada : pengangguran normal/friksional, pengangguran siklikal (kunjungtur),
pengangguran berstruktur dan pengangguran teknologi. Berdasarkan ciri – cirinya
pengangguran dibedakan kepada : pengangguran
terbuka, pengangguran tersembunyi, pengangguran bermusim dan setengah
menganggur.
.
B. Saran
Menurut kami sebaiknya pemerintah dapat mengatasi pengangguran yang terjadi
di Indonesia yaitu dengan membuka lapangan kerja atau menyediakan lapangan
kerja. Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha
yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka
peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk
lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak
mau dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill,
mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah standar global.

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. Ekonomi Moneter. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta:


2001.
Christopher Pass & Bryan Lowes. Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua.
Collins. Penerbit Erlangga : 1997.
Manullang. Pengantar Teori Ekonomi Moneter. Penerbit Ghalia Indonesia.
Jakarta: 1993.
Nopirin. Ekonomi Moneter Buku II. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA.
Yogyakarta: 2000.
Rudiger Dombusch, Stanley Fischer, J. mulyadi. Makro ekonomi. Penerbit
Erlangga: 1992.
Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Penerbit PT. RajaGrafindo
Persada. Jakarta: 2011.
Waluya Harry. Ekonomi Moneter Uang dan Perbankan. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta: 1993.
Yanuar. (2016). ekonomi makro:suatu analisis konteks indonesia.
https://doi.org/10.17605/OSF.IO/CTMGP

Anda mungkin juga menyukai