Dosen pembimbing :
Yuningsih,MM
Nama kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
13.074119.089
13.074119.090
13.074119.091
13.074119.092
13.074119.093
13.074119.094
13.074119.095
13.074119.096
13.074119.097
13.074119.098
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yangtelah
dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul ABSES PAYUDARA
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan serta
menambah wawasan tentang masalah pada ibu nifas dengan infeksi payudara , dimulai dari
pengenalan definisi, gejala, penyebab, factor resiko, dan penatalaksanaannya.Penulisan
makalah ini di dasarkan pada data sekunder dari beberapa informasi baik dari buku maupun
internet yang membahas tentang ibu dengan abses payudara.
Saya berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dan dapat
manambah wawasan kita mengenai lebih dalam tentang nifas dengan abses payudara.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan
saran saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini
Jember ,09-04-2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I
1. Latar belakang
2. Tujuan
3. Rumusan masalah
4.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Pada saat ini penyakit peradangan payudara sangat merajala lela pada kalangan wanita
khususnya pada wanita yang masih pertama kali hamil. Penyakit yang menyerang payudara
ternyata tak hanya kanker payudara saja. Ada penyakit lain yang tak kalah berbahayanya yaitu
abses mammae. Abses mammae ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan
menyusui. Radang ini terjadi karena si ibu tidak menyusui atau puting payudaranya lecet karena
menyusui. Kondisi ini bisa terjadi pada satu atau kedua payudara sekaligus. ABSES MAMMAE
merupakan istilah medis untuk peradangan payudara. Gejalanya antara lain payudara memerah,
terasa sakit serta panas dan membengkak. Bila semakin parah, maka suhu tubuh meningkat
hingga lebih dari 38 derajat Celcius dan timbul rasa lelah yang sangat.
Abses ini biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3
bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami abses mammae pada
beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan tentang abses payudara, penyusun menentukan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. apa definisi dari abses payudara ?
2.
TUJUAN PEMBAHASAN
A. Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien denan
abses mammae
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian abses mamma
2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab abses mammae
3. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada
pasien abses mammae
4. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan abses mammae
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Abses payudara adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian
sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel
darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga
tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang
mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada
akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah
didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,
tergantung pada lokasi abses.
B.
ETIOLOGI
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit
yang normal (Staphylococcus aureus).
Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui
sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu).
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam
waktu 1-3bulan setelah melahirkan.
Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama
setelah melahirkan.
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan
menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu.
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh selsel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah mengalami
infeksi.
Suatu Infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara :
Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril.
Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.
Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
Terdapat gangguan system kekebalan.
Abses Payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat adanya infeksi payudara.
Infeksi ini paling sering terjadi selama menyusui, akibat masuknya bakteri ke jaringan payudara.
Peradangan atau infeksi payudara atau yang disebut mastitis dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri, perembesan sekresi melalui fisura di putting, dan dermatitis yang mengenai putting.
Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan
atau retakan dikulit (biasanya pada putting susu). Abses payudara bisa terjadi disekitar putting,
bisa juga diseluruh payudara.
C. GEJALA
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ
atau syaraf.Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak dan adanya
nyeri tekan).
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu
benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit
diatasnya menipis.
Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
Gatal-gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena.
D. PATOFISIOLOGI
Luka atau lesi pada putting terjadi peradangan masuk (organisme ini biasanya dari
mulut bayi) pengeluaran susu terhambat produksi susu normal penyumbatan
duktus terbentuk abses.
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam
seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Jika tidak sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau biopsy payudara.
Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel
darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi bses dalam, bisa dilakukan pemeriksaan
roentgen, USG atau CT scan.
Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses pecah dengan sendirinya san
mengeluarkan isinya. Kadang abses menghilang secara perlahan karena tubuh menghancurkan
infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi. Abses tidak pecah dan bisa meninggalkan
benjolan yang keras.
E. PENANGANAN
Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah :
Untuk meringankan neri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan
dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir areola, ke
pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotic biasanya sia-sia.
Antibiotic bisa diberikan setelah suatu abses mongering dan hal ini dilakukan untuk mencegah
kekambuhan. Antibiotic juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.
Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 20 menit, 4 kali/hari.
Sebaiknya dilakukan pemijatan dan p emompaan air susu pada payudara yang terkena untuk
mencegah pembengkakan payudara.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau
ibuprofen) karena kedua obat tersebut aman diberikan untuk ibu menyusui dan bayinya.
