Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK

AKUNTANSI PAJAK

PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

KELAS : 4B

NAMA :

1. ANACI KACIWUNU GADO (NO. 4)


2. CLARA MEIRIANA SERAN (NO. 8)
3. MARIA ROSALIA YOHANA HADJON (NO. 23)
4. SILVI FEBRIANTI TOBY (NO. 36)

DIAMPUH OLEH :

AGNES K.B. MUDAMAKIN,SE, M.Acc

JURUSAN AKUNTANSI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

POLITEKNIK NEGERI KUPANG

2022
KATA PENGANTAR
Puji & syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenanan
& perlindungan-Nya kami kelompok 3 dapat mengerjakan tugas makalah mengenai ‘PPh pasal
24’ yang dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Tugas ini berisi pembahasan materi tentang PPh pasal 24 yang kami kerjakan sebagai
kewajiban dalam menyelesaikan tugas mata kuliah ‘Akuntansi Perpajakan’. Tidak lupa kmai juga
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Agnes K.B Mudamakin,SE.,M.Acc
sebagai dosen pengampuh dalam mata kuliah ini yang telah memberikan bimbingan & bantuan
sebagai petunjuk pembuatan tugas ini & semua pihak tanpa terkecuali yang telah membantu
dalam penyusunan tugas ini, baik secara materi maupun moril.

Kupang,15 April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
Latar Belakang.............................................................................................................................3
Rumusan Masalah........................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
PEMBAHASAN..............................................................................................................................4
2.1 PAJAK PENGHASILAN PASAL 24....................................................................................4
Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24........................................................................................4
Subjek dan Objek Pajak Penghasilan Pasal 24............................................................................4
Laporan Keuangan Konsolidasian Dan Laporan Keungan Tersendiri.........................................6
Pengkreditan Dan Penentuan Sumber Penghasilan.....................................................................7
Tata Cara Pengkreditan................................................................................................................8
Penggabungan Penghasilan..........................................................................................................9
Tata Cara Penghitungan Kredit Pajak Luar Negeri....................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................14
PENUTUP.....................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah pajak yang dipungut di luar negeri atas penghasilan
wajib pajak dalam negeri (WPDN) boleh dikreditkan dengan pajak yang terutang dalam
tahun pajak yang sama, sebesar pajak yang dibayarkan diluar negeri tersebut tetapi tidak
boleh melebihi perhitungan pajak yang terutang berdasarkan UU No. 10 Tahun 1994. Untuk
itu harus dicari batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN).

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24 ?


2. Apa saja objek dan subjek Pajak Penghasilan Pasal 24 ?
3. Apa perbedaan laporan keuangan konsolidasian dan laporan keuangan tersendiri ?
4. Jelaskan mengenai pengkreditan dan penentuan sumber penghasilan !
5. Bagaimana tata cara pengkreditan ?
6. Jelaskan mengenai penggabungan penghasilan !
7. Bagaimana tata cara perhitungan kredit pajak luar negeri ? dan berikan contohnya !
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24

Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah pajak yang dipungut di luar negeri atas penghasilan
wajib pajak dalam negeri (WPDN) boleh dikreditkan dengan pajak yang terutang dalam
tahun pajak yang sama, sebesar pajak yang dibayarkan diluar negeri tersebut tetapi tidak
boleh melebihi perhitungan pajak yang terutang berdasarkan UU No. 10 Tahun 1994.
Untuk itu harus dicari batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN).

Subjek dan Objek Pajak Penghasilan Pasal 24


a. Objek pajak penghasilan jenis PPh Pasal 24 ini dikenakan atas:

 Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan
saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang memberikan saham
atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan.
 Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta
gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti,
atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada.
 Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah
negara tempat harta tersebut terletak.
 Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut
bertempat kedudukan atau berada.
 Penghasilan BUT adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan.
 Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda
turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan
adalah negara tempat lokasi penambangan berada.
 Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada.
 Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu BUT adalah
negara tempat bentuk usaha tetap berada.

Penghasilan luar negeri yang bisa jadi pengurang pajak


Sumber penghasilan kena pajak yang bisa digunakan untuk memotong utang pajak di
Indonesia adalah:

 Pendapatan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari
pengalihan saham dan surat berharga lainnya.
 Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan penggunaan
harta-benda bergerak.
 Penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda tidak
bergerak.
 Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan.
 Pendapatan dari BUT di luar negeri.
 Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda
keikutsertaan dalam pembiayaan atau pemanfaatan di sebuah perusahaan
pertambangan.
 Keuntungan dari pengalihan aset tetap.
 Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu bentuk usaha
tetap (BUT).
b. Subjek yang dikenakan PPh 24
Jenis PPh 24 ini dikenakan pada wajib pajak yang memiliki sumber penghasilan sebagai
objek PPh Pasal 24.
c. Subjek pemotong PPh 24
Pihak atau subjek yang memotong pajak penghasilan jenis PPh Pasal 24 adalah wajib
pajak badan maupun orang pribadi pemberi penghasilan atau dari pengalihan harta/aset di
luar negeri.

Laporan Keuangan Konsolidasian Dan Laporan Keungan Tersendiri


Dengan berlandaskan pada PSAK No. 4 (Revisi 2009) mengatur masalah penyusunan
dan penyajian laporan keuangan konsolidasian untuk sekelompok entitas yang berada
dalam pengendalian suatu entitas induk. Tetapi dalam pernyataan PSAK No. 4 ini tidak
berhubungan dengan metode akuntansi untuk kombinasi bisnis dan dampaknya dalam
konsolidasi, termasuk goodwill yang timbul dari kombinasi bisnis (perhatikan PSAK 22).
Dengan demikian laporan keuangan konsolidasian adalah laporan keuangan suatu
kelompok usaha yang disajikan sebagai suatu entitas ekonomi tunggal. Sedangkan
laporan keuangan tersendiri adalah laporan keuangan yang disajikan oleh entitas induk
yang mencatat investasi pada entitas anak, entitas asosiasi dan pengendalian bersama
entitas berdasarkan kepemilikan ekuitas langsung bukan berdasarkan laporan hasil dan
aset neto investee. Pengertian pengendalian yaitu kekuasaan untuk mengatur kebijakan
keuangan dan operasional suatu entitas untuk memperoleh manfaat dari aktivitas tersebut
sebagai prosedur konsolidasi yaitu daiam menyusun laporan keuangan sesuai paragraf 15
PSAK No. 4 menyatakan bahwa entitas dalam menyusun laporan keuangan, maka entitas
menggabungkan laporan keuangan entitas induk dan entitas anak satu per satu dengan
menjumlahkan pos-pos sejenis dari aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan, dan beban.
Pengkreditan Dan Penentuan Sumber Penghasilan
Agar dapat memberikan perlakuan pemajakan yang sama antara penghasilan yang
diterima atau diperoleh dari luar negeri dan penghasilan yang diterima atau diperoleh di
Indonesia, maka besarnya pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri dapat
dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia tetapi tidak boleh melebihi
besarnya pajak yang dihitung berdasarkan undang-undang Pajak Penghasilan. Cara
penghitungan besarnya pajak yang dapat dikreditkan selanjutnya ditetapkan oleh Menteri
Keuangan.
Penentuan sumber penghasilan menjadi sangat penting dalam perhitungan kerdit
pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan
terhadap pajak yang terutang. Undang-Undang Pajak Penghasilan menganut pengertian
penghasilan dalam arti luas.
Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber
penghasilan ditentukan oleh:
 penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan
saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham
atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan;
 penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan
harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga,
royalti, atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada
 penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tidak berg adalah
negara tempat harta tersebut terletak;
 penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kega adalah
negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan
 penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap ten
bertempat kedudukan atau berada; menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;
 penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau ta turut
serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertumb adalah
negara tempat lokasi penambangan berada;
 keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta berada &
keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bem usaha
tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.

Memperhatikan pengertian luas dari penghasilan tersebut, maka penenta sumber


penghasilan selain penghasilan seperti pada butir 1 sampai dengan butt menggunakan prinsip
yang sama dengan prinsip yang dianut di atas. Sebagai comi Tn. Abidin sebagai Wajib Pajak
dalam negeri memiliki sebuah rumah di Singap dan dalam tahun 2011 rumah tersebut dijual.
Keuntungan dari hasil penjualan rum merupakan penghasilan yang bersumber di Singapura
karena rumah tersebut terle di Singapura.

Apabila terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan dibayar di luar
negeri sehingga besarnya pajak yang dapat dikreditkan di Indo menjadi lebih kecil dari besarnya
perhitungan semula, maka selisihnya ditambakl pada Pajak Penghasilan yang terutang menurut
Undang-Undang Pajak Penghailan ini

Tata Cara Pengkreditan


Untuk melaksanakan pengkreditan pajak luar negeri, Wajib Pajak wajib
menyampaikan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan melampirkan:

1. laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri:

2. fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak (Tax Return) yang disampaikan di luar negeri; dan

3. dokumen pembayaran pajak di luar negeri.

