Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PERPAJAKAN (PPh 24)

Makalah Ini Di Buat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perpajakan yang si Ampu Oleh Ibu
Wilda Sari, S.E, M.Ak

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Ariko beni (1810416712)
2. Irenius Hengki (1810416701)
3. Muhairil (1810416702)
4. Imanuella yuniati (1810416669)
5. Aurelia egadia (1810416691)
6. Hendrianus (1810416684)

Fakultas Ekonomi
Universitas Panca Bhakti
Pontianak

Halaman | 1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena
rahmat dan kesehatan yang telah diberikan kepada kami, kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Makalah PPh 24”. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Perpajakan.
Kami berterimakasih kepada ibu selaku dosen mata kuliah Perpajakan
yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangar berharap makalah ini
dapat berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan tentang Perpajakan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami berharap adanya
saran dan kritik yang membangun demi perbaikan makalan ini untuk masa yang
akan datang.
Semoga makalah ini dapat berguna dan dapat dipahami bagi siapapin yang
membacanya. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam kata-kata di
dalam makalah ini. Sekian dan terima kasih.

Pontianak, 26 maret 2021

Penulis

Halaman | 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

1.1 Latar Belakang...............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAAN......................................................................................5

2.1 Pengertian PPh24.........................................................................................5

2.2 Fungsi dan Manfaat PPh 24...........................................................................6

2.3 Teknis Pengkreditan atas Pajak Luar Negeri.................................................6

2.4 Penentuan Sumber Penghasilan.....................................................................7

2.5 Mekanisme perhitungan PPh24......................................................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................13

3.1 Kesimpulan...................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

Halaman | 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak. Maka dari
itu pajak penghasilan melekat pada subjeknya dan dikenal dengan istilah
pajak subjektif.
Sementara, cakupan pengertian penghasilan adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia yang dapat digunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan
dengan bentuk apapun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu PPh24 ?
2. Apa fungsi dan manfaat PPh24?
3. Bagaimana teknis permohonan kredit pajak luar negeri ?
4. Apa saja sumber penghasilan yang dibolehkan masuk kedalam PPh24?
5. Bagaimana mekanisme perhitungan PPh 24 ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa itu yang dimaksud dengan PPh24


2. Mengetahui fungsi dan manfaat dari PPh24
3. Mengetahui bagaimana teknis dalam pengajuan kredit luar negeri
4. Mengatahui sumber-sumber dari PPh24
5. Mengetahui mekanisme perhitungan PPh24

Halaman | 4
BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 Pengertian PPh24


Pajak Penghasilan Pasal 24 (PPh Pasal 24) mengatur tentang hak Wajib
Pajak untuk memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri. Hal ini bertujuan
supaya Wajib Pajak tidak terkena pajak ganda. Karena Wajib Pajak telah
melakukan pembayaran pajak asetnya di luar negeri. PPh Pasal 24 mengatur
tentang nominal pajak yang dibayarkan di luar negeri yang berfungsi sebagai
pengurang nilai pajak terutang yang dimiliki di Indonesia. Dengan kata lain,
jumlah pajak yang harus dibayar di Indonesia dapat dikurangi dengan jumlah
pajak yang telah mereka bayar di luar negeri. Syarat utamanya adalah nilai kredit
pajak di luar negeri tidak melebihi utang pajak yang ingin dibayar di Indonesia.
Sumber penghasilan kena pajak yang dapat digunakan untuk memotong utang
pajak Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari
pengalihan saham dan surat berharga lainnya.
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan
penggunaan harta-benda bergerak.
3. Penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda
tidak bergerak.
4. Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan,
dan kegiatan.
5. Pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di luar negeri.
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau
tanda keikutsertaan dalam pembiayaan atau pemanfaatan di sebuah
perusahaan pertambangan.
7. Keuntungan dari pengalihan aset tetap.
8. Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu
bentuk usaha tetap (BUT).

