PPH BADAN
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perpajakan yang dibimbing oleh :
Disusun oleh :
7. Suciwati (E20182226)
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tentang “ PPH Badan”.
Makalah ini telah kami susun dengan sebaik mungkin untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tatabahasanya. Oleh karena itu kami
meminta maaf dan menerima segala saran dan kritik.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini tentang “PPH
Badan” berguna dan manfaat untuk kita semua dan dapat memberikan informasi
terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
DAFTARPUSTAKA……………………………………………………........ 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pajak secara bebas dapat dikatakan sebagai suatu kewajiban warga Negara
berupa penganbidan serta peran aktif warga Negara dan anggota masyarakat
untuk membiayai berbagai keperluan Negara dalam Pembangunan Nasional,
tanpa adanya imbalan secara langsung yang pelaksanaannya diatur dalam
Undang-Undang Perpajakan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan Negara.
Dengan semakin berkembangnya kondisi usaha dan bisnis baik ditingkat
nasional maupun internasional, maka penghasilan yang diterima wajib pajak
badan dalam negeri juga meningkat. Badan atau perusahaan merupakan subjek
pajak dalam negeri dimana wajib pajak badan ini merupakan penyumbang bagi
penerimaan Negara dari sektor pajak yaitu pajak penghasilan badan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar PPH
A. Pengertian Badan
Menurut UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tatat
Cara Perpajakan, pasal 1 angka 3, Badan adalah sekumpulan orang dan atau
modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang
tidak melakukan usaha meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, BUMN atau BUMD dengan nama dan dalam bentuk
apapun, firma, kongsi koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, organisasi social politik, atau organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan lainnya, termasuk kontrak investasi kolektif dan
bentuk usaha tetap.
B. Wajib Pajak Badan
Wajib pajak badan adalah Badan seperti yang dimaksud pada UU
KUP, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan perpajakan atau memiliki kewajiban
subjektif dan kewajiban objektif serta telah mendaftarkan diri untuk
memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
C. Pajak Penghasilan Badan
Pada pasal 1 UU Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan adalah pajak
yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak. Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan)
adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
oleh Badan seperti yang dimaksud dalam UU KUP. Adapun subjek dari PPh
Badan yaitu :
a) Wajib pajak badan dalam negeri, yaitu badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia.
b) Wajib pajak badan luar negeri, yaitu badan yang tidak didirikan atau
tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atu
2
melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia, dan atau badan yang
tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang
menerima penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha
melalui BUT di Indonesia.
Yang menjadi objek pajak PPh Badan adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak
badan baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang
dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak
badan yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
3
Pembukuan :
4
penyampaian SPT PPh Badan, akan dilaksanakan penelitian SPT dan atas SPT
yang memenuhi kriteria akan dilakukan pemeriksaan.
Tarif PPh ini diterapkan kepada wajib pajak badan dalam negeri dan
bentuk usaha tetap. Pada tahun 2009, tarif tunggal ditetapkan sebesar 28%
dan diturunkan menjadi 25% pada tahun 2010. Tarif sebesar 25% efektif
berlaku untuk tahun 2010 dan seterusnya.
1. Paling sedikit sebesar 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor
dicatat untuk diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
4. Ketentuan dari poin-poin di atas harus dipenuhi dalam waktu paling singkat
183 hari kalender dalam jangka waktu 1 tahun pajak.
1. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%
(dua puluh delapan persen) berakhir tahun 2009.
2. Tarif 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak
2010.
Contoh:
5
Jumlah peredaran bruto dalam tahun pajak 2010 Rp. 54.000.000.000,00
jumlah penghasilan kena pajak dalam tahun pajak 2010 Rp. 4.000.000.000,00
1. Wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang
paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham
yang disetor di perdagangkandi bursa efek di Indonesia dan memenuhi
persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima
persen) lebih rendah yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan
pemerintah. PPh terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan
penghasilan kena pajak.
Contoh:
Fasilitas UMKM
6
1. Jika peredaran bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000,00, maka
perhitungan PPh terutang yaitu sebagai berikut:
1. Jika peredaran bruto lebih dari Rp. 4.800.000.000,00 sampai dengan Rp.
50.000.000.000,00, maka perhitungan PPh terutang yaitu sebagai berikut:
PPh terutang = (50% x 25% x penghasilan kena pajak dari bagian peredaran
bruto yang mendapatkan fasilitas) + (25% x penghasilan kena pajak dari bagian
peredaran bruto yang tidak mendapat fasilitas) yang dimana :
1. Penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang mendapat fasilitas
adalah sebesar = (4.800.000.000/peredaran bruto) x penghasilan kena pajak.
1. penghasilan kena pajak dari peredaran bruto yang tidak mendapat fasilitas
pajak sebesar = penghasilan kena pajak - penghasilan kena pajak dari bagian
peredaran bruto yang mendapat fasilitas.
Contoh Perhitungan:
Contoh 1: bila peredaran bruto kurang dari atau sama dengan 4,8 miliar.
seluruh penghasilan kena pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut
dikenai tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif pajak penghasilan
badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto PT Arya tidak melebihi Rp.
4.800.000.000.00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
7
Peredaran bruto PT Soros dalam tahun pajak 20xx sebesar Rp.
30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar rupiah) dengan penghasilan kena pajak
sebesar Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh
fasilitas:
jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas:
8
Tarif Pajak Penghasilan secara umum (disebut juga tarif Pasal 17)
diterapkan atasPenghasilan Kena Pajak Wajib Pajak dalam negeri dan BUT
untuk menghitung PajakPenghasilan terutang dalam satu tahun pajak atau
dalam bagian tahun pajak. Tarif umum inidibedakan untuk Wajib Pajak badan
dalam negeri/BUT dan Wajib Pajak orang pribadi dalamnegeri. Untuk
keperluan penerapan tarif pajak atas Penghasilan Kena Pajak, maka
jumlahPenghasilan Kena Pajak tersebut dibulatkan dahulu ke bawah ribuan
rupiah penuh. MisalnyaPenghasilan Kena Pajak sebesar Rp120.324.900,00
untuk penerapan tarif dibulatkan kebawah menjadi Rp120.324.000,00.Dengan
Peraturan Pemerintah dapat diterapkan tarif pajak tersendiri yang dapatbersifat
final atas Penghasilan Tertentu yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan
Pasal4 Ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan. Besarnya tarif khusus ini
tidak boleh melebihitarif umum pajak tertinggi berdasarkan Pasal 17 Ayat (1).
Penentuan tarif pajak tersendiritersebut didasarkan atas pertimbangan
kesederhanaan, keadilan dan pemerataan dalampengenaan pajak.
Pendapatan Usaha dan Penghasilan kena pajak
Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan
Rp. 50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah)mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif sebagaimana dimaksud dalam
pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas penghasilan
Kena pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000
(empat miliar delapan ratus juta rupiah).
9
PPh Terutang = (50% X 28%) X Penghasilan kena Pajak dari bagian
peredaran bruto yang memperoleh fasilitas + 28% X penghasilan Kena
Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas.
Penghitungan Penghasilan Kena pajak dari bagian peredaran bruto yang
memperoleh fasilitas yaitu:
(Rp. 4.800.000.000 / Peredaran Bruto) X Penghasilan Kena Pajak
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto
ysng tidak memperoleh fasilitas yaitu Penghasilan kena pajak –
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh
fasilitas .
Cara Dan Contoh Perhitungan Untuk WP Kategori UMKM atau
Yang Mendapatkan Fasiliias Pengurangan Tarif
Untuk Peredaran Bruto < Rp.4.800.000.000
PT. A merupakan UMKM mempunyai peredaran bruto Rp. 4.300.000.000
penghasilan kena pajak Rp. 500.000.000.
Berapa PPh Pasal 29 (Tahunan) yang terutang ?
JAWAB:
Untuk tahun 2009 tshun pelaporan 2010
28% X 50% X Rp.500.000.000,- = Rp.70.000.000
Untuk tahun 2010 tahun pelaporan 2010 dan seterusnya
25% X 50% X Rp. 500.000.000,- = Rp.62.500.000,-
Penghasilan kena pajak Wajib Pajak dalam negeri dan BUT , dihitung
berdasarkan penghasilan bruto dikurangi :
a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan ,termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan
pekerjaan atau jasa termasuk upah,gaji, honor, bonus, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang ,bunga, sewa, roiyalti, biaya perjalanan,
biaya pengolahan limbah kecuali pajak penghasilan.
b. Penhusutan atas harta berwujud dan amortisasi atas hak dan biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
10
c. Iuran kepada dan pensiun yang pendiriannya telah di sahkan oleh menteri
Keuangan
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan,menagih, dan memelihara penghasilan.
e. Kerugian dari selisih mata uang asing.
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang di lakukan di
indonesia.
g. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan.
h. Piutang yang nyata tidak dapat ditagih .
Biaya – biaya yang tidak dapat dikurangkan :
Dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak wajib pajak
dalam negeri dan BUT, tidak boleh dikurangkan:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun
b. Biaya atau pengeluaran untuk kepentingaan pribadi pemegang
saham,sekutu atau anggota.
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali cadangan piutang
tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha yang ketentuan dan
syarat nya ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan .
d. Premi asuransi kesehatan ,kecelakaan,asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa yg dibayar oleh wajib pajak orang pribadi , kecuali jika
dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai
penghasilan bagi Wajib Pajak yg berangkutan.
Penghasilan Netto
Norma perhitungan penghasilan netto untuk menentukan penghasilan
netto,dibuat/disusun sedemikian rupa berdasarkan hasil penelitian atau data
lain dan dengan memperhatikan kewajaran .
Penggunaan neto tersebut dilakukan dalam hal-hal;
a) Tidak terdapat dasar perhitungan yg lebih baik
b) Pembukuan atau catatan peredaran bruto wajib pajak ternyata
diselenggarakan secara tidak benar.
11
Syarat Penggunaan Norma Perhitungan Penghasilan Neto
1) Wajib menyelenggarakan pencatatan tentang peredaran brutonya .
2) Memberitahukan kepada direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3
bulan pertama dalam tahun pajak yang bersangkutan.
3) Wajib pajak memperoleh penghasilan bruto tidak melebihi jumlah
sesuai ketentuan.
12
PPh Badan Terutang
Ø Dasar Pengenaan Pajak. Untuk dapat menghitung PPh, terlebih dahulu
harus diketahui dasar pengenaan pajaknya .
PKP WPN badan = Penghasilan Netto
Cara menghitung PKP . perhitungan besarnya penghasilan netto bagi wajib
pajak badan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan
pembukuan ataui m,enggunakan norma perhitungan penghasilan netto.
Menghitung PKP dengan menggunakan pembukuan
Untuk wajib pajak badan besarnya PKP sama dengan penghasilan nettonya
yaitu penghasilan bruto ddikurangi dengan biaya-biaya yang diperkenankan
oleh undang-undang PPh.
PKP WP badan = Penghasilan netto
= Penghasilan bruto – biaya yang diperkenankan UU PPh
Menghitung PKP dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan
netto
PKP WP Badan = Penghasilan Netto – Kompensasi Kerugian
( penghasilan Bruto – Biaya Yang diperkenankan UU PPh) – kompensasi
kerugian.
a. Tarif PPh pasal 17 ayat (1) huruf b
Tarif ini di terapkan bagi wajib pajak badan daam negri dan bentuk
usaha tetap yaitu sebesar 28%.
Pph terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan
penghasilan kena pajak.
Contoh
jumlah peredaran bruto dalam tahun pajak 2009 RP 54.000.000
jumlah penghasilan kena pajak dalam tahun pajak 2009 RP 4.000.000
pajak penghasilan terutang = 28% x RP 4.000.000 = 1.120.000
13
yang disetor diperdagangan bursa efek di indonesia dan memenuhi
persyaratan tertentu lainnya. Wajib pajak tersebut dapat memperole
tarif sebesar 5% ebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud
pasaa 17 ayat (1) uruf b dan ayat (2a) undang-undang nomer 36 tahun
2008.
Contoh :
Jumah penghasilan kena pajak dalam tahun pajak 2009 RP 1.250.000
Pajak penghasilan terutang =(28% - 5%) x 1.250.000.000 = RP
287.500.000
14
Surat pemberitahuan (SPT) merupakan saran wajib pajak untuk
melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan. SPT harus
diisi dengan benar, lengkap, dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan huruf latin dan angka arab, satuan mata uang rupiah dan
mentandatangani surat menyampaikan ke kantor pelayanabn pajak atau tempat
lain yang ditetapkan oleh direktur jenderal pajak.
d) Kredit pph
selisih Rp 15.000.000,00
Besarnya angsuran yang harus dibayar sendiri setiap bulan untuk tahun
2010 sebesar Rp 15.000.000,00 : 12 =Rp 1.250.000,00
15
Penghasilan netto
Informasi yang benar dan lengkap tentang penghasilan wajib pajak sangat
penting untuk dapat mengenakan pajak yang adil dan wajar sesuai dengan
kemampuan ekonomis wajib pajak. Untuk dapat meyajikan informasi
dimaksud, wajib pajak harus meyelenggarakan pembukuan. Namun, disadari
bahwa tidak semua pajak mampu menyelenggarakan pembukuan. Semua wajib
pajak badan dua bentuk usaha tetap diwajibkan menyelenggarakan pembukuan.
Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan
bebas dengan jumlah peredaran bruto tertentu tidak diwajibkan untuk
menyelenggarakan pembukuan. Untuk memberikan kemudahan dalam
menghitung besarnya penghasilan netto bagi wajib pajak orang pribadi yang
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran bruto tertentu,
direktur jernderal pajak menerbitkan norma perhitungan. Norma perhitungan
penghasilan netto untuk menentukan penghasilan netto, dibuat atau disusun
sedemikian rupa berdasarkan hasil penelitian atau data lain, dan dengan
memperhatikan kewajaran, disempurnakan terus-menerus serta diterbitkan oleh
direktur jenderal pajak.
a. Tidak terdapat dasar perhitungan yang lebih baik, yaitu pembukuan yang
lengkap, atau
b. Pembukuan atau catatan peredaran bruto wajib pajak ternyata
diselenggarakan secara tidak benar.
16
1) Wajib menyelenggarakan pencatatan tentang peredaran brutonya
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai
ketentuan umumdan tata cara perpajakan. Pencatatan tersebut dimaksudkan
untuk memudahkan penerapan norma dalam menghitung penghasilan netto.
2) Memberitahukan kepada direktur jenderal pajak dalam jangka 3 bulan
pertama dalam tahun pajak yang bersangkutan.
3) Wajib pajak memperoleh pengghasilan bruto tidak melebihi jumlah sesui
ketentuan.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19