Anda di halaman 1dari 44

MEMAHAMI DIMENSI SOSIAL DAN

PERMASALAHANNYA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi Berbasis Keluarga yang
diampu oleh Ibu Ari Antini, SST, M.Keb

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

1. ANNISA AMALIA N (P17324418046)


2. LUTHFIANNY FADHILA (P17324418059)

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

PRODI D-III KEBIDANAN KARAWANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR
Ucapan puji dan syukur semata-mata hanyalah milik Allah SWT. Hanya kepada-Nya
lah kami memuji dan hanya kepada-Nya lah kami bersyukur, kami meminta ampunan dan
kami meminta pertolongan.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam
yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Dengan hormat serta pertolongan-Nya, puji syukur, pada akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah kami dengan judul “MEMAHAMI DIMENSI SOSIAL DAN
PERMASALAHANNYA” dengan lancar. Kami pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa
tetap terdapat kekurangan pada makalah kami ini.

Oleh sebab itu, kami sangat menantikan kritik dan saran yang membangun dari setiap
pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalah berikutnya. Kami juga
berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk kami supaya kami lebih
mengutamakan kualitas makalah di masa yang selanjutnya.

Karawang, 25 Januari 2020

 
Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Status Sosial Wanita .............................................................................................. 2


B. Nilai Wanita ............................................................................................................ 3
C. Peran Wanita ........................................................................................................... 3
D. Kekerasan terhadap Perempuan .............................................................................. 4
E. Kekerasan dalam Rumah Tangga ........................................................................... 8
F. Perkosaan dan Pelecehan Seksual .......................................................................... 9
G. Single Parent ........................................................................................................... 16
H. Pernikahan muda .................................................................................................... 18
I. Incest ....................................................................................................................... 21
J. Home Less .............................................................................................................. 23
K. Trafficking .............................................................................................................. 25
L. Pekerja Seks Komersial .......................................................................................... 28
M. Narkotika ................................................................................................................ 31
N. Kawin Kontrak ....................................................................................................... 32
O. Multipartner ............................................................................................................ 34

BAB III PENUTUP

A. Simpulan..................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara biologis wanita dan pria memang tidak sama, akan tetapi sebagai
makhluk jasmani dan rohani yang dilengkapi dengan akal budi. Kedua macam
insan itu mempunyai persamaan yang hakiki. Keduanya adalah pribadi yang
mempunyai hak sama untuk berkembang.
Dalam masa transisi menuju kemasyarakat industrial terdapat perubahan
system nilai. Hal ini erat hubungannya dengan pembangunan yang mendatangkan
tekhnologi barat bersama dengan nasihat-nasihatnya. Dari tekhnologi barat ini
manfaat yang diambil cukup besar, tetapi disamping itu terdapat pula dampaknya,
berupa benturan-benturan antara kebudayaan tradisional dan barat.
Pertemuan antara kebudayaan secara mendadak itu menimbulkan
permasalahan social yang erat hubungannya dengan moralitas. Partisipasi wanita
dalam menangani masalah ini sangat diharapkan karena hal ini sesuai dengan
ketentuan tentang peranan wanita dalam GBHN 1988. Ketentuan itu menerangkan
bahwa peran wanita adalah mewujudkan dan mengembangkan keluarga sehat,
sejahterah dan bahagia, termasuk pengembangan generasi muda, terutama anak dan
remaja dalam rangka pembangunan wanita seutuhnya.
Di era westernisasi seperti sekarang ini, Perempuan sering dijadikan
komoditas bahkan dilecehkan dan menjadi korban dalam berbagai masalah
kehidupan. Hal tersebut yang mendasari bahwa wanita adalah rendah, lemah dan
paling sering mengalami permasalahan yang berkaitan dengan status kehidupannya
dalam dimensi sosial di masyarakat yang disini fokus pada pemerkosaan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Ragam Bahasa dan Perkembangannya?
2. Bagaimana Bahasa Indonesia sebagai Penutur Bahasa Asing?

C. Tujuan

1. Mengetahui Ragam Bahasa dan Perkembangannya.


2. Mengetahui Bahasa Indonesia sebagai Penutur Bahasa Asing

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Status Sosial Wanita


Status adalah kedudukan seseorang dalam keluarga dan masyarakat. Status
sosial wanita adalah kedudukan wanita yang akan mempengaruhi bagaimana wanita
diperlakukan, dihargai dan kegiatan apa yang boleh dilakukan. Pola patriaki
beranggapan bahwa posisi wanita sebagai mahkluk yang berada dibawah laki-laki,
sehingga banyak perempuan sering mendapatkan perilaku yang tidak manusiawi dan
tidak senonoh. Status sosial yang rendah tersebut dapat menimbulkan tindakan
diskriminasi.
Menurut Soekanto Soerjono, 1990 status sosial atau kedudukan sosial adalah
tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain
dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajiban-
kewajibannya. Status wanita mencakup dua aspek yaitu :
1) Aspek otonomi wanita.
Aspek ini mendeskripsikan sejauh mana wanita dapat mengontrol ekonomi
atas dirinya dibanding dengan pria.
2) Aspek kekuasaan sosial
Aspek ini menggambarkan seberapa berpengaruhnya wanita terhadapa orang
lain diluar rumah tangganya.
Status wanita meliputi:
1) Status reproduksi, yaitu wanita sebagai pelestarian keturunan. Hal ini
mengisyaratkan bila seorang wanita tidak mampu melahirkan, maka status
sosialnya dianggap rendah dibanding wanita yang bisa mempunyai anak.
2) Status produksi, yaitu sebagai pencari nafkah dan bekerja diluar rumah.
Santrock (2002) mengatakan bahwa wanita yang bekerja akan meningkatkan
harga diri. Wanita yang bekerja mempunyai status yang lebih tinggi dibanding
dengan wanita yang tidak ikut kerja.
B. Nilai Wanita
Nilai dan kedudukan wanita saat ini yaitu wanita mempunyai kedudukan khusus
didunia yang dapat sejajar dengan laki-laki karena sebenarnya dimata Tuhan tidak ada
perbedaan antara wanita dengan laki-laki karena posisinya seorang wanita dapat
menjadi penyebab keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan

4
Ungkapan dalam masyarakat bahwa “orang hilang kehormatan karena wanita,
awal dari permusuhan adalah wanita.” Kedudukan dan nilai wanita dalam “Agama”
yaitu Islam membolehkan poligami yang bukan berarti Islam melecehkan hak dan
martabat wanita, karena poligami yang diperbolehkan jika laki-laki itu mampu
berbuat adil. Islam mengharamkan perzinahan karena merupakan perilaku pelecehan
terhadap wanita dan perilaku yang tidak bertanggung jawab. Pernikahan dianggap
oleh masyarakat dan orang tua sebagai puncak kesuksesan sebagai orang tua dan
puncak kebahagiaan bagi anak perempuan. Jika anak gadis sampai usia tertentu belum
menikah dianggap suatu aib bagi keluarga dan orang tua dianggap gagal dalam
mengurus dan membesarkan anak.
Tata nilai sosial :
1. norma kemurnian dan kesucian
2. norma kesucian pikiran
3. budaya perkawinan
4. budaya reproduksi
5. homoseksualitas
C. Peran Wanita
Hak yang dimiliki seorang wanita dan laki-laki adalah sama yaitu hak untuk
hidup dihargai, dihormati, pintar dan maju, mencapai cita-cita dan hak mendasar
lainnya, dengan hak tersebut mereka diakui sebagai kaum yang sejajar dengan laki -
laki, bukan sebagai pesaing melainkan sebagai mitra.
Aktualisasi diri merupakan suatu kebutuhan untuk memaksimalkan potensi
diri (Thoha 1992). Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin tersebut yaitu:
1) Teori Nature adalah yang mengganggap bahwa perbedaan psikologis antara
pria dan wanita disebabkan oleh faktor-faktor biologis yang sudah ada sejak
manusia dilahirkan.
2) Teori Nurture adalah yang menganggap bahwa perbedaan psikologis antara
pria dan wanita tercipta melalui proses belajar dari lingkungan, jadi tidak
dibawa sejak lahir. Keikutsertaan kaum wanita untuk bekerja sama dengan
kaum pria menimbulkan adanya peran ganda wanita.
Secara konseptual peran ganda wanita mengandung beberapa kelemahan dan
ambivalensi, yaitu:
1) Sifat dan jenis pekerjaan wanita untuk tertentu dan sesuai dengan kodrat
wanitanya

5
D. Kekerasan
Menurut pasal 89 KUHP Melakukan kekerasan adalah pempergunakan tenaga atau
kekuatan jasmani, secara tidak sah misalnya memukul dengan tangan atau dengan
segala macam senjata, menepak, menendang dsb.
a) Bentuk- Bentuk Kekerasan
 Kekerasan psikis.
Misalnya: mencemooh, mencerca, memaki, mengancam, melarang
berhubungan dengan keluarga atau kawan dekat / masyarakat,
intimidasi, isolasi, melarang istri bekerja.
 Kekerasan fisik.
Misalnya memukul, membakar, menendang, melempar sesuatu,
menarik rambut, mencekik, dll.
 Kekerasan ekonomi.
Misalnya: Tidak memberi nafkah, memaksa pasangan untuk prostitusi,
memaksa anak untuk mengemis,mengetatkan istri dalam keuangan
rumah tangga, dan lain-lain.
 Kekerasan seksual.
Misalnya: perkosaan, pencabulan, pemaksaan kehendak atau
melakukan penyerangan seksual, berhubungan seksual dengan istri
tetapi istri tidak menginginkannya.
b) Penyebab terjadinya kekerasan
Penyebab terjadinya kekerasan, adalah :
 Perselisihan tentang ekonomi.
 cemburu pada pasangan.
 Pasangan mempunyai selingkuhan.
 Adanya problema seksual (misalnya: impotensi, hiperseks).
 Pengaruh kebiasaan minum alkohol, drugs abused.
 Permasalahan dengan anak
 Kehilangan pekerjaan/PHK/menganggur/belum mempunyai
 pekerjaan.
 Istri ingin melanjutkan studi/ingin bekerja.
 Kehamilan tidak diinginkan atau infertilitas.

