Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI


INDONESIA

OLEH

DODY F.I ROHI MOLA

(2210030216 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DA BISNIS

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan berkat dan karunianya
sehingga pembuatan makalah yang berjudul “Tradeoff Inflasi dan Pengangguran (Kurva
Phillips) Di Indinesia” ini sanggup tersusun hingga selesai. Makalah ini dibuat berdasarkan
apa yang saya baca pada artikel dan sumber-sumber terkait.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas dari dosen
mata kuliah ekonomi makro. Selain itu juga, dengan makalah ini, saya dapat lebih memahami
inflasi dan pengaruhnya terhadap kehidupan ekonomi yang ada di Indonesia.

Saya menyadari bahwa makalah ini banyak akan kekurangannya, baik secara tulisan atau pun
isi-isi makalah yang dibuat ini. Maka dari itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan tugas makalah ini.

Demikian pengantar dari saya, apabila ada kesalahan dan kekurangan, saya ucapakan mohon
maaf dan atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Kupang, 09 Mei 2023


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kurva Philips

2.2 Pengertian Inflasi

2.3 Penyebab Inflasi

2.4 Jenis-Jenis Inflasi

2.5 Inflasi Di Indonesia

2.6 Cara Mengatasi Inflasi

2.7 Hubungan Inflasi Dan Pengangguran

2.8 Inflasi Pada Masa Sekarang

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Suatu negara mempunyai tujuan pengendalian harga yang stabil dan memcapai
perekonomian yang baik dan stabil. Negara berkembang seperti Indonesia sangat
memperhatikan pengendalian harga karena ketika harga itu terkendali yang mana itu
menandakan perekonomian baik dan tidak membuat masyarakat khawatir dan menguatkan
keyakinan masyarakat terhadap pemerintahan suatu negara.
Pengangguran juga suatu masalah yang harus dihadapi seuatu negara karena dengan terus
menurun angka pengangguran disuatu negara menandakan baik nya suatu perekonomian
negara yang mana berujung menunjang kembali perekonomian ketika suatu negara
pengangguran rendah yang meningkatkan daya beli masyarakat dan berujung pada perbaikan
sumber daya manusia ketika dalam kehidupan dapat memenuhi kebutuhan dengan bekerja.
Pengangguran dapat terjadi sebagai akibat dari tingginya tingkat perubahan angkatan kerja yang
tidak diimbangi dengan adanya lapangan pekerjaan yang cukup luas serta penyerapan tenaga
kerja yang cenderung kecil persentasenya, Hal ini disebabkan rendahnya tingkat pertumbuhan
penciptaan lapangan kerja untuk menampung tenaga kerja yang siap bekerja. Kondisi
pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi
beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan
keresahan sosial dan kriminal yang dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.
Inflasi dan pengangguran adalah masalah jangka pendek dalam perekonomian. Inflasi sendiri
diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Semua negara di
dunia selalu menghadapi permasalahan inflasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa inflasi yang
terjadi pada suatu negara dapat digunakan sebagai indikator baik buruknya perekonomian suatu
negara. Bagi negara yang perekonomiannya baik, tingkat inflasi yang rendah dan terkendali
seperti target inflasi Indonesia saat ini 4±1% dan berdasarkan Undang-Undang No 3 tahun 2004
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang
Bank Indonesia, sasaran akhir/target laju inflasi ditetapkan oleh Pemerintah berkoordinasi
dengan Bank Indonesia.
Pada saat terjadi depresi ekonomi Amerika Serikat tahun 1929, terjadi inflasi yang tinggi dan
diikuti dengan pengangguran yang tinggi pula. Berdasarkan pada fakta itulah A.W. Phillips
mengamati hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran di Inggris. Dari hasil
pengamatannya, ternyata ada hubungan yang erat antara inflasi dengan tingkat pengangguran,
dalam arti jika inflasi tinggi, maka pengangguran akan rendah. Hasil pengamatan Phillips ini
dikenal dengan Kurva Phillips. Tingkat pengangguran adalah suatu indikator yang dapat
memberikan gambaran tentang kondisi rill berbagai sektor ekonomi. Indikator ini dapat
