Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PAJAK INTERNASIONAL

Tentang

Gambaran Sistem Pajak Penghasilan Indonesia

Dosen Pengampu:

Lativa Yuswanita, SE., M.Ak

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Viona Rosa Lina 1916040039

Septya Yusvi Yani 2116040017

Annisa Lukman 2116040120


PRODI AKUNTANSI SYARIAH A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS NEGERI IMAM BONJOL PADANG

1445 H / 2023 M

1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dengan menyebut nama Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji
syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ” Gambaran Sistem Pajak Penghasilan
Indonesia”.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen mata kuliah
Pajak Internasional yaitu Ibu Lativa Yuswanita, SE., M.Ak. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Gambaran Sistem Pajak Penghasilan Indonesia
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lativa Yuswanita, SE., M.Ak yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami tentang
materi yang dikaji. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna oleh karena itu, kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Padang, 27 Februari 2023


Penyusun

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 4
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
A. Pajak Penghasilan Badan ............................................................................................................ 5
B. Pajak Penghasilan BUT .............................................................................................................. 8
C. Pajak Penghasilan Orang Pribadi .............................................................................................. 11
BAB III ................................................................................................................................................. 18
PENUTUP ............................................................................................................................................ 18
KESIMPULAN ................................................................................................................................. 18
DAFTAR KEPUSTAKAAN ................................................................................................................ 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak penghasilan pada awalnya diterapkan pada perusahaan perkebunan yang
menyebar dan banyak didirikan di Indonesia. Namun, saat ini, pajak penghasilan(PPh)
merupakan pajak yang dibebankan atas suatu penghasilan yang diterima oleh wajib
pajak, baik yang berasal dari indonesia maupun dari luar negeri. Penghasilan yang
dimaksud. Meliputi usaha, gaji, hadiah, honorarium. Dasar hukum PPh adalah Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan. Dalam perkembangannya,
undang-undang telah mengalami 4 kali perubahan yaitu
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang perubahan atas undang-undang
nomor 7 tahun 1983 mengenai pajak penghasilan
 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1994 tentang perubahan kedua atas undang-
undang nomor 7 tahun 1983 mengenai pajak penghasilan
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas undang-
undang nomor 7 tahun 1983 mengenai pajak penghasilan
 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-
Undang Nomor 7 tahun 1883mengenai pajak penghasilan
Pajak mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia. Pajak adalah
iuran wajib kepada negara oleh warga negara untuk kepentingan umum yang bersifat
memaksa. manfaat membayar pajak memang tidak bisa dirasakan secara langsung. Pajak
memiliki peranan yang signifikan,
Pajak penghasilan adalah pemasukan negara yang juga dapat menjadi stabilisator
kondisi ekonomi Indonesia, contohnya, agar dapat menanggulangi inflasi, pemerintah
Indonesia dapat menerapkan pajak yang tinggi kepada masyarakat, sehingga jumlah yang
beredar bisa berkurang
B. Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan Pajak Penghasilan Badan
 Apa yang dimaksud dengan Pajak Penghasilan BUT
 Apa yang dimaksud dengan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
C. Tujuan Pembahasan
 Untuk mengetahui Pajak Penghasilan Badan
 Untuk mengetahui Pajak Penghasilan BUT
 Untuk mengetahui Pajak Penghasilan Orang Pribadi
 Untuk memenuhi tugas yang diberikan dan belajar sambil berdiskusi dalam
penyelesaian makalah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pajak Penghasilan Badan