6
c) Alasan Tindak Kekerasan Oleh Pria
 Tindakan kekerasan dapat mencapai suatu tujuan.
1. Bila terjadi konflik, tanpa harus musyawarah , kekerasan
merupakan cara cepat penyelesaian masalah.
2. Dengan melakukan perbuatan kekerasan, pria merasa hidup
lebih berarti karena dengan berkelahi maka pria merasa
menjadi lebih berkuasa
3. Pada saat melakukan kekerasan pria merasa memperoleh
`kemenangan' dan mendapatkan apa yang dia harapkan, maka
korban akan menghindari pada konflik berikutnya karena
untuk menghindari rasa sakit.
 Pria merasa berkuasa atas wanita. Bila pria merasa mempunyai istri
‘kuat' maka dia berusaha untuk melemahkan wanita agar merasa
tergantung padanya atau membutuhkannya.
 Ketidak tahuan pria. Bila latar belakang pria dari keluarga yang selalu
mengandalkan kekerasan sebagai satu-satunya jalan menyelesaikan
masalah dan tidak mengerti cara lain maka kekerasan merupakan jalan
pertama dan utama baginya sebagai cara yang jitu setiap ada kesulitan
atau tertekan karena memang dia tidak pernah belajar cara lain untuk
bersikap.
d) Akilbat Tindakan Kekerasan
 Kurang bersemangat atau kurang percaya diri.
 Gangguan psikologi sampai timbul gagguan sistem dalam tubuh
(psikosomatik), seperti: cemas, tertekan, stress, anoreksia (kurang
nafsu makan), insomnia (susah tidur), sering mimpi, jantung terasa
berdebar-debar, keringat dingin, rnual, gastritis, nyeri perut, pusing,
nyeri kepala.
 Cidera ringan sampai berat, seperti: lecet, memar, luka terkena
benda tajam, patah tulang, luka bakar.
 Masalah seksual, ketakutan hubungan seksual, nyeri saat hubungan
seksual, tidak ada hasrat seksual

7
 Bila perempuan korban kekerasan sedang hamil dapat terjadi
abortus/ keguguran.

E. Kekerasan dalam rumah tangga


Kekerasan dalam rumah tangga (disingkat KDRT) adalah tindakan yang
dilakukan di dalam rumah tangga baik oleh suami, istri, maupun anak yang
berdampak buruk terhadap keutuhan fisik, psikis, dan keharmonisan hubungan sesuai
yang termasuk dalam pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT).
UU no. 23 tahun 2004, mendefinisikan kekerasan dalam rumah tangga adalah
setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga
 Dampak KDRT
1. Trauma
Orang yang dikasari pasangan mengalami trauma dalam hidupnya. Ada
banyak kasus di mana korban kekerasan dalam rumah tangga menjadi
tertekan dan trauma setelah menghadapi pelecehan dalam hubungan
mereka.
2. Rasa sakit
Dalam kasus di mana kekerasan fisik terjadi, korban mungkin mengalami
rasa sakit dan penderitaan. Dalam cedera fisik yang diderita, jiwa
terdalamlah yang paling merasakan sakit. Ini merupakan alasan mengapa
penting mengatakan tidak untuk kekerasan dalam rumah tangga.
3. Paranoid
Sebuah studi baru tentang paranoid mengatakan bahwa korban kekerasan
dalam rumah tangga umumnya cenderung menjadi paranoid. Mereka
mungkin tidak pernah bisa memercayai hubungan dengan manusia lagi.
Ini adalah salah satu fakta kekerasan dalam rumah tangga.
 Penyebab KDRT
1. Laki-laki dan perempuan tidak dalam posisi yang setara.

8
2. Masyarakat menganggap laki-laki dengan menanamkan anggapan bahwa
laki-laki harus kuat, berani serta tanpa ampun.
3. KDRT dianggap bukan sebagai permasalahan sosial, tetapi persoalan
pribadi terhadap relasi suami istri.
4. Pemahaman keliru terhadap ajaran agama, sehingga timbul anggapan
bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan
 Peran keluarga dalam penanganan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Keluarga dalam melakukan peran empati terhadap korban KDRT bermacam – macam
ada yang melakukannya dengan kehangatan, kelembutan, peduli, dan kasihan.
Dapat diketahui bahwa keluarga memberikan peran berupa :
1. Kehangatan, kehangatan merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang
untuk bersikap hangat terhadap orang lain.
2. Kelembutan, kelembutan merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang
untuk bersikap maupun bertutur kata lemah lembut terhadap orang lain.
3. Peduli merupakan suatu sikap yang dimiliki seseorang untuk memberikan
perhatian terhadap sesama maupun lingkungannya.
 Peran bidan dalam KDRT
a. Memahami masalah kekerasan terhadap perempuandan ketidak berdayaan
korban, yang berpengaruh terhadapkesehatan reproduksi perempuan.
b. Dapat memeberikan penyuluhan yang tepat dan menyakinkan perempuan
bahwa berbagai bentuk penyalahgunaanatau kekerasan terhadap pasangan
tidak dapat diterima dan karena nya tidak ada perempuan yang pantas
untudipukul, dipaksa dalam berhubungan seksual atau didera secara
emosional.
c. Dapat melakukan anamnesis/bertanya kepada korban tentang kekerasan yang
dialami dengan cara simpatik,sehingga korban merasa mendapat pertolongan.
d. Dapat memberikan rasa empati dan dukungan terhadap korban.
e. Dapat memberikan pelayanan medis, konsseling, visum, yangb sesuai dengan
kebutuhan, merujuk ke fasilitasyang lebih memadai dengan cepat dan tepat.
f. Memberikan pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kesehatan
reproduksi lainnya sesuai dengan kebutuhan,serta mencegah dampak serius
terhadap kesehatan reproduksi korban.

9
g. Dapat mengindentifikasi korban kekerasan dan dapat menghubungkan mereka
dengan pelayanan dukunganmasyarakat lainya misalnya politik LSM dan
bantuan lainnya.
F. Perkosaan dan Pelecehan Seksual
1) Perkosaan
Pengertian perkosaan:
 Perkosaan adalah setiap tindakan laki-laki memasukkan penis, jari atau
alat lain ke dalam vagina/alat tubuh seorang perempuan tanpa
persetujuannya.
 Dikatakan suatu tindak perkosaan tidak hanya bila seorang, perempuan
disiksa, dipukuli sampai pingsan, atau ketika perempuan meronta,
melawan, berupaya melarikan diri, atau korban hendak bunuh diri,
akan tetapi meskipun perempuan tidak melawan, apapun yang
dilakukan perempuan, bila perbuatan tersebut bukan pilihan keinginan
perempuan berarti termasuk tindak perkosaan.
 Dalam rumah tangga, hubungan seksual yang tidak diinginkan istri
termasuk tindakan kekerasan.
Hukum mengenai pemerkosaan di Indonesia diatur dalam Kitab Undang-
undang Hukum Pidana, Bab XIV mengenai Kejahatan terhadap Kesusilaan.
[23]
1. Pasal 285
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan
perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2. Pasal 286
Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal
diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya,
diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
3. Pasal 289
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam
karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan
pidana penjara paling lama sembilan tahun.

10
4. Pasal 290
Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
1. barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal
diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;
2. barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal
diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya, bahwa umumya belum
lima belas tahun atau kalau umumya tidak jelas, yang bersangkutan
belum waktunya untuk dikawin;
3. barang siapa membujuk seseorang yang diketahuinya atau sepatutnya
harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau
umurnya tidak jelas atau yang bersangkutan belum waktunya untuk
dikawin, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan
cabul, atau bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain.
a) Jenis-Jenis Perkosaan
1. Perkosaan oleh orang yang dikenal.
 Perkosaan oleh suami/bekas suami.
 Perkosaan oleh pacar/dating rape.
 Perkosaan oleh teman kerja/atasan.
 Pelecehan seksual pada anak.
2. Perkosaan oleh orang yang tidak dikenal.
b) Perempuan Rentan Terhadap Korban Pemerkosaan
 Kekurangan fisik dan mental, adanya suatu penyakit atau
permasalahan yang berkaitan dengan fisik sehingga perempuan
duduk diatas kursi roda, bisu, tuli, buta atau keterbelakangan
mental. Mereka tidak mampu mengadakan perlawanan.
 Pengungsi, imigran, tidak mempunyai rumah, anak
jalanan/gelandangan, di daerah peperangan.
 Korban tindak kekerasan suami/pacar.
c) Pencegahan Pemerkosaan :
1. Berpakaian santun, berperilaku, bersolek tidak mengundang
perhatian pria.
2. Melakukan aktifitas secara bersamaan dalam kelompok dengan
banyak teman, tidak berduaan. Di tempat bersama

11
teman/berkelompok, tidak berduaan dengan sesama pegawai
atau atasan.
3. Tidak menerima tamu laki-laki ke rumah, bila di rumah seorang
diri.
4. Berjalan - jalan bersama banyak teman, terlebih di waktu
malam hari.
5. Bila merasa diikuti orang, ambil jalan kearah yang berlainan,
atau berbalik dan bertanya ke orang tersebut dengan nada keras,
dan tegas apa maksud dia.
6. Membawa alat yang bersuara keras seperti peluit, atau alat bela
diri seperti parfum spray, bubuk cabe/merica yang bisa
ditiupkan ke mata
7. Berteriak sekencang mungkin bila diserang.
8. Jangan ragu mencegah dengan mengatakan 'tidak', walaupun
pada atasan yang punya kekuasaan atau pada pacar yang sangat
dicintai.
9. Ketika bepergian, hindari sendirian, tidak menginap, bila orang
tersebut merayu tegaskan bahwa perkataan dan sentuhannya
membuat anda merasa risih, tidak nyaman, dan cepatlah
meninggalkannva.
10. Jangan abaikan kata hati. Ketika tidak nyaman dengan suatu
tindakan yang mengarah seperti dipegang, diraba, dicium,
diajak ke tempat sepi.
11. Waspada terhadap berbagai cara pemerkosaan seperti: hipnotis.
Obatobatan dalarn rninuman, pemen, snack atau hidangan
makanan.
12. Saat ditempat baru, jangan terlihat bingung. Bertanya pada
polisi hansip
13. Menjaga jarak/space interpersonal derigan. lawan jenis. Di
eropa space interpersonal dengan jarak 1 meter.
Tindakan pada saat serangan seksual:
1. Hindari menangis atau minta belas kasihan.
2. Hindari kepanikan, tetap waspada, bertindak saat pelaku
lengah.

12
3. Berjuang untuk pernbela diri seperti: menendang, teriak,
menawar, melakukan strategi perlawanan.
4. Amati ciri khusus pelaku.
5. Manfaatkan evaluasi situasi yang terbaik.
Sikap terhadap korban perkosaan:
1. Menumbuhkan kepercayaan diri bahwa hal ini terjadi bukan
kesalahannya.
2. Menumbuhkan gairah hidup.
3. Menghargai kemauannya untuk menjaga privasi dan
keamanannya.
4. mendampingi untuk periksa atau lapor pada polisi.
d) Penanganan
Tugas tenaga kesehatan dalam kasus tindak perkosaan:
 Bersikap dengan baik, penuh perhatian dan empati.
 Memberikan asuhan untuk menangani gangguan kesehatannya,
misalnya mengobati cidera, pemberian kontrasepsi darurat
 Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan apa yang
sebenarnya terjadi.
 Memberikan asuhan pemenuhan kebutuhan psikologis
 Memberikan konseling dalam membuat keputusan.
 Membantu memberitahukan pada keluarga.

e) Dampak Psikologis
Dampak jangka panjang, antara lain adalah perubahan gaya
hidup, terjadi mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk, serta rasa
takut yang menetap. Rasa takut terus berlanjut sebagai perasaan yang
menonjol. Reaksi ini sering manyababkan koran sukar berkonsentrasi
secara efektif dalam aktifitas sehari – hari dan pergaulan.
Selain dampak tersebut, banyak korban pemerkosaan yang
mengalami gangguan stres pascatrauma. Seorang korban pemerkosaan
dapat didiniagnosis mengalami gangguan stres pascatrauma apabila
meninjukan kriteria diagnostik sebagai berikut.

13
a. Adanya suatu penyebab stres yang dapat dikenali yang akan
memicu gejala kesukaran padda hampir semua orang.
b. Mengalami trauma seperti ditunjukan oleh sekurang –
kurangnya salah satu tanda dan gejala berikut ini.
1) Ingatan yang berulang dan mengganggu dari peristiwa itu.
2) Mimpi berulang dari peristiwa itu.
3) Tiba – tiba bertindak atau merasa seolah – olah peristiwa
traumatis itu terjadi lagi karena berasosiasi dangan
rangsangan llingkungan atau ideasional.
c. Tingkat kemampuan respons terhadap penurunan keterlibatan
dengan dunia luar, terkadang dimulai setelah trauma, seperti
diperlihatkan minimal oleh salah satu bentuk berikut.
1) Penurunan minat pada satu atau lebih aktivitas yang
bermakna yang sangat jelas terlihat.
2) Perasaan lepas atau mengasingkan diri dari orang lain.
3) Penurunan afek.
d. Minimal dua dari gejala berikut ini tidak terlihat sebelum
trauma.
1) Kewaspadaan yang tinggi atau respons terkejut yang
berlebihan.
2) Mengalami gangguan tidur
3) Merasa bersalah untuk tetap hidup bila lainnya tidak atau
mengenai prilaku yang dibutuhkan untuk kelangsungan
hidup.
4) Gangguan daya ingat atau kesulitan berkonsentrasi.
5) Menghindari aktivitas yang menimbulkan ingatan akan
peristiwa traumatis itu.
6) Peningkatan gejala oleh paparan terhadap kejadian yang
melambangkan atau menyerupai pristiwa traumatis.
2) Pelecehan seksual
Pelecehan seksual adalah segala bentuk perilaku maupun perkataan
bermakna seksual yang berefek merendahkan martabat orang yang menjadi
sasaran. Bentuk-bentuk pelecehan seksual.

14
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) tidak dikenal
istilah pelecehan seksual. KUHP, menurutnya, hanya mengenal istilah
perbuatan cabul, yakni diatur dalam Pasal 289 sampai dengan Pasal 296
KUHP. Istilah perbuatan cabul dijelaskan sebagai perbuatan yang melanggar
rasa kesusilaan, atau perbuatan lain yang keji, dan semuanya dalam
lingkungan nafsu berahi kelamin. Misalnya cium-ciuman, meraba-raba
anggota kemaluan, meraba-raba buah dada dan sebagainya.
 Mengucapkan kata-kata jorok tentang tubuh wanita.
 Main mata, siulan nakal, isyarat jorok, sentuhan, rabaan, remasan,
usapan, elusan, colekan, pelukan, ciuman pada bagian tubuh wanita.
 Menggoda, kearah hubungan seksual.
 Laki-laki memperlihatkan alat kelaminnya atau onani di depan
perempuan.
 Dampak pelecehan seksual
1. Korban kekerasan seksual mengalami banyak tekanan.
Korban kekerasan seksual akan mengalami banyak tekanan baik dari
luar maupun dalam dirinya. Karena mengalami kehamilan tidak
diinginkan, terjadi perubahan hormon pada tubuh.
2. Mengalami perubahan hidup yang ekstrem.
Banyak anak yang menjadi ibu di usia anak kemudian berhenti
sekolah dan tidak melanjutkan pendidikan, baik formal maupun non
formal.
3. Trauma berat bisa berpotensi bunuh diri.
Karena hamil di luar keinginan, calon bayi bisa terlahir prematur
lantaran tak dirawat dengan baik sejak dalam kandungan. Dampak
tersebut akan terus dirasakan hingga di masa depan.
 Peran Bidan dalam Mencegah dan Menangani Kekerasan Seksual pada Anak.
Sebagai tenaga kesehatan, seorang bidan harus mampu menangani jika
ditemukannya kasus kekerasan seksual pada anak, melalui langkah-langkah
berikut diharapkan agar bidan dapat menjadi tempat utama dalam
perlindungan korban kekerasan seksual pada anak, berikut merupakan
langkah yang diperlukan bidan :
1. Melakukan pendekatan

15
Pendekatan awal untuk mengobati seseorang yang telah menjadi korban
pelecehan seksual tergantung pada beberapa faktor penting, yaitu :
a. Umur pada saat pemberian arahan
b. Keadaan pada saat pemberian arahan dan saat perawatan
c. Kondisi tidak wajar

Tujuan pengobatan tidak hanya untuk mengobati masalah – masalah


kesehatan mental yang ada pada saat ini, tetapi juga mencegah hal yang sama
pada masa yang akan datang.

1. Membantu anak melindungi diri


Menjelaskan pada anak bahwa tidak ada seorangpun yang
boleh menyentuh nya dengan tidak wajar. Berikan pemahaman dan ajarkan
anak untuk menolak segala perbuatan yang tidak senonoh dengan segera
meninggalkan dimana sentuhan tersebut terjadi. Ingatkan anak untuk tidak
gampang mempercayai orang asing dan buat anak untuk selalu mencerikan
jika terjadi sesuatu dengan diri nya.
2. Melakukan penyuluhan terhadap anak tengtang Pelecehan seksual
terhadap anak.
3. Laporkan Pada pihak yang berwajib
Bila terjadi kekerasan fisik, psikis atau pun seksual ada baik nya segera
laporkan pada pihak yang berwajib. Hal ini bertujuan agar segera diambil
tindakan lebih lanjut terhadap tersangka dan dapat mengurangi kejahatan
yang sama terjadi. Sementara untuk korban nya harus segera mendapatkan
bantuan ahli medis serta dukungan dari keluarganya.
 Peran keluarga dalam pencegahan pemerkosaan dan kekerasan seksual
Anak mengalami proses sosialisasi yang paling pertama adalah di
dalam keluarga. Dari sini anak pertama kali mengenal lingkungan sosial
budayanya, juga mengenal seluruh anggota keluarganya seperti ayah, ibu,
dan saudara-saudaranya sampai akhirnya anak itu mengenal dirinya sendiri.
Berikut beberapa upaya pencegahan kekerasan seksual yang dilakuakan
pihak keluarga pada anakanaknya:
1. Teaching orangtua berperan sebagai guru (pengajar) bagi anggota
keluarganya tentang pemahaman seks secara dini seperti memberikan
pemahaman tentang bagian tubuh mana saja yang di larang di pegang

16
orang lain. Berbekal pengetahuan dari sosialisasi yang dilakukan oleh
dinas-dinas sosial kepada orangtua korban kekerasan seksual para
orangtua khususnya ibu-ibu memberikan warning kepada anak-
anaknya.
2. Mengawasi dan mengontrol anak. keluarga berperan sebagai
pelindung bagi para anggota keluarga yang lainnya dari gangguan,
ancaman, atau keadaan yang menimbulkan ketidaknyamanan fisik
dan psikologis para anggoanya.
3. Menjalin hubungan dengan pihak sekolah. Komunikasi orangtua dan
sekolah atau guru tidak hanya semata-mata dilakukan ketika adanya
rapat-rapat pembagian rapot.
G. Single parent
Single parent adalah keluarga yang mana, hanya ada satu orang tua tunggal,
hanya ayah atau ibu saja. Keluarga yang terbentuk bisa terjadi pada keluarga sah
secara hukum maupun keluarga yang belum sah secara hukum, baik hukum agama
maupun hukum pemerintah.
Sebab-sebab terjadinya single parent
a) Pada keluarga sah.
 Perceraian.
 Orang tua meninggal
 Orang tua masuk penjara.
 Study ke pulau lain atau ke negara lain
 Kerja di luar daerah atau luar negeri. Dampak single parent
Dampak negatif
1. Perubahan perilaku anak.
2. Perempuan merasa terkucil.
3. Psikologi anak terganggu.
Dampak positif
1. Anak terhindar dari komunikasi yang kontradiktif dari orang tua
2. Ibu berperan penuh dalam pengambilan keputusan clan tegar.
3. Anak lebih mandiri dan berkepribadian kuat, karena terbiasa tidak
selalu hal didampingi, terbiasa menyelesaikan berbagai masalah
kehidupan.

17
b) Penanganan single parent
 Memberikan kegiatan yang positif. Berbagai macam kegiatan
yang dapat mendukung anak untuk lebih bisa menguasai diri
secara positif antara lain dengan penyaluran. hobi, kursus
sehingga menghindarkan anak melakukan hal-hal yang negatif.
 Memberi peluang anak belajar berperilaku baik. Bertandang
pada keluarga, lain yang harmonis memberikan kesempatan
bagi anak untuk meneladani figur orang tua yang tidak
diperoleh dalam lingkungan keluarga sendiri.
 Dukungan komunitas. Bergabung dalam club sesama keluarga
dengan orang tua tunggal dapat memberikan dukungan karena
anak mempunyai banyak teman yang bemasib sama sehingga
tidak merasa sendirian.
c) Upaya pencegahan single parent dan pencegahan dampak negatif
single parent
1. Pencegahan terjadinya kehamilan di luar nikah.
2. Pencegahan perceraian dengan mempersiapkan perkawinan
dengan baik dalam segi psikologis, ke-aangan, spiritual.
3. Menjaga kommikasi dengan berbagai sarana teknologi
informasi.
4. Menciptakan kebersamaan antar anggota keluarga.
5. Peningkatan spiritual dalam keluarga.
H. Pernikahan Usia Muda
Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan
diijinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun
pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang
ditegaskan dalam UU No 10 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah
menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana. Banyaknya
resiko kehamilan kurang dari perkawinan diijinkan bila laki-laki berumur 21 tahun
dan perempuan berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah
perkawinan yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang dari
19 tahun.

18
a) Kelebihan perkawinan usia muda
 Terhidar dari perilaku seks bebas, karena kebutuhan seksual
terpenuhi.
 Menginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil.
b) Kekurangan pernikahan usia muda
 Meningkatkan angka kelahiran sehingga pertumbuhan
penduduk semakin meningkat.
 Ditinjau dari segi kesehatan, perkawinan usia muda
meningkatkan angka kematian bayi dan ibu, risiko komplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas. Selain itu bagi perempuan
meningkatkan risiko ca serviks karena hubungan seksual
dilakukan pada saat secara anatorni sel-sel serviks belum
matur. Bagi bayi risiko terjadinya kesakitan dan kematian
meningkat.
 Kematangan psikologis belum tercapai sehingga keluarga
mengalami kesakitan mewujudkan keluarga yang berkualitas
tinggi.
 Ditinjau dari segi sosial, dengan perkawinan mengurangi
kebebasan pengembangan diri, mengurangi kesempatan
melanjutka pendidikan jenjang tinggi.
 Adanya konflik dalam keluarga membuka peluang untuk
mencari pelarian pergaulan di luar rumah sehingga
meningkatkan risiko penggunaan minum alkohol, narkoba dan
seks bebas.
 Tingkat peceraian tinggi. Kegagalan kehiarga dalam melewati
berbagai macam permasalahan meningkatkan risiko perceraian
c) Dampak perkawinan usia muda
Kehamilan yang terjadi pada usia kurang dari 17 tahun
menimbulkan berbagai dampak yang dapat dialami ibu dan bayi baik
selama kehamilan, persalinan, maupun masa nifas.
 Dampak selama kehamilan
a. Hiperemesis gravidarum.

19
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah secara
berlebihan. Kondisi ini biasanya dialami ketika kehamilan
muda. Seorang ibu yang menglami kondisi ini memuntahkan
semua makanan/minuman yang dikonsumsi, penurunan BB,
penurunan turgor kulit, mata cekung, penurunan tekanan darah,
dan deuresis berkurang.
b. Panggul sempit
Penyulit ini sering ditemukan pada ibu hamil yang berusia
kurang dari 20 tahun, ketika kondisi panggul belum
berkembang secara optimal.
c. Kelinan letak (sungsang)
Hal ini merupakan dampak dari panggul ibu yang sempit.
d. Abortus
Abortus dapat terjadi secara sengaja (diinginkan oleh pasangan
muda) atau secara tidak sengaja akibat terkejut, cemas, dan
stres.
e. Ketuban pecah dini (KPD)
Kindisis ini disebabkan oleh panggul sempit dan kelainan letak
janin.
f. Plasenta previa
g. Toksemia gravidarum
 Dampak selama persalinan
a. Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun beresiko lebih
tinggi menjalani persalinan dengan persalinan buatan.
b. Persalinan lama.
Hal ini terjadi karena sang ibu blm siap hamil dan melahirkan
sehingga menibulkan rasa cemas pada diri ibu sendiri. Kondisi
ini juga disebabkan karena kelainan letak janin, kelainan
panggul, dll.
c. Bayi prematur dan BBLR.
Prematurits terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi
terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan.
Ibu yang hamil pada usia muda biasanya kurang memiliki

20
pengetahuan mengenai gizi sehingga akan berakibat
kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan
dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya
kelahiran prematur dan BBLR.
 Dampak selama massa nifas
Salah satu dampak selama masa nifas pada usia muda adalah
infeksi puerperalis. Infeksi puerperalis adalah infeksi yang
disebabkan oleh berbagai kuman yang masuk ke alat genial ibu
pada waktu persalinan dan nifas. Kondisi ini disebabkan karena
status sosial ekonomi yang buruk, nutrisi yang buruk, partus lama
terutama akibar ketuban pecah dini, dan lain sebagainya.
d) Dampak pernikahan usia dini
Berdasarkan dampak ekonomi, sosial, kesehatan dan dampak
psikologi. Berikut ini adalah :
1. Dampak Ekonomi
Perkawinan anak sering kali menimbulkan adanya
‘siklus kemiskinan’ yang baru. Anak remaja (<15–16
tahun) seringkali belum mapan atau tidak memiliki
pekerjaan yang layak dikarenakan tingkat pendidikan
mereka yang rendah. Hal tersebut menyebabkan anak
yang sudah menikah masih menjadi tanggungan keluarga
khususnya orang tua dari pihak laki-laki (suami).
2. Dampak Sosial
Ditinjau dari sisi sosial, perkawinan anak juga
berdampak pada potensi perceraian dan perselingkuhan
dikalangan pasangan muda yang baru menikah. Hal ini
dikarenakan emosi yang masih belum stabil sehingga
mudah terjadi pertengkaran dalam menghadapi masalah
kecil sekalipun. Adanya pertengkaran terkadang juga
menyebabkan timbulnya kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT)/kekerasan seksual terutama yang dialami oleh
istri di karenakan adanya relasi hubungan yang tidak
seimbang.

21
3. Dampak Kesehatan (Reproduksi dan Seksual)
Menikah muda berisiko tidak siap melahirkan dan
merawat anak dan apabila mereka melakukan aborsi,
berpotensi melakukan aborsi yang tidak aman yang dapat
membahayakan keselamatan bayi dan ibunya sampai pada
kematian.
Selain itu karena mereka tidak paham tentang kesehatan
reproduksi, ditemukan perempuan-perempuan yang
mendapatkan HIV/AIDS karena pasangannya (suami atau
pacar) yang berganti-ganti pasangan. Sementara di bidang
kesehatan, Angka Kematian Bayi (AKB) di Sulawesi
Utara naik dari tahun 2012 yang berjumlah 49 kasus
menjadi 77 kasus di tahun 2013.
4. Dampak Psikologis
Dampak psikologis juga ditemukan di seluruh wilayah
penelitian di mana pasangan secara mental belum siap
menghadapi perubahan peran dan menghadapi masalah
rumah tangga sehingga seringkali menimbulkan
penyesalan akan kehilangan masa sekolah dan remaja.
Di Banyuwangi ditemukan kasus di mana remaja
perempuan menikah karena kehamilan tidak diinginkan
dan mengalami kekerasan rumah tangga sehingga
perkawinannya hanya berumur 3 bulan dan berujung
kepada perceraian.
e) Peran bidan dalam menangani pernikahan usia muda
Peran bidan dalam menekan pernikahan dini di Indonesia
dengan cara memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang dampak
negative pernikahan dini, serta memberikan penjelasan tentang organ
reproduktif wanita yang belum siap untuk mengandung. Serta bidan
juga dapat memberikan saran kepada pasangan muda yang sudah
terlanjur menikah dengan memberi pengetahuan pentingnya
menggunakan alat kontrasepsi ketika sedang berhubungan suami istri.

22
Alat kontrasepsi ini digunakan untuk menunda kehamilan hingga organ
reproduksi wanita siap mengandung. Bidan juga dapat memberi
penjelasan kepada salah satu warga yang dipercaya dalam Desa
tersebut untuk menjelaskan ulang kepada warganya tentang bahaya dan
dampak pernikahan dini.
Serta bidan juga dapat memberikan penyuluhan di sekolah-
sekolah. Yang bertujuan agar remaja dapat mengerti tentang baik
buruk pernikahan dini, sehingga remaja-remaja tersebut memiliki
gambaran akan bagaimana nanti kedepannya, akan menikah diusia
berapa nantinya dan mereka mampu mewaspadai akan bahaya
pernikahan dini. Mencegah dari sedini mungkin memang lebih baik.
Dari pada mereka melakukan pernikahan setelah lulus bangku Sekolah
Menengah Atas atau bahkan setelah lulus Sekolah Menengah Pertama.

I. Incest
Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga. Anggota
keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang mempunyai hubungan
pertalian darah. Batas pertalian darah paling atas adalah kakek, paling bawah adalah
cucu, batas kesamping adalah keponakan. Keluarga diluar itu bukan termasuk incest.
Pelaku biasanya adalah orang yang lebih dewasa (lebih kuasa) dan korban lebih
banyak adalah anak-anak. Sering terjadi pada anak tiri oleh bapak tiri, menantu oleh
mertua, cucu oleh kakeknya.
Incest dapat terjadi karena saling suka atau saling cinta dan dapat juga terjadi
akibat paksaan tanpa rasa cinta. Incest ada yang diluar perkawinan, namun ada juga
yang sengaja dilakukan dalam ikatan perkawinan. Diluar negeri, perkawinan incest
diperbolehkan, sedangkan di Indonesia perkawinan incest tidak dibenarkan menurut
hukum. Perkawinan di Indonesia dinyatakan sah dilakukan menurut agama.
Sedangkan pencatatannya, bila agama Islam di Kantor Urusan Agama (KUA) dan
selain agama Islam di Kantor Pencatatan Sipil. Sah tidaknya perkawinan di Indonesia
berdasarkan ajaran agama masingmasing. Semua agama di Indonesia melarang
perkawinan incest. Bila diketahui ada pertalian darah (muhrim dalam agama islam)
sedangkan perkawinan telah dilakukan dan walaupun sudah mempunyai anak, maka
perkawinan harus dibatalkan.

23
Inses Menurut KUHP pidana, Pasal 294 ayat (1) KUHP pidana. Jenis
hubungan yang diancamkan pidana dalam Pasal 294 ayat (1) ini yaitu hubungan
antara seseorang dengan anaknya, anak tirinya, dan anak angkatnya.
Bunyi selengkapnya dari Pasal 294 ayat (1) KUHP pidana, yang terletak dalam Buku
II Bab XIV: Kejahatan terhadap Kesusilaan, menurut terjemahan BPHN, yaitu,
“Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya, anak
angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum dewasa, atau dengan orang
belum dewasa yang pemeliharaannya, pendidikan atau penjagaannya diserahkan
kepadanya ataupun dengan bujangnya atau bawahannya yang belum dewasa, diancam
dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.”
Pada UU No1 Tahun 1974 pasal 8 yaitu: Berhubungan darah dalam garis keturunan
lurus ke bawah ataupun ke atas. Berhubungan darah dalam garis keturunan
menyamping yaitu antar saudara. Antrara seseorang dengan saudara tua dan antara
seseorang dengan saudara neneknya

14 abad yang lalu al-Quran sudah mewanti-wanti dan melarang keras


hubungan seksual antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang sedarah.
Al-Qur’an sangat ketat dan jelas merinci siapa-siapa yang tidak boleh dinikahi.
Orang-orang yang tidak boleh dinikahi setidaknya disebabkan oleh beberapa sebab.
Sebab yang bersifat abadi atau selamanya (al-muharramat al-muabbadah), dan sebab
yang bersifat sementara (al-muharramat al-muaqqatah). Hal ini dijelaskan dalam QS.
al-Nisa’/4: 23. “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang
perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan; saudara-saudara bapakmu yang
perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu
yang perempuan

Gambaran incest di luar ikatan perkawinan


 Pelaku kebanyakan orang yang kerap berinteraksi dengan korban,
tinggal dalam satu rumah.
 Korban mayoritas anak-anak sehingga tidak kuasa melakukan
perlawanan diri. Biasanya dibawah tekanan karena ancaman
pelakusehingga ketakutan atau diberi imbalan atau dengan bujuk rayu
misalnya diberi uang atau makanan.
 Sering berakibat trauma fisik dan psikis.

24
Upaya Mengatasi
 Waspada dalam mengasuh anak. Tidak membiasakan anak dirumah
sendirian dengan anggota keluarga yang berlainan jenis.
 Tidak mengabaikan kata hati tiap ada gelagat yang menjurus pada
tindakan pelecehan dalam keluarga.
 Memisahkan tempat tidur anak mulai umur 3 tahun dari ayah atau
saudara baik sesama jenis kelamin maupun berlainan jenis kelamin.
 Perlu juga melibatkan orang lain diluar lingkungan keluarga.
 Lapor pada petugas penegak hukum walaupun dibawah ancaman
pelaku.

Dampak Inces

a. Berpotensi tinggi menghasilkan keturunan secara biologis lemah, baik


fisik maupun mental (cacat), atau bahkan letal (mematikan).
b. Timbul perasaan malu dan beradapan dengan hukum.
c. Terjerumus kedalam pengguna alkohol dan obat terlarang, pelacuran
dan memiliki kecenderungan untuk melkukan ubungan seksual pada
anak – anak.

Peran bidan dalam mengatasi Inces

Bidan berperan aktif untuk mencegah dan menanggulangi masalah inses


tersebut, adapun peran bidan yaitu:

1. Bidan bekerjasama dengan instansi pemerintah dengan memberi


pendidikan, adapun bentuk pendidikan tersebut yaitu:
a. Perkembangan manusia (anatomi dan fisiologi system
reproduksi)
b. Hubungan antara manusia (baik dengan keluarga, teman
sejawat, pacaran dengan pernikahan)
c. Kemampuan personal (nilai, pengambilan keputusan,
komunikasi dan negosiasi)

25
d. Perilaku seksual (kontrasepsi, IMS, dan pencegahan HIV/AIDS
serta aborsi maupun kejahatan atau pelecehan seksual)
e. Budaya dan sosial (peran gender, agama, dan seksualitas).
2. Bidan dapat mengadakan kegiatan positif untuk masyarakat (diberi
kesibukan), dimana bidan bekerjasama dengan masyarakat dalam
meningkatkan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan sehingga dapat
menghindari terjadinya tindakan inses, karena dengan adanya kegiatan
maka pikiran negatif dapat dihindari.
3. Bidan memberikan pengarahan kepada keluarga agar diperlukannya
komunikasi antar keluarga dan anak-anak agar adanya keterbukaan
sehingga dapat menghindari terjadinya inses.
4. Bidan dapat mensosialisasikan kepada masyarakat tentang dampak-
dampak akibat inses atau dapat mensosialisasikan tentang pendidikan
kesehatan reproduksi.
J. Home Less
Home less atau tunawisma atau gelandangan adalah orang yang hidup dalam
keadaan tidak sesuai dengan norma di masyarakat setempat, serta tidak mempunyai
tempat tinggal yang tetap diwilayah tertentu dan hidup ditempat umum (PP 31/1980
Pasal 1). Home less banyak terdapat di kota- kota besar. Kedatangan mereka ke kota
besar tanpa didukung oleh pendidikan dan ketrampilan yang memadai. Biasanya
mereka tinggal di emperan toko, kolong jembatan, kolong jalan layang, gerobak
tempat barang bekas, sekitar rel kereta api, di taman, di tempat umum lainnya.
Pekerjaan mereka sebagai pengamen, pengemis, pemulung sampah.
a) Penanggulangan
Pencegahan dilakukan dengan :
 Penyuluhan dan konseling.
 Pendidikan pelatihan keterampilan.
 Pengawasan serta pembinaan lanjut.
b) Penghentian / Peniadaan
 Penertiban oleh aparat pemerintah.
 Penampungan.
 Pelimpahan.
c) Rehabilitasi

26
 Pembangunan perumahan sangat sederhana.
 Pengadaan rumah singgah dan diberikan berbagai pelatihan dan
pendidikan.
 Transmigrasi.
d) Dampak adanya tinawisma
 Bagi tinawisma
a. Tidak mempunyi tempat tinggal yangg tepat sehingga tidak
mempunyai tempat untuk melindungi diri
b. Terjadinya seks bebas
Seperti yang kita ketahui tunawisma adalah orang yang tidak
mempunyai rumah atau tempat tinggal. Banyak dari mereka yang
tinggal disembarang tempat, misalnya emperan toko, kolong
jembatan, pinggir jalan, dan tempat umum lainnya. Hal ini
memperbesar kemungkinan terjadinya seks bebas, yang merupakan
faktor utama penyebab PMS (penyakit menular seksual).
c. Narkoba
Kemungkinan seorang tunawisma menggunakan narkoba tentunya
lebih besar karena hidup mereka yang tidak tekontrol. Misalnya
seorang remaja menjadi tunawisma karena tidak mempunyai orang
tua yang mengontrol mereka sehingga dapat dengan mudah
dipengaruhi untuk mmenggunakan narkoba. Hal ini banyak
dilakukan sebagai pelampiasan mereka terhadap kehidupan yang
dirasa kurang adil.
d. Kriminalitas
Sulitnya memenuhi keutuhan ekonomi menyebabkan para
tunawisma melakukan segala cara untuk mendapatkan uang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satunya adalah dengan
melakukan tindakan kriminalitas. Misalnya merampok, mencopet,
dan mencuri.
e. Kehilangan kesempatan belajar
f. Kehilang kesempatan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih
banyak.
 Bagi masyarakat sekitar

27
Dengan adanya tunawisma disekitar masyarakat, mau tidak mau
masyakat akan ikut merasakan dampak hadirnya mereka. Adanya
tunawisma dapat mengganggu ketertiban karena mereka sering
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat. Misalnya, tindakan kriminalitas yang mereka lakukan,
memberikan pengaruh buruk penggunaan narkoba.
 Bagi lingkungan
Meningkatnya jumlah tunawisma semakin merugikan lingkungan.
Banyaknya tunawisma berkeliaran menyebabkan lingkungan kumuh
karena mereka banyak mendirikan rumah kardus sehungga
menyebabkan kota terlihat tidak teratur.

K. Trafficking (perdaganan manusia)


Kejahatan perdagangan orang (human trafficking) adalah kejahatan
kemanusiaan yang terorganisasi, artinya kejahatan ini melibatkan beberapa orang
yang memiliki jaringan atau keterkaitan satu sama lain dan memiliki tujuan untuk
mengeksploitasi korban demi keuntungan sepihak (pelaku). Dalam kurun waktu 2005-
2009, Jawa Barat menduduki peringkat teratas kasus human trafficking. Salah satu
daerah di Provinsi Jawa Barat yang merupakan daerah rentan menghadapi
permasalahan tindak human trafficking adalah Kabupaten Indramayu.
Berbagai data menyebutkan bahwa kasus human trafiking di Kabupaten
Indramayu selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Penelitian kali ini
mencoba menghadirkan hal-hal yang telah dan akan dilakukan oleh stakeholder di
Kabupaten Indramayu dalam meminimalisasi tingkat tindak human trafficking.
Sebagai bukti keseriusan Indonesia dalam upaya menghapus kekerasan
terhadap perempuan yang salah satunya adalah perdagangan perempuan (trafficking),
hukum telah membuat hukum nasional, antara lain:
1. Keppres No. 36 Tahun 1990 Mengenai Ratifikasi Konvensi PBB tentang Hak-
Hak Anak.
2. Joint Decree 2002, yaitu Keputusan Bersama Pemerintah dalam Pelayanan
Korban Penanganan Korban Trafficking.
3. Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

28
4. Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam
Rumah Tangga.
5. Undang-Undang No. 4 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Kerjasama
Korban KDRT.
6. Undang-Undang No. Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban.
7. Undang-Undang No.21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang.
8. Inpres 9/2000 dan Kepmendagri 132 tahun 2003 tentang Pengarusuta maan
Gender dalam Pembangunan Nasional.
9. Perda No.3/2008 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat tentang Pencegahan
dan Penanganan Korban Perdagangan Orang di Jawa Barat.
 Faktor-faktor yang mendorong terjadinya trafficking
1. Kemiskinan
2. Ketenagakerjaan
3. Pendidikan
4. Migrasi
5. Kondisi Keluarga
6. Sosial budaya
 Tujuan pencegahan trafficking
1. Mencegah sejak dini tindakan trafficking.
2. Memberikan perlindungan terhadap orang dari eksploitasi dan
perbudakan manusia.
3. Menyelamatkan dan merehabilitasi korban trafficking.
4. Memberdayakan pendidikan dan perekonomian korban trafficking
beserta keluarganya.
 Penanganan terhadap korban trafficking meliputi tiga hal, yakni:
1. Identifikasi
yaitu untuk mengidentifikasi orang-orang yang tereksploitasi sebagai
korban trafficking, bukan mengidentifikasi pelaku trafficking, lalu
memindahkan orang/korban.
2. Reintegrasi
tujuan dari suatu aktivitas reintegrasi sosial adalah untuk membantu
korban trafficking untuk kembali berintegrasi dengan keluarga dan

29
lingkungannya. Reintegrasi sosial sangat perlu dilakukan agar keluarga
korban dan lingkungan di sekitar korban dapat menerima keberadaan
korban kembali.

3. Rehabilitasi
merupakan suatu upaya untuk memulihkan kondisi korban trafficking.
Lamanya korban untuk direhabilitasi tergantung pada tingkat kondisi
korban. Menurut IOM, apabila seseorang telah teridentifikasi sebagai
korban trafficking, korban harus ditempatkan pada suatu penampungan
atau rumah aman yang menyediakan lingkungan yang aman dan
terlindung bagi pemulihan korban.
 Dampak trafficking
Perdagangan manusia memiliki dampak yang sangat besar untuk Masyarakat
khususnya anak-anak dan perempuan karena perdagangan manusia dapat
merusak fisik dan psikis korban dari perdagangan manusia. Mufida (2011;29-
30) mengidentifikasikan bahwa dampak trafficking dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Mendanai kejahatan terorganisir
Menurut PBB trafficking merupakan praktik industri kriminal terbesar
ketiga tingkat dunia yang menghasilkan sekitar 9,5 juta US Dollar
dalam pajak tahunan.
2. Melemahkan potensi sumber daya manusia terutama anak dan
perempuan.
Perdagangan manusia memiliki dampak negatif bagi pasar tenaga
kerja, yaitu menimbulkan hilangnya sumber daya manusia. Selain
berpotensi melemahkan sumber daya manusia perdagangan manusia
atau human trafficking dapat mengganggu kesehatan dan pendidikan
bagi perempuan maupun anak-anak yang menjadi korban dari
perdagangan manusia atau human trafficking karena fisik dan mental
dari para korban dari perdagangan manusia dapat mengalami gangguan
yang berpotensi besar terjadi penurunan kesehatan. Para korban dari

30
perdagangan manusia juga akan mengalami trauma sehingga dapat
menyebabkan penurunan sumber daya manusia.
3. Merusak kesehatan manusia.
Para korban perdagangan manusia seringkali mengalami kondisi yang
kejam yang mengakibatkan trauma fisik seksual dan psikologis serta
dapat menimbulkan berbagai macam penyakit kelamin contoh penyakit
yang akan ditimbulkan dari perdagangan manusia atau human
trafficking adalah stres, trauma, gangguan mental, dan terjadi penyakit
seksual contohnya HIV dan AIDS.
4. Menumbangkan Wibawa pemerintah.
Perdagangan manusia merusak usaha-usaha pemerintah untuk
menggunakan wewenangnya dalam menjaga warga negara atau
masyarakatnya agar tidak terjebak dalam perdagangan manusia serta
perdagangan manusia mengancam penduduk yang rentan yaitu
penduduk yang berpenghasilan kecil atau berada pada tingkat ekonomi
kelas bawah. Jika Pemerintah tidak dapat melindungi perempuan dan
anak-anak yang diculik dari rumah dan sekolah mereka, atau tenaga
kerja perempuan yang berada di tempat transit atau penampungan.
5. Memakan biaya ekonomi sangat besar.
ILO menyimpulkan bahwa perolehan ekonomis dari penghapusan
bentuk-bentuk terburuk kerja paksa pada anak-anak sangat besar Iya itu
puluhan juta dolar per tahun karena meningkatnya pengrekrutan anak-
anak yang terjebak dalam kerja.
6. Merusak mental anak
Perdagangan manusia dapat mempengaruhi dan merusak mental anak,
anak dibawah umur yang mendapatkan tekanan akan berpengaruh
terhadap kesehatan mentalnya dan an-nasr sebut juga dapat
menyebabkan trauma mental hal tersebut sangat tidak baik untuk
kesehatan anak di bawah umur.
L. Pekerja Seks Komersial
Pekerja seks komersial adalah seorang peria ataupun wanita yang mengadakan
hukuman klamin dengan seorang lawan jenis diluar ikatan perkawinan yang sah
dengan maksud mendapatkan kepuasan seksual atau keuntungan materi bagi diri
sendiri atau pun orang lain (pasal 1 Perda No 15 Tahun 2002). Akibatnya semakin

31
banyak ditemukan penyakit menular seksual. Profesi sebagai pekerja seks komersial
dengan penyakit menular seksual merupakan satu lingkaran setan. Biasanya penyakit
menular seksual ini diidap oleh PSK, dimana dalam menjajakan dirinya terhadap
pasangan kencan yang bergantiganti tanpa menggunakan pengaman sseperti kondom.
 Penanganan masalah PSK
1. Keluarga:
 Meningkatkan pendidikan anak-anak terutama mengenalkan
pendidikan seks secara dini agar terhindar dari perilaku seks
bebas.
 Meningkatkan bimbingan agama sesuai tameng agar terhindar
dari perbuatan dosa.
2. Masyarakat
Meningkatkan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap
kehidupan PSK.
3. Pemerintah
 Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi.
 Meregulasi undang-undang khusus tentang PSK.
 Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia
lokalisasi PSK untuk dijaring dan mendapatkan rehabilitasi
 Dampak PSK
Perdagangan manusia memiliki dampak yang sangat besar untuk
Masyarakat khususnya anak-anak dan perempuan karena perdagangan
manusia dapat merusak fisik dan psikis korban dari perdagangan
manusia. Mufida (2011;29-30) mengidentifikasikan bahwa dampak
trafficking dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Mendanai kejahatan terorganisir
Menurut PBB trafficking merupakan praktik industri kriminal terbesar
ketiga tingkat dunia yang menghasilkan sekitar 9,5 juta US Dollar
dalam pajak tahunan.
2. Melemahkan potensi sumber daya manusia terutama anak dan
perempuan.
Perdagangan manusia memiliki dampak negatif bagi pasar tenaga
kerja, yaitu menimbulkan hilangnya sumber daya manusia. Selain

32
berpotensi melemahkan sumber daya manusia perdagangan manusia
atau human trafficking dapat mengganggu kesehatan dan pendidikan
bagi perempuan maupun anak-anak yang menjadi korban dari
perdagangan manusia atau human trafficking karena fisik dan mental
dari para korban dari perdagangan manusia dapat mengalami gangguan
yang berpotensi besar terjadi penurunan kesehatan. Para korban dari
perdagangan manusia juga akan mengalami trauma sehingga dapat
menyebabkan penurunan sumber daya manusia.
3. Merusak kesehatan manusia.
Para korban perdagangan manusia seringkali mengalami kondisi yang
kejam yang mengakibatkan trauma fisik seksual dan psikologis serta
dapat menimbulkan berbagai macam penyakit kelamin contoh penyakit
yang akan ditimbulkan dari perdagangan manusia atau human
trafficking adalah stres, trauma, gangguan mental, dan terjadi penyakit
seksual contohnya HIV dan AIDS.
4. Menumbangkan Wibawa pemerintah.
Perdagangan manusia merusak usaha-usaha pemerintah untuk
menggunakan wewenangnya dalam menjaga warga negara atau
masyarakatnya agar tidak terjebak dalam perdagangan manusia serta
perdagangan manusia mengancam penduduk yang rentan yaitu
penduduk yang berpenghasilan kecil atau berada pada tingkat ekonomi
kelas bawah. Jika Pemerintah tidak dapat melindungi perempuan dan
anak-anak yang diculik dari rumah dan sekolah mereka, atau tenaga
kerja perempuan yang berada di tempat transit atau penampungan.
5. Memakan biaya ekonomi sangat besar.
ILO menyimpulkan bahwa perolehan ekonomis dari penghapusan
bentuk-bentuk terburuk kerja paksa pada anak-anak sangat besar Iya
itu puluhan juta dolar per tahun karena meningkatnya pengrekrutan
anak-anak yang terjebak dalam kerja.
6. Merusak mental anak
Perdagangan manusia dapat mempengaruhi dan merusak mental anak,
anak dibawah umur yang mendapatkan tekanan akan berpengaruh
terhadap kesehatan mentalnya dan an-nasr sebut juga dapat

33
menyebabkan trauma mental hal tersebut sangat tidak baik untuk
kesehatan anak di bawah umur.
 Peran bidan dalam menangani PSK
Menyadari kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh Pekerja Seks
Komersial (PSK) tersebut, maka cara yang dianggap efektif dan efisien
untuk menghadapi dan mempersiapkan mereka adalah dengan
memberikan bekal pengetahuan dan memberikan kesadaran tentang
pentingnya perilaku reproduksi yang sehat dan aman melalui pendidikan
dan pelayanan kesehatan di klinik-klinik kesehatan reproduksi, karena
manfaat yang dapat dirasakan dengan kehadiran puskesmas ini
diantaranya adalah terbukanya akses akan pelayanan kesehatan
reproduksi, sehingga para Pekerja Seks Komersial (PSK) ini mempunyai
tempat untuk menuangkan masalahnya, memberikan solusi serta bisa
memahami keadaan dirinya.
1. Memberikan pelayanan secara sopan seperti melayani pasien-pasien
yang lain.
2. Belajar membuat diagnosa dan mengobati PMS.
3. Mengenal berbagai jenis obat yang masih efektif, terbaru, murah dan
cobalahmenjaga kelangsungan pengadaan obat.
4. Cari pengadaan kondom yang cukup dan rutin bagi masyarakat.
5. Memastikan ketersediaan pelayanan kesehatan termasuk KB,
perawatan PMS danobat yang terjangkau serta penanggulangan obat
terlarang.
M. Drug Abuse
Penyalahgunaan obat dimaksud bila suatu obat digunakan tidak untuk tujuan
mengobati penyakit, akan tetapi digunakan dengan sengaja untuk mencari atau
mencapai kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa. Dari segi hukum obat-
obat yangs ering disalah gunakan dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu: narkotika
atau obat bius dan bahan psikotropika. Untuk mencegah penyalahgunaan obat,
pemerintah baru-baru ini telah mengesahkan dua Undang-Undang penting yaitu:
 Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tanggal 11 Maret 1997
tentang Psikotropika.

34
 Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1997 tanggal 1 September
1997 tentang Narkotika.
 Solusi atau cara mengatasi tindak penyalahgunaan obat terlarang
 Membawa anggota keluarga (pemakai) ke panti rehabilitasi untuk
mendapatkan penanganan yang memadai.
 Pembinaan kehidupan beragama, baik disekolah, keluarga dan lingkungan.
 Adanya komunikasi yang harmonis antara remaja dan orang tua, guru serta
lingkungannya.
 Selalu berperilaku positif dengan melakukan aktivitas fisik dalam penyaluran
energi remaja yang tinggi seperti berolahraga.
 Perlunya pengembangan diri dengan berbagai program/hobi baik di sekolah
maupun dirumah dan lingkungan sekitar.
 Mengetahui secraa pasti gaya hidup sehat sehingga mampu menangkal
pengaruh atau bujukan memakai obat terlarang.
 Saling menghargain sesama remaja (peer group) dan anggota keluarga.
 Penyelaesaian berbagai masalah dikalangan remaja/pelajar serta positif dan
konstruktif.
 Dampak Penyalahgunaan obat
1) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap fisik
1. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,
halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti:
infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah
3. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi,
eksim
4. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
5. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur
6. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi
adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon
reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi
seksual

35
7. Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi pada
remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi,
ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
8. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian
jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit
seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya
9. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis
yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk
menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian
3) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap psikis
1. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
2. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
3. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
5. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
4) Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap lingkungan sosial
1. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2. Merepotkan dan menjadi beban keluarga
3. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
5) Peran bidan dalam Drug Abuse
Dalam menjalankan peranannya, seorang bidan dapat menggunakan
komunikasi efektif dalam upaya pemberian tindakan persuatif tersebut. Upaya
penanggulangan secara persuarif dapat dilakukan jika seseorang telah dibekali
dengan pengetahuan dasar mengenai narkoba itu sendiri dan juga bahaya
penyalahgunaannya.
Ikatan emosional seorang bidan dengan kesehatan ibu dan anak sudah
seharusnya membuka pola pikir mereka untuk memperhatikan bagaimana
merencanakan program kesehatan yang optimal terhadap mereka, termasuk
dalam hal pencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan ibu dan remaja.
Seorang bidan dapat merencanakan suatu komunikasi massa untuk
memberikan gambaran dampak bahaya narkoba terhadap kesehatan seorang
ibu, terutama bagi ibu hamil. Apalagi penggunaan narkoba bagi ibu hamil juga
ikut mempengaruhi janin yang dikandungnya. Di sinilah peran seorang bidan

36
untuk menjalin komunikasi baik secara individual dengan seorang ibu ataupun
secara kolektif dalam masyarakat.
Seorang bidan juga dapat memutus mata rantai penyalahgunaan
narkoba dalam masyarakat melalui suatu komunikasi massa yang melibatkan
seluruh elemen masyarakat, tidak hanya terbatas pada seorang ibu.
Bagaimanapun juga upaya preventif adalah hal yang sangat tepat. Apalagi
dampak penyalahgunaan narkoba ini dapat mempengaruhi masyarakat secara
keseluruhan.
Upaya memberikan gambaran mengenai dampak penyalahgunaan
narkoba kepada masyarakat juga efektif diberikan kepada kaum remaja.
Secara perspektif profesi, remaja memang berada diluar profesi seorang bidan,
tetapi secara kode etik dan tanggung jawab moral, remaja adalah objek kajian
bagi seorang bidan karena kesalahan yang dilakukan seseorang ketika berada
pada masa remaja sebagian besar akan diperoleh dalam waktu-waktu yang
mendatang. Oleh karena itu, seorang bidan dapat mengaitkan hal ini dengan
kehidupan masa depan mereka sekaligus memberikan gambaran dampak
penyalahgunaan narkoba di masa remaja dan efeknya di masa depan mereka.
Jika seorang bidan menjadikan remaja sebagai objek kajian persuatif
mereka, maka dapat juga menyisipkan berbagai tips untuk dapat menghindari
penyalahgunaan narkoba seperti :
1. Jangan sekali - sekali mencoba NARKOBA walaupun hanya sekali
saja. Jangan takut atau malu untuk menolak terhadap orang / teman
yang menawarkan NARKOBA.
2. Membangun komunikasi antar anggota keluarga. Biasakanlah menjalin
komunikasi antar keluarga dan luangkan waktu walaupun sedikit untuk
berkumpul dengan keluarga.
3. Usahakan untuk belajar memecahkan masalah. Jangan sekali - sekali
memakai NARKOBA ketika Anda mempunyai suatu masalah.
Memakai NARKOBA samasekali tidak memecahkan masalah.
4. Perkuat dan perdalam agama dan iman. Ini berguna agar iman tidak
goyah oleh rayuan - rayuan untuk memakai NARKOBA. Hal ini
sangat dianjurkan dimulai dari keluarga.

37
5. Sering mengikuti / mendengar kampanye ANTI NARKOBA. Hal ini
dilakukan agar kita mengerti dampak- dampak negatif yang
ditimbulkan jikalau memakai NARKOBA.
6. Memperbanyak pengetahuan mengenai NARKOBA. Hal ini
merupakan salahsatu benteng yang sangat kuat untuk menolak
memakai NARKOBA. Jikalau Anda sudah mengerti akan begitu
banyak dampak buruknya memakai NARKOBA maka tentu akan
berpikir dua kali untuk mempergunakannya.
7. Mengkampanyekan / mencegah NARKOBA. Berperan serta untuk
menyebarkan dampak - dampak negatif yang ditimbulkan jikalau
memakai narkoba agar orang menjadi mengerti sehingga tidak
memakai NARKOBA.
N. Kawin Kontrak
Kawin kontrak disebut juga dengan Kawin Mut’ah, yaitu pernikahan yang
dibuat atas dasar kontrak atau perjanjian yang jangka waktunya terserah perjanjian
yang disetujui oleh kedua belah pihak (Michael Yani ,2010). Proses kawin kontrak itu
mirip seperti akad nikah pada umumnya. Ada saksi dan ada penghulu, juga ada ijab
dan kabul, termasuk mahar yang disiapkan pada saat ijab kabul. Tujuan dari kawin
kontrak itu sendiri bermacam-macam sesuai dengan perjanjian yang sudah dilakukan
oleh kedua belah pihak.
Dalam agama Islam, kawin kontrak atau kawin Mut’ah ini dilarang atau
berhukumharam. Hukum dari akad nikah ini tidah sah atau batal, jadi jika dilakukan
akan bersifat zina.
Al Qur`an maupun Al Hadits tidak mengajarkan pernikahan dalam jangka
waktu tertentu. Pernikahan dalam Al Qur`an dan Al Hadits ditinjau dari segi waktu
adalah bersifat mutlak, yaitu maksudnya untuk jangka waktu selamanya, bukan untuk
jangka waktu sementara (M. Shiddiq Al Jawi , 2013)
Wanita bukanlah sesuatu yang bisa diperlakukan, dipandang, dan dinilai
seperti hal nya benda. Wanita jugamemiliki keinginan untuk hidup layak sama seperti
seorang laki-laki. Namun, dalam kasus kawin kontrak ini, tidak sepenuhnya kesalahan
ada pada pria. Mungkin memang ada wanita “nakal” yang sengaja menawarkan diri
untuk melakukan kawin kontrak demi mendapat kepuasan duniawi yang hanya semu
belaka.

38
Kawin kontrak telah melanggar ketentuan pasal 2 ayat (2) UU No.1 Thn. 1974
karena dalam perkawinan ini tidak dilakukan pencatatan pada pejabat yang
berwenang(KUA atau Catatan Sipil) dalam rangka memperoleh kepastian hukumnya
melalui surat nikah. Pada dasamya Kawin Kontrak itu sendiri telah melanggar arti dan
tujuan suci dari sebuah perkawinan sesuai dengan UU No. 1 Thn. 1974 dan Kompilasi
Hukum Islam, jadi tidak ada alasan untuk membenarkan dan mengesahkan
keberadaannya.
 Dampak secara psikologis
1. Wanita-wanita ini akan merasakan tekanan batin saat melakukan pernikahan
kontrak. Pernikahan yang dilandasi dengan rasa cinta, kasih sayang,
kejujuran, dan kesetiaan setiap pasangannya. Pernikahan yang akan
menciptakan keluarga bahagia yang tidak akan ada batasan waktunya.
2. Mereka tidak mendapatkan kasih sayang dari pasangannya secara utuh.
Mereka dinikahi hanya untuk memenuhi nafsu seorang pria dalam jangka
waktu yang sangat pendek.Setelah waktu itu habis, mereka akan
diceraikanbegitu saja.
3. Bagi pria, mudah saja untuk menikah lagi sesuka hatinya tanpa melihat
dampak yang mereka timbulkan baik bagi diri sendiri maupun di masyarakat.
Tapi bagi seorang wanita, ini semua sangat merugikan. Setelah diceraikan,
wanita harus menunggu tiga kali masa haid terlebih dahulu baru bisa dinikahi
oleh orang lain.
4. Mereka juga harus menanggung sanksi sosial dari masyarakat disekitarnya.
5. Ia akan dikucilkan, diperlakukan tidak adil, atau bahkan dianggap sebagai
sampah masyarakat.
 Dampak Kawin Kontrak
1. Menyia-nyiakan anak. Anak hasil kawin kontrak sulit disentuh oleh kasih
sayang orang tua (ayah). Kehidupannya yang tidak mengenal ayah
membuatnya jauh dari tanggung pendidikan orang tua, asing dalam
pergaulan, sementara mentalnya terbelakang;
2. Kemungkinan terjadinya nikah haram. Minimnya interaksi antara keluarga
dalam kawin kontrak apalagi setelah perceraian, membuka jalan terjadinya
perkawinan antara sesama anak seayah yang berlainan ibu, atau bahkan

39
perkawinan anak dengan ayahnya. Sebab tidak ada saling kenal di antara
mereka;
3. Menyulitkan proses pembagian harta warisan. Ayah anak hasil kawin kontrak
lebih-lebih yang saling berjauhan sudah biasanya sulit untuk saling
mengenal. Penentuan dan pembagian harta warisan tentu tidak mungkin
dilakukan sebelum jumlah ahli waris dipastikan.
 Peran bidan dalam Kawin kontrak

O. Multipartner
MSP adalah ukuran dan kejadian terlibat dalam aktivitas seksual dengan dua
orang atau lebih dalam periode waktu tertentu. Aktivitas seksual dengan MSP dapat
terjadi secara bersamaan atau serial. MP mencakup aktivitas seksual antara orang-
orang dari jenis kelamin yang berbeda atau jenis kelamin yang sama.
MP juga dapat berarti bahwa satu orang mungkin memiliki hubungan atau
hubungan jangka panjang, dan ketika hubungan kedua dimulai, orang tersebut dapat
dikatakan memiliki banyak pasangan seks.Istilah lain, polyamorous adalah perilaku
dan bukan ukuran yang menggambarkan hubungan romantis atau seksual yang
dilakukan secara berganda secara bersamaan.
Multiple sex partnerdibedakan menjadi dua pola yaitu:
1) Concurrent Partnership
Istilah concurrent partnership pertama disebutkan dalam literature
epidemiologi lebih dari 15 tahun yang lalu (Hudson, 1996 dalam Mah TL,
2010). Concurency adalah memiliki banyak mitra seks dalam kurun waktu
yang bersamaan. Ada beberapa alasan seorang pria memiliki hubungan
concurrency menurut Carey, M.P et all, (2010), beberapa orang pria
beranggapan memiliki hubungan seksual concurrency adalah suatu kewajaran,
selain itu memerlukan variasi dalam hubungan seksual juga menjadi alasan
seorang pria memiliki hubungan seksual concurrency. Ada juga yang
berpendapat hubungan seksual concurrency adalah proses untuk menemukan
pasangan yang tepat.
2) Serial Monogamus
Istilah ini digunakan sebagai istilah untuk seseorang yang memiliki banyak
partner tetapi tidak dalam kurun waktu yang bersamaan atau memiliki satu

40
pasangan dalam jangka pendek. Temuan penelitian menunjukan bahwa serial
monogamus jangka pendek dapat mencegah infeksi menular seksual (Critelli
and Suire, 1998).
Adapun resiko yang akan timbul jika melakukan multipartner diantaranya:
 Resiko kesehatan
MP meningkatkan risiko mengembangkan vaginosis bakteri. MP dapat
menyebabkan wanita hamil dengan risiko lebih besar tertular HIV. HIV sangat
terkait dengan memiliki MP. Memiliki banyak pasangan seks dikaitkan dengan
insiden IMS yang lebih tinggi.
Pencegahan strategi penyakit termasuk konseling intensif bagi mereka yang
telah memenuhi definisi beberapa pasangan seks.
Di Jamaika salah satu asosiasi utama yang berkontribusi terhadap epidemi
AIDS / HIV adalah perilaku berisiko memiliki banyak pasangan seks. Survei
Surveilans Perilaku tahun 2004 menunjukkan bahwa 89 persen pria dan 78
persen wanita berusia 15 hingga 24 melakukan hubungan seks dengan
pasangan yang tidak menikah atau tidak bersekutu dalam 12 bulan
sebelumnya. Lima puluh enam persen pria dan 16 persen wanita memiliki
banyak pasangan seks dalam 12 bulan sebelumnya.
Di Afrika Sub-sahara, perjalanan dan kekayaan merupakan faktor risiko dalam
melakukan aktivitas seksual dengan banyak pasangan seks.
 Kesehatan reproduksi, antara lain: pertama, keamilan yang tidak diinginkan.
Kehamilan yang tidak diinginkan membawa anak muda pada dua pilihan,
melanjutkan kehamilan atau menggugurkannya. Hamil dan melahirkan dalam
usia muda merupakan salah satu faktor risikokehamilan yang tidak jarang
membawa kematian ibu.
 Beban psikologis, diantaranya stress, depresi, timbul rasa malu sehingga
mengakibatkan mereka mengambil tindakan aborsi untuk mengatasi masalah
mereka. Karena menurut mereka hal tersebut adalah satu-satunya jalan terakhir
jika orang tua tidak mau menerima kehamilan tersebut.

41
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Status Sosial Wanita adalah kedudukan seseorang dalam keluarga dan
masyarakat. Status sosial wanita adalah kedudukan wanita yang akan
mempengaruhi bagaimana wanita diperlakukan, dihargai dan kegiatan apa yang
boleh dilakukan. Pola patriaki beranggapan bahwa posisi wanita sebagai mahkluk
yang berada dibawah laki-laki, sehingga banyak perempuan sering mendapatkan
perilaku yang tidak manusiawi dan tidak senonoh. Status sosial yang rendah
tersebut dapat menimbulkan tindakan diskriminasi.
 Nilai dan kedudukan wanita saat ini yaitu wanita mempunyai kedudukan khusus
didunia yang dapat sejajar dengan laki-laki karena sebenarnya dimata Tuhan tidak
ada perbedaan antara wanita dengan laki-laki karena posisinya seorang wanita
dapat menjadi penyebab keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan.
 Hak yang dimiliki seorang wanita dan laki-laki adalah sama yaitu hak untuk
hidup dihargai, dihormati, pintar dan maju, mencapai cita-cita dan hak mendasar
lainnya, dengan hak tersebut mereka diakui sebagai kaum yang sejajar dengan
laki - laki, bukan sebagai pesaing melainkan sebagai mitra.

42
DAFTAR PUSTAKA

Eridani, Khairunnisa., Zahroh, Shaluhiyah., Syamsulhuda, B.Musthofa. 2019. Gambaran


Prilaku Seks Multipartner Mahasiswa Dalam Pencegahan Kehamilan dan Infeksi
Menular Seksual (IMS) Di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(4), 525-
531.
Hidayati, Elli. 2017. Buku Ajar Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga. Cetakan
I. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
Lestari, Wuji, T., Ulfiana, Elisa., Suparni. 2017. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Berbasis
Kompetensi. Jakarta: EGC.
Bintari, Atik., Djustiana, Nina. 2015. Upaya Penanganan Korban dan Pencehagan Tindak
Perdaganan Orang (Human Trafficking) DiKabupaten Indramayu Provinsi Jawa
Barat. Jurnal Ilmu Pemerintahan, 1(1), 124 – 148.
Chandranita, Ayu., Fajar, Gde, Bagus, Ida., Gde, Bagus, Ida.2009. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.
Mas’udi, Masdar F.1997. Islam Dan Hak-Hak Reproduksi Perempuan. Bandung: Mizan.
Rahyani, Yuni, K, N.2012. Kesehatan Reproduksi Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC.
Djamilah., Kartikawati, Reni. 2014. Dampak Perkawinan Anak Indonesia. Jurnal Studi
Pemuda, 3(1), 1-16.
Ana, Nadhya, A., Tamtiari, W. 2001.Konstruksi

43

Anda mungkin juga menyukai