Anda di halaman 1dari 19

PENGANGGURAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

Ekonomi Makkro Islam

Dosen Pengampu: Dr. Ahmad Mifdhol Muthohar, M.S.I.

Disusun Oleh:

Nur Laili Rahmawati 63020180189

Kharisma Farros Zayyaan 63020190082

Dwi Febrianti 63020190091

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Makro Islam yang berjudul
“Pengangguran dalam Perspektif Islam” yang diampu oleh Bapak Dr. Ahmad
Mifdhol Muthohar, M.S.I.

Makalah ini dibuat dari hasil penyusunan data yang diperoleh dari jurnal
serta informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan Pengangguran dalam
Perspektif Islam. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Dosen
pengajar mata kuliah Ekonomi Makro Islam atas bimbingan yang diberikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan juga
pembaca. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang. Oleh
karena itu penulis harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Salatiga, 10 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengertian Pengangguran..............................................................................3
B. Pengangguran Menurut Perspektif Islam......................................................3
C. Jenis dan Faktor Penyebab Terjadinya Pengangguran..................................6
D. Dampak Pengangguran.................................................................................7
E. Cara Mengatasi Pengangguran....................................................................10
BAB III..................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu faktor ekonomi penyebab kemiskinan yang melanda Negara
kita yakni makin meningkatnya angka pengangguran. Pengangguran adalah
masalah yang paling berat, karena dengan adanya pengangguran,
produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat
menyebabkan timbulnya masalah-masalah sosial lainnya.
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek
psikologis yang buruk terhadap pengangguran dan keluarganya. Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi.
Islam telah memproklamirkan dengan tegas baik di al-Quran maupun
hadits yang menganjurkan manusia untuk bekerja keras dan cerdas. Bahkan
Islam menilai bekerja merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah,
sehingga bekerja dinilai sebagai bentuk ibadah, karena dengan bekerja berarti
seseorang telah mempotensikan sumber daya alam yang telah disediakan oleh
Allah. Sebaliknya, menganggur berarti menyia-nyiakan amanah Allah.
Pengangguran berpotensi menimbulkan berbagai masalah di masyarakat
baik di bidang ekonomi, sosial-politik, budaya bahkan agama, seperti
timbulnya kerawanan sosial, gejolak sosial dan politik, tindak kriminal dan
kemiskinan. Selain itu, pengangguran juga merupakan pemborosan yang luar
biasa. Menurut Sadono Sukirno, efek buruk dari pengangguran adalah
mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat
kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunya kesejahteraan
masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka
terjebak dalam kemiskinan karena tidak memilki pendapatan. Apabila
pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial

1
selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan
masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Pengangguran?
2. Bagaimana Pengangguran Menurut Perspektif Islam?
3. Apa Saja Jenis dan Faktor Penyebab Terjadinya Pengangguran?
4. Apa Saja Dampak dari Pengangguran?
5. Bagaimana Cara Mengatasi Pengangguran?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Pengangguran
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengangguran Menurut Perspektif Islam
3. Untuk Mengetahui Jenisa dan Faktor Penyebab Terjadinya Pengangguran
4. Untuk Mengetahui Dampak dari Pengangguran
5. Untuk Mengetahui Cara Mengatasi Pengangguran

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengangguran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengangguran adalah
keadaan orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan.1 Kata pengangguran
dalam bahasa Inggris unemployment, dan dalam bahasa Arab faragh.
Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam
angkatan kerja tertentu dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum
memperolehnya.
Pengangguran adalah keadaan dimana orang ingin bekerja namun tidak
mendapat pekerjaan.2 Pengangguran adalah mereka yang tidak mempunyai
pekerjaan dan sedang akan mencari pekerjaan. Kategori orang yang
menganggur biasanya adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia
kerja. Usia kerja biasanya adalah usia yang tidak dalam masa sekolah tapi di
atas usia anak-anak (relatif di atas usia 6-18 tahun, yaitu masa pendidikan dari
SD sampai tamat SMU).3
Berdasarkan beberapa pengertian pengangguran di atas, maka jelas
sekali bahwa pengangguran adalah sosok yang tidak memiliki income
penghasilan sama sekali, sehingga orang seperti itu dapat dikategorikan atau
dapat disejajarkan sebagai orang fakir atau miskin.

B. Pengangguran Menurut Perspektif Islam


Pengangguran dari masa ke masa merupakan sebuah keniscayaan yang
tidak bisa dihndari, karena hal itu merupakan sunnatullah. Namun bukan
berarti manusia tidak bisa mengantisipasinya. Pengangguran bukanlah sebuah
kodrat Ilahi yang tidak bisa dirubah. Pengangguran itu terjadi disebabkan oleh
kesalahan manusia itu sendiri. Allah SWT telah memberikan kekayaan alam
yang begitu melimpah dan akal yang tak ternilai harganya, hanya saja

1
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Cetakan Ketiga,. (Jakarta:Balai Pustaka), hal. 36
2
Riska Franita, (2016), Analisa Pengangguran di Indonesia, Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial,
Vol. 1, hlm. 89
3
Iskandar Putong, (2003), Ekonomi Makro: Pengantar Ilmu Ekonomi Makro Volume 1 Dari
Ekonomi Makro, (Jakarta:Mitra Wacana Media), hlm.169

3
bagaimana manusia mempergunakan kedua anugerah tersebut dengan baik
dan benar.4
Menurut Yusuf Al-Qardhawi, pengangguran dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
1. Pengangguran Jabariyah (terpaksa)
Suatu pengangguran di mana seseorang tidak mempunyai hak
memilih status sehingga harus terpaksa menerimanya. Pengangguran
seperti ini umunya terjadi karena seseorang tidak mempunyai skill
sedikitpun, yang sebenarnya bisa dipelajari sejak kecil sebagai modal
untuk masa depannnya, atau seseorang telah mempunyai skill tetapi
skillnya tidak berguna sedikitpun karena adanya perubahan lingkungan
dan perkembangan zaman.
2. Pengangguran Khiyariyah
Seseorang yang memilih untuk menganggur padahal pada dasarnya
dia mampu untuk bekerja, namun pada kenyataanya dia memilih untuk
berpangku tangan dan bermalas-malasan. Dia memilih hancur dengan
potensi yang dimilki dibandingkan menggunakannya untuk bekerja. Dia
tidak pernah beruasaha dan mengusahakan suatu pekerjaan apapun,
kepribadiannya malas hingga menjadi ”sampah masyarakat”.

Dalam Islam, bekerja merupakan suatu prinsip: bahwa setiap orang


Islam diperintahkan untuk bekerja. Orang yang tidak bekerja akan
mendapatkan dirinya bergantung pada bantuan orang lain, yang berarti
menempatkan tangan mereka “di bawah” tangan-tangan orang lain. Dengan
tidak bekerja dia juga telah menyia-nyiakan tangannya yang merupakan
sumber daya dan sekaligus harta yang perlu dimanfaatkan. Ini berarti dia
telah melakukan pentafsiran atas sumber daya/harta yang ada padanya dan
dikecam oleh Allah SWT, sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya dama
Al-Qur’an yang mengatakan bahwa hal ini sebagai teman setan.

4
Moh. Subhan, (2018), Pengangguran dan Tawaran Solutif dalam PerspektifIslam, Jurnal
Ekonomi Syariah, Vol. 3, No. 2, hlm. 156

4
Islam juga melarang umatnya untuk mengemis, karena mengemis sama
artinya dengan ketidakpercayaan terhadap Allah dan ketidakyakinan atas
kemampuan diri untuk mendapatkan nafkah dari bekerja keras. Hal ini telah
disebutkan dalam Q.S Al-Baqarah ayat 273 sebagai berikut:

‫ض ْر بًا يِف‬ َ ُ‫ِيل اللَّ هِ اَل يَ ْس تَ طِيع‬


َ ‫ون‬ ِ ‫ص ُر وا يِف َس ب‬ ِ ‫ُأح‬
ْ ‫ِين‬ َّ
َ ‫ْلل ُف َق َر اءِ ال ذ‬
‫اه ْم اَل‬
ُ ‫يم‬ َ ‫ِس‬ِ ‫ف َت ْع رِ ُف ُه ْم ب‬ ِ ‫الت َع ُّف‬
َّ ‫َأغ نِيَ اءَ ِم َن‬
ْ ‫اه ُل‬ ِ َ‫ض حَيْ َس ُب ُه ُم ا جْل‬ِ ‫اَأْل ْر‬
‫ٍ ِإ‬ ُ ‫ َو َم ا ُت ْن ف‬Iۗ ‫اس ِإ حْلَ افً ا‬
ٌ‫ِق وا ِم ْن َخ رْي فَ َّن اللَّ هَ بِهِ َع لِيم‬ َ َّ‫ون الن‬َ ُ‫يَ ْس َأل‬
Artinya:
“(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta.
Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui”.
(Q.S Al-Baqarah ayat 273)
Larangan mengemis di atas berlaku untuk seorang yang malas berusaha
dan bekerja tanpa alasan syar’i. Dalam Islam mengemis diperbolehkan
terhadap 3 golongan antara lain sebagai berikut:5
1. Seseorang yang menaggung hutang orang lain sampai ia melunasinya
2. Seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, sampai ia
mendapatkan sandaran hidup
3. Seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup, sampai ia mendapatkan
sandaran hidup
Oleh sebab itu, potensi yang ada haruslah dimanfaatkan untuk mencari,
menciptakan, dan menekuni pekerjaan. Muhammad Al-Bahi, sebagaimana
yang telah dikutip oleh Mursi mengatakan bahwa ada 3 unsur penting dalam
menciptakan kehidupan yang positif dan produktif, yaitu:

5
Moh. Subhan, (2018), Pengangguran dan Tawaran Solutif dalam PerspektifIslam, Jurnal
Ekonomi Syariah, Vol. 3, No. 2, hlm. 155-156

5
1. Mendayagunakan seluruh potensi yang telah dianugerahkan oleh Allah
SWT kepada kita untuk bekerja, melaksanakan gagasan dan produksi
2. Bertawakal kepada Allash SWT, berlindung dan meminta pertolongan
kepada-Nya ketika melakukan suatu pekerjaan
3. Percaya kepada Allah bahwa Allah mampu menolak bahaya dan
keosmbongan yang memasuki lapangan pekerjaan.
Islam tidak semata-mata hanya memerintah untuk bekerja akan tetapi
harus bekerja dengan lebih baik, penuh ketekunan, dan profesional.6

C. Jenis dan Faktor Penyebab Terjadinya Pengangguran


1. Jenis Pengangguran
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:7
a) Pengangguran Friksional, yaitu pengangguran yang terjadi karena
kesulitan yang bersifat tepirer dalam mempertemukan pencari kerja
dengan lowonga kerja.
b) Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang terjadi karena
adanya perubahan dalam struktur perekonomian.
c) Pengangguran musiman, pyaitu pengangguran yang terjadi karena
pengaruh musim. Pada umumnya terjadi pada bidang pertanian dan
para pelaut.
d) Pengangguran Teknologi, yaitu pengangguran yang disebabkan
perkembangan/pergantian teknologi. Perubahan ini dapat
menyebabkan pekerja harus diganti untuk bisa menggunakan
teknologi yang diterapkan.
e) Pengangguran Konjungtural Siklus, yaitu pengangguran yang
diakibatkan oleh perubahan gelombang naik turunnya kehidupan
perekonomian.

6
Siti Ita Khaerul Musbitah, UIN SMH Banten, Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Pengangguran di Tangerang Selatan Tahun 2011-2013, hlm. 41
7
Suraji, Pengangguran dari Perspektif Ekonomi dan Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun, Dosen
PNS dipekerjakan pada STIA ASMI Solo, hlm. 7

6
f) Pengangguran Voluntery sukarela, yaitu pengangguran yang terjadi
karena angkatan kerja sudah merasa cukup sehingga tidak perlu
bekerja lagi karena mereka memperoleh penghasilan dari harta
kekayaannya.
g) Pengangguran Deflasioner terbuka, yaitu pengangguran yang
diakibatkan karena pencari kerja jumlahnya lebih banyak daripada
lowongan pekerjaan yang tersedia.
2. Faktor Penyebab Pengangguran
Faktor penyebab terjadinya pengangguran antara lain sebagai berikut:
a) Pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan
pertumbuhan lapangan kerja
b) Kualitas sumber daya manusia yang rendah karena kurang pendidikan
dan keterampilannya
c) Adanya mekanisme produksi untuk mengganti peran tenaga kerja
d) Pekerjaan yang dipengaruhi oleh musim, khususnya di bidang
pertanian, saat menunggu musim panen seringkali petani tidak ada
pekerjaan
e) Situasi politik, keamanan suatu negara, keadaan negara yang tidak
aman karena perang, kehidupan politik yang membuat negara lebih
sibuk mengurusi masalah perang sehingga masalah pengangguran
kurang mendapat perhatian8

D. Dampak Pengangguran
1. Dampak pengangguran terhadap perekonomian
a) Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat meminimalkan
tingkat kesejahteraan yang mungkin dicapainya. Pengangguran
menyebabkan output aktual yang dicapai lebih rendah dari atau
dibawah output potensial. Keadaan ini berarti tingkat kemakmuaran
masyarakat yang di capai adalah lebih rendah dari tingkat yang akan
dicapainya.

8
Suraji, Pengangguran dari Perspektif Ekonomi dan Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun, Dosen
PNS dipekerjakan pada STIA ASMI Solo, hlm. 6-7

7
b) Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah
berkurang, pengangguran yang disebabkan oleh rendahnya tingkat
kegiatan ekonomi, pada gilirannya akan menyebabkan pendapatan
pajak yang diperoleh pemerintah akan menjadi sedikit. Dengan
demikian tingkat pengangguran yang tinggi akan mengurangi
kemampuan pemerintah dalam menjalankan berbagai kegiatan
pembangunan.
c) Pengangguran yang tinggi akan menghambat, dalam arti tidak
menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Keadaan ini jelas bahwa
penganggurantidak akan mendorong perusahaan untuk melakukan
investasi di masa yang akan datang.
2. Dampak Pengangguran terhadap Individu dan Masyarakat
a) Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan
pendapatan. Di negara-negara maju, para pengangguranmemperoleh
tunjangan (bantuan keuangan) dari badan asuransi pengangguran dan
oleh sebab itu, mereka masih mempunyai pendapatan untuk
membiayai kehidupanya dan keluarganya, sedangkan di negara-negara
berkembang tidak terdapat program asuransi berkembang.
b) Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan atau berkurangya
ketrampilandalam mengerjakan sesuatu pekerjaan hanya dapat
dipertahankan apabila ketrampilan tersebut digunakan dalam praktek
c) Pengangguran dapat pula menimbulkan ketidakstabilan sosial dan
politik. Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi
dapat menimbulkan rasa tidak puas masyarakat kepada pemerintah
yang berkuasa. 9
3. Dampak Pengangguran Terhadap Bidang Sosial
Terjadinya kekacauan sosial dan politik, seperti munculnya
penyakit-penyakit sosial (patologi sosial), dengan bertambahnya jumlah
anak jalanan, pengemis, pengamen, perdagangan anak, tindak kriminal

9
Cut Nova Rianda, (2020), Analisis Dampak Pengangguran Berpengaruh Terhadap Individual,
At-Tasyri’ Jurnal Ilmiah Prodi Muamalah, Vol. 12, No. 1, hlm. 22

8
dan perilaku asusila, sehingga terkadang perilakunya meresahkan warga.
Sebab, kelompok seperti itu tidak segan-segan melakukan tindak
kriminal, demonstrasi yang dapat menacaukan tatanan politik, bahkan
mereka mengancam para korban atau bisa melukai bahkan membunuh
apabila tidak diberi uang.
4. Dampak Pengangguran dari Sisi Agama10
a) Membahayakan terhadap akidah
Para penganggur harus selalu hati-hati atau waspada terhadap
kondisinya. Hal ini disebabkan keadaannya yang serba kekurangan
dapat menggidanya untuk melalukan kemaksiatan guna memenuhi
kebutuhan hidupnya.
b) Membahayakan terhadap akhlak
Orang miskin lebih-lebih hidup di tengah-tengah orang kaya
akan banyak mendorong mereka untuk berbuat yang tidak dibenarkan
syara’ dan akhlak mulia. Karena itu kita sering mendengar semboyan
”rintihan perut lebih hebat dari rintihan hati nurani”, dan lebih hebat
lagi bila frustrasi dan kekacauan sudah tidak bisa dikuasai lagi akan
timbul masa bodoh terhadap nilai-nilai etika dan kemantapan sendi-
sendi yang pada gilirannya akan menjurus pada pengabaian nilai-nilai
agama.
c) Membahayakan terhadap kelangsungan rumah tangga
Pengangguran dapat mengancam keluarga dalam beberapa
segi, baik segi pembinaan, kelangsungannya maupun
pemeliharaannya. Dalam segi pembinanaan menuju rumah tangga
semisal seorang jejaka yang ingin menikah, ia harus memikirkan
bagaimana membayar mahar dan memberi nafkah, dengan ia pada
posisi pengangguran ia mengalami kesulitan untuk mewujudkan
impiannya menuju ke pelaminan. Oleh karenanya, al-Quran

10
Moh. Subhan, (2018), Pengangguran dan Tawaran Solutif dalam PerspektifIslam, Jurnal
Ekonomi Syariah, Vol. 3, No. 2, hlm. 160-161

9
memerintahkan bagi para pemuda yang belum mampu menikah untuk
memelihara kehormatan.
Dalam segi pemeliharaan dan kelangsuangan rumah tangga,
pengangguran sering mendorong kepada hal-hal yang tidak baik
antara suami istri, bahkan tidak jarang akhirnya mereka memutusakan
untuk bercerai. karena ketidaksukaan istri kepada suami yang tidak
dapat mencukupi kebutuhannya. Dan kasus Islam pun mengakuinya,
karena itu seorang hakim boleh menceraikan istri dengan suaminya.
Jika disebabkan kesulitan dan ketidakmampuan suami memberi
nafkah kepada istri dengan alasan menghilangkan kesulitan
perempuan.

E. Cara Mengatasi Pengangguran


Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mengatasi pengangguran
di Indonesia sebagai berikut:11
a. Bagi penganggur sendiri, dapat mengembangkan kreativitas nya melalui
berwirausaha mandiri.
b. Pengembangan sekolah-sekolah yang mengarah kepada pemanfaatan
kecakapan hidup, seperti SMK.
c. Pengembangan program kerjasama dengan luar negeri dalam pemanfaatan
tenga kerja indonesia (TKI).
d. Pengembangan sektor informal seperti home industry.
e. Pengembangan program transmigrasi, untuk menyerap tenaga kerja di
sektor agraris dan sektor informal lainnya.
f. Perluasan kesempatan kerja, misalnya melalui pembukaan industri padat
karya diwilayah yang banyak mengalami pengangguran.
g. Peningkatan Investasi, baik yang bersifat pengembangan maupun
investasi melalui pendirian usaha-usaha baru yang dapat menyerap tenaga
kerja.

11
Cut Nova Rianda, (2020), Analisis Dampak Pengangguran Berpengaruh Terhadap Individual,
At-Tasyri’ Jurnal Ilmiah Prodi Muamalah, Vol. 12, No. 1, hlm. 21

10
h. Pembukaan proyek-proyek umum, hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah
seperti pembangunan jalan raya, jembatan dan lain-lain.
i. Mengadakan pendidikan dan pelatihan yang bersifat praktis sehingga
seorang tidak harus menunggu kesempatan kerja yang tidak sebanding
dengan para pencari kerja, melainkan ia sendiri mengembangkan usaha
sendiri yang menjadikanya bisa memperoleh pekerjaan dan pendapatan
sendiri.