Pajak badan atau pajak penghasilan badan yang disebut PPhB adalah pajak yang
dikenakan kepada suatu usaha yang sudah berbentuk badan. Banyak pemilik usaha yang
belum mengetahui kewajibannya untuk membayar pajak badan usaha
Pembayaran pajak dan pelaporan pajak badan ada yang harus dilakukan setiap bulan
dan ada juga yang setiap tahun. Untuk batas waktu pelaporan tahunan wajib pajak badan
jatuh pada akhir bulan April setelah tahun pajak.
1. Jenis Badan Usaha yang Termasuk Subjek Pajak
Badan usaha ada berbagai macam jenis tergantung kategori dan jenis usaha yang
dijalankan. Berikut jenis badan usaha yang dikenakan sebagai subjek pajak
 Perseroan Terbatas (PT)
 Perseroan Lainnya
 Badan Usaha Milik Negara(BUMN)
 Badan Usaha Milik Daerah(BUMD)
 Badan Usaha Milik Desa(BUMDes)
 Firma
 Kongsi
 Koperasi
Pihak badan yang dikecualikan dari Pajak Penghasilan badan
 Badan Perwakilan negara asing
 Organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri keuangan, dengan syarat
Indonesia menjadi bagian dari organisasi tersebut
 Tidak menjalankan sebuah kegiatan yang memperoleh penghasilan dari Indonesia
 Unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria
2. Objek Pajak Penghasilan Badan
Yang termasuk dalam objek pajak penghasilan badan adalah pendapatan yang
diterima oleh badan usaha tersebut. Tetapi ada juga jenis penghasilan yang menjadi
objek pajak penghasilan badan meskipun tidak berasal dari penghasilan badan yaitu
 Bantuan atau sumbangan dari perusahaan
 Dana Hibah Perusahaan

5
 warisan
 penggantian atau imbalan
 setor tunai
3. Jenis Pajak Penghasilan yang Harus Dibayar dan Dilaporkan oleh Wajib Pajak Badan
Ada banyak jenis pajak penghasilan yang harus dibayar dan dilaporkan oleh wajib
pajak badan. Tetapi tidak semua pajak penghasilan tersebut dikenakan kepada wajib
pajak badan, semua tergantung kategori dan jenis badan usaha yang dijalankan
 Pajak Penghasilan Pasal 21, adalah pemotongan atas penghasilan yang
dibayarkan kepada orang pribadi sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa dan
kegiatan
 Pajak Penghasilan pasal 22, adalah pemungutan pajak dari wajib Pajak yang
dibebankan pada badan usaha tertentu karena melakukan aktivitas perdagangan
terkait dengan ekspor, impor, maupun re-impor
 Pajak Penghasilan Pasal 23, adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan atas
modal, penyertaan jasa, hadiah, bunga, deviden, royalti, atau hadiah dan
penghargaan, selain yang dipotong PPh pasal 21
 Pajak Penghasilan Pasal 25, adalah pembayaran pajak atas penghasilan yang
dibayarkan secara angsuran tiap bulannya dengan tujuan untuk meringankan
beban Wajib Pajak yang kesulitan untuk melunasi pajak terutang dalam rentang
waktu satu tahun. Pembayaran ini dilakukan sendiri dan tidak bisa diwakilkan
 Pajak Penghasilan Pasal 26, adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas
penghasilan yang bersumber dari Indonesia dan diterima Wajib Pajak Luar negeri
selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia
 Pajak Penghasilan Pasal 29, adalah Pajak Penghasilan kurang bayar yang terdapat
dalam SPT Tahunan PPh yaitu sisa dari PPh yang terutang dalam tahun pajak
yang bersangkutan dikurangi dengan kredit PPh (Pasal 21,22,23 dan 24) dan PPh
pasal 25 dengan dasar hukum UU No.36 Tahun 2008
 Pajak Penghasilan Pasal 15, adalah laporan pajak yang berhubungan dengan
Norma Perhitungan Khusus untuk golongan Wajib Pajak tertentu, termasuk wajib
pajak Badan yang bergerak pada Sektor pelayaran atau penerbangan internasional
Perusahaan asuransi luar negeri, pengeboran minyak, gas dan geothermal

6
 Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2), adalah cara pelunasan pajak dalam tahun
berjalan antara lain melalui pemotongan atau pemungutan pajak yang bersifat
final atas penghasilan tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
4. Subjek
 Wajib pajak dalam negeri berupa badan usaha, badan usaha tersebut didirikan
atau bertempat kedudukan di Indonesia
 Wajib pajak luar negeri berupa badan atau Bentuk Usaha Tetap (BUT). Badan
tersebut tidak didirikan dan tidka bertempat berkedudukan di Indonesia, yang
dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia baik melalui
maupun tanpa melalui bentuk usaha tetap
Pajak penghasilan wajib pajak dalam negeri badan setahun dihitung dengan cara
mengalihkan penghasilan kena pajak dengan tarif pajak. Sedangkan besarnya
penghasilan kena pajak dihitung dari penghasilan bruto dikurangi biaya untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
5. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
 Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha
- Biaya pembelian bahan
- Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk
uang
- Bunga, sewa, dan royalti. Bunga atas pinjaman yang digunakan untuk
membeli saham tidak dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang dividen
yang diterima
- Biaya perjalanan
- Biaya pengolahan limbah
- Premi asuransi
- Biaya promosi dan penjualan
- Biaya administrasi
- Pajak kecuali PPh
 Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak atas biaya lain yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun

7
 Iuran kepada dana pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh menteri
keuangan
 Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta
 Kerugian selisih kurs mata uang asing
 Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
 Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
 Piutang yang nyata tidak dapat ditagih dengan syarat
- Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial
- Wajib pajak menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
DJP yang mencantumkan identitas debitur
- Telah diserahkan perkara penagihannya kepada pengadilan negeri
 Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional
 Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan
 Biaya pembangunan dalam rangka penelitian dan pengembangan
 Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur peraturan
pemerintah
 Sumbangan fasilitas pendidikan
 Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
B. Pajak Penghasilan BUT
Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi
maupun badan untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Suatu
bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempat usaha yaitu fasilitas
yang dapat berupa tanah dan gedung termasuk juga dengan mesin-mesin, peralatan,
gedung dan komputer atau organ elektronik atau peralatan otomatis yang dimiliki,
disewa atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan
aktivitas usaha melalui internet. Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan digunakan
untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dari orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia.
Dalam pasal 2 ayat 5 UU PPh BUT didefinisikan sebagai bentuk usaha yang
dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia orang pribadi
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan

8
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia yang dapat berupa:
- Tempat kedudukan manajemen
- Cabang perusahaan
- Kantor perwakilan
- Gedung kantor
- Pabrik
- Bengkel
- Gudang
- Ruang untuk promosi dan penjualan
- Pertambangan dan penggalian sumber alam
- Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
- Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau kehutanan
- Proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan
- Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang
dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan
- Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukunanya tidak bebas
- Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung resiko di Indonesia
- Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, di sewa, atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan
usaha melalui internet.
1. Bentuk-bentuk BUT
a. BUT fasilitas fisik
Tempat usaha tersebut bisa berupa properti sendiri, disewa dari pihak ketiga
atau cara lain yang memungkinkan pemanfaatan tempat usaha tersebut. Konvensi
OECD dan un mensyaratkan bahwa tempat usaha tersebut harus mempunyai
derajat ke permanen secara ruang dan waktu untuk memenuhi kualifikasi BUT.
Jenis BUT ini bermula sejak pengusaha menjalankan aktivitasnya dan berakhir saat
berhentinya aktivitas melalui tempat usaha tersebut.

Termasuk dalam kelompok BUT fasilitas fisik adalah:

a. Tempat kedudukan manajemen

9
b. Cabang perusahaan
c. Kantor perwakilan
d. Gedung kantor
e. Pabrik
f. Bengkel
g. Gudang
h. Ruang untuk promosi dan penjualan
i. Pertambangan dan penggalian sumber alam
j. Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi
k. Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan atau kehutanan
l. Proyek konstruksi, instalasi atau proyek perakitan
m. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain
b. Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukunanya tidak
bebas
a. Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung resiko di Indonesia
b. Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, di sewa,
atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan
kegiatan usaha melalui internet.
b. BUT aktivitas
Termasuk dalam kelompok but aktivitas sebagai berikut:
1. Proyek konstruksi, instalasi proyek perakitan
2. Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain sepanjang
dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
c. BUT keagenan
Termasuk dalam kelompok BUT keagenan adalah orang atau badan yang
bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas. Globalisasi perdagangan
internasional memunculkan timbulnya relasi bisnis berupa keagenan di
mancanegara. Pengusaha mancanegara dapat memperluas jaringan usahanya
dengan menjalin kemitraan bisnis di Indonesia tanpa harus memiliki properti
sendiri atau menyewa dari pihak lain untuk tempat usaha tetapnya.
d. BUT asuransi

10
Termasuk dalam kelompok BUT asuransi adalah agen atau pegawai dari
perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia.
Premi tersebut dapat termasuk premi reasuransi.
2. Ketentuan atribusi laba usaha pada BUT

Penghasilan yang menjadi objek pajak bagi BUT menurut pasal 5 ayat 1 UU
PPh terdiri atas tiga jenis:

a. Penghasilan dari usaha atau kegiatan bentuk usaha tetap tersebut dan dari harta
yang dimiliki atau dikuasai.
b. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan penjualan barang atau
pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan dijalankan atau dilakukan oleh
BUT di Indonesia.
c. Penghasilan sebagaimana tersebut dalam pasal 26 yang diterima atau diperoleh
kantor pusat sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta atau
kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud.

Penghasilan BUT yang pertama adalah penghasilan sebenarnya BUT dari harta
yang dimiliki atau dikuasai di Indonesia. Penghasilan yang kedua merupakan
penerapan force of attraction grow dimana walaupun penghasilan ini adalah
penghasilan kantor pusat BUT di luar negeri tetapi karena berasal dari penjualan atau
pemberian jasa yang sejenis dengan yang dilakukan oleh BUT, maka penghasilan ini
ditarik sebagai penghasilan BUT nya di Indonesia. Penghasilan yang ketiga
merupakan penerapan atribusi karena hubungan efektif dimana jika kantor pusat BUT
menerima atau memperoleh penghasilan berupa bunga, deviden dan royalti dari suatu
perusahaan di Indonesia dan perusahaan ini mempunyai hubungan efektif dengan
BUT, maka penghasilan ini akan diatribusi juga kepada BUT di Indonesia.

C. Pajak Penghasilan Orang Pribadi


Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh Orang Pribadi) adalah pajak yang
dikenakan kepada setiap orang pribadi yang menerima penghasilan dari sumber-sumber
tertentu di Indonesia. PPh Orang Pribadi terbagi menjadi beberapa tingkatan tarif yang
berbeda, tergantung pada jumlah penghasilan yang diterima oleh seseorang. Pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2020, pajak menjadi
penyumbang pendapatan negara terbesar dengan persentase 83,5%. Ini menunjukkan

11
bahwa pajak sangatlah penting bagi negara kita. Besarnya penerimaan pajak tidak
terlepas dari jenis-jenis pajak yang ada, salah satunya adalah Pajak Penghasilan (PPh)
Pasal 21 Orang Pribadi. PPh Pasal 21 dapat berpotensi menjadi salah satu penerimaan
pajak terbesar, karena wajib pajak yang terdaftar saat ini didominasi oleh Wajib Pajak
Orang Pribadi.
1. Penghasilan yang dikenai PPh Orang Pribadi meliputi:
 Penghasilan dari pekerjaan
 Penghasilan dari usaha
 Penghasilan dari jasa
 Penghasilan dari sewa
 Penghasilan dari dividen dan lain-lain.
Setiap orang pribadi yang menerima penghasilan di Indonesia harus mengajukan
laporan pajak tahunan dan membayar PPh Orang Pribadi sesuai dengan tarif yang
berlaku. Tarif PPh Orang Pribadi terdiri dari beberapa tingkatan yang masing-
masing memiliki persentase pajak yang berbeda.
Namun subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau PPh OP ini terbagi menjadi 2
jenis, yakni:
a. Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri
Merujuk pada Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020, subjek PPh
Orang Pribadi Dalam Negeri adalah WP Orang Pribadi yang merupakan Warga
Negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing (WNA), yang:
 Bertempat tinggal di Indonesia
 Berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan
 Atau dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia
PPh Orang Pribadi Dalam Negeri ini dikenakan pada bagi WP OP yang telah
menerima atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP).
b. Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi Luar Negeri
Masih sesuai UU Cipta Kerja, sedangkan subjek PPh Orang Pribadi Luar Negeri
WP Orang Pribadi, yang:
 Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
 WNA yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu
12 bulan

12
 WNI yang berada di luar Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan serta memenuhi persyaratan.
2. Objek Pajak Penghasilan Pribadi
Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi adalah penghasilan yang merupakan
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh orang pribadi,
baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau menambah kekayaan yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apapun.
3. Jenis-Jenis Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Merujuk Pasal 4 ayat (1) UU PPh No. 36 Tahun 2008, berikut jenis-jenis objek PPh
Orang Pribadi:
a. Penghasilan dari Pekerjaan
Penghasilan yang merupakan objek PPh Orang Pribadi dari pekerjaan ini
meliputi:
 Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam undang-undang
 Hadiah dari pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
 Penghasilan dari Usaha atau Pekerjaan Bebas
Objek PPh Orang Pribadi yang merupakan penghasilan dari usaha atau pekerjaan
bebas adalah:
 Laba usaha
 Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan atau pekerjaan bebas.
b. Penghasilan dari Modal (Investasi)
Penghasilan dari modal atau investasi yang merupakan objek pajak penghasilan
orang pribadi / PPh Orang Pribadi diantaranya:
1. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk
 Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
 Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya
karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota

13
 Keuntungan pengalihan harta dalam likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha; atau reorganisasi dengan
nama dan dalam bentuk apa pun
 Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat dan badan keaagamaan, badan pendidikan,
badan sosial, termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro kecil, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak
yang bersangkutan
 Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak
penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan
dalam perusahaan pertambangan
2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
3. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian laba dari sisa
hasil usaha koperasi
4. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
c. Penghasilan lain-lain
Sedangkan penghasilan lain-lain yang masuk dalam kategori objek pajak
penghasilan orang pribadi / PPh Orang Pribadi adalah:
1. Hadiah dari undian
2. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
dan pembayaran tambahan pengembalian pajak
3. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
4. Keuntungan karena pembebasan utang kecuali sampai jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
5. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
6. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak

14
7. Penghasilan dari usaha berbasis Syariah
8. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU yang mengatur mengenai
KUP
9. Surplus Bank Indonesia
Dari penegasan bahwa tambahan kekayaan neto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak merupakan objek pajak kecuali
ditetapkan sebaliknya.
4. Penghasilan yang Dikenai Pajak Bersifat Final
Dalam pasal 4 ayat (2) ditentukan bahwa jenis-jenis penghasilan tertentu pajaknya
ditetapkan secara final, diantaranya:
 Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
Surat Utang Negara (SUN), dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi
 Penghasilan berupa hadiah undian
 Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan
modal ventura
 Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, PPh Pasal 4 ayat 2 jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan
tanah dan/atau bangunan
 Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP)
5. Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Sesuai Pasal 4 ayat (3) UU PPh No. 36 Tahun 2008 ini, objek pajak penghasilan
orang pribadi yang dikecualikan dari PPh Orang Pribadi diantaranya:
a. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang
diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan PP.

15
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus
satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
(PMK), sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.
c. Warisan. Ini akan dikecualikan dari objek pajak penghasilan orang pribadi.
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau
Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang
dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma
penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa.
f. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
6. Mekanisme Penghitungan Pajak Penghasilan Pribadi
Pada dasarnya terdapat tiga mekanisme perhitungan PPh OP yang dibedakan
berdasarkan jumlah penghasilan dan penggunaan metode pencatatan atau
pembukuan yang dilakukan, yaitu:
a. Mekanisme PPh OP secara Umum
Mekanisme umum ini berlaku bagi WP OP yang menjalankan usaha dan/atau
pekerjaan bebas dengan melakukan pembukuan. Pembukuan di sini adalah proses
pencatatan keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan
biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi
untuk periode Tahun Pajak tersebut. Perhitungan pajak bagi orang pribadi yang
menyelenggarakan pembukuan ini dilakukan dengan menggunakan mekanisme
perhitungan biasa sesuai ketentuan tarif pada UU PPh Pasal 17.
b. Mekanisme PPh Final PP 23/2018
Mekanisme perhitungan PPh OP ini berlaku bagi wajib pajak pribadi yang
memiliki peredaran bruto tidak lebih dari Rp4,8 miliar dalam setahun. WP OP ini
hanya menyelenggarakan pencatatan saja dalam satu tahun pajak. Perhitungan PPh

16
OP ini tidak menyelenggarakan pembukuan, sehingga akan dikenakan PPh yang
bersifat final sesuai tarif dan ketentuan pada PP 23 Tahun 2018, yakni tarif PPh
Final sebesar 0,5% dari omzet bruto.
c. Mekanisme PPh OP secara NPPN
Penghitungan PPh OP dengan mekanisme NPPN ini bagi yang tidak
menyelenggarakan pembukuan. Norma penghitungan penghasilan neto ini bisa
digunakan oleh wajib pajak dengan peredaran bruto kurang dari Rp4,8 miliar dalam
satu tahun. Untuk menggunakan mekanisme NPPN ini, WP OP / objek pajak
penghasilan orang pribadi harus mengajukan pemberitahuan kepada Direktorat
Jenderal Pajak (DJP). Dengan demikian, penghitungan pajak penghasilan dilakukan
dengan terlebih dahulu menetapkan jumlah penghasilan neto berdasarkan ketentuan
norma yang ditetapkan pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
17/PJ/2015. Kemudian PPh-nya dihitung berdasarkan tarif pada UU PPh Pasal 17.

17
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari uraian-uraian yang telah penulis paparkan diatas penulis dapat
memberikan kesimpulan sebagai berikut:
Gambaran sistem pajak penghasilan indonesia terdiri dari pajak penghasilan badan
yaitu pajak yang dikenakan kepada suatu usaha yang sudah berbentuk badan, pajak
penghasilan BUT merupakan bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi maupun
badan untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia dan pajak penghasilan
orang pribadi yaitu pajak yang dikenakan kepada setiap orang pribadi yang menerima
penghasilan dari sumber-sumber tertentu di Indonesia.

18
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Diana, Anastasia. 2018. Perpajakan. Yogyakarta: ANDI hal 181-256
Hipajak,”Pengertian dan Jenis Pajak Badan”, 26 Februari 2023 pukul 21.10
https://www.hipajak.id/artikel-pengertian-dan-jenis-pajak-
badan#:~:text=Pajak%20badan%20atau%20pajak%20penghasilan,untuk%20membayar
%20pajak%20badan%20usaha.
Klikpajak.id, “Bentuk Usaha Tetap dan Jenis WP BUT”, 26 Februari 2023 pukul 21.10
https://klikpajak.id/blog/bentuk-usaha-tetap-tarif-pajaknya-dan-bentuk-lain-
dikategorikan-
but/#:~:text=Pajak%20yang%20dikenakan%20terhadap%20BUT,wajib%20pajak%20b
adan%20dalam%20negeri.
Klikpajak.id,”Pajak Penghasilan Orang Pribadi”, 26 Februari 2023 pukul 21.10

https://klikpajak.id/blog/pajak-penghasilan-orang-pribadi/
Lubis, Rahmat Hidayat. 2018. Pajak Penghasilan. Yogyakarta: ANDI hal 309-326

Pajakku,”Apa itu Pajak Penghasilan Orang Pribadi”, 26 Februari 2023 pukul 21.10
https://www.pajakku.com/read/60012a5f5bddc138006e2ee6/Belajar-Pajak:-Apa-Itu-
Pajak-Penghasilan-Orang-Pribadi?
Pohan, Chairil Anwar. 2018. Pajak internasional. Jakarta: Gramedia hal 145-161
Saputra ,Bayu Azis. 2020. Analisis Kontribusi Pajak Penghasilan Pasal 21 Orang Pribadi
Dalam Penerimaan Negara Periode 2015-2019. Jakarta: hal 7
TMBooks. 2018. Perpajakan Indonesia. Prinsip dan Praktik. Yogyakarta: ANDI hal 199

19

Anda mungkin juga menyukai