AKUNTANSI PAJAK
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
KELAS : 4B
NAMA :
DIAMPUH OLEH :
JURUSAN AKUNTANSI
2022
KATA PENGANTAR
Puji & syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenanan
& perlindungan-Nya kami kelompok 3 dapat mengerjakan tugas makalah mengenai ‘PPh pasal
24’ yang dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Tugas ini berisi pembahasan materi tentang PPh pasal 24 yang kami kerjakan sebagai
kewajiban dalam menyelesaikan tugas mata kuliah ‘Akuntansi Perpajakan’. Tidak lupa kmai juga
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Agnes K.B Mudamakin,SE.,M.Acc
sebagai dosen pengampuh dalam mata kuliah ini yang telah memberikan bimbingan & bantuan
sebagai petunjuk pembuatan tugas ini & semua pihak tanpa terkecuali yang telah membantu
dalam penyusunan tugas ini, baik secara materi maupun moril.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
Latar Belakang.............................................................................................................................3
Rumusan Masalah........................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
2.1 PAJAK PENGHASILAN PASAL 24....................................................................................4
Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24........................................................................................4
Subjek dan Objek Pajak Penghasilan Pasal 24............................................................................4
Laporan Keuangan Konsolidasian Dan Laporan Keungan Tersendiri.........................................6
Pengkreditan Dan Penentuan Sumber Penghasilan.....................................................................7
Tata Cara Pengkreditan................................................................................................................8
Penggabungan Penghasilan..........................................................................................................9
Tata Cara Penghitungan Kredit Pajak Luar Negeri....................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................14
PENUTUP.....................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah pajak yang dipungut di luar negeri atas penghasilan
wajib pajak dalam negeri (WPDN) boleh dikreditkan dengan pajak yang terutang dalam
tahun pajak yang sama, sebesar pajak yang dibayarkan diluar negeri tersebut tetapi tidak
boleh melebihi perhitungan pajak yang terutang berdasarkan UU No. 10 Tahun 1994. Untuk
itu harus dicari batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN).
Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah pajak yang dipungut di luar negeri atas penghasilan
wajib pajak dalam negeri (WPDN) boleh dikreditkan dengan pajak yang terutang dalam
tahun pajak yang sama, sebesar pajak yang dibayarkan diluar negeri tersebut tetapi tidak
boleh melebihi perhitungan pajak yang terutang berdasarkan UU No. 10 Tahun 1994.
Untuk itu harus dicari batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN).
Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan
saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang memberikan saham
atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan.
Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta
gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti,
atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada.
Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah
negara tempat harta tersebut terletak.
Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut
bertempat kedudukan atau berada.
Penghasilan BUT adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan.
Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda
turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan
adalah negara tempat lokasi penambangan berada.
Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada.
Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu BUT adalah
negara tempat bentuk usaha tetap berada.
Pendapatan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari
pengalihan saham dan surat berharga lainnya.
Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan penggunaan
harta-benda bergerak.
Penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda tidak
bergerak.
Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan.
Pendapatan dari BUT di luar negeri.
Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda
keikutsertaan dalam pembiayaan atau pemanfaatan di sebuah perusahaan
pertambangan.
Keuntungan dari pengalihan aset tetap.
Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu bentuk usaha
tetap (BUT).
b. Subjek yang dikenakan PPh 24
Jenis PPh 24 ini dikenakan pada wajib pajak yang memiliki sumber penghasilan sebagai
objek PPh Pasal 24.
c. Subjek pemotong PPh 24
Pihak atau subjek yang memotong pajak penghasilan jenis PPh Pasal 24 adalah wajib
pajak badan maupun orang pribadi pemberi penghasilan atau dari pengalihan harta/aset di
luar negeri.
Apabila terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan dibayar di luar
negeri sehingga besarnya pajak yang dapat dikreditkan di Indo menjadi lebih kecil dari besarnya
perhitungan semula, maka selisihnya ditambakl pada Pajak Penghasilan yang terutang menurut
Undang-Undang Pajak Penghailan ini
2. fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak (Tax Return) yang disampaikan di luar negeri; dan
penghasilan lainnya yaitu dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan tersebut;
penghasilan berupa dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) Undang
Undang Pajak Penghasilan, yaitu dilakukan dalam tahun pajak pada saat perolehan
dividen tersebut ditetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Penggabungan penghasilan ini tidak diperkenankan apabila terjadi kerugian yang diderita
di luar negeri.
a. penyertaan modal Wajib Pajak dalam negeri sekurang-kurangnya 50% (lima puluh
persen) dari jumlali saham yang disetor; atau
b. secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya memiliki penyertaan
modal sebesar 50% (lima puluh persen) atau lebih dari jumlah saham yang disetor.
Contoh Perhitungan
Jawaban :
PKP Rp 946.000.000,-
5% x Rp 60.000.000,- Rp 3.000.000,-
Jumlah Rp 206.300.000,-
Rp 400.000.000
x Rp 206.800.000 = Rp 87.230.443,97
Rp946.000 .000
Karena batas maksimum kredit pajak luar negeri sebesar Rp 87.230.443,97 lebih kecil daripada
pajak yang terutang/dipotong di luar negeri yaitu sebesarRp 140.000.000,00 maka jumlah kredit
pajak luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak terutang atas seluruh penghasilan Tn.
Budi adalah sebesar batas maksimum kredit pajak yang diperkenankan yaitu Rp 87.230.443,97
Jawaban :
Rp
3.000.000.000,-
4. PPh Terutang :
Rp 500.000.000,-
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah pajak yang dipungut di luar negeri atas penghasilan luar
negeri yang diperoleh dari wajib pajak dalam negeri (WPDN) boleh dikreditkan dengan pajak
yang terutang dalam tahun pajak yang sama, sebesar pajak yang dibayarkan diluar negeri
tersebut tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU No. 10
Tahun 1994 untuk itu harus dicari batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN).
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku :
2. https://www.academia.edu/9173235/Makalah_PPH_pasal_24_dan_25
3. https://www.online-pajak.com/tentang-pph-final/pph-pajak-penghasilan-pasal-24
4. https://lmatconsulting.com/wp-content/uploads/2020/12/pph241.jpg
5. https://smconsult.co.id/id/perubahan-tarif-pajak-progresif-pph-21-orang-pribadi-berlaku-
tahun-2022/