Halaman | 5
2.2 Fungsi dan Manfaat PPh 24
Fungsi dan manfaat dari pemberlakuan PPh 24 ini antara lain agar
memudahkan Wajib Pajak Badan serta memberikan kesempatan kepada DJP
untuk dapat mengelola aset yang besar dari Wajib Pajak di luar negeri. Mengapa
seperti itu? Hal ini dikarenakan, dengan adanya PPh 24 ini dapat mengurangi
resiko Wajib Pajak melakukan pembayaran ganda. Dengan melaporkan aset yang
sudah dibayar pajaknya di luar negeri, Wajib Pajak dapat mengklaim dan
mengurangi beban pembayaran pajak di dalam negeri. Namun sumber
penghasilan yang dapat dikenakan pajak ini juga harus memenuhi persyaratan
yang sudah ada.
Selain manfaat bagi Wajib Pajak, PPh 24 ini juga memberikan keuntungan DJP
dalam mengelola aset warga Indonesia di luar negeri. Pemerintah dapat mngecek
dan mengontrol aset yang ada di luar negeri dengan sistem pelaporan yang sudah
dilakukan oleh Wajib Pajak.

2.3 Teknis Pengkreditan atas Pajak Luar Negeri


Teknis proses pengkreditan pajak luar negeri terhadap pajak terutang di
dalam negeri diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
164/KMK.03/2002 yaitu pengkreditan pajak yang dibayar di luar negeri harus
dilakukan dalam Tahun Pajak yang sama.
Nominal yang dapat dikreditkan adalah maksimal sama dengan jumlah pajak yang
dibayar atau terutang di luar negeri. Namun, ada batas nominal tertentu menurut
perbandingan antara penghasilan dari luar negeri dan penghasilan kena pajak
dikalikan dengan pajak yang terutang atas penghasilan kena pajak dan dilakukan
untuk tiap-tiap negara.
Proses pengkreditan pajak luar negeri harus disampaikan kepada Direktur Jenderal
Pajak dengan melampirkan:
1. Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri.
2. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri.

Halaman | 6
3. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.
Penyampaian permohonan kredit pajak luar negeri dilakukan bersamaan dengan
penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan.

2.4 Penentuan Sumber Penghasilan


Dalam penentuan batas jumlah pajak atas penghasilan yang dibayarkan
atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan, perlu diperhatikan penentuan
sumber penghasilan sebagai berikut:
Penghasilan dalam saham dan sekuritas lainnya adalah Negara tempat badan yang
menerbitkan saham atau sekuritas tersebut bertempat kedudukan.
1. Penghasilan berupa bunga, royalty, dan sewa sehubungan dengan penggunaan
harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga,
royalty, atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada.
2. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak
adalah negara tempat harta tersebut terletak.
3. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
adalah Negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut
bertempat kedudukan atau berada.
4. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negate tempat bentuk usaha tetap
tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.

Halaman | 7
2.5 Mekanisme perhitungan PPh24
Mekanisme tentang jumlah kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan adalah
sebagai berikut:
1. Pajak atas penghasilan yang terutang atau dibayar di luar negeri yang
dapat dikreditkan terhadap total PPh terutang di Indonesia hanya pajak
yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak dari luar negeri tersebut . Pajak atas penghasilan yang yang
terutang di luar negeri adalah pajak atas penghasilan berkenaan dengan
usaha atau pekerjaan di luar negeri, sedangkan yang dimaksud dengan
pajak atas penghasilan yang dibayar di luar negeri adalah pajak atas
penghasilan dari modal dan penghasilan lainnya di luar negeri seperti
bunga, dividen, royalty, sewa, dan lain-lain.
Contoh :
PT A di Indonesia merupakan pemegang saham tunggal dari Z Inc. di Negara X.
Z Inc. tersebut dalam tahun 2009 memperoleh keuntungan sebesar US$100.000.
Pajak Penghasilan yang berlaku di Negara X adalah 48% dan pajak Dividen
adalah 38%. Penghitungan pajak atas dividen tersebut adalah sebagai berikut:
Keuntungan Z. Inc US$ 100.000
Pajak Penghasilan Negara X (Corporate income tax) atas Z. Inc (48%) US$ 48.000 (-)
US$ 52.000
Pajak atas Dividen (38%) US$ 19.760 (-)
Dividen yang dikirim ke Indonesia US$ 32.240

