Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 24”

Dosen Pengampu : H. Siti Lam’ah Nasution, SH, MM

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Nama : Ananda Aprilia 1701100214

Siti Solimah 1701100210

Rizky Rizaldy Pasaribu 1701100217

Kelas : 5 D Sore

Mata Kuliah: Manajemen Perpajakan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LABUHANBATU

RANTAUPRAPAT

2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penulis ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 24.

Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
24 ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Rantauprapat, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian PPh Pasal 24........................................................................................... 2


B. Syarat-syarat Melaksanakan Pengkreditan Pajak Luar Negeri ................................ 3
C. Saat Penggabungan Penghasilan Dalam dan Luar Negeri ....................................... 3
D. Menghitung Besarnya Kredit Pajak Luar Negeri..................................................... 4
E. Kasus PPh Pasal 24 .................................................................................................. 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 6
B. Saran ........................................................................................................................ 6

Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak secara bebas dapat dikatakan sebagai ssuatu kewajiban warga negara berupa
pengabdian serta peran aktif warga negara berupa pengabdian serta peran aktif warga negara
dan anggota masyarakat untuk membiayai berbagai keperluaan negara dalam pembangunan
Nasional, tanpa adanya imbalan secara langsung yang pelaksanaannya diatur dalam undang-
undang perpajakn untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara dalam pembangunan
Nasional, tanpa adanya imbalan secara langsung yang pelaksanaannya diatur dalm undang-
undang perpajakan untuk tujuan kesejahteraaan bangsa dan negara. Dengan demikian
berkembangnya kondisi usaha bisnis baik ditingkat nasional maupun internasional, maka
penghasilan yang diterima wajib pajak badan dalam negri juga meningkat.

Pajak penghasilan pasal 24 adalah pajak yang dipungut diluar negri atas penghasilan
wajib pajak luar negri . pajaka yang dibayar diluar negri atas penghasilan luar negri yang
diperoleh wajib pajak dalam negeri ( WPDN) boleh dikreditkan dengan pajak yang terutang
dalam tahun pajak yang sama, sebesar pajak yang dibayarkan diluar negeri tersebut tapi tida
boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU no 10 Tahun 1994. Untuk
itu harus dicari balas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah pasal 24 yaitu:

1. Apa PPh pasal 24 ?


2. Apa saja syarat-syarat melaksanakan pengkreditkan PPh pasal 24
3. Bagaimana saat penggabungan penghasilan dalam Luar Negeri
4. Bagaimana menghitung PPh pasal 24

1
BAB II

PEMBAHASAAN

A. Pengertian PPh pasal 24


Tahun Ketentuan kredit pajak penghasilan berdasarkan Undang-Undang nomor 36 tahun
2008 pasl 24 dan surat keputusan keuangan nomor 164/kmk.03/2002. Berkaitan
memperbolehkan bagi wajib pajak mengurangi (mengkredit) pajak penghasilan yang terutang
pada akhir tahun pajak, jika ada sumber penghasilan luar negeri digabung dengan
penghasilan dalam negeri.
Pajak penghasilan pasal 24, yang disingkat PPh pasal 24 adalah pajak yang dibayar atau
terutang diluar negri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib
pajak dalam negri. PPh pasal 24 ini boleh dikreditkan terhadap total pajak penghasilan
terutang dalam suatu tahun pajak.
Pada dasarnya wajib pajak dalam negri terutang pajak atas seluruh penghasilan, baik
penghasilan yang diterima atau diperoleh didalam negri maupun penghasilan yang diterima
atau diperoleh dari luar negri. Jika negara lain tempat wajib pajak dalam negri tersebut
mengenakan pajak penghasilan, wajib pajak tersebut akan membayar atau terutang pajak atas
penghasilan, wajib pajak tersebut akan membayar atau terutang pajak atas penghasilan itu
dinegara yang bersangkutan (diluar negri)
Untuk meringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karena pengenaan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri, maka besarnya pajak atas
penghasilan wajib pajak dalam negri yang terutang atau dibayar diluar negri tersebut dapat
dikreditkan terhadap total pajak terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak dalam negri.
Jumlah pajak atas penghasilan wajib pajak dalam negri yang dibayar atau terutang diluar
negri tersebut dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku dinegara yang bersangkutan
dikalikan dengan penghaislan yang diterima atau diperoleh dinegara yang bersangkutan.
jumlah pajak yang dibayar atau terutang diluar negri tersebut mungkin tidak semuanya dapat
dikreditkan dari total pajak terutang di Indonesia. Pasal 24 UU no. 17 tahun2000. Selanjutnya
mengatur besarnya pajak penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negri yang dapat
dikreditkan dari ttal pajak penghasilan terutang Indonesia.

2
B. Syarat-syarat Melaksanakan Pengkreditan Pajak Luar Negeri

Untuk melaksanakan pengkreditkan pajak luar negri, wajib pajak wajib menyampaikan
permohonan kepada Direktur Jendral Pajak dengan melampiri:

1. Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negri.


2. Fotokopi surat pemberitahuan pajak yang disampaikan diluarnegri dan
3. Dokumen pembayaran pajak diluar negri.

Untuk memberikan perlakuan perpajakan yang sama antara penghasilan yang diterima
atau diperoleh dari luar negri dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh di Indonesia,
maka besarnya pajak yang dibayarkan atau terutang diluar negri dapat dikreditkan terhadap
pajak yang terutang di Indonesia tetapi tidak boleh melebihi besarnya pajak yang terutang
atas seluruh penghasilan di Indonesia.

C. Saat Penggabungan Penghasilan Dalam dan Luar Negeri


Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negri dengan penghasilan kena pajak
dalam negeri dalam satu tahun pajak dilakukan sebagai berikut:
1. Untuk penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya penghasilan
tersebut.
2. Untuk penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan
tersebut.
3. Untuk penghasilan berupa deviden, dilakukan dalam tahun pajak pada saat perolehan
deviden.
4. Kerugian yang diderita diluar negri tidak boleh digabungkan dalam menghitung
penghasilan kena pajak.
5. Apabila pajak atas penghasilan dari luar negeri yang dikreditkan ternyata kemudian
dikurangkan atau dikembalikan, maka pajak yang terutang harus ditambah dengan
jumlah tersebut pada tahun pengurangan atau pengembalian itu dilakukan.
6. Apabila penghasilan diluar negeri berasal dari beberapa negar, maka pegrhitungan kredit
pajak di lakukan untuk masing-masing negara.

3
D. Menghitung Besarnya Kredit Pajak Luar Negeri

Penghitungan penghasilan kena pajak tidak termasuk penghasilan yang dibayar atau
terutang diluar negri melebihi jumlah kredit pajak yang diperkenankan, maka kelebihan
tersebut tidak dapat diperhitungkan dengan pajak penghasilan yang terutang tahun
berikutnya, tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau pengurangan sebagai biaya atau
pengurangan penghasilan, dan tidak dapat dimintakan restitusi.

Untuk melaksanakan pengkreditan pajak luar negri, wajib pajak menyampaikan


permohonan kepada direktur jenderal pajak dengan melampiri:

a. Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negri.


b. Foto kopi surat pemberitahuan pajak yang disampaikan diluar negri.
c. Dokumen pembayaran pajak diluar negeri.

Penyampaian permohonan kredit pajak luar negri dilakukan bersamaan dengan


penyampaian surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan. Atas permohonan wajib pajak,
Direktur jenderal Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian lampiran-lampiran
permohonan tersebut karena alasan-alasan diluar kemampuan wajib pajak.

Dalam hal ini terjadi perubahan besarnya penghasilan yang berasal dari luar negri, wajib
pajak harus melakukan pembetulan surat pemberitahuan tahunan untuk tahun pajak yang
bersangkutan dengan melampirkan dokumen yang berkenaan dengan perubahan tersebut.
Dalam hal ini pembetulan menyebabkan pajak penghasilan kurang dibayar, maka atas
kekurangan tersebut tidak dikenakan bunga sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 8 yat (2)
undang-undang KUP. Akan tetapi dalam hal pembetulan menyebabkan pajak penghasilan
lebih dibayar, maka atas kelebihan tersebut dapat dikembalikan kepada wajib pajak setelah
diperhitungkan dengan utang pajak lainya.

Kredit pajak luar negri, jumlah yang dapat dikreditkan adalah sebesar PPh yang dibayar
atau terutang di Luar Negeri , tetapi tidak boleh melebihi batas maksimum yang
diperkenankan.

Cara menghitung batas maksimum yang diperkenankan, untuk mengetahui seberapa


besar batas maksimum yang diperkenankan, maka anda bisa menggunakan rumus
dibawah ini yaitu:

(Penghasilan Luar Negeri/Total Penghasilan) x PPh Terutang (menurut tarif (PPh pasal 21)
4
PKP bernilai sama dengan penghasilan neto bagi WP badan, namun tidak bagi OP
(orang Pribadi)nkarena PTKP (penghasilan tidak kena pajak). Nilai pajak dikreditkan tidak
dapat melebihi PPh pasal 17 terutang.

E. Kasus PPh Pasal 24

Contohnya PT sido muncul memperoleh penghasilan netto dalam tahun 2007 sebagai
berikut:

Penghasilan dari luar negri Rp 5.000.000.000 dengan terif pajak sebesar 40%.
Penghasilan usaha di Indonesia Rp. 1.000.000.000 berapakah batas maksimum kredit pajak.

Jawab:

Jumlah netto adalah Rp. 5.000.000.000+ Rp 1.000.000.000 = Rp 6.000.000.000

Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah dari 3 perhitungan yaitu:

1. PPh terutang atau di bayar luar negri adalah 40% x Rp 5.000.000.000 =

Rp 2.000.000.000

2. (Rp 5.000.000.000 : 6.000.000.000) x Rp. 1.680.000.000 = Rp 1.400.000.000

3. PPh terutang (menurut tarif pasal 17 ) = Rp 6.000.000.000 x 28%= Rp 1.680.000.000

Dengan demikian kredit pajak yang diperkenankan adalah pada point 2 sebesar Rp
1.400.000.000

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah pajak yang dibayar atau terutang diluar negri atas
penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negri. PPh pasal
24 ini boleh dikreditkan terhadap total pajak penghasilan terutang dalam suatu tahun pajak.
Untuk memberikan perlakuan perpajakan yang sama antara penghasilan yang diterima
atau diperoleh dari luar negri dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh di Indonesia,
maka besarnya pajak yang dibayarkan atau terutang diluar negri dapat dikreditkan terhadap
pajak yang terutang di Indonesia tetapi tidak boleh melebihi besarnya pajak yang terutang
atas seluruh penghasilan di Indonesia.
Penghitungan penghasilan kena pajak tidak termasuk penghasilan yang dibayar atau
terutang diluar negri melebihi jumlah kredit pajak yang diperkenankan, maka kelebihan
tersebut tidak dapat diperhitungkan dengan pajak penghasilan yang terutang tahun
berikutnya, tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau pengurangan sebagai biaya atau
pengurangan penghasilan, dan tidak dapat dimintakan restitusi.

B. Saran

Semoga Pajak Penghasilan di Indonesia ini dapat teratasi dan berjalan baik dan benar.
Dan semoga makalah ini dapat membantu pembaca lebih mendalam tentang apa itu Pph 24.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://www.online-pajak.com/pph-pajak-penghasilan-pasal-24

http://siskaeca31.blogspot.com/2015/12/makalah-pph-pasal-24.html

Anda mungkin juga menyukai