Permohonan kredit pajak luar negeri haruslah disampaikan bersamaan denga


penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
Penggabungan Penghasilan
Untuk menghitung Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri, baik dari dalam negeri maupun dari
luar negeri, maka seluruh penghasilan Wajib Pajak tersebut digabungkan.

Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan untuk :


 penghasilan dari usaha yaitu dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya penghasilan
tersebut:

 penghasilan lainnya yaitu dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan tersebut;

 penghasilan berupa dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) Undang
Undang Pajak Penghasilan, yaitu dilakukan dalam tahun pajak pada saat perolehan
dividen tersebut ditetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Penggabungan penghasilan ini tidak diperkenankan apabila terjadi kerugian yang diderita
di luar negeri.

Saat Penggabungan Penghasilan


Apabila dalam Penghasilan Kena Pajak ternyata terdapat penghasilan yang berasal dari
luar negeri, maka penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan
tersebut dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang di Indonesia.
Pengkreditan pajak tersebut dilakukan dalam tahun pajak digabungkannya penghasilan
dari luar negeri dengan penghasilan di Indonesia.

Tata Cara Penghitungan Kredit Pajak Luar Negeri


Ketentuan mengenai jumlah pajak luar negeri yang boleh dikreditkan adalah sebagai
berikut. :
1. Jumlah kredit pajak yang besarnya paling tinggi sama dengan jumlah pajak yang
dibayar atau terutang di luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi jumlah tertentu
(ordinary credit method).
2. Jumlah tertentu seperti pada butir 1 dihitung menurut perbandingan antara
penghasilan dari luar negeri terhadap Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan
pajak yang terutang atas Penghasilan Kena Pajak, paling tinggi sama dengan
pajak yang terutang atas Penghasilan Kena Pajak dalam hal Penghasilan Kena
Pajak lebih kecil dari penghasilan luar negeri.
3. Kemungkinan penghasilan dari luar negeri tersebut berasal dari beberapa negara,
maka penghitungan kredit pajak dilakukan untuk masing-masing negara.
4. Penghasilan Kena Pajak yang digunakan sebagai perbandingan (perhatikan butir
2) tidak termasuk penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final yang
diatur dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan tentang
penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final yaitu diatur dengan peraturan
pemerintah dan/atau penghasilan yang dikenakan pajak tersendiri sebagaimana
diatur dalam Pasal 8 ayat (1) dan ayat (4) Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Pasal 8 ayat (1) dan ayat (4) Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa
seluruh penghasilan atau kerugian wanita yang telah kawin pada awal tahun pajak
atau awal bagian tahun pajak, demikian halnya kerugian yang berasal dan tahun-
tahun sebelumnya yang belum dikompensasikan dianggap penghasilan atau
kerugian suaminya. Pengecualian yaitu apabila penghasilan semata-mata diterima
atau diperoleh dari 1 (satu) pemberi kerja yang telah dipotong PPh Pa 21 dan
pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas
suami atau anggota keluarga lainnya.Penghasilan anak yang belum dewasa Pasal
8 ayat (4) mengatur bahwa penghasil anak yang belum dewasa digabung dengan
penghasilan orang tuanya kecuali penghasilan yang berasal dari pekerjaan yang
tidak ada hubungannya dengan usaha atau kegiatan dari orang yang mempunyai
hubungan istimewa dengan anak tersebut.
5. Apabila ternyata Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri
melebihi jumlah kredit pajak yang diperkenankan, atas kelebihan tersebut tidaklah
dapat diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang tahun berikutnya,
maka kelebihan itu tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau pengurang
penghasilan, dan tidak dapat dimintakan restitusi/pengembalian.

Prinsip dasarnya. Pajak Penghasilan dikenakan atas Penghasilan Kena


Pajak yang dihitung atas dasar seluruh penghasilan yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak baik penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
Dengan demikian, digabungkan seluruh penghasilan yang diterima atau diperoleh
dalam tahun pajak atau dalam tahun pajak sesuai keputusan menteri keuangan
untuk penghasilan berupa dividen. Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Pajak
Penghasilan mengatur kewenangan Menteri Keuangan untuk menetapkan saat
diperolehnya dividen oleh Wajib Pajak dalam negeri atas penyertaan modal usaha
di luar negeri selain badan usaha yang menual sahamnya di bursa efek dengan
ketentuan:

a. penyertaan modal Wajib Pajak dalam negeri sekurang-kurangnya 50% (lima puluh
persen) dari jumlali saham yang disetor; atau
b. secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya memiliki penyertaan
modal sebesar 50% (lima puluh persen) atau lebih dari jumlah saham yang disetor.

Contoh Perhitungan

 Perhitungan Kredit Pajak Luar Negeri Wajib Pajak Orang Pribadi


Tn. Budi berstatus TK/0 dalam tahun 2022 memperoleh penghasilan netto dalam negeri
sebesar Rp 600.000.000,- dan penghasilan netto luar negeri sebesar Rp 400.000.000,- . Pajak
yang dipotong di luar negeri (tariff 35%) adalah sebesar Rp 140.000.000,-

Jawaban :

Penghasilan netto dalam negeri Rp 600.000.000,-

Penghasilan netto luar negeri Rp 400.000.000,- +

Jumlah penghasilan netto Rp 1.000.000.000,-

PTKP (TK/0) (Rp 54.000.000,- ) -

PKP Rp 946.000.000,-

PPh Pasal 24 terutang :

5% x Rp 60.000.000,- Rp 3.000.000,-

15% x Rp 250.000.000,- Rp 37.500.000,-

25% x Rp 500.000.000,- Rp 125.000.000,-

30% x Rp 136.000.000,- Rp 40.800.000,- +

Jumlah Rp 206.300.000,-

Batas maksimum kredit pajak luar negeri :

Rp 400.000.000
x Rp 206.800.000 = Rp 87.230.443,97
Rp946.000 .000

Karena batas maksimum kredit pajak luar negeri sebesar Rp 87.230.443,97 lebih kecil daripada
pajak yang terutang/dipotong di luar negeri yaitu sebesarRp 140.000.000,00 maka jumlah kredit
pajak luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak terutang atas seluruh penghasilan Tn.
Budi adalah sebesar batas maksimum kredit pajak yang diperkenankan yaitu Rp 87.230.443,97

● Penghasilan Wajib Pajak Dikenakan Pajak Bersifat Final

PT Jayakarta memperoleh penghasilan tahun 2016 yang terdiri atas :

1. penghasilan dari Cina RP 2.000.000.000,- dengan tariff pajak 30%

2. Penghasilan dalam negeri Rp 3.500.000.000. Dalam penghasilan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 4 ayat (2) UU PPh sebesar Rp 500.000.000,-

Jawaban :

1. Penghasilan dari Cina Rp


2.000.000.000,-

2. Penghasilan dari dalam negeri Rp 3.500.000.000,-

Koreksi (Pasal 4 ayat (2)) Rp 500.000.000,-

Rp
3.000.000.000,-

3. Total Penghasilan netto Rp


5.000.000.000,-

4. PPh Terutang :

25% x Rp 5.000.000.000,- = Rp 1.250.000.000,-

5. Batas maksimum kredit pajak luar negeri sebesar :

Rp 2.000 .000 .000


x Rp 1.250.000.000 = Rp 500.000.000,-
Rp 5.000 .000 .000
Pajak terutang di Cina sebesar 30% x Rp 2.000.000.000 = Rp 600.000.000,- namun maksimum
kredit pajak yang dapat dikreditkan sebesar Rp 500.000.000,- sehingga jumlah kreddit pajak luar
negeri yang diperkenankan hanya sebesar

Rp 500.000.000,-

Ayat jurnal kasus pengkreditan

Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)

PPh Terutang Rp 500.000.000,- -

PPh Pasal 24 - Rp 500.000.000,-


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah pajak yang dipungut di luar negeri atas penghasilan luar
negeri yang diperoleh dari wajib pajak dalam negeri (WPDN) boleh dikreditkan dengan pajak
yang terutang dalam tahun pajak yang sama, sebesar pajak yang dibayarkan diluar negeri
tersebut tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU No. 10
Tahun 1994 untuk itu harus dicari batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN).
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku :

Judul buku : Akuntansi Pajak Edisi 6


Penulis : Dr. Waluyo,M.Sc., Ak
Penerbit : Salemba Empat
Kota penerbit : Jakarta
Tahun terbit : 2016

2. https://www.academia.edu/9173235/Makalah_PPH_pasal_24_dan_25
3. https://www.online-pajak.com/tentang-pph-final/pph-pajak-penghasilan-pasal-24
4. https://lmatconsulting.com/wp-content/uploads/2020/12/pph241.jpg
5. https://smconsult.co.id/id/perubahan-tarif-pajak-progresif-pph-21-orang-pribadi-berlaku-
tahun-2022/

Anda mungkin juga menyukai