Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

INFLASI DAN PENGANGGURAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS


Mata kuliah : Pengantar Ekonomi Makro
Dosen Pengampu : Yayu Sri Rahayu S.E. M.M

KELAS : MJ 1.C
DISUSUN OLEH :
1. AYIP RANGGA SAPUTRA ( 66213034 )
2. NOVA ANANDA ( 66213037 )
3. NADILA RYSA ( 66213288 )
4. RIKA YUNIAR ( 66213019 )
5. WILA NUR SIFA ( 66213442 )

UNIVERSITAS ADHIREJASA RESWARA SANJAYA


BANDUNG
2022
ABSTRAK
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Inflasi dan pengangguran merupakan bagian dari masalah makroekonomi yang menjadi
perhatian utama bagi negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Inflasi dan pengangguran
yang terlalu tinggi, akan berdampak pada fundamental perekonomian negara tersebut.
Rendahnya inflasi dan pengangguran terkadang tidak menguntungkan juga, karena inflasi yang
rendah akan berdampak pada produktifitas industri negara tersebut. Hal ini diakibatkan karena
adanya deflasi dari harga barang yang dihasilkan, maka masalah ini nantinya akan berdampak
pada pengurangan lapangan pekerjaan, yang nantinya hanya akan menambah pengangguran.
Dapat dikatakan bahwa inflasi dan pengangguran merupakan masalah jangka pendek dan
jangka panjang yang selalu menjadi momok bagi perekonomian suatu negara. Dikatakan baik
buruknya suatu perekonomian negara dapat dilihat dari tingkat inflasi yang ada di negara
tersebut.
Berbicara mengenai inflasi dan pengangguran pastinya tidak akan lepas dari teori kurva
Phillips. Para peneliti selalu menggunakan metode kurva Phillips sebagai alat untuk melihat tren
dari inflasi dan pengangguran sendiri. Dalam penelitian A.W. Phillips yang berjudul “The
Relationship Between Unemplyment and the Rate of Change of Money Wage Rates in the
United Kingdom 1861- 1957”. Penelitiannya menghasilkan hubungan yang kuat dan stabil
antara inflasi dan pengangguran selama beberapa waktu. Hasil yang sama juga terjadi di
beberapa negara, sehingga kurva Phillips menjadi pembahasan ekonomi makro (Haldane dan
Quah, 1999 dalam Sukarsih, 2011).
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus diamati adalah inflasi dan
pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini dapat saling berkaitan? Kita
melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah bergantung pada berbagai ciri pasar tenaga kerja,
seperti peraturan upah minimum, kekuasaan pasar serikat pekerja, peranan upah efisiensi dan
seberapa efektifnya proses pencarian kerja. Sebaliknya tingkat inflasi terutama sekali
bergantung pada jumlah uang yang beredar yang dikendalikan oleh bank sentral, oleh sebab itu,
pada jangka panjang, inflasi dan pengangguran secara garis besar bukanlah dua masalah yang
saling berkaitan. Seperti yang kita ketahui sebelumnya bahwa kebijakan moneter dan kebijakan
fiskal dapat menggeser kurva permintaan agregat. Oleh sebab itu, kebijakan moneter dan fiskal
dapat memindahkan perekonomian sepanjang kurva phillips. Kenaikan jumlah uang yang
beredar, peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak meningkatkan
permintaan agregat dan memindahkan perekonomian ke suatu titik pada kurva phillips dengan
tingkat pengangguran yang lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi. Dan begitu juga
sebaliknya. Dengan pemahaman ini kurva phillips menawarkan pilihan-pilihan kombinasi antara
inflasi dan penangguran kepada para pembuat kebijakan (Mankiw, 2006:364).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan materi mengenai “Inflasi dan Pengangguran” kami mengangkat rumusan
masalah yaitu:
a. Apa itu inflasi, deflasi dan stagflasi?
b. Bagaimana hubungan antara tingkat harga dan pengangguran ?
1.3 TUJUAN
Tujuan dalam makalah ini adalah ingin mengetahui tentang konsep dan pengaruh inflasi, deflasi
dan staglasi serta hubungan antara tingkat harga dan pengangguran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN INFLASI
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Sedangkan
kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus menerus, akibatnya
daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap awal barang-barang menjadi
langka, akan tetapi pada tahap berikutnya jumlah barang akan semakin banyak karena
semakin berkurangnya daya beli masyarakat . Sedangkan lawan dari inflasi adalah deflasi,
yaitu manakala harga-harga secara umum turun dari periode sebelumnya (nilai inflasi
minus). Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena
secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun
yang bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan tetap, maka itu berarti secara
riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif akan menurunkan
daya beli sebesar 5% juga.
Pengertian mengenai inflasi dalam ruang lingkup ilmu ekonomi banyak sekali
dijumpai. Pada periode awal, definisi inflasi yang sering dipergunakan setelah perang dunia
kedua menurut AP Lehner adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan (excess
demand) terhadap barang dalam suatu perekonomian secara keseluruhan (Anton H
Gunawan, 1991). Menurut Boediono (1995) inflasi diartikan sebagai kecenderungan dari
harga-harga untuk meningkat secara umum dan berlangsung terus-menerus. Sedangkan
menurut FW Paish memberikan penjelasan mengenai inflasi sebagai suatu kondisi dimana
pendapatan nasional meningkat jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan peningkatan
peningkatan barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian (Anton H
Gunawan, 1991)Dari beberapa pengertian di atas, perlu digaris bawahi bahwa definisi inflasi
mencakup aspek-aspek sebagai berikut :
1. Tendency, yaitu berupa kecenderungan harga-harga untuk meningkat, artinya dalam
suatu waktu tertentu dimungkinkan terjadinya penurunan harga tetapi secara
keseluruhan mempunyai kecenderungan meningkat.
2. Sustained, kenaikan harga yang terjadi tidak hanya berlangsung dalam waktu tertentu
saja, melainkan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. 447
3. General level of price, harga dalam konteks inflasi dimaksudkan sebagai harga barang-
barang secara umum, bukan dalam artian satu atau dua jenis barang saja.
2.2 JENIS JENIS INFLASI
1. Menurut sifatnya
Berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama
(https://www.academia.edu), yaitu sebagai berikut:
 Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang
dari 10% pertahun
 Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun.
Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif
besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya
15%, 20%, 30%, dan sebagainya.
 Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100%
pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik.
 Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang ditandai oleh naiknya
harga secara drastic hingga mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada kondisi ini
masyarakat tidak ingin lagi menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat
tajam, sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang.
2. Berdasarkan sebabnya
a. Demand Pull Inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan
yang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan
kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan hukum permintaan,
bila permintaan banyak sementara penawaran tetap, maka harga akan naik. Dan
bila hal ini berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan inflasi yang
berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya
pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.
b. Cost Push Inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya
produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan,
nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan jatuh/menurun, kenaikan harga
bahan baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat
dan sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan
oleh produsen, yaitu: pertama, langsung menaikkan harga produknya dengan
jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik menarik
permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi.
3. Berdasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu pertama inflasi yang berasal dari
dalam negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya defisit dalam
pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara. Untuk
mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-harga naik
dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan dan
sebagainya. Kedua inflasi yang berasal dari luar negeri. 7 Karena negara-negara yang
menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, dapatlah diketahui
bahwa harga-harga dan juga ongkos produksi relatif mahal, sehingga bila terpaksa
negara lain harus mengimpor barang tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu
saja bertambah mahal.
2.3 TEORI INFLASI
1. Teori Kuantitas
a. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan jumlah uang beredar (penambahan
uang kartal atau giral) tanpa disertai perubahan yang signifikan dalam jumlah
produksi barang.
b. Laju inflasi juga ditentukan oleh ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga-
harga barang dimasa mendatang.
Terhadap ekspektasi masyarakat berkaitan dengan kenaikan harga, terdapat 3 (tiga)
kemungkinan , Pertama : apabila masyarakat tidak mengharapkan harga-harga untuk
naik, maka penambahan jumlah uang beredar akan diterima masyarakat untuk
menambah likuiditasnya.Kedua, apabila masyarakat, berdasarkan pengalaman periode
waktu sebelumnya, mulai sadar adanya inflasi.Ketiga, terjadi pada saat inflasi pada
kondisi yang lebih parah yaitu hyperinflation. Dalam keadaan ini masyarakat sudah
kehilangan kepercayaan terhadap mata uang, sehingga ekspektasi masyarakat
mengharapkan kondisi yang lebih buruk pada masa mendatang.
2. Teori Keynes
Konsep dasar teori Keynes dalam inflasi didasarkan pada teori makro-nya. Inflasi
terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya
(disposable income). Hal tersebut diterjemahkan dalam suatu kondisi dimana
permintaan masyarakat akan barang melebihi jumlah barang yang tersedia, sehingga
muncul inflationary gap.
Inflationary gap ini muncul karena masyarakat berhasil menterjemahkan aspirasi
mereka menjadi permintaan efektif akan barang-barang. Inflasi akan terus berlangsung
selama jumlah permintaan efektif dari masyarakat melebihi jumlah output yang bisa
dihasilkan oleh masyarakat. Inflasi baru akan berhenti apabila permintaan efektif total
tidak melebihi harga-harga yang berlaku jumlah output tersedia. Dari sisi jumlah uang
beredar, pertumbuhan yang tinggi sering menjadi penyebab tingginya tingkat inflasi.
Meningkatnya jumlah uang beredar akan mengakibatkan kenaikan permintaan
angregate. Apabila kondisi tersebut tidak diimbangi dengan pertumbuhan pada sektor
riil akan menyebabkan meningkatnya harga ( terjadi inflasi ).
3. Teori Strukturalis
Teori strukturalis mengenai inflasi didasarkan pada pengalaman di negara-negara
Amerika Latin. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran (inflexibilities) dari struktur
perekonomian negara-negara sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan
faktor-faktor struktural, maka menurut teori ini terdapat 2 (dua) ketegaran utama
dalam perekonomian negara sedang berkembang yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu
(Boediono, 1995 ) :
Pertama, ketegaran berupa ‘ketidak-elastisan’ penerimaan eksport, yaitu nilai
eksport tumbuh secara lambat dibandingkan dengan sektor lainnya.
Kedua, ketegaran berkaitan dengan ‘ketidak-elastisan’ supply atau produksi bahan
makanan dalam negeri. Pertumbuhan produksi bahan makanan dalam negeri tidak
mampu mengiimbangi pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pendapatan
perkapita.
4. Inflation Targeting
a. Terkait dengan sistem nilai tukar yang digunakan, yaitu free exchange rate
system.
b. Inflation targeting lebih fokus pada kestabilan harga, sehingga dapat digunakan
sebagai ‘anchor’ ekpektasi inflasi bagi masyarakat.
c. Inflation targeting meningkatkan transparansi kebijakan moneter
d. Akuntabilitas membaik sehingga pemahaman publik lebih baik yang berdampak
pada meningkatnya kredibilitas Bank Sentral.
Dengan menerapkan target inflasi mencerminkan arah kepada sistem pasar, artinya
orientasi bank sentral dalam mengelola perekonomian telah bergeser ke arah
makin kecilnya peran bank sentral. Sebagai konsekuensinya tujuan pembangunan
ekonomi bukan semata-mata pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi lebih
kepada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Penerapan kebijakan moneter
dengan menggunakan inflation targeting ini diharapkan dapat menciptakan
fundamental ekonomi makro yang lebih kuat.