dijadikan alat untuk menganalisis kondisi perekonomian suatu negara. Apabila perekonomian
berada dalam kondisi baik maka akan tercapai tingkat pengangguran yang rendah, tetapi jika
perekonomian dalam keadaan lesu maka tingkat pengangguran pun meningkat.
Pengendalian inflasi dan penurunan pengangguran adalah suatu tujuan negara menjadi lebih
baik lagi dan berujung kepada negara maju yang memiliki inflasi dan angka pengangguran
rendah, data pada tabel 1.1 melihatkan data inflasi dan angka pengangguran yang terjadi di
Indonesia yang menggambarkan perekonomian saat ini. Pada tabel 1.1 terlihat inflasi dari tahun
2001 sampai 2017 mengalamni fluktuasi dengan di
ikuti target inflasi yang ingin dicapai oleh pemerintah yang mana pada tahun 2001 adalah
11.50% lebih tinggi dari target inflasi sendiri yang 4-6% menandakan tidak tercapainya target
inflasi yang di inginkan dan jauh dari target, namun tahun berikutnya 2002 target sendiri
berubah menjadi 9-10% dan inflasi pada tahun itu 11.88% masih melebihi target bahkan inflasi
sedikit meningkat dari tahun 2001.
Pada tahun 2006 inflasi mengalami angka tertinggi pada data diatas menjadi 13.11% dan
memiliki target 8±1% dan belum mencapai taget yang di inginkan dan pada saat itu angka
pengangguran 10.45% dan juga pada angka tertinggi, ini terlihat berbeda dari teori kurva Philips
yang mana di Indonesia berbeda, namun pada tahun berikutnya inflasi mengalami fluktuasi
namun terus berusaha menurunkan angka inflasi, pada tahun 2017 inflasi mencapai angka 3.81%
dengan target 4±1% yang terlihat bahwasannya angka inflasi telah mencapai target yang di
inginkan dengan angka yang rendah ini memandakan perekonomian yang makin membaik,
namun pada angka pengangguran terus menurun pada 2017 menjadi 5.33% yang mana terus
menurun dan menandakan adanya juga perbaikan ekonomi di Indonesia.(Afriandi and Triani
2019)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kurva philips dan apa hubungannya dengan inflasi
dan pengangguran?
2. Apa yang dimaksud dengan inflasi?
3. Apa penyebab terjadinya inflasi?
4. Apa saja jenis-jenis inflasi?
5. Apakah Indonesia pernah mengalami inflasi?
6. Bagaimana cara mengatasi inflasi?
7. Apa hubungan inflasi dan pengangguran?
8. Apakah inflasi dan pengangguran masih terjadi sampai sekarang?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kurva philips dan apa hubungannya
dengan inflasi dan pengangguran
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan inflasi
3. Untuk mengetahui apa penyebab inflasi dapat terjadi
4. Untuk mengetahui jenis-jenis inflasi
5. Untuk mengetahui Apakah Indonesia pernah mengalami inflasi
6. Untuk mempelajari bagaimana cara mengatasi inflasi
7. Untuk mengetahui apa hubungan inflasi dan pengangguran
8. Untuk mengetahui apakah inflasi dan pengangguran di indonesia masih terjadi
sampai sekarang atau tidak
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kurva Philips

Hubugan terbalik (tradeoff) antara penganguran dan inflasi disebut kurva


phillips. Semakin tinggi tingkat pengangguran maka semakin rendah tingkat inflasi
upah. Dalam hal ini pengangguran sebagai output dan menerjemahkan inflasi sebagai
perubahan harga. Kondisi dimana secara simultan pengangguran tinggi dan diikuti
inflasi yang tinggi disebut sebagai stagflasi. Adapun gambar kurva phillips adalah
sebagai berikut: (Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN 2014)

Sumber : (Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN 2014)


A.W. Phillips menggambarkan bagaimana sebaran hubungan antara inflasi
dengan tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan
cerminan dari adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan
agregat, maka sesuai dengan teori permintaan, jika permintaan naik maka harga akan
naik. Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut
produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja
(asumsinya tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang dapat meningkatkan
output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya
harga-harga (inflasi), pengangguran berkurang.