Solusi Alernatif terhadap Pengangguran dalam Perspektif Islam12

Dalam sistem Islam, negara berkewajiban memberikan pekerjaan


kepada mereka yang membutuhkan sebagai realisasi politik ekonomi Islam,
karena penguasa akan dimintai pertanggung jawabannya terhadap rakyat yang
dipimpinnya. Lebih detail, Rasulullah SAW secara praktis senantiasa
berupaya memberikan kesempatan kerja bagi rakyatnya. Bekerja merupakan
suatu usaha yang dilakukan seseorang baik sendiri maupun kolektif untuk
memproduksi suatu komoditi atau memberi jasa. Dalam ajaran Islam orang
mukmin diwajibkan bekerja. Apapun yang dikerjakan oleh seorang mukmin
asal dengan niat yang benar adalah mulia, kecuali yang dilarang (haram).

Mekanisme yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi


pengangguran dan menciptakan lapangan pekerjaan secara garis besar
dilakukan dengan dua mekanisme, yaitu mekanisme individu dan sosial
ekonomi.

1. Mekanisme individu
Dalam mekanisme ini penguasa secara langsung memberikan
pemahaman kepada individu, terutama melalui sistem pendidikan, tentang
wajibnya bekerja dan kedudukan orang-orang yang bekerja di hadapan
Allah serta memberikan skill dan modal bagi mereka yang membutuhkan.
Islam pada dasarnya mewajibkan individu untuk bekerja dalam rangka

12
Moh. Subhan, (2018), Pengangguran dan Tawaran Solutif dalam PerspektifIslam, Jurnal
Ekonomi Syariah, Vol. 3, No. 2, hlm. 162-163

11
memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidup. Banyak nas al-Quran
maupun al-Sunnah yang memberikan dorongan kepada individu untuk
bekerja. Bahkan Rasulullah pernah mencium tangan Saad bin Muadz
tatkala beliau melihat bekas kerja pada tangannya, seraya bersabda (yang
artinya), “Ini adalah dua tangan yang dicintai Allah.”
Islam mewajibkan kepada individu untuk bekerja. Apabila ada
individu yang mengabaikan kewajiban mencari nafkah, padahal ia mampu
untuk bekerja, maka negara berkewajiban memaksanya untuk menunaikan
kewajibannya. Dan, apabila ada individu tidak bekerja, karena cacat, atau
tidak memiliki keahlian dan modal untuk bekerja maka penguasa
berkewajiban untuk menyediakan sarana dan prasarananya, termasuk di
dalamnya pendidikan. Lebih lanjut, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa
penguasa (waliy al-amri) wajib memberikan dan menyediakan sarana-
sarana pekerjaan kepada para pencari kerja. Menciptakan lapangan kerja
adalah kewajiban negara dan merupakan tanggung jawabnya terhadap
pemeliharaan dan pengaturan urusan rakyat.
2. Mekanisme sosial ekonomi
Mekanisme ini dilakukan oleh penguasa melalui sistem dan
kebijakan, baik kebijakan di bidang ekonomi maupun bidang sosial yang
terkait dengan masalah pengangguran. Dalam bidang ekonomi kebijakan
yang dilakukan penguasa adalah meningkatkan dan mendatangkan
investasi yang halal untuk dikembangkan di sektor real, baik di bidang
pertanian dan kehutanan, kelautan, dan tambang maupun meningkatkan
volume perdagangan.
Negara tidak mentoleransi sedikitpun berkembangnya sektor non-
real. Sebab, di samping diharamkan, sektor non-real dalam Islam juga
menyebabkan beredarnya uang hanya di antara orang kaya saja serta tidak
berhubungan dengan penyediaan lapangan kerja, bahkan sebaliknya,
sangat menyebabkan perekonomian menjadi labil.
Dalam iklim Investasi dan usaha, penguasa akan menciptakan iklim
yang menstimulus untuk membuka usaha melalui birokrasi yang sederhana

12
dan penghapusan pajak serta melindungi industri dari persaingan yang
tidak sehat.
Adapun dalam kebijakan sosial yang berhubungan dengan
pengangguran, penguasa tidak mewajibkan wanita untuk bekerja, apalagi
dalam Islam, fungsi utama wanita adalah sebagai ibu dan manajer rumah
tangga (ummu wa rabbah al-bayt). Kondisi ini akan menghilangkan
persaingan antara tenaga kerja wanita dan laki-laki. Dengan kebijakan ini
wanita kembali pada pekerjaan utamanya, bukan menjadi pengangguran,
sementara lapangan pekerjaan sebagian besar akan diisi oleh laki-laki,
kecuali sektor pekerjaan yang memang harus diisi oleh wanita.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengangguran adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan
sedang akan mencari pekerjaan. Kategori orang yang menganggur biasanya
adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja. Pengangguran
bukanlah sebuah kodrat Ilahi yang tidak bisa dirubah. Pengangguran itu
terjadi disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendiri. Allah SWT telah
memberikan kekayaan alam yang begitu melimpah dan akal yang tak ternilai
harganya, hanya saja bagaimana manusia mempergunakan kedua anugerah
tersebut dengan baik dan benar.
Faktor penyebab terjadinya pengangguran antara lain sebagai berikut:
pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan
lapangan kerja, kualitas sumber daya manusia yang rendah karena kurang
pendidikan dan keterampilannya, adanya mekanisme produksi untuk
mengganti peran tenaga kerja, pekerjaan yang dipengaruhi oleh musim,
situasi politik, keamanan suatu negara, keadaan negara yang tidak aman
karena perang, kehidupan politik yang membuat negara lebih sibuk
mengurusi masalah perang sehingga masalah pengangguran kurang mendapat
perhatian.
Dampak-dampak pengangguran terbagi menjadi 4 yaitu dampak
pengangguran terhadap perekonomian, dampak pengangguran terhadap
individu dan masyarakat, dampak pengangguran terhadap bidang sosial, dan
dampak pengangguran dari sisi agama.

Solusi alternatif yang ditawarkan Islam yang dilakukan pemerintah


untuk mengatasi pengangguran dan menciptakan lapangan kerja secara garis
besar adalah dengan dua mekanisme, yaitu mekanisme individu dan sosial
ekonomi.

14
B. Saran
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi kita semua. Kami meminta maaf yang sebesar-besarnya jika makalah ini
belum sempurna karena keterbatasan ilmu yang kami miliki. Semoga
kedepannya kami bias membuat makalah dengan lebih baik lagi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia Cetakan Ketiga. (Jakarta:Balai


Pustaka)
Franita, Riska. (2016). Analisa Pengangguran di Indonesia. Jurnal Ilmu
Pengetahuan Sosial, Vol. 1
Musbitah, Siti Ita Khaerul. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap
Pengangguran di Tangerang Selatan Tahun 2011-2013. UIN SMH Banten
Putong, Iskandar. (2003). Ekonomi Makro: Pengantar Ilmu Ekonomi Makro
Volume 1 Dari Ekonomi Makro. (Jakarta:Mitra Wacana Media)
Rianda, Cut Nova. (2020). Analisis Dampak Pengangguran Berpengaruh
Terhadap Individual. At-Tasyri’ Jurnal Ilmiah Prodi Muamalah. Vol. 12.
No. 1
Subhan, Moh. (2018). Pengangguran dan Tawaran Solutif dalam PerspektifIslam.
Jurnal Ekonomi Syariah. Vol. 3. No. 2
Suraji. Pengangguran dari Perspektif Ekonomi dan Pemikiran Ekonomi Ibn
Khaldun. Dosen PNS dipekerjakan pada STIA ASMI Solo

16

Anda mungkin juga menyukai