DISUSUN OLEH:
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Standar Auditing Aaoifi dan
Konsep Pengawasan Syariah”. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas
kelompok pada Mata Kuliah Auditing dengan dosen pengampu Ibu Sri Herlina
S.E, M.A.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang senantiasa memberikan masukan, kritik, dan doa
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran, masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................
Daftar Isi............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................
1.3 Tujuan......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
2.1 Standar Auditing AAOIFI..............................................................................3
2.2 Standar Auditing IAPI....................................................................................5
2.3 Pengertian Pengawasan Syariah Secara Umum dan Islam.............................7
2.4 Urgensi Pengawasan Syariah..........................................................................8
2.5 Tujuan dan Fungsi Pengawasan Syariah........................................................9
2.6 Pengawasan dan Otoritas Syariah.................................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
3.2 Saran.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Islam (Syariah) dalam bentuk fatwa-fatwa yang akan digunakan sebagai pedoman
dalam kegiatan transaksi di lembaga keuangan syariah.
Berdasarkan uraian tersebut maka dari itu penulis tertarik untuk membahas
terkait standar auditing AAOIFI dan konsep pengawasan syariah yang didalamnya
dipaparkan mengenai standar auditing AAOIFI, standar auditing IAPI, definisi
pengawasan syariah, tujuan dan fungsi, urgensi, struktur organisasi dan lain
sebagainya.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
setuju akan perlu disimpan di surat perikatan audit atau lainnya sesuai bentuk
kontrak. Hal ini dimaksudkan untuk membantu auditor dalam penyusunan surat
keterlibatan yang berkaitan dengan audit laporan keuangan lembaga keuangan
Islam.2
Standar Audit (Auditing Standards) yang telah diterbitkan AAOIFI
1. Objectivie and Principles of Auditing
2. The Auditor’s Report
3. Terms of Audit Engagement
4. Testing for Compliance with Shari’a Rules and Principles by an External
Auditor.
5. The Auditor’s Responsibility to Consider Fraud and Error in an Audit of
Financial Statement.3
Mayoritas Perbankan Syariah mengadopsi standar AAOIFI sebagai acuan
kepatuhan terhadap prinsip syariah. Tujuan dari AAOIFI salah satunya adalah
untuk menyebarluaskan standar akuntansi dan audit yang relevan dalam lembaga
keuangan Islam yang penerapannya melalui pelatihan, seminar, penerbitan surat
kabar berkala, melaksanakan penelitian, dan sarana lainnya. AAOIFI
melaksanakan tujuan tersebut untuk menyesuaikan dengan ajaran syariat Islam
yang komprehensif dalam semua aspek kehidupan dan sesuai dengan lingkungan
dimana institusi keuangan Islam berada.
Di dalam lembaga keuangan Islam pertanggungjawaban atas kegiatan CSR
harus dikomunikasikan secara jujur, transparan, dan dipahami oleh pemangku
kepentingan terkait. Serta pengungkapan dalam informasi laporan keuangan pun
harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan tanpa mengurangi ataupun
melanggar prinsip-prinsip syariah yang berlaku.4
2
Ibid.
3
https://jagoakuntansi.com/2017/04/06/aaoifi-accounting-and-auditing-organizations-for-
islamic-financial-institutions/ diakses pada tanggal 13 Mei 2022, 23:46
4
Ibid.
4
Proses audit ini juga dapat dianggap sebagai proses melakukan pemeriksaan
dan juga menilai serta mengevaluasi hasil laporan keuangan. Proses tersebut
dilakukan oleh seseorang baik secara internal maupun eksternal. Langkah dalam
mengevaluasi laporan keuangan tentunya mengacu pada standar auditing yang ada
untuk dijadikan acuan. Acuan tersebut ditetapkan dan juga disahkan oleh Ikatan
Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dengan beberapa standar yang ada. Standar ini
mencakup standar umum, kerja lapangan, dan pelaporan interpretasi. Standar
Profesional Akuntan Publik terkait dengan proses audit dinyatakan dalam SA 200
No 4 (IAPI, 2015) yang terdiri dari:
1. Standar Umum
Dalam standar ini akan ada beberapa poin konten yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
Proses audit harus dilakukan oleh seseorang yang memiliki keahlian
teknis dan pelatihan sebagai auditor. Standar ini berkaitan dengan
kompetensi yang dimiliki oleh auditor, auditor harus memiliki
kualifikasi audit yang baik agar dapat menjalankan fungsi auditnya
secara optimal dan efektif.
Seorang auditor harus memprioritaskan dan memiliki independensi
dan perikatan. Masalah independensi auditor merupakan masalah
klasik sejak yuridis berdirinya lembaga keuangan syariah di Indonesia.
Oleh karena itu, independensi auditor akan sangat mempengaruhi hasil
audit dan selain itu independensi akan memberikan kepercayaan
kepada stakeholders.
Dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporan, auditor dituntut
untuk menggunakan pengetahuan profesionalnya secara cermat dan
seksama. Untuk menjalankan fungsinya secara optimal dan efisien,
auditor harus memiliki kompetensi dan kemampuan (skill) serta
menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai auditor secara profesional.
5
Poin-poin dalam standar ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pekerjaan audit harus direncanakan dengan baik dan jika digunakan
asisten harus diawasi dengan baik. Segala sesuatu yang akan kita
lakukan harus direncanakan dengan baik agar tujuan yang ingin
dicapai dapat terwujud. Begitu juga dalam proses audit, persiapan yang
matang dapat menjalankan fungsi auditor dengan baik sehingga
hasilnya akan baik.
Pemahaman tentang pengendalian internal harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan ruang lingkup
pengujian yang akan dilakukan selama audit.
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang telah diaudit.
Dalam menjalankan fungsinya dengan baik. maka auditor harus
memiliki kompetensi, kompetensi disini tidak hanya mengacu pada
pengetahuan yang dimiliki oleh auditor, tetapi juga harus melalui
observasi.
3. Standar Pelaporan
Standar terahir dalam audit menurut IAPI mengenai standar pelaporan
hasil audit dapat dijelaskan beberapa point yaitu:
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi di Indonesia yang berlaku
umum.
Laporan auditor harus menunjukkan jika ada ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
6
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Audit yang dilakukan oleh auditor independen antara lain adalah audit
laporan keuangan. Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen
pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan
arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Standar pengauditan yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia mengharuskan
auditor menyatakan apakah menurut pendapatnya laporan keuangan disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan
menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya (IAPI, 2015).
7
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.5 Dalam sebuah
organisasi pengawasan sangat urgen, karena perencanaan tidak akan berjalan
maksimal jika tidak diimbangi dengan pengawasan, dalam manajemen
pengawasan biasa dikenal dengan Controling.
2.3.2 Pengertian Pengawasan Syariah Secara Islam
Dalam kajian Islam, pengawasan sering disebut al-riqabah ( )الرقابهhal
tersebut terdapat dalam al-Qur’an, sunah maupun dalam karya-karya ulama
terdahulu. Kata al-riqabah secara kebahasaan memiliki banyak arti, antara lain
menjaga/memelihara (al-hifz), memantau (al-rasd), menunggu (al-intizar) dan
mengawasi (al-ishraf). Al-riqabah dengan berbagai derivasinya terdapat
dalam al-Qur’an, antara lain dalam surah an-Nisa’ ayat 1, Thaha ayat 94 dan
al-Qashas ayat 18.
5
Makmur, Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan (Bandung: Rfika Aditama,
2011), 176.
8
teliti bagaimana bentuk-bentuk perikatan/akad (agrements, appointment and
engagement) yang dilaksanakan oleh Institusi Keuangan Syariah.
Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia ayat 2 dan 3 pasal 19 tanggal
12 Mei 1999, disebutkan bahwa: Bank wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah
yang berkedudukan di kantor pusat bank (Head Office). Persyaratan sebagai
anggota Dewan Pengawas Syariah diatur dan ditetapkan oleh Dewan Syariah
Nasional.
Peranan Dewan Pengawas Syariah sangat strategis dalam penerapan prinsip
syariah di lembaga perbankan syariah. Menurut Surat Keputusan DSN MUI No.
Kep-98/MUI/III/2001 tentang Susunan Pengurus DSN MUI Masa Bhakti Tahun
2000-2005 bahwa DSN memberikan tugas kepada DPS untuk:
1. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah,
2. Mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada
pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN,
3. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan
syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam
satu tahun anggaran,
4. Merumuskan permasalahan yang memerlukan pembahasan dengan DSN
6
Rahmad Annam, “Audit Bank Syariah” (Jakarta, Kencana, 2020), hlm.48
9
b) Tugas serta tanggung jawab DPS yaitu menasehati serta memberikan saran
pada direksi dan mengawasi aktivitas bank supaya selaras prinsip syariah.
c) Mengawasi tahap peningkatan produk baru bank supaya selaras pada fatwa
Dewan Syariah Nasional MUI.
d) Wajib melaporkan hasil pengawasan DPS dengan cara semesteran yang
disampaikan pada BI selambat-lambatnya dua bulan setelah akhir
semester.
e) Dari segi pekerjaan yang biasa dilakukan oleh DPS ini lebih banyak
daripada dewan komisaris. Suatu hal tersebut dapat ditinjau melalui
jumlah rapat yang wajib dilaksanakan DPS daripada dengan dewan
komisaris.
Fungsi utama dewan pengawas syariah adalah:
a) Sebagai penesehat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan unit usaha
syariah, dan pimpinan kantor cabang syariah mengenai hal-hal yang terkait
dengan aspek syariah.
b) Sebagai mediator antara lembaga keuangan syariah dengan dewan syariah
nasional dalam mengomunikasikan usul dan saran pengembangan produk
dan jasa dari lembaga keuangan syariah yang memerlukan kajian dan
fatwa dari dewan syariah nasional (DSN).
c) DPS melakukan pengawasan secara periodic pada lembaga keuangan
syariah yang berada di bawah pengawasannya.
d) DPS berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan lembaga
keuangan syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan
kepada DSN.
e) DPS merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan
pembahasan DSN.
Untuk melakukan fungsi pengawasan tersebut, anggota DPS harus memiliki
kualifikasi keilmuan yang integral, yaitu ilmu fiqih muamalat dan ilmu ekonomi
keuangan Islam modern, bukan karena kharisma dan kepopulerannya ditengah
masyarakat. Jika pengangkatan DPS bukan didasarkan pada keilmuannya, maka
fungsi pengawasan DPS tidak akan efektif sehingga dapat menyebabkan
terjadinya penyimpangan praktek syariah.
10
2.6 PENGAWASAN DAN OTORITAS SYARIAH
Demi menjaga eksistensi dan meningkatkan peran perbankan syariah,
kemudian berbagai upaya dan langkah strategis perlu terus dikembangkan. Dari
sisi aturan operasional perbankan, Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas
pengatur dan pengawasan bank telah dan akan tetap ada melakukan berbagai
langkah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan iklim yang kondusif demi
terciptanya industri perbankan yang sehat dan stabil, termasuk perbankan syariah
lainnya, upaya pengembangan perbankan syariah juga membutuhkan aturan yang
mengikat secara hukum.
Mengingat kegiatan operasional Perbankan Islam memiliki landasan teori dan
karakteristik yang berbeda dengan bank konvensional, bahkan materi peraturan
selain harus memenuhi syarat umum (lex generalis) yang berlaku untuk kegiatan
perbankan pada umumnya, juga akan tunduk pada persyaratan khusus (lex
spesialis) yang hanya berlaku untuk perbankan syariah. Peraturan tentang otoritas
pengawasan bank syariah sampai saat ini masih mengacu pada Undang-Undang
No.23 Tahun 1999 Pasal 8 huruf c jo. Pasal 24 jo. Pasal 27 jo. Pasal 35 berada
pada Bank Indonesia (BI). Pengawasan yang dilakukan BI adalah pengawasan
langsung (on site examination) dan pengawasan tidak langsung (offsite
supervision).
Pengawasan langsung dilakukan dengan cara cek langsung ke bank
bersangkutan, sedangkan pengawasan tidak langsung fokus pada laporan yang
akan disampaikan oleh bank. Laporan tersebut mencakup informasi hal lain yang
dianggap berkualitas baik bersifat kualitatif maupun yang bersifat kuantitatif. 7
Khusus untuk perbankan syariah, fungsi pengawasan selain dilakukan oleh BI,
juga dilakukan oleh lembaga pengawas lainnya yaitu Dewan Pengawas Syariah
(DPS) di masing-masing bank. Mempertimbangkan aspek pengawasan bank
Syariah memiliki kekhususan yang meliputi keuangan dan administrasi di satu sisi
dan aspek kepatuhan syariah di sisi lain, kemudian dalam membuat aturan tentang
pengawasan diharapkan agar aturan tersebut memperhatikan hal-hal berikut:
7
Harisman, “Tugas Bank Indonesia dalam Pengawasan danPembinaan Perbankan Syariah di
Indonesia” Jurnal Hukum Bisnis, Vol.20. Edisi Agustus-September 2002, hlm. 28-29.
11
1) Berikan konfirmasi tentang institusi yang memiliki wewenang untuk
melakukan pengawasan terhadap bank yang didukung dengan ketentuan
mengenai persyaratan administrasi, tugas dan kewenangan badan
pengawas tersebut dan pengawasnya;
2) Memberi penegasan mengenai pembagian wewenang pengawasan
administratif dan keuangan, serta pengawasan ketaatan terhadap
ketentuan-ketentuan syariah;
3) Memberi penegasan dan kepastian tentang hubungan kerja antara unit-unit
lembaga pengawas;
4) Memberi penegasan dan kepastian tentang prosedur dan mekanisme
pengawasan yang mengatur ruang lingkup kewenangan yang jelas bagi
lembaga pengawas di satu sisi dan hak dan kewajiban bank syariah sebagai
pihak yang diawasi disisi lain;
5) Menetapkan sanksi hukum yang jelas dan pasti terhadap pelanggaran
hukum oleh pengawas dan terhadap tindakan pengawas yang menyalah
gunakan wewenang.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Semoga dengan Makalah ini kita semua bisa lebih mengetahui dan
memahami tentang Standar Auditing AAOIFI dan Konsep Pengawasan Syariah.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, Oleh karena itu penulis juga membutuhkan
saran yang membangun dari pembaca, dengan itulah penulis bisa belajar
membuat makalah dengan baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://jagoakuntansi.com/2017/04/06/aaoifi-accounting-and-auditing-
organizations-for-islamic-financial-institutions/ diakses pada tanggal 13 Mei
2022, 23:46
Surat Edaran dari Bank Indonesia kepada Bank-Bank Syariah di Indonesia pada
Bulan Februari 2005.
14