Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EKONOMI MAKRO
INFLASI DAN PENGANGGURAN

Disusun oleh: Fajar romadhon

Mahasiswa Mata Kuliah Pengantar Ekonomi


Makro,Program Studi Manajemen,Fakultas
Ekonomi dan Bisnis,Universitas Dian
Nuswantoro,Jl.Nakula I number 5-11 semarang

1
Aerikel ini di ajukan dan sebagai tugas akhir dalam
Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro dengan dosen
pengampu Mario Rosario Wisnu Aji,S.E..,M.Ec.Dev

Abstrak

Tujuan dari paper ini dibuat adalah untuk mengetahui tingkat


pertumbuhan inflasi dan pengangguran di Indonesia, data yang di
ambil dari academia.edu, ardra.biz. Kesimpulan dari paper ini adalah
bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat
upah dan harga dan semakin tinggi harapan inflasi akan semakin cepat pula
kenaikan tingkat upah

2
Pendahuluan
Latar Belakang
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah inflasi dan
pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini dapat saling berkaitan?
Kita melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah bergantung pada berbagai ciri pasar tenaga
kerja, seperti peraturan upah minimum, kekuasaan pasar serikat pekerja, peranan upah
efisiensi dan seberapa efektifnya proses pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutama
sekali bergantung pada jumlah uang yang beredar yang dikendalikan oleh bank sentral, oleh
sebab itu, pada jangka panjang, inflasi dan pengangguran secara garis besar bukanlah dua
masalah yang saling berkaitan.
Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa kebijakan moneter dan kebijakan fiskal
dapat menggeser kurva permintaan agregat. Oleh sebab itu, kebijakan moneter dan fiskal
dapat memindahkan perekonomian sepanjang kurva phillips. Kenaikan jumlah uang yang
beredar, peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak meningkatkan
permintaan agregat dan memindahkan perekonomian ke suatu titik pada kurva phillips
dengan tingkat pengangguran yang lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi. Dan begitu
juga sebaliknya. Dengan pemahaman ini kurva phillips menawarkan pilihan-pilihan
kombinasi antara inflasi dan penangguran kepada para pembuat kebijakan (Mankiw,
2006:364).

A. Rumusan Masalah

3
Dalam pembahasan materi mengenai “Inflasi dan Pengangguran” kami mengangkat
rumusan masalah yaitu:
a. Apa itu inflasi, deflasi dan stagflasi?
b. Bagaimana hubungan antara tingkat harga dan pengangguran?

B. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah ingin mengetahui tentang konsep dan pengaruh
inflasi, deflasi dan staglasi serta hubungan antara tingkat harga dan pengangguran.

PEMBAHASAN
INFLASI
Pengertian Inflasi

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus.


Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara
terus menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada
tahap awal barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap berikutnya
jumlah barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli
masyarakat (https://www.academia.edu). Sedangkan lawan dari inflasi adalah
deflasi, yaitu manakala harga-harga secara umum turun dari periode
sebelumnya (nilai inflasi minus). Akibat dari inflasi secara umum adalah
menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga
menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik
sebesar 5%, sementara pendapatan tetap, maka itu berarti secara riil pendapatan
mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif akan menurunkan daya
beli sebesar 5% juga.

Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi


yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen
bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena ia adalah sukar untuk

4
dicapai. Yang paling penting untuk diusahakan adalah menjaga agar tingkat
inflasi tetap rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba atau
wujud sebagai akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku di luar ekspektasi
pemerintah, misalnya efek dari pengurangan nilai uang (depresiasi nilai uang)
yang sangat besar atau ketidakstabilan politik. Menghadapi masalah inflasi yang
bertambah cepat ini pemerintah akan menyusun langkah-langkah yang
bertujuan agar kestabilan harga-harga dapat diwujudkan kembali.

Metode Pengukuran Inflasi Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat


diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang
dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25) antaralain:
ConsumerPriceIndex(CPI) Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau
pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan
kebuthan hidup:CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x
100%

a) Produsen PriceIndex dikenal dengan Whosale Price Index


Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan
mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini
sejalan dengan indeks CPI.
GNP Deflator GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan
indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa
yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak
dibanding dengan kedua indeks diatas:

GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%

Definisi Inflasi Merayap dan Hiperinflasi

5
Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat
jalannya. Yang digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga
yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun. Malaysia dan
Singapura adalah dua dari negara-negara yang tingkat inflasinya dapat
digolongkan sebagai inflasi merayap

Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang


menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa
yang singkat. Di Indonseia, sebagai contoh, pada tahun 1965 tingkat inflasi
adalah 500 persen dan pada tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen. Ini berarti
tingkat harga-harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat dalam
tahun 1966.