2.4 Metode Pengukuran Inflasi
Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada
beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25)
antara lain:
a. ConsumerPriceIndex (CPI) Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau
pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan
hidup:
CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x 100%
b. Produsen PriceIndex dikenal dengan Whosale Price Index Index yang lebih
menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw material),
bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI.
c. GNP Deflator GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI
dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam
hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas:
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
2.5 Definisi Inflasi Merayap dan Hiperinflasi
Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang
digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi
dua atau tiga persen setahun. Malaysia dan Singapura adalah dua dari negara-negara yang
tingkat inflasinya dapat digolongkan sebagai inflasi merayap. Sedangkan Hiperinflasi adalah
proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi
dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat. Di Indonseia, sebagai contoh, pada
tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500 persen dan pada tahun 1966 ia telah mencapai 650
persen. Ini berarti tingkat harga-harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat
dalam tahun 1966.
2.6 CARA MENGATASI INFLASI
1. Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter di capai melalui pengaturan jumlah uang beredar ( M ).
Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral ( demand deposit ). Uang giral
dapat terjadi melalui dua cara,
Pertama, apabila seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro
Kedua, apabilla seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi
dalam bentuk giro. Instrument lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah
politik pasar terbuka ( jual/beli surat berharga ) dengan cara menjual surat berharga
bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi
dapat lebih rendah.
2. Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta
perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan
demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan
permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
3. Kebijakan yang berkaitan dengan output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat
dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang
cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung
menurunkan harga.
4. Kebijakan penentuan harga dan indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga
tertentu untuk gaji ataupun upah ( dengan demikian gaji/upah juga dinaikkan.
2.7 Inflasi dan perkembangan ekonomi
Kenaikan harga – harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas perdagangan. Kenaikan
harga menyebabkan barang – barang negara itu tidak dapat bersaing di pasaran
internasional. Maka ekspor menurun. Sebaliknya, harga – harga produksi dalam negeri yang
semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang – barang impor menjadi relatif
murah. Maka lebih banyak impor akan di lakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti pula
oleh impor yang bertambah menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang
asing. Kedudukan neraca pembayaran akan memburuk.
2.8 Inflasi dan kemakmuran masyarakat
Inflasi akan menurunkan pendapatan rill orang – orang yang berpendapatan tetap. Pada
umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga – harga. Maka inflasi akan
menurunkan upah rill individu – individu yang berpendapatan tetap. Inflasi akan
mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan masyarakat disimpan
dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi –
istitusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai rillnya akan menurun apabila
inflasi berlaku. Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukan bahwa penerima
pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai rill pendapatannya, 11 dan
pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai rill kekayaannya.
Akan tetapi pemilik harta – harta tetap (tanah), bangunan dan (rumah) dapat
mempertahankan atau menambah nilai rill kekayaannya. Ajuga sebagai penjual/pedagang
dapat mempertahankan nilai rill pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan
pembagian pendapatan di antara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik – pemilik
harta tetap dan penjual/pedagang akan menjai semakin tidak merata.
2.9 Dampak Negatif
1. Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga
perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan
uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang
akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik
tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush
akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya
dana investasi yang tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar
keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi
produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang
masyarakatnya memiliki banyak uang.
5. Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif
akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah
pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan
perampasan.
2.10 Dampak Positif
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan
seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi
semakin dipercaya dan tangguh.
3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak
untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
2.11 Efek yang ditimbulkan dari Inflasi
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan , alokasi faktor produksi serta produk
nasional.
a. Efek terhadap pendapatan ( Equity Effect )
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan dan ada pula yang
diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan
tetapakan dirugikan oleh adanya inflasi. Pihak pihak yang mendapat keuntungan
dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan
persentase yang lebih besar dari laju inflasi.
b. Efek terhadap Efisiensi ( Efficiency Effects )
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat
terjadi melalui kenaikan permintaan kana berbagai macam barang yang kemudian
dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu
sehingga mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
c. Efek terhadap output ( Output Effects )
Digunakan suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui
efek inflasi terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai