Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PAJAK PENGHASILAN”

Dosen Pengampu : Ir. Azmy, M.H.I

Disusun Oleh Kelompok 3

INTAN DANIATI LUBIS


NENENG KHAIRANI
FEBBY YULIVIA
MUTIA NURLAILI
HABIBURAHMAN
NAUFAL PRIANDILA
M.RAHMAT SYAHPUTRA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYEK H. ABDUL HALIM HASAN


AL-ISHLAHIYAH BINJAI 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi
Allah yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Sistematikan ALMA yang Diterapkan Manager
Perusahaan Jasa Keuangan” ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula selalu kami curahkan
shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga
dan para sahabatnya.

Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin kami upayakan serta didukung bantuan oleh
beberapa pihak, sehingga dapat memperlancar penyusunannya. Untuk itu, kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.

Akhirnya penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran maupun kritik yang bersifat membangun demi makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat menginspirasi dan bermanfaat bagi para pembaca.

Binjai, 26 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................2
2.1 PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN ................................................................2

2.2 SUBJEK PAJAK PENGHASILAN ..........................................................................4

2.3 OBJEK PPH DALAM UU PH ..................................................................................5

2.4 PENENTUAN PENGHAILAN PAJAK ...................................................................6

2.5 TARIF PAJAK ..........................................................................................................7

BAB III PENUTUP .........................................................................................................9

3.1 KESIMPULAN .........................................................................................................9

3.2 SARAN ......................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Pajak mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia. Pajak adalah iuran
wajib kepada negara oleh warga negara untuk kepentingan umum yang bersifat
memaksa. Manfaat membayar pajak memang tidak bisa dirasakan secara langsung.
Pajak memiliki peranan yang signifikan dalam bernegara terutama pada pembangunan.
Pada hakikatnya pajak merupakan bagian dari hak dan kewajiban hidup sebagai warga
negara di Indonesia. Ada berbagai jenis pajak seperti misalnya pajak penghasilan (PPh),
pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), bea
materai (BM), pajak bumi dan bangunan (PBB) . Sekarang saya akan membahas tentang
PPh, atau sering disebut pajak penghasilan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PE N GERTI AN PAJA K PEN GH AS IL AN

PPh atau pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau
badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak.
Penghasilan yang dimaksud dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah,
dan yang lainnya.
Adapun beberapa jenis PPh seperti PPh pasal 15, PPh pasal 19, PPh pasal 21, PPh pasal
22, PPh pasal 23, PPh pasal 24, PPh pasal 25, PPh pasal 26, PPh pasal 29 dan PPh final
pasal 4 ayat 2. Di Indonesia pajak penghasilan awalnya diterapkan pada perusahaan
perkebunan yang banyak didirikan di Indonesia. Pajak tersebut ditanamkan dengan
pajak perseroan (PPs).
Pajak perseroan adalah pajak yang dikenakan terhadap laba perseroan dan diberlakukan
pada tahun 1925. Setelah pajak hanya dikenakan untuk perusahaan yang didirikan di
Indonesia, berangsur-angsur akhirnya diterapkan pula pajak yang dikenakan un tuk
perorangan atau karyawan yang bekerja di suatu perusahaan.

1. Jenis Pajak Penghasilan (PPh) Badan Usaha


Pajak penghasilan (PPh) memiliki jenis yang beragam dengan ketentuan dan tarif yang berbeda-beda pula.
Konsultan pajak Surabaya adalah alternatif penyelesaian pajak dengan lebih efisien. Umumnya, terdapat 8
jenis PPh yang bisa dibebankan pada suatu badan usaha sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan. Berikut jenis PPh yang bisa dibebankan pada suatu badan usaha, meliputi:

1. PPh (Pajak Penghasilan) Pasal 15


PPh pasal 15 merupakan pajak yang berhubungan dengan Norma Perhitungan Khusus
yang ditujukan untuk golongan Wajib Pajak tertentu. Begitu anda mendirikan perusahaan
atau memiliki badan usaha ataupun menjadi pengusaha, maka otomatis anda telah menjadi
Wajib Pajak Badan sekaligus Wajib Pajak Orang Pribadi. Kaitannya dengan hal tersebut, ada
sejumlah pajak yang harus dibayarkan yang tertera pada Surat Keterangan Terdaftar (SKT).

2
2. PPh (Perusahaan Pajak Penghasilan) Pasal 21
PPh Pasal 21 adalah pajak yang dibebankan atas penghasilan yang berupa gaji,
honorarium, tunjangan, dan lainnya. Penghasilan tersebut sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
dan kegiatan lain yang diterima oleh wajib pajak dan dibayarkan setiap bulannya.

3. PPh (Pajak Penghasilan) Pasal 22


Pemungutan pajak ini diperoleh dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan impor
atau dari pembelian atas penjualan suatu barang mewah. Pihak Pemungut PPh pasal 22 ini
terdiri dari bendahara pemerintah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga lainnya.
Dan badan tertentu, baik itu badan pemerintah maupun swsata yang berkenaan dengan kegiatan
di bidang impor ataupun kegiatan usaha di bidang lainnya.

4. PPh (Pajak Penghasilan) Pasal 23


Pajak penghasilan yang dipotong oleh pihak pemungut pajak dari wajib pajak pada
saat melakukan suatu transaksi. Transaksi yang dimaksud meliputi pembagian keuntungan
saham (dividen), royalti, bunga, hadiah, sewa dan penghasilan lainnya. Tarif untuk PPh pasal
23 akan dikenakan berdasarkan pada DPP atau Dasar Pengenaan Pajak. Konsultan pajak
Surabaya adalah jawaban tepat atas permasalahan pajak anda yang lebih efektif.

5. PPh (Pajak Penghasilan) Pasal 25


Ini adalah angsuran pajak yang berasal dari jumlah PPh terutang menurut SPT Tahunan.
Dimana untuk pembayaran pajaknya harus dibayarkan sendiri tanpa diwakilkan oleh
siapapun dan dilaksanakan secara berangsur. Jenis PPh ini bertujuan untuk meringankan beban
wajib pajak dalam melaksanakan pembayaran pajak tahunannya.

6. PPh (Pajak Penghasilan) Pasal 26

PPh ini dikenakan atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia, yang mana diterima
oleh wajib pajak luar negeri. Dengan pengecualian selain bentuk usaha tetap (BUT) yang ada
di Indonesia. PPh Pasal 26 ini merupakan penerapan dari asas sumber yang dianut dalam sistem
pemungutan pajak yang ada di Indonesia.

3
7. PPh (Pajak Penghasilan) Pasal 29
PPh ini dihasilkan dari nilai lebih pajak terutang yaitu pajak terutang dikurangi kredit
pajak. Atau pada saat jumlah pajak terutang yang dimiliki suatu perusahaan dalam satu tahun
pajak, jumlahnya lebih besar dari jumlah kredit pajak yang telah dipotong. PPh pasal 29 ini
harus dibayarkan dan dilunasi sebelum SPT Tahunan PPh Badan tersebut dilaporkan.

8. PPh (Pajak Penghasilan) Pasal 4 ayat (2)


Pajak ini dipotong dari bunga deposito dan tabungan lainnya. Serta bunga obligasi dan surat
utang negara, bunga simpanan yang dibayarkan koperasi, hadiah undian, transaksi saham
dan sekuritas lainnya. Penghasilan yang umumnya dikenai pajak ini, bersifat final atau pajak
yang tidak bisa dikreditkan.

2.2 SUBJEK PAJAK PENGHASILAN

Subjek pajak penghasilan adalah badan atau perorangan yang wajib membayar pajak
karena sudah dikenakan pajak dari negara.

Subjek pajak juga dibagi menjadi 4 jenis atau bagian.

1. Subjek PPh Badan Dalam Negeri


Subjek PPh badan dalam negeri adalah seluruh perusahaan yang aktivitas bisnisnya berada di
Indonesia.

Jadi, sederhananya adalah semua perusahaan yang berdiri dan mendapatkan pendapatan di
Indonesia maka termasuk dalam subjek PPh badan dalam negeri.

2. Subjek PPh Badan Luar Negeri


Subjek PPh badan luar negeri yaitu setiap badan usaha yang tidak didirikan dan bertempat di
wilayah Indonesia, tapi memiliki aktivitas bisnis dan mendapatkan pendapatan dari
Indonesia.

4
Sebagai contoh, badan PPh badan luar negeri yaitu sebuah perusahaan X yang bertempat di
Amerika dan tidak mempunyai kantor di wilayah Indonesia, namun ada karyawan yang
datang ke Indonesia secara berkala dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan.

3. Subjek Pajak Penghasilan Warisan


Selanjutnya yang perlu Anda ketahui yaitu tentang apa itu subjek PPh warisan.

Contoh warisan yang masuk dalam kategori ini adalah rumah, kantor, ruko, atau jenis
properti lainnya yang bisa disewakan dan berpotensi menghasilkan pendapatan.

4. Subjek Pajak Penghasilan Badan Usaha Tetap


Badan Usaha Tetap merupakan seluruh aset yang berbentuk gedung, tanah, mesin, gudang,
peralatan, dan agen peralatan otomatis atau agen elektronik yang bertujuan mendapatkan
penghasilan melalui aktivitas usaha dari internet.

Untuk tempatnya, BUT bisa bertempat di Indonesia maupun tidak.

2.3 Objek PPh dalam UU PPh dirincikan sebagai berikut:

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
industri, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang
ini

2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan

3. Laba usaha

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak

6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang

7. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi

5
8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta

10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing

13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva

14. Premi asuransi

15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak

17. Penghasilan dari usaha berbasis industri

18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan

19. Surplus Bank Indonesia.

2.4 Penentuan Penghasilan Kena Pajak

Penghasilan kena pajak bisa ditentukan setelah anda melakukan penghitungan


penghasilan neto dalam satu tahun. Dimana perolehan tersebut kemudian dikurangi dengan
penghasilan tidak kena pajak. Hasil yang diperoleh dari penghitungan tersebut yang dijadikan
dasar dalam menghitung PPh dalam satu tahun pajak.

6
2.5 Tarif Pajak

1. Perhitungan Pajak Penghasilan Bersih Selama Setahun


Penghasilan bersih dihitung dari penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan. Di dalamnya termasuk biaya pensiun, hutang, dan
kredit bank.

2. Menghitung Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


Setelah Anda menghitung besaran penghasilan bersih selama satu tahun, langkah selanjutnya
yang perlu dilakukan dalam perhitungan pajak penghasilan adalah mengetahui Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP). Perhitungan ini digunakan untuk mencari Penghasilan Kena Pajak
(PKP).

PTKP adalah jumlah penghasilan yang tidak dikenai pajak penghasilan, sehingga para wajib
pajak yang penghasilannya sebesar PTKP atau di bawah batas PTKP tak perlu membayar pajak
penghasilan.

Berikut tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru yang harus diketahui sebagai
berikut:

Rp54.000.000 untuk diri wajib pajak orang pribadi.


Rp4.500.000 tambahan untuk wajib pajak yang telah menikah.
Rp54.000.000 untuk istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.
Rp4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dalam garis keturunan
lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang
untuk setiap keluarga.

3. Menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)


Selesai dengan menghitung PTKP, langkah berikutnya dalam perhitungan pajak penghasilan
adalah mengetahui besaran PKP yang diperoleh dengan melakukan pengurangan antara
penghasilan bersih dengan PTKP.

4. Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh)


Setelah Anda mengetahui besaran PKP, kemudian tentukan persentase perhitungan pajak
penghasilan (PPh) yang diterapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

7
PKP kurang dari Rp50.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 5%
PKP antara Rp50.000.000 -- Rp250.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 15%
PKP antara Rp250.000.000 -- Rp500.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 25%
PKP di atas Rp500.000.000 dikenai tarif pajak 30%

8
BAB III

PENUTUP

3.1 KES I M PULAN

Pengenaan Pajak Penghasilan terhadap penghasilan yang diperoleh melalui Transaksi E-


Commerce yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta berdasarkan
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan pada prinsipnya sesuai dengan Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan yang mana perhitungan pajaknya sendiri dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu melalui pembukuan dan dengan melalui norma atau tanpa pembukuan. Perhitungan pajak
penghasilan menggunakan pembukuan sama seperti pembukuan secara umum yaitu kewajiban
menyelenggarakan pembukuan dengan melampirkan Laporan Laba Rugi pada saat pengurusan
pajak penghasilannya. Perhitungan Pajak Penghasilan dengan menggunakan Norma adalah
sebuah pedoman penentuan penghasilan bersih wajib pajak golongan tertentu yang tidak bisa
menyelenggarakan pembukuan secara normal. Perhitungan pajak penghasilan dengan
menggunakan norma harus memenuhi syarat-syarat terlebih dahulu seperti yang ada dalam
pasal 14 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. 54 2. Pemahaman dan kesadaran
mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang melakukan transaksi e- commerce dalam
pemenuhan kewajiban pajak penghasilan masih kurang yang mana meskipun mengetahui
bahwa penghasilan yang diperoleh melalui transaksi e-commerce merupakan objek pajak
penghasilan, tetap saja mahasiswa tersebut tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan
NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), melaksanakan kewajiban pemenuhan pajaknya
dengan tidak memasukan penghasilan dari transaksi e-commerce yang dilakukan nya kedalam
SPT tahunannya. Bahkan ada mahasiswa yang tidak mengetahui transaksi ecommerce yang
dilakukannya itu dikenai pajak penghasilan.

3.2 S A RA N

Sistem perpajakan di Indonesia yang menggunakan Self Assement System ini memang
memberikan kebebasan bagi wajib pajak orang pribadi untuk menghitung, menetapkan dan
melaporkan sendiri pajak penghasilannya, akan tetapi dengan sistem perpajakan seperti ini
wajib pajak harus lebih ditingkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai pentingnya

9
pemenuhan pajak serta mengenai penghasilan seperti apa yang merupakan objek pajak
penghasilan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara seperti : 1. Perlunya peningkatan sosialisasi
yang dilakukan oleh pemerintah khususnya Direktorat Jendral Pajak baik melalui media
massa atau pun sosialisasi secara langsung dilapangan. 2. Perlunya peningkatan pengawasan
yang dilakukan oleh pemerintah khususnya Direktorat Jendral Pajak terhadap jajaran
pegawainya yang 55 mengelola dana dari pemenuhan pajak penghasilan agar tidak terjadi
lagi kasus korupsi yang dilakukan oleh aparat pemerintah. 3. Wajib pajak sendiri selayaknya
memahami pentingnya pemenuhan pajak penghasilannya, karena pajak penghasilan yang
dibayar oleh wajib pajak akan digunakan sebagai biaya bagi pembangunan nasional yang
dilakukan oleh pemerintah, maka wajib pajak harus memenuhi pajak penghasilannya setiap
tahun.

10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/penjelasan-lengkap-subjek-pajak-penghasilan/
https://flazztax.com/2021/02/23/mempelajari-ketentuan-penghasilan-kena-pajak-pkp-dengan-
baik/#:~:text=Penghasilan%20kena%20pajak%20bisa%20ditentukan,PPh%20dalam
%20satu%20tahun%20pajak.
cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/cara-perhitungan-pajak-penghasilan
http://e-journal.uajy.ac.id/1018/4/3HK09904.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai