Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PERPAJAKAN

PPH PASAL 24

Disusun Oleh :
Layli Mifahul Ziah ( 1832610174 )
Muhammad Kaazhim ( 1832610206 )
Ni Made Ruth ( 1832610211 )
Ulvi Yanuba Arifah ( 1832610098 )

D-III ADMINISTRASI BISNIS


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpah berkat perkenan-nya sehingga tugas makalah mengenai “PPh Pasal 24”
dapat diselesaikan dengan waktu yang tepat.

Tugas ini berisi pembahasan materi tentang PPh Pasal 24 yang kami
kerjakan sebagai kewajiban dalam menyelesaikan tugas mata kuliah “Perpajakan”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih sebesar- besarnya kepada Bapak
Basuki sebagai Dosen Pengasuh dalam mata kuliah ini yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan sebagai petunjuk pembuatan tugas ini dan semua pihak
tanpa terkecuali yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini, baik secara
materi maupun moril.

Malang ,12 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................1


Daftar Isi .............................................................................................................................2
Bab I Pendahuluan ...........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................
Bab II Pembahasan ..........................................................................................................
2.1 Pengertian PPh Pasal 24 (Pajak Penghasilan Pasal 24).................................................
2.2 Penggabungan Penghasilan...........................................................................................
2.3 Contoh Penggabungan Penghasilan...............................................................................
2.4 Batas Maksimum Kredit Pajak......................................................................................
2.5 Batas Maksimum Kredit Pajak Untuk Setiap Negara (Per Country Limitation)..........
2.6 Rugi Pajak Di Luar Negeri............................................................................................
2.7 Mekanisme Pengkreditan Pph Yang Dibayar Di Luar Negeri.......................................
2.8 Perubahan Besarnya Penghasilan Di Luar Negeri.........................................................
2.9 Cara Melaksanakan Kredit Pajak Luar Negeri...................................................
2.10 Tata Cara Penghitungan Kredit Pajak Luar Negeri..........................................
Bab III Penutup.................................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................................
Daftar Pustaka ..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak adalah iuran wajib yang dibayar oleh rakyat kepada negara dan akan
digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Terdapat beberapa
pajak diantaranya adalah Pajak Penghasilan, didalam Pajak Penghasilan memuat
beberapa pasal. PPh Pasal 24 (Pajak Penghasilan Pasal 24) adalah peraturan yang
mengatur tentang kewajiban membayar pajak untuk mereka di luar negeri, untuk
menghitung nilai pajak terhutang yang dibutuhkan di Indonesia. Jumlah pajak yang harus
dibayar di Indonesia dapat dihitung dengan jumlah pajak yang harus dibayar di luar
negeri, asalkan nilai kredit pajak di luar negperi tidak perlu pajak penghasilan yang ingin
dibayar di Indonesia. Dengan adanya PPh Pasal 24 yakni untuk mengatur agar wajib
pajak tidak dikenakan pajak berganda yang memberatkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian PPh Pasal 24 ?
2. Bagaimana cara Penggabungan Penghasilan yang berasal dari luar negeri ?
3. Bagaimana cara menentukan dan menghitung Batas Maksimum Kredit Pajak untuk
setiap negara?
4. Bagaimana cara menghitung Rugi Usaha di Luar Negeri ?
5. Bagaimana cara mengatasi Perubahan Besarnya Penghasilan di Luar Negeri ?
6. Bagaimana cara melaksanakan Kredit Pajak Luar Negeri ?

C. Tujuan
1. Untuk membantu pembaca mengetahui lebih dalam mengenai PPh Pasal 24
2. Untuk mengetahui cara Penggabugan Penghasilan yang berasal dari luar negeri
3. Untuk mengetahui cara menentukan dan menghitung Batas Maksimum Kredit Pajak
untuk setiap negara
4. Untuk mengetahui Rugi Usaha di Luar Negeri
5. Untuk mengetahui cara mengatasi Perubahan Besarnya Penghasilan di Luar Negeri
6. Untuk mengetahui cara melaksanakan Kredit Pajak Luar Negeri
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian PPh Pasal 24 (Pajak Penghasilan Pasal 24)

PPh Pasal 24 (Pajak Penghasilan Pasal 24) adalah peraturan yang mengatur tentang
kewajiban membayar pajak untuk mereka di luar negeri, untuk menghitung nilai pajak terhutang
yang dibutuhkan di Indonesia. Jumlah pajak yang harus dibayar di Indonesia dapat dihitung
dengan jumlah pajak yang harus dibayar di luar negeri, asalkan nilai kredit pajak di luar negeri
tidak melebihi utang pajak yang ingin dibayar di Indonesia. Pemanfaatan kredit pajak di luar
negeri ini diminta agar pajak tidak dikenakan pajak ganda. Pengkreditan pajak luar negeri
dilakukan dalam tahun digabungkannya penghasilan dari luar negeri dengan penghasilan di
Indonesia. Indonesia menganut tax credit yang ordinary credit method dengan menerapkan per
country limitation.

Sumber Penghasilan Luar Negeri yang Bisa Dijadikan Pengurang Pajak di Dalam Negeri

PPh Pasal 24 mengatur beberapa sumber penghasilan berikut yang bisa dikreditkan sebagai
pengurang pajak di dalam negeri.

- Penghasilan dari saham dan surat berharga lainnya.


- Keuntungan dari pengalihan saham dan surat berharga lainnya.
- Pendapatan lain yang berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan penggunaan
harta benda bergerak.
- Pendapatan yang berupa sewa terkait dengan penggunaan harta benda tidak bergerak.
- Jasa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
- Semua keuntungan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di luar negeri.
- Keuntungan dari keikutsertaan dalam pembiayaan atau pemanfaatan di perusahaan
pertambangan.
- Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari Bentuk Usaha Tetap
(BUT).

B. Penggabungan Penghasilan
Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan sebagai berikut :
1. Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya
penghasilan tersebut (accrual basis).

2. Penggabungan penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun pajak diterimanya


penghasilan tersebut (cash basis).

3. Penggabungan penghasilan yang berupa dividen (Pasal 18 Ayat 2 UU PPh) dilakukan


dalam tahun pajak pada saat perolehan dividen tersebut ditetapkan sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan.

C. Contoh Penggabungan Penghasilan :

PT Mandiri menerima dan memperoleh penghasilan neto dari sumber luar negeri dalam
tahun 2016 sebagai berikut :

 Hasil usaha di negara Jerman dalam tahun pajak 2016 sebesar Rp 700.000.000,00.

 Di negara Belanda memperoleh dividen atas kepemilikan sahamnya di “ABC Corp.”


sebesar Rp 1.000.000.000,00 yaitu berasal dari keuntungan tahun 2015 yang ditetapkan
RUPS tahun 2015, dan baru dibayarkan tahun 2016.

 Di negara Inggris memperoleh dividen atas penyertaan saham sebanyak 75% di “DEF
Corp.” sebesar Rp 2.000.000.000,00. Saham tersebut tidak diperdagangkan di bursa efek.
Dividen tersebut berasal dari keuntungan saham 2015 yang berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan ditetapkan diperoleh tahun 2016.

 Penghasilan berupa bunga semester II tahun 2016 sebesar Rp 500.000.000,00 dari


Bangkok Bank di Thailand. Penghasilan tersebut akan diterima pada bulan April 2017.

Penghasilan dari sumber luar negeri yang digabungkan dengan penghasilan PT Mandiri dari
dalam negeri pada tahun pajak 2016 adalah penghasilan pada angka 1,2 dan 3. Sedangkan
penghasilan pada angka 4 digabungkan dengan penghasilan PT Mandiri dari dalam negeri pada
tahun pajak 2017.
D. Batas Maksimum Kredit Pajak

Wajib pajak dalam negeri yang terutang pajak atas penghasilan kena pajak yang berasal
dari seluruh penghasilan termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri,
maka seluruh penghasilan di dalam negeri maupun dari luar negeri tersebut harus digabungkan.

Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut :

1. Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya


penghasilan tersebut (accrual basis).
2. Untuk penghasilan lainnya, dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan
tersebut (cash basis).

3. Penggabungan penghasilan berupa dividen yang diperoleh wajib pajak dalam negeri dari
penyertaan modal sekurang-kurangnya 50% dari jumlah saham disetor atau secara
bersama-sama denga wajib pajak dalam negeri lainnya sekurang-kurangnya 50% dari
jumlah saham disetor pada badan usaha di luar negeri yang sahamya tidak
diperdagangkan di bursa efek, dilakukan dalam tahun pajak di mana dividen tersebut
diperoleh. Penjelasan lebih lanjut tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan
No.256/PMK.03/2008.

4. Kerugian yang diderita di luar negeri tidak boleh digabungkan dalam menghitung
Penghasilan Kena Pajak di Indonesia.

Contoh: PT Dahlia Indah di Jakarta dalam tahun pajak 2015 menerima dan memperoleh
penghasilan neto dari sumber luar negeri sebagai berikut:

1. Hasil usaha di negara Thailand dalam tahun pajak 2015 sebesar Rp900.000.000.
2. Di negara Singapura, memperoleh dividen atas kepemilikan sahamnya di X Ltd. Sebesar
Rp1.000.000.000, yaitu berasal dari keuntungan saham tahun 2013 yang ditetapkan
dalam RUPS tahun 2014 dan baru dibayarkan tahun 2015.
3. Di negara Hong Kong, memperoleh dividen atas penyertaan saham sebanyak 75% di Y
Corp. sebesar Rp2.000.000.000. Saham tersebut tidak diperdagangkan di bursa efek.
Dividen tersebut berasal dari keuntungan saham 2014 dan diperoleh tahun 2014.

4. Penghasilan bunga kuartal IV tahun 2015 sebesar Rp300.000.000 dari Kuala Lumpur
Bank di Malaysia. Penghasilan tersebut baru akan diterima pada bulan Juli 2016.

Penghasilan dari luar negeri yang dapat digabungkan dengan penghasilan dalam negeri
PT Dahlia Indah dalam tahun pajak 2015 adalah penghasilan pada angka 1,2, dan 3. Sedangkan,
penghasilan pada angka 4 dapat digabungkan dengan penghasilan PT Dahlia Indah untuk tahun
pajak 2016.

Batas maksimum kredit pajak dapat diambil dari yang terendah di antara 3
unsur/perhitungan berikut ini:

1. Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri.


2. (Penghasilan luar negeri/Seluruh penghasilan kena pajak) x pph atas seluruh yang
dikenakan tarif pasal 17.

3. Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak (dalam hal penghasilan
kena pajak adalah lebih kecil daripada penghasilan luar negeri).

Contoh: PT Anugerah Sejahtera memperoleh penghasilan netto dalam tahun pajak 2014 sebagai
berikut:

 Penghasilan dari luar negeri Rp5.000.000.000 dengan tarif pajak sebesar 35%.
 Penghasilan usaha di Indonesia Rp3.000.000.000.

Maka jumlah penghasilan nettonya adalah: Rp5.000.000.000 + Rp3.000.000.000 =


Rp8.000.000.000

Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah dari 3 unsur/perhitungan berikut:

1. Pph terutang atau dibayar di luar negeri adalah: 35% x Rp5.000.000.000 =


Rp1.750.000.000
2. (Rp5.000.000.000/Rp8.000.000.000) x Rp2.000.000.000 = Rp1.250.000.000
3. Pph terutang (menurut tarif pasal 17) = Rp8.000.000.000 x 25% = 2.00000.000

Dengan demikian kredit pajak yang diperkenankan adalah pada poin 2 sebesar Rp1.250.000.000.

E. Batas Maksimum Kredit Pajak Untuk Setiap Negara (Per Country Limitation)

Apabila penghasilan luar negeri berasal dari beberapa negara, maka penghitungan batas
maksimum kredit pajak dilakukan untuk masing-masing negara.

Contoh: PT Makmur Abadi memperoleh penghasilan netto dalam tahun 2015 sebagai berikut:

 Di negara A, memperoleh penghasilan (laba) 2.000.000.000 dengan tarif pajak sebesar


35%.
 Di negara B, memperoleh penghasilan (laba) Rp3.000.000.000 dengan tarif pajak sebesar
20%.

 Penghasilan usaha di Indonesia Rp5.0000.000

Perhitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut:

Jumlah penghasilan netto atau penghasilan kena pajaknya = (Rp2.000.000.000 +


Rp3.000.000.000) + Rp5.000.000.000 = Rp10.000.000.000

Pph terutang (menurut pasal 17) = Rp10.000.000.000 x 25% = Rp2.500.000.000

Batas maksimum kredit pajak untuk masing-masing negara adalah:

 Negara A: (Rp2.000.000.000/Rp10.000.000.000) x Rp2.500.000.000 = Rp500.000.000

Pajak terutang di negara A sebesar Rp700.000.000, maka maksimum kredit pajak yang dapat
dikreditkan adalah Rp500.000.000.

 Negara B: (Rp3.000.000.000)/Rp10.000.000.000) x Rp2.500.000.000 = Rp750.000.000


Pajak terutang di negara B sebesar Rp600.000.000, maka maksimum kredit pajak yang dapat
dikreditkan adalah Rp750.000.000. Jadi, jumlah kredit pajak luar negeri yang dikenakan adalah
sebesar Rp500.000.000 + Rp750.000.000 = Rp1.250.000.000.

F. Rugi Pajak Di Luar Negeri

PPh 24 atau Pajak Penghasilan Pasal 24, menyebutkan dengan jelas bahwa wajib pajak
dalam negeri yang memiliki penghasilan dari kegiatan usaha di luar negeri berupa pendapatan
dari saham dan surat berharga, bunga, royalti dan imbalan boleh dikreditkan terhadap pajak yang
terutang di tahun pajak yang sama.

Dan dalam terjadinya perubahan besarnya penghasilan yang berasal dari luar negeri,
wajib Pajak harus melakukan pembetulan seperti SPT tahunan untuk tahun pajak yang
bersangkutan dengan melampirkan dokumen yang berkenaan dangan perubahan tersebut .
apabila akibat pembetulan tersabut menyebabkan Pajak Pengahasilan kurang dibayar, maka atas
kekurangan tersebut tidak dikenakan sanksi bunga. Apabila pembetulan tersebut menyebabkan
Pajak Penghasilan lebih dibayar, maka kelebihan tersebut dapat dikembalikan kepada Wajib
Pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak lainnya.

G. Mekanisme Pengkreditan Pph Yang Dibayar Di Luar Negeri

Tentu dalam melakukan pengkreditan PPh seperti ini terdapat mekanisme atau prosedur
yang harus dilakukan. Berikut mekanisme yang harus ditempuh wajib pajak:

 Pajak penghasilan yang dibayar di luar negeri dapat dikreditkan dengan pajak
penghasilan yang terutang di Indonesia.
 Kredit PPh yang dibayarkan di luar negeri dilakukan dalam tahun pajak digabungkannya
penghasilan dari luar negeri tersebut dengan penghasilan di Indonesia.

 Jumlah besaran PPh 24 yang dapat dikreditkan maksimal adalah sebesar jumlah yang
lebih rendah di antara PPh yang dibayar di luar negeri dan jumlah yang dihitung menurut
perbandingan antara penghasilan luar negeri dan seluruh penghasilan kena pajak.
 Jika penghasilan luar negeri berasal dari beberapa negara, maka kemudian penghitungan
PPh 24 dilakukan untuk masing-masing negara.

 Penghasilan kena pajak yang dikenakan PPh Final atau penghasilan yang dikenakan
pajak tersendiri tidak dapat digabungkan dengan penghasilan lainnya.

 Ketika jumlah PPh yang dibayarkan di luar negeri melebihi ketentuan PPh 24 yang dapat
dikreditkan, maka kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan pada tahun mendatang,
tidak dibebankan dan tidak direstitusi.

 Pelaksanaan pengkreditan PPh luar negeri harus disampaikan dengan surat permohonan
bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh (dengan lampiran laporan keuangan
dari penghasilan luar negeri, salinan SPT yang disampaikan di luar negeri dan dokumen
pembayaran PPh di luar negeri).

 Atas permohonan wajib pajak yang bersangkutan, pejabat yang berkedudukan sebagai
Kepala KPP dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian lampiran yang disebutkan
sebelumnya dikarenakan alasan di luar kekuasaan wajib pajak.

 Jika terjadi perubahan besarnya penghasilan yang berasal dari luar negeri, maka wajib
pajak harus melakukan pembetulan SPT Tahunan yang dilampirkan.

 Jika pembetulan SPT Tahunan menyebabkan PPh menjadi kurang bayar, maka nominal
kurang bayar tidak akan dikenakan sanksi bunga.

 Ketika pembetulan SPT Tahunan yang dilakukan menyebabkan PPh lebih bayar, maka
kelebihan bisa dikembalikan pada wajib pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak
lainnya.

Tentu saja, setiap mekanisme ini harus dipahami dengan baik oleh wajib pajak dalam
negeri yang ingin menggunakan metode perhitungan dengan berdasarkan PPh 24. Mengingat
banyaknya mekanisme yang ada, maka KPP juga memberikan waktu yang cukup panjang untuk
wajib pajak melengkapi setiap berkas dan melaksanakan mekanisme yang ditentukan tersebut.

Contoh :
Perhitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha di Luar Negeri

PT Selaras Abadi pada tahun 2013 memperoleh penghasilan neto sebagai berikut:
Di Thailand memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp300.000.000 (tarif pajak yang
berlaku 40%). Di Jerman menderita kerugian sebesar Rp500.000.000 (tarif pajak yang berlaku
25%). Di dalam negeri memperoleh laba usah sebesar Rp500.000.000

Hitunglah PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang tahun 2014?
Jawaban:
Penghitungan PPh pasal 24 adalah sebagai berikut:

1. Menghitung total penghasilan kena pajak:


Penghasilan dalam negeri Rp300.000.000
Penghasilan dari luar negeri Rp500.000.000
Jumlah Penghasilan Neto Rp800.000.000
2. Menghitung total PPh terutang:
Pajak terhutang 25% x Rp800.000.000 = Rp200.000.000
3. Menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan:
(penghasilan Luar Negeri : total penghasilan) x total PPh terutang
(Rp300.000.000 : Rp800.000.000) x Rp200.000.000 = Rp75.000.000
4. Menghitung PPh yang terutan atau dipotong di Luar Negeri:
40% x Rp300.000.000 = Rp120.000.000

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan adalah
Rp75.000.000.

H. Perubahan Besarnya Penghasilan Di Luar Negeri

Perubahan besarnya penghasilan luar negeri Apabila terjadi perubahan besarnya


penghasilan yang berasal dari luar negeri, wajib pajak harus melakukan pembetulan SPT
untuk tahun pajak yang bersangkutan dengan melampirkan dikumen yang berkenaan dengan
perubahan tersebut.

1. Jika karena perubahan tersebut, menyebabkan adanya tambahan penghasilan yang


mengakibatkan pajak yang terutang atas penghasilan luar negeri menjadi lebih besar daripada
yang dilaporkan dalam SPT tahunan, sehingga pajak yang terutang di LN menjadi kurang
bayar, maka terdapat kemungkinan pajak penghasilan di Indonesia juga kurang bayar. Sesuai
dengan pasal 8 UU No. 16 tahun 2000 tentang ketentuan Umum dan tatacara perpajakan,
apabila WP membetulkan sendiri SPT yang mengakibatkan pajak yang terutang menjadi
lebih besar, maka kepadanya dikenakan bunga sebesar 2% sebulan atas jumlah pajak yang
kurang dibayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT terakhir sampai dengan tanggal
pembayaran karena pembetulan SPT tersebut.

2. Apabila karena pembetulan SPT tersebut, menyebabkan penghasilan dan pajak atas
penghasilan yang terutang di luar negeri menjadi lebih kecil daripada yang dilaporkan dalam
SPT tahunan, sehingga pajak di luar negeri lebih di bayar, yang akan mengakibatkan pajak
penghasilan yang terutang di Indonesia menjadi lebih kecil, sehingga pajak penghasilan
menjadi lebih dibayar. Atas kelebihan bayar pajak tersebut dapat dikembalikan kepada wajib
pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak lainnya.

Contoh:
Berikut ini data yang berhubungan dengan penghitungan PPh pasal 24 pada tahun 2006:
– Penghasilan Di Luar Negeri (Sesuai SPT) Rp 800.000.000
– Penghasilan Dari Dalam Negeri Rp1.000.000.000
– Penghasilan Di Luar Negeri (Setelah Koreksi Di Luar Negeri) Rp1.000.000.000
– Tarif Pajak Di Luar Negeri 40%
– PPh pasal 25 Rp200.000.000 SPT disampaikan pada 30 Maret 2007 dan pembetulan dilakukan
pada bulan mei 2007.
PPh sebelum dan sesudah koreksi fiskal di luar negeri adalah sebagai berikut:

SPT SPT Pembetulan


Pembetulan Luar Negeri Penghasilan LN 1.000.000.000
800.000.000
Penghasilan DN 1.000.000.000
Penghasilan Dalam Negeri
Penghasilan KP 2.000.000.000
1.000.000.000
PPh terutang :
Penghasilan Kena Pajak
1.800.000.000 10% x 50.000.000 = 5.000.000

PPh terutang (tarif Pasal 17) 15% x 50.000.000 = 7.500.000

10% x 50.000.000 = 5.000.000 30% x 1.700.000.000 = 570.000.000

15% x 50.000.000 = 7.500.000 PPh terutang 582.500.000

30% x 1.700.000.000 = 510.000.000 Kredit Pajak LN :

PPh terutang 522.500.000 (1M : 2M) x 582.500.000 = 291.250.000

Kredit Pajak Luar Negeri : PPh di bayar di Ind 291.250.000

(0,8M : 1,8M) x 522.500.000 = PPh pasal 25 200.000.000

232.222.222 PPh pasal 29 91.000.000

Harus di bayar di Ind Masih harus di bayar :


290.277.718
- Kekurangan psal 29 972.222
PPh pasal 25 200.000.000 - Bunga 2 x 2% x 972.222 38.888.88

PPh pasal 29 90.277.778

I. Cara Melaksanakan Kredit Pajak Luar Negeri

Cara Melaksanakan Kredit Pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri, Wajib Pajak
wajib menyampaikan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan dilampiri :

1. Laporan keuangan dari penghasilan yang beraasal dari luar negeri


2. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri
3. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri
Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri tersebut
dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh.

J. Tata Cara Penghitungan Kredit Pajak Luar Negeri

Penghitungan kredit pajak luar negeri Wajib Pajak Badan

Selama tahun 2018 PT Bahari di Jakarta memperoleh penghasilan neto sebagai berikut,

penghasilan dalam negeri Rp1.000.000.000


penghasilan luar negeri (tarif pajak 20%) Rp1.000.000.000

Penghitungan jumlah maksimum kredit pajak luar negeri adalah :

1. Penghasilan luar negeri Rp1.000.000.000


Penghasilan luar negeri Rp1.000.000.000
Jumlah penghasilan neto Rp2.000.000.000

2. Apabila jumlah penghasilan neto sama dengan Penghasilan Kena Pajak, maka sesuai
tarif Pasal ayat 2, Pajak Penghasilan yang terutang sebesar:

25% x Rp2.000.000.000 = Rp500.000.000

3. Batas maksimum kredit pajak luar negeri adalah:

Rp1.000.000.000 x Rp500.000.000 = Rp250.000.000


Rp2.000.000.000
Oleh karena batas maksimum kredit pajak luar negeri sebesar Rp250.000.000 lebih besar
dari jumlah pajak luar negeri yang terutang atau dibayar di luar negeri, yaitu sebesar
Rp200.000.000 ( 20% x Rp1.000.000.000), maka jumlah kredit pajak luar negeri yang
diperkenankan adalah sebesar Rp200.000.000.

1. Penghitungan Kredit Pajak Luar Negeri Wajib Orang Pribadi

Ardan Qodri, status belum menikah dan tidak memiliki tanggungan (TK/0) memperoleh
penghasilan neto dalam tahun 2018 sebagai berikut :
Penghasilan dalam negeri Rp1.000.000.000

Penghasilan luar negeri (tarif pajak 20%) Rp1.000.000.000

Penghitungan jumlah maksimum kredit pajak luar negeri adalah:

1. Penghasilan luar negeri Rp1.000.000.000


Penghasilan dalam negeri Rp1.000.000.000
Jumlah penghasilan neto Rp2.000.000.000
Dikurangi:
PTKP (TK/0)) Rp 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak Rp1.946.000.000

2. Pajak penghasilan terutang sesuai tarif Pasal 17 ayat 1a Undang-Undang Pajak


Penghasilan:

5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
20% x Rp 250.000.000 = Rp 62.500.000
30% x Rp1.446.000.000 = Rp 433.800.000
Total = Rp 528.800.000
3. Batas maksimum kredit pajak luar negeri adalah:
Rp1.000.000.000 x Rp528.800.000 = Rp271.736.896
Rp1.946.000.000

Oleh karena batas maksimum kredit pajak luar negeri sebesar Rp271.736.896 lebih
besar dari jumlah pajak luar negeri yang terutang atau dibayar di luar negeri, yaitu
Rp200.000.000 (20% x Rp1.000.000.000), maka jumlah kredit pajak luar negeri yang
diperkenankan adalah sebesar Rp200.000.000.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pajak yang dibayar atau terutang diluar negri atas penghasilan dari luar negeri yang
diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negri. PPh pasal 24 ini boleh dikreditkan terhadap
total pajak penghasilan terutang dalam suatu tahun pajak. Untuk memberikan perlakuan
perpajakan yang sama antara penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negri dengan
penghasilan yang diterima atau diperoleh di Indonesia, maka besarnya pajak yang dibayarkan
atau terutang diluar negri dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia tetapi
tidak boleh melebihi besarnya pajak yang terutang atas seluruh penghasilan di Indonesia.
Penghitungan penghasilan kena pajak tidak termasuk penghasilan yang dibayar atau
terutang diluar negri melebihi jumlah kredit pajak yang diperkenankan, maka kelebihan
tersebut tidak dapat diperhitungkan dengan pajak penghasilan yang terutang tahun
berikutnya, tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau pengurangan sebagai biaya atau
pengurangan penghasilan, dan tidak dapat dimintakan restitusi.

B. Saran
Makalah yang berjudul perpajakan ini merupakan karya tulis berdasarkan himpunan
material yang di ambil dari berbagai sumber. Oleh karena itu, jika ada kesalahan dalam
penulisan dan dalam penyajian bahan penulis sangat mengharpakan kritik dan saran dari
para pembaca demi terwujudnya kebenaran yang kita kehendaki semua dan demi
kesempurnaan penyelesaian makalah pajak ini.
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo.2018. Perpajakan Edisi Terbaru 2018. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Halim, Abdul, Bawono Rangga Icuk dan Dara Amin. Perpajakan Konsep, Aplikasi,
Contoh, dan Studi Kasus. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai