Anda di halaman 1dari 15

PAJAK PENGHASILAN BADAN

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Perpajakan
Dosen Pengampu : Azka Nur Diana,S.E.,M.Ak
Disusun oleh :

1. Faisal Hariri 214110202067


2. Berliana Kusherawati 214110202175
3. M. Irkham Maulana 214110202188
4. Intan Sartika 214110202189

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI

2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Subhannallahu Wa Ta’ala
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah Perpajakan yang berjudul “Pajak Penghasilan Badan ”
dengan tepat waktu. Dan kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Azka Nur
Diana,S.E.,M.Ak selaku dosen pengampu mata kuliah Perpajakan .
Dalam makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya dalam makalah
Perpajakan ini. Oleh karenanya, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penyusun harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah dimasa mendatang.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, kami berharap semoga makalah
Perpajakan ini dapat memberikan manfaat maupun referensi terhadap pembaca.

Purwokerto, 20 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 3
A. Pajak Penghasilan Badan .................................................................................................................. 3
B. Subjek Pajak Penghasilan Badan ...................................................................................................... 3
C. Objek Pajak Penghasilan Badan ....................................................................................................... 4
D. Norma Perhitungan Pajak Penghasilan Badan .................................................................................. 5
E. Pembukuan Pajak Penghasilan Badan .............................................................................................. 6
F. Tarif Pajak Penghasilan Badan ......................................................................................................... 7
G. Perhitungan Pajak Penghasilan Badan .............................................................................................. 9
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................... 10
KESIMPULAN ....................................................................................................................................... 10
SARAN ................................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sektor penerimaan Negara yang sangat penting guna
pembangunan Negara. Hampir keseluruhan dari kegiatan jual beli barang dan pemberian
jasa dikenakan pajak, sehingga tidak heran jika penerimaan dari sektor perpajakan sangat
penting bagi aktivitas negara. Oleh karena itu, pemerintah saat ini sedang melakukan
pengoptimalan dalam penerimaan dan pemungutan pajak.
Pengusaha tidak bisa dipisahkan dari kewajibannya untuk membayar pajak,
terutama pajak Badan atau pajak perusahaan. Jenis pajak ini dikenakan atas penghasilan
suatu Badan atau perusahaan yang biasanya sangat berbeda-beda, tergantung bidang dan
kebijakan usahanya.
Pajak Penghasilan Badan atau PPh Badan adalah pajak yang dikenakan atas
penghasilan suatu perusahaan. Sebagaimana ketentuan dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan (UU PPh), penghasilan suatu badan atau perusahaan yang dimaksud adalah:
"Setiap penambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak
Badan, baik dari dalam maupun luar negeri, dengan keperluan apapun termasuk misalnya
menambah kekayaan, konsumsi, investasi, dan lain sebagainya."

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pajak penghasilan badan?
2. Bagaimana subjek pajak penghasilan badan?
3. Bagaimana objek pajak penghasilan badan?
4. Bagaimana norma perhitungan pajak penghasilan badan?
5. Bagaimana pembukuan pajak penghasilan badan?
6. Bagaimana tarif pajak penghasilan badan?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pajak penghasilan badan
2. Menjabarkan subjek pajak penghasilan badan
3. Menjabarkan objek pajak penghasilan badan

1
4. Memaparkan norma perhitungan pajak penghasilan badan
5. Menjelaskan pembukuan pajak penghasilan badan
6. Menjabarkan tarif pajak penghasilan badan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pajak Penghasilan Badan


Pajak Penghasilan Badan (PPhB) atau pajak penghasilan badan merupakan pajak
atas penghasilan suatu badan usaha atau organisasi. Sesuai Pasal 1 UU PPh No. 7 Tahun
1983, pengertian Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi
atau perseorangan dan badan berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau
diperolehnya selama satu tahun pajak.
Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) adalah pajak yang dikenakan atas
penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak badan dalam suatu tahun pajak. Pajak
Penghasilan Badan sendiri memiliki tarif pajak dan perlakuan yang berbeda tergantung
dengan jumlah omzet yang diterima oleh wajib pajak badan.1
Seperti namanya, pajak penghasilan badan merupakan pajak yang dikenakan
kepada pemilik usaha, korporasi, atau organisasi. Penerapan pajak ini berlaku untuk
berbagai jenis badan, antara lain CV, PT, BUMN, koperasi, dll. Subjek pajak penghasilan
badan adalah penghasilan wajib pajak yang timbul dalam 1 tahun. Dengan kata lain, pajak
perusahaan dapat dipahami sebagai beban pajak yang dikenakan atas penghasilan,
keuntungan, atau penghasilan yang diperoleh suatu unit usaha.

B. Subjek Pajak Penghasilan Badan


Subjek pajak Badan atau subjek PPh Badan adalah setiap Badan Usaha yang
diberikan kewajiban untuk membayar pajak, baik dalam periode bulan maupun tahun dan
disetor ke kas negara. Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP), yang termasuk dalam pengertian Badan adalah sebagai berikut:
1. Perseroan Terbatas (PT)
2. Perseroan Lainnya
3. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
4. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
5. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

1
Fitriya (2023), Pajak Penghasilan (PPh) Badan : Jenis, Tarif, Cara Menghitung https://klikpajak.id/blog/pajak-
penghasilan-badan-jenis-tarif-hitung-dan-lapor-pajak/

3
6. Firma bentuk apapun
7. Kongsi
8. Koperasi
9. Dana Pensiun
10. Persekutuan
11. Perkumpulan
12. Yayasan
13. Organisasi Masyarakat
14. Organisasi Sosial Politik
15. Organisasi lainnya dengan nama dan bentuk apapun
16. Lembaga dan bentuk badan lainnya
17. Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
18. Bentuk Usaha Tetap

C. Objek Pajak Penghasilan Badan


Objek PPh Badan adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh badan. Bagi
Subjek Badan dalam negeri yang menjadi objek PPh adalah semua penghasilan baik dari
dalam maupun dari luar negeri. Penghasilan yang sebagai objek PPh Badan sebagaimana
tercantum dalam Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang PPh ini meliputi:
1. Hadiah dari kegiatan dan penghargaan
2. Laba usaha
3. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta (selain tanah dan
bangunan)
4. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
5. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang
6. Dividen
7. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
8. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
9. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan

4
10. Peraturan Pemerintah
11. Keuntungan karena selish kurs mata uang asing
12. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva tetap
13. Juran yang diterima perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
14. Penghasilan dari usaha berbasis syariah
15. Surplus Bank Indonesia

D. Norma Perhitungan Pajak Penghasilan Badan


Sesuai dengan Pasal 28 ayat (1) dan (2) UU KUP, (1) Wajib Pajak orang pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia
wajib menyelenggarakan pembukuan. Selanjutnya, Wajib Pajak yang dikecualikan dari
kewajiban menyelenggarakan pembukuan, tetapi wajib melakukan pencatatan, adalah
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas. Pada Pasal 14 ayat (2) dan (3) UU PPh diatur bahwa, Wajib Pajak orang pribadi
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam 1
(satu) tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) boleh
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto, dengan syarat memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu
3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan. Wajib Pajak yang menghitung
penghasilan netonya dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto wajib
menyelenggarakan pencatatan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
Norma Penghitungan adalah pedoman untuk menentukan besarnya penghasilan
neto yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak dan disempurnakan terus-menerus.
Penggunaan Norma Penghitungan tersebut pada dasarnya dilakukan dalam hal-hal:

5
o Tidak terdapat dasar penghitungan yang lebih baik, yaitu pembukuan yang lengkap. 2
o Pembukuan atau catatan peredaran bruto wajib pajak ternyata diselenggarakan secara
tidak benar.3
Norma Penghitungan disusun sedemikian rupa berdasarkan hasil penelitian atau
data lain, dan dengan memperhatikan kewajaran. Norma Penghitungan akan sangat
membantu Wajib Pajak yang belum mampu menyelenggarakan pembukuan untuk
menghitung penghasilan neto.
Penghitungan Penghasilan Neto bagi Wajib Pajak yang tidak melakukan
Pembukuan secara lengkap juga dapat dilakukan oleh Petugas Pajak dengan menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto. Hal ini diatur pada Pada Pasal 14 ayat (5) UU PPh
yaitu, Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan yang
ternyata tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan pencatatan atau pembukuan atau
tidak memperlihatkan pencatatan atau bukti-bukti pendukungnya maka penghasilan
netonya dihitung berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan peredaran
brutonya dihitung dengan cara lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
keuangan.

E. Pembukuan Pajak Penghasilan Badan


Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada
setiap Tahun Pajak berakhir. Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan
adalah:
• Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas di
Indonesia;

2
Resmi, S. (2019). Perpajakan: Teori & Kasus Edisi 11 - Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

3
Mardismo. (2019). Perpajakan - Edisi Terbaru 2019. Yogyakarta: ANDI.

6
• Wajib Pajak badan di Indonesia.
Berikut ini beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam melakukan
pembukuan atau pencatatan:
1) Pembukuan atau pencatatan harus dilakukan dengan itikad baik dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
2) Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun
dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan.
3) Pembukuan diselenggarakan dengan taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel
kas.Perubahan terhadap metode dan atau tahun buku harus mendapat persetujuan
dari Direktur Jenderal Pajak.
4) Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang.
5) Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah dapat
diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin dari Menteri Keuangan.
Jika Wajib Pajak dikecualikan dari kewajiban pembukuan dan diwajibkan melakukan
pencatatan, pencatatan harus mencakup seluruh data yang dikumpulkan secara teratur
tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan Objek Pajak
dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara aplikasi online wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di
Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di
tempat kedudukan Wajib Pajak badan.

F. Tarif Pajak Penghasilan Badan


Tarif PPh Badan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 17 ayat
(1) bagian b menyatakan bahwa tarif pajak yang dikenakan secara umum kepada WP

7
Badan adalah sebesar 28% sejak 2009. Kemudian tarif PPh Badan turun menjadi 25%.
Tarif ini mulai diberlakukan untuk tahun pajak 2010.
Melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No. 1/2020, tarif PPh Badan terbaru4
diturunkan. Tarif PPh Badan terbaru sesuai Pasal 2 PP No. 30/2020 yang sudah ditetapkan
menjadi UU No. 2 Tahun 2020 tersebut adalah:
1. Tarif PPh Badan terbaru WP Badan dalam negeri dan berbentuk Badan Usaha Tetap
(BUT):
▪ 22% berlaku pada 2020 dan 2021
▪ 20% berlaku pada 2022
Sedangkan khusus untuk WP Badan berbentuk Perseroan Terbuka (Tbk), akan
mendapatkan tarif PPh Badan terbaru 3% lebih rendah dari penurunan PPh Badan secara
umum tersebut. Syarat Perusahaan Terbuka atau Perusahaan Tbk dapat tarif 3% lebih rendah
dari PPh Badan secara umum tersebut adalah:
▪ Wajib Pajak Dalam Negeri
▪ Berbentuk Perseroan Tbk
▪ Jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan pada bursa efek di Indonesia
paling sedikit 40%
▪ Memenuhi persyaratan tertentu yang diatur dalam keterntuan peraturan perundang-
undangan perpajakan
▪ Aturan PPh Badan Terbaru dalam UU HPP
Seperti diketahui, pemerintah dan DPR telah menyepakati Rancangan Undang-
Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (RUU HPP) dan disahkan pada 7 Oktober
2021. Setelah RUU HPP ini sisahkan menjadi, berikutnya dalam kurun waktu 30 hari
setelah DPR mengesahkan RUU HPP menjadi undang-undang, Presiden Joko Widodo
(Jokowi) akan menandatanganinya dan diundangkan oleh Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia (Kemenkum-HAM).

4
Fitriya. (2022). Tarif PPh Badan Terbaru sesuai UU HPP. https://klikpajak.id/. Diakses Pada 22 April

2022.

8
Dalam UU HPP ini, tarif PPh Badan berubah menjadi 22% mulai Tahun Pajak 2022.
Artinya, tarif PPh Badan terbaru ini lebih tinggi 2% dibanding tarif PPh Badan versi
peraturan sebelumnya pada UU No. 2/2020 tersebut yang sebesar 20%. Jadi, pemerintah
membatalkan penurunan tarif PPh Badan dari rencana semula hanya sebesar 20% pada
2022. Atau dengan kata lain, pengenaan PPh 22% yang sudah diberlakukan sejak 2020
dan 2021 itu diperpanjang lagi mulai 2022.

G. Perhitungan Pajak Penghasilan Badan


Berdasarkan Tarif Pajak PPh Badan Terbaru Sesuai UU HPP
Contoh :
Pada tahun 2022, dalam laporan keuangan PT AAA memperoleh penghasilan kena
pajak sebesar Rp5 miliar dan dapat memanfaatkan fasilitas pengurang pajak sesuai Pasal
31E. Maka, pajak yang harus dibayar sebesar :
50% x 22% x Rp5 miliar = Rp550 juta.
Namun, perlu dibuat catatan bahwa selama periode tahun 2022, PT AAA telah
menyetor pajak penghasilan karyawan ke kas negara sebesar Rp50 juta dan pajak PPh Pasal
23 sebesar Rp100 juta.
Jawab :
Maka, pajak penghasilan terutang PT AAA adalah :
Rp550 juta – Rp50 juta – Rp100 juta = Rp350 juta.
Rp350 juta adalah angka yang bisa dicicil oleh PT AAA ke kas negara atas penghasilan
Badan Usaha di tahun 2022.
Maka, cicilan pembayaran PPh terutang PT AAA sebesar :
= Jumlah PPh Terutang : 12 bulan
= Rp350 juta : 12
= Rp29.166 juta

9
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang
diterima oleh Wajib Pajak badan dalam suatu tahun pajak. Pajak Penghasilan Badan sendiri
memiliki tarif pajak dan perlakuan yang berbeda tergantung dengan jumlah omzet yang diterima
oleh wajib pajak badan. Subjek PPh Badan merupakan Badan Usaha yang diberikan kewajiban
untuk membayar pajak dalam periode bulan atau tahun dan disetor ke kas negara.
Subjek Badan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP)
contohnya PT, CV, BUMD, BUMD dan lainnya. Objek PPh Badan adalah penghasilan yang
diterima atau diperoleh badan. Penghasilan sebagai objek PPh dalam Pasal 4 Ayat (1) Undang-
Undang PPh contohnya laba usaha, royalti, Dividen dan lainnya. Pembukuan dengan stelsel kas
dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak tertentu. Yaitu Wajib Pajak badan yang memiliki
peredaran bruto dari usaha tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta
rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak. Stelsel kas merupakan suatu metode penghitungan yang
didasarkan pada transaksi secara tunai.
Dalam UU HPP ini, tarif PPh Badan berubah menjadi 22% mulai Tahun Pajak 2022.
Artinya, tarif PPh Badan terbaru ini lebih tinggi 2% dibanding tarif PPh Badan versi peraturan
sebelumnya pada UU No. 2/2020 tersebut yang sebesar 20%. Jadi, pemerintah membatalkan
penurunan tarif PPh Badan dari rencana semula hanya sebesar 20% pada 2022. Atau dengan kata
lain, pengenaan PPh 22% yang sudah diberlakukan sejak 2020 dan 2021 itu diperpanjang lagi
mulai 2022.

SARAN
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera
melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber
dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca. Penulis harap, teman teman selalu
mempelajari ilmu-ilmu Akuntansi dan Perpajakan dengan baik dan mengapkikasikannya
dikehidupan sehari-hari serta dunia kerja maupun di lingkungan masyarakat agar kita selalu

10
bermanfaat bagi nusa, bangsa, dan agama

11
DAFTAR PUSTAKA

Fitriya. (2021). Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan): Jenis, Tarif, Hitung, Bayar dan
Lapor Pajak. https://klikpajak.id/. Diakses Pada 22 April 2022.
Resmi, S. (2019). Perpajakan: Teori & Kasus Edisi 11 - Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Mardismo. (2019). Perpajakan - Edisi Terbaru 2019. Yogyakarta: ANDI.
Fitriya. (2022). Tarif PPh Badan Terbaru sesuai UU HPP. https://klikpajak.id/. Diakses
Pada 22 April 2022.

12

Anda mungkin juga menyukai