2. Besarnya kredit pajak yang diperbolehkan adalah yang setinggi-tingginya


sama dengan jumlah pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri, tetapi
tidak boleh melebihi jumlah yang dihitung menurut perbandingan antara
penghasilan dari luar negeri terhadap Penghasilan Kena Pajak (PKP), atau
setinggi-tingginya sama dengan pajak yang terutang atas PKP dalam hal
PKP lebih kecil dari penghasilan luar negeri (menganut Metode
Pengkreditan Pajak Terbatas atau Ordinary Credit Method). Secara

Halaman | 8
ringkas, besarnya kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan (PPh Pasal
24) adalah nilai terendah di antara tiga penghitungan berikut ini:
 Total PPh terutang.
 Penghasilan neto luar negeri: Total penghasilan dalam dan luar
negeri × Total PPh terutang.
 PPh yang terutang atau dibayar di luar negeri.
Catatan:
 Total PKP = penghasilan dari dalam negeri dan dari luar negeri
 Total PPh terutang = Tarif Pasal 17 × Total PKP
 Penghasilan yang terutang/dibayar di luar negeri = Tarif pajak luar
negeri × Penghasilan di luar negeri
 Besarnya PKP sebagai dasar penghitungan total PPh terutang tidak
memasukkan penghasilan-penghasilan yang PPh-nya bersifat final.
Contoh :
PT Putra Jaya di Yogyakarta memperoleh penghasilan neto pada tahun 2009
sebagai berikut:
• Penghasilan dari dalam negeri Rp 500.000.000
• Penghasilan dari luar negeri Rp 500.000.000
(tarif pajak yang berlaku adalah 20%)

Penghitungan kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan (PPh Pasal 24)
adalah:
1. Menghitung Total PKP
Penghasilan dari dalam negeri Rp 500.000.000
Penghasilan dari luar negeri Rp 500.000.000 (+)
Jumlah penghasilan neto Rp 1.000.000.000
Peredaran bruto dari kegiatan usaha adalah Rp 52.000.000.000
Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat
kompensasi kerugian atau pengurangan yang lain.

Halaman | 9
2. Menghitung Total PPh Terutang adalah:
Tariff PPh Pasal 17 ayat (1) b × penghasilan kena pajak
28% × Rp 1.000.000.000 Rp 280.000.000
3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan
500.000 .000
× Rp 280.000.000 = Rp 140.000.000
1.000.000 .000
4. Menghitung PPh yang Dipotong atau Dibayar di Luar Negeri
Tarif pajak di luar negeri × penghasilan luar negeri
20% × Rp 500.000.000 = Rp 100.000.000

Penghitungan PPh Pasal 24 jika Terjadi Kerugian Usaha Dalam Negeri


Dalam hal terjadi kerugian usaha di dalam negeri, maka sejumlah kerugian yang
diderita tersebut dapat digabungkan atau dikompensasikan dengan penghasilan
yang diterima atau diperoleh di Indonesia (dalam negeri).
Contoh :
PT Ananda Raya di Indonesia memperoleh penghasilan neto pada tahun 2009
sebagai berikut:
 Di Negara A, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp.
300.000.000 (tarif pajak yang berlaku adalah 30%).
 Di dalam negeri, menderita kerugian sebesar Rp 100.000.000.
Peredaran bruto dari kegiatan usaha dalam dan luar negeri sebesar Rp
4.600.000.000 Penghitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal
24) adalah:
1. Menghitung Total PKP
Penghasilan dari Negara A berupa laba usaha Rp 300.000.000
Kerugian usaha di dalam negeri Rp 100.000.000 (-)
Jumlah penghasilan neto Rp 200.000.000
Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat
kompensasi kerugian atau pengurangan yang lain.

Halaman | 10
2. Menghitung Total PPh Terutang
Tariff PPh Pasal 17 ayat (1) b × penghasilan kena pajak
28% × Rp 200.000.000 × 50% Rp 25.000.000
3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan
300.000.000
× Rp 25.000.000 = Rp 37.500.000
200.000.000
4. Menghitung PPh yang Dipotong atau Dibayar di Luar Negeri
Tarif Pajak di luar negeri × penghasilan luar negeri
30% × Rp 300.000.000 Rp 90.000.000

Penghitungan PPh Pasal 24 jika Terjadi Kerugian Usaha Luar Negeri


Dalam hal terjadi kerugian yang diderita di luar negeri, maka kerugian tersebut
tidak boleh digabungkan/dikompensasikan dengan penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari Indonesia.
Contoh :
PT Amalia di Surabaya memperoleh penghasilan neto tahun 2009 sebagai berikut:
 Di Negara A, memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp
200.000.000 (tariff pajak yang berlaku adalah 40%).
 Di Negara B, mengalami kerugian usaha sebesar Rp 300.000.000 (tariff pajak
yang berlaku adalah 25%).
 Di dalam negeri, memperoleh laba usaha sebesar Rp 600.000.000.
 Peredaran bruto dari kegiatan usaha adalah Rp 48.000.000.000.
Penghitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah:
1. Menghitung Total PKP
Penghasilan dari Negara A berupa laba usaha Rp 200.000.000
Penghasilan dari dalam negeri berupa laba usaha Rp 600.000.000 (+)
Jumlah penghasilan neto Rp 800.000.000
Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat
kompensasi kerugian atau pengurangan yang lain.

Halaman | 11
2. Menghitung Total PPh yang Terutang
Penghasilan kena pajak yang mendapat fasilitas
Pengurangan tariff sebelah fasilitas 50%:
(Rp 4.800.000.000 ÷ 48.000.000.000) × Rp 80.000.000
Penghasilan kena pajak yang tidak mendapat fasilitas pengurangan tariff
50%: Rp 800.000.000 – Rp 80.000.000 = Rp 720.000.000
PPh Terutang:
• 50%× 25% × Rp 80.000.000 = Rp 10.000.000
• 25%× Rp 720.000.000 = Rp 180.000.000 (+)
Rp 190.000.000
3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan di Negara A sesuai
Perbandingan Penghasilan
200.000.000
× Rp 190.000.000 = Rp 47.500.000
800.000.000
4. 4. Menghitung PPh yang Dipotong atau Dibayar di Negara A
40% × Rp 200.000.000 = Rp 80.000.000

Halaman | 12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pajak Penghasilan Pasal 24 Adalah Pajak yang dipungut di luar negeri atas
penghasilan wajib pajak di luar negeri.Pajak yang dibayar di luar negeri atas
penghasilan luar negeri yangdiperoleh wajib pajak dalam negeri (WPDN) boleh
dikreditkan dengan pajak yang terutangdalam tahun pajak yang sama, sebesar
pajak yang dibayarkan diluar negeri tersebut tetapitidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU No. 10 Tahun 1994.Untuk itu
harus dicari batas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN) dan PPh
Pasal25adalahPajak Penghasilan (disingkat PPh) dikenakan terhadap Wajib Pajak
dalam satu periode tertentu yang dinamakan tahun pajak. Berdasarkan hal ini,
maka perhitungan dan penghitungan PPh dilakukan setahun sekali yang
dituangkan dalam SPT Tahunan. Nah,karena penghitungan PPh dilakukan setahun
sekali, maka penghitungan ini harus dilakukansetelah satu tahun tersebut berakhir
agar semua data penghasilan dalam satu tahun sudahdiketahui. Untuk perusahaan,
tentu saja data penghasilan ini harus menunggu laporankeuangan selesai dibuat.

Halaman | 13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.online-pajak.com/tentang-pph-final/pph-pajak-penghasilan-pasal-
24#:~:text=PPh%20Pasal%2024%20(Pajak%20Penghasilan%20Pasal
%2024)%20adalah%20peraturan%20yang,terhutang%20yang%20dimiliki%20di
%20Indonesia.&text=Penghasilan%20berupa%20bunga%2C%20royalti%2C
%20dan,dengan%20penggunaan%20harta%2Dbenda%20bergerak.
https://news.ddtc.co.id/contoh-soal-perhitungan-pph-pasal-24-9192

https://www.scribd.com/document/433497567/Akuntansi-Pajak-Penghasilan-Dan-
Imbalan-Kerja-Makalah

Halaman | 14

Anda mungkin juga menyukai