2.2 Pengertian Inflasi


Inflasi merupakan suatu peristiwa moneter yang mengakibatkan terjadinya penurunan
nilai mata
uang terhadap suatu barang tertentu. Peristiwa ini akan menyebabkan gangguan
terhadap fungsi uang, distorsi harga, merusak output, meruntuhkan efiensi dan
investasi produktif, serta menimbulkan ketidakadilan serta ketegangan sosial.
Jika didefinisikan Inflasi adalah suatu keadaan dimana hargasuatu barang tertentu
mengalami kenaikan yang terus menerus dan berlangsung lama.
R.Mc. Connell Camobelll dan Stanley L. Brue mengemukakan Inflasi sebagai a rise
in the general level of prices, yang berarti Inflasi merupakan kenaikan harga secara
umum dari barang/komoditas danjasa selama periode waku tertentu. Secara umum
Inflasi disebabkan oleh naiknya daya beli masyarakat terhadap suatu barang, ketika
daya beli masyarakat terhadap suatu barang naik maka dapat diartikan bahwa
permintaan masyarakat terhadap suatu barang naik namun stok akan barang tersebut
sedikit atau terbatas, sehingga terjadilah kenaikkan harga. Biaya produksi yang
mengalami kenaikan juga akan menyebabkan Inflasi, karena terjadi kenaikan harga
bahan baku dan kenaikan gaji karyawan. Sehingga produsen mengambil tindakkan
untuk menaikkan harga. Selain itu, banyaknya jumlah uang yang beredar di
masyarakat akan menyebabkan terjadinya Inflasi. Hal itu disebabkan karena, jika
peredaran jumlah uang masyarakat banyak maka daya beli masyarakat terhadap suatu
barang akan meningkat dan barang tersebut terbatas sehingga terjadi kenaikkan
harga.
Inflasi adalah salah satu indikator untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi,
pengangguran,
kemiskinan, dan ekspor-impor. Inflasi merupakan masalah yang sangat besar dalam
perekonomian setiap negara, termasuk di Indonesia. Terjadinya guncangan dalam
negeri akan menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik yang berakhir dengan
peningkatan Inflasi pada perekonomian.

2.3 Penyebab Inflasi


1. Natural Infaltion
Natural Inflation adalah Inflasi yang terjadi secara alamiah, dimana manusia
tidak mampu untuk mencegahnya. Inflasi ini terjadi karena turunnya penawaran
agregat atau naiknya permintaan agregat. Natural inflation contohnya seperti
ketika terjadi bencana alam banjir, kita tidak akan bisa untuk mencegah bencana
tersebut karena itu adalah kehendak Allah SWT. Bencana alam banjir tersebut
kemudian akan menyebabkan para petani mengalami gagal panen sehingga
bahan pokok makanan seperti beras persediaannya akan menurun dan bisa
kemudian akan menyebabkan kelangkaan. Karena beras adalah makanan pokok
bagi masyarakat, banyak sekali permintaan terhadap beras. Dengan kelangkaan
terhadap beras, akan menyebabkan harga beras tersebut menjadi mahal sehingga
mengakibatkan Inflasi. Disisi lain, karena barang-barang seperti beras tadi
sangat signifikan terhadap kehidupan, permintaan terhadapa barang mengalami
peningkatan. Harga-harga melambung tinggi melebihi daya beli masyarakat.
Dampaknya, kegiatan ekonomi tidak akan berjalan lancar atau stagnan, bahkan
berhenti. Dan jika berlangsung terus menerus akan menyebabkan kelaparan,
wabah penyakit dimana-mana, dan berakibat kematian. Untuk mengatasi
masalah ini, Pemerintah harus mengeluarkan dana yang sangat besar yang
menyebabkan pendapatan negara akan berkurang. Natural inflation merupakan
gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi
dalam suatu kegiatan ekonomi. Jika jumlah barang yang diproduksi menurun
sedangkan jumlah uang yang beredar tinggi maka harga akan naik. Selain itu
naiknya daya beli masyarakat akan menyebabkan nilai ekspor
lebih besar daripada impor, sehingga terjadi impor uang yang
mengakibatkan jumlah uang yang beredar menurun. Apabila kecepatan
peredaran uang dan jumlah barang dan jasa tetap maka akan terjadi kenaikan
harga.
Natural inflation disebabkan karena ekspor meningkat, sedangkan impor
menurun. Ini menyebabkan banyaknya uang yang masuk dari luar negeri
kedalam negeri,
sehingga
mengakibatkan naiknya permintaan agregat. Kejadian ini pernah dialami pada
masa Umar ibn Khathab. Saat itu, eksportir yang menjual barangnya keluar
negeri membeli barang-barang dari luar negeri lebih sedikit jumlahnya dari
barang yang mereka jual. Ini menyebabkan kelebihan uang yang akan di bawa
ke Madinah sehingga pendapatan dan daya beli masyarakat meningkat, dan
menyebabkan terjadinya kenaikan harga. Untuk mengatasi hal ini Umar
melarang penduduk Madinah melarang membeli barang-barang komoditas
selama dua hari berturut-turut, sehingga akan terjadi penurunan permintaan
agregat dan harga menjadi normal kembali.
2. Human Error Inflation
Human Error Inflationadalah Inflasi yang disebabkan karena kesalahan dari
manusia, kesalahan tersebut antara lain adalah:
a. Korupsi dan buruknya aministrasi, akibat pengangkatan para pejabat
yang disuap dan nepotisme, maka para pejabat akan menyalahgunakan
jabatanya untuk mendapatkan kepentingan pribadi, baik untuk kebutuhan
ekonomi ataupun untuk kemewahan hidup. Korupsi yang marak terjadi
akan mengakibatkan pendapatan negara menjadi turun. Ini akan
menyebabkan perekonomian suatu negara menjadi terpuruk. Jiwa
korupsi sudah menyebar tidak hanya pejabat tinggi saja, akan tetapi
sampai tingkat kelurahan/desa.
b. Pajak yang tinggi, karena banyak pejabat yang korupsi, pengeluaran
negara akan meningkat. Sehingga Pemerintah akhirnya menetapkan
biaya pajak yang sangat tinggi, dan itu sangat membebani masyarakat,
terutama masyarakat kecil. Kenaikan pajak ini akan menyebabkan
kenaikan biaya produksi sehingga barang yang diproduksi akan
mengalami kenaikan harganya.
c. Percetakan uang berlebihan, saat terjadi anggaran defisit, karena
kemacetan ekonomi atau ulah para koruptor yang menghabiskan uang
negara, Pemerintah akhirnya mencetak uang yang sangat banyak. Uang
yang dicetak terlalu banyak akan menyebabkan naiknya tingkat harga
dan turunnya nilai mata uang tersebut.

Selain bertambahnya jumlah uang yang beredar, bertambahnya jumlah


permintaan juga

disebabkan oleh expected inflation. Jika masyarakat meyakini bahwa Inflasi


pada tahun ini tinggi, maka masyarakat akan membelanjakan uangnya
sekarang dan membeli serta menyimpan barang terutama barang yang bisa
melindungi kekayaan Inflasi seperti emas dan properti. Sehingga akan
menyebabkan Inflasi. Inflasi juga dapat disebabkan oleh masyarakat yang
hedonisme dan ingin hidup diluar

batas kemampuannya. Terbatasnya kekayaan yang dimiliki menyebabkan


masyarakat menggunakan kartu kredit untuk berbelanja. Penggunaan kartu
kredit untuk konsumsi merupakan upaya belanja dengan menggunakan
kekayaan yang diharapkan akan diterima pada masa yang akan datang. Ini
akan mengakibatkan jumlah uang yang beredar menjadi meningkat dan
melebihi pendapatan masyarakat dan akhirnya terjadilah Inflasi. (Mulyani
2020)

2.4 Jenis-Jenis Inflasi


1. Inflasi menurut sifatnya
Menurut Nopirin, ada beberapa jenis Inflasi antara lain sebagai berikut:

a. Inflasi merayap (creeping inflation), merupakan laju Inflasi yang rendah


yaitu kurang dari 10% per tahunnya. Kenaikkan harga berjalan secara
lambat dengan presentase kecil dan dalam jangka waktu relatif lama.
b. Inflasi menengah (galloping inflation), yaitu kenaikan harga yang cukup
besar, dan berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta memiliki sifat
akselerasi. Maksudnya adalah, harga- harga minggu/bulan ini lebih
tinggi ndari minggu/bulan lalu dan seterusnya. Inflasi menengah
memiliki efek lebih berat dibandingkan dengan Inflasi merayap.
c. Inflasi tinggi (hyper inflation), Inflasi ini merupakan Inflasi yang paling
parah. Harga-harga menjadi naik sampai tiga atau empak kali lipat dari
harga normal. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan
uang. Nilai mata uang rupiah anjlok dan perputaran uang menjadi lebih
cepat. Biasanya keadaan ini muncul apabila pemerintah mengalami
defisit anggaran belanja sehingga mencetak uang.
2. Inflasi menurut sebab terjadinya
Menurut Boediono, Inflasi berdasarkan sebab terjadinya dibagi menjadi:
a. Demand Pull Inflation
Inflasi ini berawal dari kenaikan permintaan, sedangkan produksi berada
pada keadaan kesempatan kerja penuh. Jika terjadi kesempatan kerja
penuh (full employement) telah tercapai, penambahan permintaan
selanjutnya hanya akan menaikkan harga. Apabila kenaikan permintaan
ini menyebabkan keseimbangan GNP berada diatas atau melebihi GNP
pada kesempatan kerja penuh, terjadilan inflationary gap. Jika terajadi
inflationary gap maka akan terjadi Inflasi.
b. Cosh Push Inflation
Cosh push inflation ditandai dengannaiknya harga dan turunnya suatu
produksi. Akibatnya, Inflasi disertai dengan resesi, ini akan
menimbulkan dengan adanya penawaran total yang turun sebagai akibat
kenaikan biaya produksi. Kenaikkan produksi akan menaikkan harga dan
menurunkan jumlah produksi.
3. Inflasi menurut asalnya
Inflasi menurut asalnya dibagi menjadi:
a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), Inflasi ini
berasal dari dalam negeri seperti terjadi karen defisit anggaran belanja
sehingga melaukan pencetakan uang baru, selain itu gagal panen juga
merupakan Inflasi yang terjadi didalam negeri. Dengan gagal panen
maka akan terjadi kelangkaan sehingga menyebabkan harga barang naik
dan akhirnya terjadi Inflasi.
b. Inflasi yang berasal dari luar neger (imported inflation), Inflasi ini terjadi
karena kenaikkan harga-harga diluar negeri sehingga menyebabkan hal-
hal berikut:
1) kenaikkan indeks biaya hidup karena sebagian barang-barang
yang ada berasal dari luar negeri.
2) kenaikkan indeks harga melaluia kenaikkan biaya produksi dari
berbagai barang yang menggunakan bahan mentah yang diimpor.
3) kenaikkan harga barang-barang impor mengakibatkan kenaikkan
pengeluaran pemerintah/swasta yang berusaha mengimbangi
kenaikan harga impor tersebut.
4. Inflasi menurut harapan masyarakat
Inflasi menurut harapan masyarakat dibagi menjadi sebagai berikut:
a. Expected inflation
merupakan Inflasi yang diharapkan atau diperkirakan akan terjadi.
Contohnya seperti jika Inflasi pada tahun 2009 sampai 2014 konstan atau
tidak berubah-ubah sebesar 5%, maka Inflasi yang ditargetkan pada
tahun 2015 adalah sebesar 5,5%.
b. Unexpected inflation
adalah iflasi yang tidak diperkirakan akan terjadi. Seperti diperkirakan
tahun 2014 Inflasi sebesar 5,5% kemungkinan besar Inflasi di tahun
2015 akan menyimpang dari yang diperkirakan 5,5% menjadi 5,7%.
(Mulyani 2020)

2.5 Inflasi Di Indonesia


Pada tahun 1998 saat terjadi krisis Moneter di Indonesia, Inflasi terjadi karena
banyaknya hutang
terhadap luar negeri yang segera jatuh tempo dan Indonesia belum mampu untuk
membayar. Ini disebabkan oleh kepemimpinan Soeharto yang semakin lama semakin
memburuk. Selain itu bencana alam La Nina menyebabkan kekeringan yang membuat
pemerintah harus mengeluarkan dana yang banyak untuk menanggulangi hal tersebut.
Inflasi pada tahun 1998 merupakan Inflasi terparah yang terjadi di Indonesia. Secara
umum penyebab tejadinya Inflasi adalah; yang pertama, banyaknya permintaan
masyarakat terhadap suatu barang. Barang yang banyak diminta oleh masyarakat ini
menandakan bahwa barang tersebut banyak diminati atau dibutuhkan oleh masyarakat,
sehingga menyebabkan penjual dari barang tersebut menaikkan harga barang tersebut.
Akan tetapi ini belum bisa dikatakan sebagai Inflasi, jika berlangsung sebentar.
Penyebab yang kedua adalah terjadi kenaikan biaya produksi, apabila terjadi kenaikan
biaya produksi seperti bahan baku, upah pekerja, bahan bakar dan lain-lain, maka akan
menyebabkan suatu perusahaan menaikkan harga barang yang telah dihasilkannya
tersebut. Ketiga, peredaran uang di masyarakat sangat tinggi, jika masyarakat
mempunyai banyak uang, maka masyarakat akan cenderung membelanjakan uang
tersebut untuk membeli suatu barang sehingga akan menyebabkan kenaikan
permintaann yang menyebabkan produsen menaikkan harga jual suatu barang.

2.6 Cara Mengatasi Inflasi

1. Membeli produk dalam negeri


Membeli produk dalam negeri berpotensi untuk mengatasi inflasi di Indonesia.
Seperti yang diketahui, Indonesia memiliki banyak produk UMKM berkualitas
dalam berbagai kategori. Oleh karenanya, dengan membeli produk dalam negeri
yang dibuat oleh UMKM, kita bisa berperan untuk menciptakan permintaan
barang sehingga usaha tersebut tetap berjalan sehingga karyawan di dalamnya
bisa tetap memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan.
2. Bijak mengelola pengeluaran
Dengan adanya inflasi, banyak masyarakat pekerja yang mengharapkan
kenaikan penghasilan. Sayangnya, terjadinya inflasi belum tentu bersamaan
dengan kenaikan penghasilan. Oleh karenanya, bijak mengelola pengeluaran
bisa jadi cara mengatasi inflasi di Indonesia yang cukup efektif.
Contoh pengelolaan pengeluaran yang bijaksana adalah dengan mengurangi
pengeluaran yang bersifat hiburan dan belanja mewah di luar kebutuhan.
3. Menetapkan Kebijakan Fiskal
Salah satu cara mengatasi inflasi di Indonesia adalah dengan menerapkan
kebijakan fiskal yang dapat mempengaruhi nominal pengeluaran pemerintah.
Kebijakan ini dapat berbentuk dua kegiatan, yaitu:
a. Menghemat pengeluaran pemerintah
Alih-alih meminta masyarakat untuk menekan belanja, pemerintah dapat
melakukannya sendiri. Saat pengeluaran negara ditekan, maka jumlah
pembelian produk barang dan jasa akan ikut turun. Demand yang turun
akan mampu menekan laju inflasi.
b. Menaikkan tarif pajak
Kenaikan tarif pajak akan turut mengurangi tingkat belanja masyarakat.
Hasilnya, peredaran uang di tengah masyarakat berkurang dan harga
barang berangsur-angsur kembali ke kondisi normal.

2.7 Hubungan Inflasi Dan Pengangguran


Tingkat inflasi yang tinggi merupakan indikasi awal memburuknya
perekonomian suatu negara. Tingkat inflasi yang tinggi dapat mendorong bank sentral
menaikkan tingkat suku bunga sehingga menyebabkan kontraksi atau pertumbuhan
negatif di sektor riil. Lebih jauh lagi akan menyebabkan pengangguran yang makin
meningkat.

2.8 Inflasi Pada Masa Sekarang


Tingkat inflasi Indonesia masih relatif stabil dan cenderung rendah dibandingkan
negara-negara ASEAN dan bahkan negara G20. Inflasi Januari 2023 tercatat sebesar
5,28 persen (year on year/yoy), lebih rendah dibanding bulan Desember 2022 yang
sebesar 5,51 persen (yoy) seperti pada gambar di bawah ini:

Sumber : (https://cdn1.katadata.co.id/media/chart_thumbnail/148968-inflasi-528-pada-
januari-2023-masih-jauh-dari-target-bi.png?v=1675192241)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tiga masalah utama dan mendasar dalam perekonomian Indonesia secara
makro ekonomi adalah persoalan ketenagakerjaan atau pengangguran dan inflasi yang
tinggi serta pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah dan belum berkualitas.
Penanggulangan atau kebijakan pada dua masalah ini pun tidak dapat diprioritaskan
mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu, semuanya bergantung pada kondisi
struktural perekonomian6. Kurva Phillips tidak berlaku di Indonesia karena inflasi di
Indonesia tidak
disebabkan oleh permintaan agregat melainkan kenaikan harga, misalnya akibat
kenaikan BBM. Selain itu kebanyakan perusahaan di Indonesia menerapkan padat
modal bukan padat karya, sehingga pertumbuhan lapangan kerja lebih kecil
dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja. Suatu perekonomian negara
dikatakan baik jika pada suatu ketika tingkat inflasi dan pengangguran yang terjadi
lebih rendah dibanding tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Tujuan utama dari
kebijakan ekonomi makro adalah untuk memecahkan masalah inflasi sebagai penyebab
terjadinya ketidakstabilan harga dan untuk memecahkan masalah pengangguran.
3.2 Saran
Penanggulangan pengangguran menjadi komitmen nasional sesuai pasal 27
ayat 2 UUD 1945 bahwa setiap penganggur diupayakan memiliki pekerjaan yang
artinya produktif dan remuneratif. Untuk itu diperlukan dua kebijakan yaitu kebijakan
makro dan mikro. Kebijakan makro (umum) yang berkaitan erat dengan penanganan
pengangguran antara lain kebijakan moneter terkait uang beredar, tingkat suku bunga,
inflasi dan nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal
(Departemen Keuangan) dan lainnya dalam setiap rapat-rapat kabinet harus lebih fokus
pada masalah penanggulangan pengangguran.
DAFTAR PUSTAKA

Afriandi, Yogi, and Mike Triani. 2019. “Analisis Kurva Philips Di Indonesia.” Jurnal Kajian
Ekonomi dan Pembangunan 1(2): 581.

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN. 2014. “Analisis Keberadaan Tradeoff Inflasi
Dan Pengangguran (Kurva Phillips) Di Indonesia.” APBN Induk: 23–31.

Mulyani, Reni. 2020. “Inflasi Dan Cara Mengatasinya Dalam Islam.” Lisyabab : Jurnal Studi
Islam dan Sosial 1(2): 267–78.

https://www.kreditpintar.com/education/3-cara-mengatasi-inflasi-di-indonesia
https://cdn1.katadata.co.id/media/chart_thumbnail/148968-inflasi-528-pada-januari-
2023-masih-jauh-dari-target-bi.png?v=1675192241
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220719141458-532-823357/mengenal-
inflasi-penyebab-dan-cara-mengatasinya

Anda mungkin juga menyukai