Di negara-negara berkembang adakalanya tingkat inflasi tidak mudah


dikendalikan. Negara-negara tersebut tidak menghadapi masalah hiperinflasi,
akan tetapi juga tidak mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat
rendah. Secara rata-rata di sebagian negara tingkat inflasi mencapai di antara 5
hingga 10 persen. Inflasi dengan tingkat yang seperti itu digolongkan sebagai
inflasi rendah atau moderate inflation.

Dampak dari Inflasi

Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan


dalam perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip
ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan
pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tinhgkat
pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk
menyeimbangkan perekonomian Negara, dan lain sebagainya. Secara khusus
dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi adalah
sebagai berikut:

6
DAMPAK NEGATIF
1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik,

sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat
yang berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa
membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan
yang ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk
menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank
di rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau
rendahnya dana investasi yang tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk
memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan
konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber
produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
5. Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya

relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang
mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada
penjarahan dan perampasan.

DAMPAK POSITIF
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan
diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri
menjadi semakin dipercaya dan tangguh.

7
3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan
tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau
membuka usaha.

Inflasi dan Perkembangan Ekonomi Kenaikan harga – harga


menimbulkan efek yang buruk pula ke atas perdagangan. Kenaikan harga
menyebabkan barang – barang negara itu tidak dapat bersaing di pasaran
internasional. Maka ekspor menurun. Sebaliknya, harga – harga produksi dalam
negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang – barang
impor menjadi relatif murah. Maka lebih banyak impor akan di lakukan. Ekspor
yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang bertambah menyebabkan
ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca
pembayaran akan memburuk.

Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat Di samping menimbulkan efek


buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan menimbulkan efek –
efek yang berikut kepada individu masyarakat

Inflasi akan menurunkan pendapatan rill orang – orang yang berpendapatan


tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga – harga.
Maka inflasi akan menurunkan upah rill individu – individu yang berpendapatan
tetap.
Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian
kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank,
simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi – istitusi keuangan lain
merupakan simpanan keuangan. Nilai rillnya akan menurun apabila inflasi
berlaku.
Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukan bahwa penerima
pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai rill pendapatannya,

8
dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai rill
kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta – harta tetap (tanah), bangunan dan
(rumah) dapat mempertahankan atau menambah nilai rill kekayaannya. Ajuga
sebagai penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai rill pendapatannya.
Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara
golongan berpendapatan tetap dengan pemilik – pemilik harta tetap dan
penjual/pedagang akan menjai semakin tidak merata.

Cara mencegah inflasi


(https://www.academia.edu)

a) Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang
beredar. Bank Sentral dapat mengatur uang giral melalui peralatan moneter
yaitu :
(1) Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) dimana
pengendalian jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan cara menjual atau
membeli surat-surat berharga. Untuk meningkatkan jumlah uang beredar, Bank
Sentral menjual surat-surat berharga. Sedangkan untuk menurunkan jumlah
uang beredar, Bank Sentral membeli surat-surat berharga ; (2) Penetapan
Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy) yang merupakan tingkat bunga yang
ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang diberikan kepada Bank Umum;
(3) Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve Requirement) yaitu
proporsi cadangan minimum yang harus dipegang Bank umum atas simpanan
masyarakat yang dimiliki. Untuk menekan laju inflasi cadangan minimum ini
dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.
b) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah
serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total
9
dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui
penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi
permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
c) Kebijakan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini
dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga
impor cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang dalam negeri
cenderung menurunkan harga.
d) Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta didasarkan pada indeks harga
tertentu untuk gaji ataupun upah (gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks harga
naik,gaji atu upah juga dinaikkan.
PENGANGGURAN
Pengertian Pengangguran

Pengangguran atau orang yang menganggur adalah mereka yang tidak


mempunyai pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan Kategori orang
yang menganggur biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada
usia kerja dan masanya kerja. Usia kerja biasanya usia yang tidak dalam masa
sekolah tetapi di atas usia anak- anak (relatif di atas 6 – 18 tahun, yaitu masa
pendidikan dari SD – tamat SMU). Sedangkan di atas usia 18, namun masih
sekolah dapatlah dikategorikan sebagai penganggur, meski untuk hal ini masih
banyak yang memperdebatkannya.

Pengangguran pada dasarnya tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, karena


bagaimanapun baik dan hebatnya kemampuan suatu bangsa dalam menangani
perekonomiannya, tetap saja pengangguran itu ada. Akan tetapi mashab klasik

10
dengan salah satu teorinya yang terkenal sebagai hukum “Say” dari Jean Baptiste
Say yang mengatakan bahwa “Supply creats its own demand” atau penawaran
menciptakan permintaannya sendiri menjelaskan bahwa bila ini benar terjadi, maka
pengangguran tidak aka nada, dan bila pun ada tidak akan berlangsung lama, karena
akan pulih kembali. Cara kerjanya sederhana, bahwa apabila produsen menghasilkan
barang dalam jumlah tertentu maka akan segera habis dikonsumsi masyarakat. Pada
saat yang sama misalkan terdapat para pencari kerja, oleh karena produsen akan
lebih baik menghasilkan barang dalam jumlah banyak untuk memperbesar
keuntungan tanpa takut risiko gagal dalam penjualan, maka semua pencari kerja itu
akan terserap untuk mengisi lowongan baru yang disediakan oleh produsen /
perusahaan, dan ini berlangsung terus. Akan tetapi pada kenyataannya tidak satu
negara pun di dunia ini yang bisa menerapkan teori ini, alasannya salah satu asumsi
yaitu pasar persaingan sempurna tidak akan bisa dan tidak akan pernah terjadi,
dikarenakan syaratnya yang tidak mungkin bisa dipenuhi.

11
Akibat Pengangguran
Bagi perekonomian Indonesia (https://www.academia.edu):

1. Penurunan pendapatan perkapita.


2. Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari pajak.
3. Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan pemerintah.

Bagi masyarakat :

1. Menjadi beban psikologis dan psikis.


2. Dapat menghilangkan keterampilan karena tidak pernah dipakai untuk
bekerja.
3. Menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik, sperti meningkatnya
tindak kriminalitas.

Hubungan Antara Inflasi dan Pengangguran


Arti inflasi dan pengangguran telah dijelaskan secara singkat di atas,
sebagaimana diketahui bahwa manakala inflasi terlalu tinggi, maka masyarakat
cenderung tidak ingin menyimpan uangnya lagi, tetapi akan diubah dalam
bentuk barang, baik barang yang siap dipakai atau harus melalui proses
produksi (membuat rumah misalnya). Sementara pengangguran adalah orang
yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan.

Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi, maka secara teoritis para
pengangguran akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja karena banyak
masyarakat membutuhkan tenaganya, tetapi juga para produsen seharusnya
akan memanfaatkan momentum kenaikan harga barang dengan menambah
produksinya yang tentu saja harus membuka kapasitas produksi baru dan ini
tentu memerlukan tenaga kerja baru sampai pada tingkat full employment.

12
Sampai sebegitu jauh agaknya inflasi yang tinggi banyak memberikan
dampak yang negatif daripada positif bagi suatu bangsa dalam
perekonomiannya. Alasannya, sederhana saja karena banyak negara yang
mengelola ekonominya tidak efisien, hambatan investasi, dan masih tergantung
sangat besar (baik dari segi kualitas maupun kuantitas) pada bahan baku impor.

Kenyataannya inflasi yang relatif tinggi membuat masyarakat hidup


berhemat, banyak PHK dan penurunan jumlah produksi sehingga terjadi
kelangkaan barang di pasar, dan ini justru akan menjadi inflasi yang sudah
tinggi menjadi lebih tinggi.
tenaga kerja, maka tingkat upah akan semakin besar, ini berarti tingkat
pengangguran akan semakin kecil/rendah. Karena hubungan antara kelebihan
permintaan tenaga kerja sebanding dengan kenaikan upah, maka berarti bila
tingkat upah tinggi maka pengangguran rendah, sebaliknya bila tingkat upah
rendah, maka pengangguran tinggi. Namun, bila dibalik pernyataannya menjadi
bila tingkat pengangguran tinggi, maka upah rendah dan bila pengangguran
rendah, maka upah tinggi. Perlu diingat bahwa asumsi dasar dari teori ini adalah
bahwa bila upah riil sama dengan upah nominal, dimana upah riil adalah upah
nominal dibagi dengan harga yang berlaku.

Yang menjadi pertanyaan adalah dimanakah hubungan antara tingkat


upah dengan inflasi sehubungan dengan penjelasan teoritis. Lihatlah kembali
salah satu penyebab inflasi yang dijelaskan di atas, yaitu cost push inflation,
dimana salah satu penyebab naiknya harga barang adalah adanya tuntutan
kenaikan upah, sehingga untuk mengatasi biaya produksi dan operasi, maka
harga produk dijual dengan harga relatif mahal dari sebelumnya (artinya
manakala upah tinggi, maka tingkat inflasi tinggi, dan sebaliknya.

PENUTUP
A. Kesimpulan
13
1) Inflasi adalah suatu keadaan dalam mana terjadi senantiasa meningkatnya
harga-harga pada umumnya, atau suatu keadaan di mana terjadi senantiasa
turunnya nilai uang.
2) Deflasi adalah suatu keadaan semakin turunnya harga barang-barang atau
semakin meningkatnya nilai uang.
3) Stagflasi adalah kondisi dimana hubungan terbalik antara laju inflasi dan
output ini merupakan akibat dari pergeseran kurva penawaran aggregate yang
disebabkan oleh perubahan inflasi yang diharapkan.
4) Dari kurva phillips tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi
tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan
semakin tinggi harapan inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.

Dalam perekonomian tertutup, dan dalam jangka pendek, pengangguran


dan inflasi merupakan masalah ekonomi yang perlu di hadapi dan di atasi.
Dalam sistem pasar bebas, kdua masalah ini tidak dapat dengan sendirinya
diatasi. Kebijakan pemerintah perlu dijalankan apabila salah satu kedua masalah
tersebut timbul. Sesuai dengan keperluan ini dalam analisis makro ekonomi
perlu diperhatikan dengan lebih baik mengenai kdua masalah tersebut dan
bentuk – bentuk kebijakan pemerintah yang dapat digunakan untuk mengatasi
kedua masalah.
Ada dua cara yg di gunakan untuk melihat masalah pengangguran. Yang
pertama adalah dengan melihar sumber dari wujud masalah tersebut dan yang
kedua adalah berdasarkan ciri – cirinya. Berdasarkan sumbernya pengangguran
dibedakan kepada : pengangguran normal/friksional, pengangguran siklikal
(kunjungtur), pengangguran berstruktur dan pengangguran teknologi.
Berdasarkan ciri – cirinya pengangguran dibedakan kepada : pengangguran
terbuka, pengangguran tersembunyi, pengangguran bermusim dan setengah
menganggur.
Mengapakah pengangguran perlu diatasi? Kebijakan pemerintah untuk

14
mengatasi pengangguran didorong oleh tujuan bersifat ekonomi dan tujuan
bersifat sosial dan politik. Dari segi ekonomi tujuan mengatasi pengangguran
adalah : Menyediakan kesempatan kerja, meningkatkan taraf kemakmuran
masyarakat dan memperbaiki distribusi pendapatan.

B. Saran
Menurut kami sebaiknya pemerintah dapat mengatasi pengangguran
yang terjadi di Indonesia yaitu dengan membuka lapangan kerja atau
menyediakan lapangan kerja. Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global
diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu,
globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman
globalisasi ke depan mau tidak mau dengan meningkatkan kualitas SDM dalam
pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah
standar global.

DAFTAR PUSTAKA

15
Boediono. Ekonomi Moneter. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA. Yogyakarta:
2001.
Christopher Pass & Bryan Lowes. Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua.
Collins. Penerbit Erlangga : 1997.
Manullang. Pengantar Teori Ekonomi Moneter. Penerbit Ghalia Indonesia.
Jakarta: 1993.
Nopirin. Ekonomi Moneter Buku II. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA.
Yogyakarta: 2000.
Rudiger Dombusch, Stanley Fischer, J. mulyadi. Makro ekonomi. Penerbit
Erlangga: 1992.
Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Penerbit PT. RajaGrafindo
Persada. Jakarta: 2011.
Waluya Harry. Ekonomi Moneter Uang dan Perbankan. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta: 1993.
Yanuar. (2016). ekonomi makro:suatu analisis konteks indonesia.
https://doi.org/10.17605/OSF.IO/CTMGP

16

Anda mungkin juga menyukai