“PAJAK PENGHASILAN”
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi
Allah yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Sistematikan ALMA yang Diterapkan Manager
Perusahaan Jasa Keuangan” ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula selalu kami curahkan
shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga
dan para sahabatnya.
Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin kami upayakan serta didukung bantuan oleh
beberapa pihak, sehingga dapat memperlancar penyusunannya. Untuk itu, kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.
Akhirnya penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran maupun kritik yang bersifat membangun demi makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat menginspirasi dan bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia. Pajak adalah iuran
wajib kepada negara oleh warga negara untuk kepentingan umum yang bersifat
memaksa. Manfaat membayar pajak memang tidak bisa dirasakan secara langsung.
Pajak memiliki peranan yang signifikan dalam bernegara terutama pada pembangunan.
Pada hakikatnya pajak merupakan bagian dari hak dan kewajiban hidup sebagai warga
negara di Indonesia. Ada berbagai jenis pajak seperti misalnya pajak penghasilan (PPh),
pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), bea
materai (BM), pajak bumi dan bangunan (PBB) . Sekarang saya akan membahas tentang
PPh, atau sering disebut pajak penghasilan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
PPh atau pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau
badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak.
Penghasilan yang dimaksud dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah,
dan yang lainnya.
Adapun beberapa jenis PPh seperti PPh pasal 15, PPh pasal 19, PPh pasal 21, PPh pasal
22, PPh pasal 23, PPh pasal 24, PPh pasal 25, PPh pasal 26, PPh pasal 29 dan PPh final
pasal 4 ayat 2. Di Indonesia pajak penghasilan awalnya diterapkan pada perusahaan
perkebunan yang banyak didirikan di Indonesia. Pajak tersebut ditanamkan dengan
pajak perseroan (PPs).
Pajak perseroan adalah pajak yang dikenakan terhadap laba perseroan dan diberlakukan
pada tahun 1925. Setelah pajak hanya dikenakan untuk perusahaan yang didirikan di
Indonesia, berangsur-angsur akhirnya diterapkan pula pajak yang dikenakan un tuk
perorangan atau karyawan yang bekerja di suatu perusahaan.
2
2. PPh (Perusahaan Pajak Penghasilan) Pasal 21
PPh Pasal 21 adalah pajak yang dibebankan atas penghasilan yang berupa gaji,
honorarium, tunjangan, dan lainnya. Penghasilan tersebut sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
dan kegiatan lain yang diterima oleh wajib pajak dan dibayarkan setiap bulannya.
PPh ini dikenakan atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia, yang mana diterima
oleh wajib pajak luar negeri. Dengan pengecualian selain bentuk usaha tetap (BUT) yang ada
di Indonesia. PPh Pasal 26 ini merupakan penerapan dari asas sumber yang dianut dalam sistem
pemungutan pajak yang ada di Indonesia.
3
7. PPh (Pajak Penghasilan) Pasal 29
PPh ini dihasilkan dari nilai lebih pajak terutang yaitu pajak terutang dikurangi kredit
pajak. Atau pada saat jumlah pajak terutang yang dimiliki suatu perusahaan dalam satu tahun
pajak, jumlahnya lebih besar dari jumlah kredit pajak yang telah dipotong. PPh pasal 29 ini
harus dibayarkan dan dilunasi sebelum SPT Tahunan PPh Badan tersebut dilaporkan.
Subjek pajak penghasilan adalah badan atau perorangan yang wajib membayar pajak
karena sudah dikenakan pajak dari negara.
Jadi, sederhananya adalah semua perusahaan yang berdiri dan mendapatkan pendapatan di
Indonesia maka termasuk dalam subjek PPh badan dalam negeri.
4
Sebagai contoh, badan PPh badan luar negeri yaitu sebuah perusahaan X yang bertempat di
Amerika dan tidak mempunyai kantor di wilayah Indonesia, namun ada karyawan yang
datang ke Indonesia secara berkala dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan.
Contoh warisan yang masuk dalam kategori ini adalah rumah, kantor, ruko, atau jenis
properti lainnya yang bisa disewakan dan berpotensi menghasilkan pendapatan.
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
industri, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang
ini
3. Laba usaha
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
5
8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan
6
2.5 Tarif Pajak
PTKP adalah jumlah penghasilan yang tidak dikenai pajak penghasilan, sehingga para wajib
pajak yang penghasilannya sebesar PTKP atau di bawah batas PTKP tak perlu membayar pajak
penghasilan.
Berikut tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru yang harus diketahui sebagai
berikut:
7
PKP kurang dari Rp50.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 5%
PKP antara Rp50.000.000 -- Rp250.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 15%
PKP antara Rp250.000.000 -- Rp500.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 25%
PKP di atas Rp500.000.000 dikenai tarif pajak 30%
8
BAB III
PENUTUP
3.2 S A RA N
Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan Self Assement System ini memang
memberikan kebebasan bagi wajib pajak orang pribadi untuk menghitung, menetapkan dan
melaporkan sendiri pajak penghasilannya, akan tetapi dengan sistem perpajakan seperti ini
wajib pajak harus lebih ditingkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai pentingnya
9
pemenuhan pajak serta mengenai penghasilan seperti apa yang merupakan objek pajak
penghasilan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara seperti : 1. Perlunya peningkatan sosialisasi
yang dilakukan oleh pemerintah khususnya Direktorat Jendral Pajak baik melalui media
massa atau pun sosialisasi secara langsung dilapangan. 2. Perlunya peningkatan pengawasan
yang dilakukan oleh pemerintah khususnya Direktorat Jendral Pajak terhadap jajaran
pegawainya yang 55 mengelola dana dari pemenuhan pajak penghasilan agar tidak terjadi
lagi kasus korupsi yang dilakukan oleh aparat pemerintah. 3. Wajib pajak sendiri selayaknya
memahami pentingnya pemenuhan pajak penghasilannya, karena pajak penghasilan yang
dibayar oleh wajib pajak akan digunakan sebagai biaya bagi pembangunan nasional yang
dilakukan oleh pemerintah, maka wajib pajak harus memenuhi pajak penghasilannya setiap
tahun.
10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/penjelasan-lengkap-subjek-pajak-penghasilan/
https://flazztax.com/2021/02/23/mempelajari-ketentuan-penghasilan-kena-pajak-pkp-dengan-
baik/#:~:text=Penghasilan%20kena%20pajak%20bisa%20ditentukan,PPh%20dalam
%20satu%20tahun%20pajak.
cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/cara-perhitungan-pajak-penghasilan
http://e-journal.uajy.ac.id/1018/4/3HK09904.pdf
11