BAB III
K AS U S
Jakarta - Kelahiran buah hati tentulah membawa berjuta-juta kebahagiaan. Tapi hati-hati! Ada
bahaya mengancamsang ibu. Yaitu terjadi abses mammae. Inilah yang dideritaNy.Maria
Phasa hingga ia tidak ingin selalu menyusuibayinya setiap kali ia melihat bayinya.setiap kali ia
menyusui banyinya ia merasa kesakitan pada payudaranya..Perempuan kelahiran 15 januari
1984 inisebenarnya sangat ingin sekali menyusui bayinya,dan dia memeriksakan sakitnya ke RS
setempat,dan dokter mengatakan dia menderita abses mammae,dan dianjurkan untuk segera
diinsisi ..
BAB IV
TINJAUAN KASUS
I.
PENGKAJIAN
Dilakukan pada hari kamis tanggal 20 Desember 2010 di RS Budi, Jakarta jam 10.00 WIB.
I. DATA SUBYEKTIF
Biodata
Nama istri
: Ny. M
Nama suami
: Tn. R
Umur
: 26 th
Umur
: 31 thn
Agama
: Katolik
Agama
: katolik
Pendidikan
: SMA
Suku/Bangsa
: Indonesia
Pekerjaan
Kawin
: kawin
Kawin
: kawin
Umur kawin
: 21 thun
Umur kawin
: 26 thun
Lama kawin
: 5 tahun
Lama kawin
: 5 tahun
Alamat
: Jakarta Barat
Alamat
: Jakarta Barat
Pendidikan
Suku/Bangsa
Pekerjaan
: SMA
: Indonesia
: Wiraswasta
v Keluhan Utama
Klien mengatakan payudaranya terasa sakit dan membengkak sehingga tidak bisa
menyusui bayinya.
v Riwayat Menstruasi
a.
Menarche Umur
: 14 Tahun
b. Siklus
: 28 hari
c.
: 7 Hari
Lamanya
d. Banyaknya
e.
Konsistensi
f.
Warna
g. Bau
enorhoe
: Ada biasanya pada hari pertama tidak selalu terjadi, rasa nyeri pada perut yang masih normal
tidak sampai menyebabkan pingsan
i.
Flour Albus
j.
HPHT
k. HPL
l.
UK
: 9 bulan
Persalinan
Sum
i ke
Hami
l ke
L
/
P
L
U
K
9
bln
Umur
anak
sekaran
g
Nifas
H
/
M
Tempat
persalina
n
Penolon
g
penyuli
t
BPS
Bidan
Lam
a
nifas
Kelaina
n
KB
Abses
tida
hari
mamae
menyusu
i
tidak
Imunisasi
minggu
Obat-obatan
He
Personal hygiene
v Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu
1. Apakah pernah menderita penyakit menular?
Tidak ada penyakit menular
seperti Hepatitis, Aids, PMS (penyakit menular seksual), Typoid.
2. Apakah pernah menderita penyakit menurun?
Tidak ada penyakit menurun ( Herediter )
seperti Diabetes Melitus ( DM ), hipertensi
3. Apakah pernah menderita penyakit menahun?
Tidak ada penyakit menahun (kronis)
seperti TBC, Asma.
4. Apakah pernah menderita infeksi virus?
Tidajk pernah menderita infeksi virus lain
Seperti TORCH ( Toksoplasmosi Rubela Citomegalovirus )
5. Apakah klien pernah mempunyai alergi terhadap makanan/minuman,obat-obatan?
Tidak ada riwayat alergi terhadap obat atau makanan tertentu.
7 hari
Selama hamil
Makan
Porsi
: 1 piring
Minum
: Air putih
Teh hangat
: 6 gelas / hari
: 1 gelas / hari (pagi hari)
b. Selama nifas
Makan
: 2 x per hari dengan menu nasi, sayur-sayuran, lauk pauk (tahu dan tempe) dan buah.
Porsi
: 1 piring
Minum
: Air putih
Susu
: 7 Gelas / hari
: 2 gelas / hari (untuk ibu hamil)
Pola eliminasi
a.
Selama hamil
BAB
BAK
: 5 Kali / hari
b. Selama nifas
BAB
: 1 Kali / hari
BAK
: 9 Kali / hari
Pola aktivitas
a.
Selama hamil
Klien melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri
Nyapu
Ngepel
Mencuci piring
Mencuci baju
b. Selama nifas
Klien melakukan kegiatan hanya memasak
Pola istirahat
a.
Selama hamil
Siang
Malam
Siang
Malam
Selama Hamil
Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 3 kali sehari, cuci rambut 1 kali / 2 hari, ganti pakaian dalam 2
kali sehari, ganti celana 2 x /hari.
b. Selama nifas
Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 1 kali sehari, cuci rambut 1 kali /2 hari, ganti pakaian dalam 2 kali
sehari, ganti celana 3 x/hari.
Pola Seksualitas
a.
Selama hamil
Karena merasa tidak nyaman, takut terjadi keguguran, akan hal-hal yang dapat membahayakan
kandungannya seperti kecacatan.
b. Selama nifas
Belum pernah melakukan hubungan seksual.
pala
Muka
v Ketergantungan
Selama hamil
Klien tidak pernah ketergantungan dengan obat-obatan tertentu, tidak minum jamu-jamuan
II. DATA OBYEKTIF
Kedaan umum
: lemas
Kesadaran
: Composmentis/sadar
Postur tubuh
: normal
Cara berjalan
: tegak
Tinggi Badan
: 157 cm
: 49 Kg
Lila
: 24 cm
: 38 C
Nadi
Tekanan darah
: 110 / 70 mmHg
Respirasi
: 20 x per menit
v Pemeriksaan Fisik
: Tekstur rambut, warna hitam dan tidak bercabang, tidak ada kutu, ada ketombe, tidak ada lesi,
tidak ada benjolan.
: Tidak Pucat, tidak oedema, tidak ada chloasma gravidarum.
ta
: Simetris, conjungtiva merah muda, palpebra tidak oedema, sclera putih keabu-abuan.
ung
: Simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping hidung.
lut dan gigi : Bibir simetris, gigi tampak kotor, tidak ada ingus, tidak ada caries, gusi tidak ada ginggivitas, tidak
elinga
er
udara
ada stomatitis.
: Simetris, Tidak ada OMP, bersih, tidak ada serumen.
: Tidak ada bekas operasi, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena
juguraris, tidak ada pembesaran kelenjar lymfe.
: Tidak Simetris terjadi pembengkakan, payudara berwarna merah, terdapat pus.
ksila
: terdapat benjolan.
domen
netalia
nus
trimitas atas : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada penyakit kulit, kuku bersih
trimitas bawah : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada penyakit kulit, kuku bersih
er
v Palpasi
: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena jugularis.
ayudara
bdoment
v Auskultasi
ada
erut
: tidak dilakukan
Kesimpulan :
Ny . M, K/U lemah, P1001, Post partum hari ke 7 denganabses mamae
DIAGNOSA / MASALAH
Diagnosa
P 1001, Postpartum hari ke 7denganabses
mamae.
INTERVENSI
Dx:
P 1001,
Postpartum hari
ke 7dengan abse
s mamae
Tujuan :
1. BHSP
Rasional :
TTV :
TD : 110/70-120/80 mmHg
N : 60-100 x /menit
S: 38C
RR: 16-20 x /menit
IMPLEMENTASI
Tanggal : 20-12-2010 / Pkl. 10.00 WIB
Dx/Mx/Keb.
Dx:
P1001 post
partum hari
ke7 dengan Abses
mamae
Implementasi
1. Melakukan komunikasi terapiutik kepada ibu dengan
bahasa yang
Sopan agar ibu mau mengatakan semua keluhan yang ibu
rasakan
2.
3.
4
5..
6.
7.
8.
9.
VII EVALUASI
Tanggal : 21-12-2010 / Pkl. 15.00 WIB
Diagnosa/Mslh/Kebt.
Dx:
P1001, post partum
hari ke 7 denganabses
mamae
Dx :
P1001, post partum
hari ke 8 denganabses
mamae.
Evaluasi
S
: Klien mengatakan payudaranya sakit dan
membengkan
O
: k/u : cukup
ibu bisa diajak komunikasi dengan baik
A
: P1001, post partum hari ke 7dengan abses
mammae
P
: - Beri dukungan emosi ibu
- Yakinkan suami dan keluarga untuk selalu
memperhatikan ibu
- Kolaborasi dengan tim medisdalam pemberian
terapi
O
A
P
Evaluasi
Tgl 22-12-2010, jam 08.00 WIB
: Klien mengatakan payudaranya masih sakit dan
bengkak
: k/u cukup
ibu bisa diajak komunikasi dengan baik
: P1001, post partum hari ke 10dengan abses
mammae
: Beri dukungan pada ibu
Yakinkan pada suami dan keluarga untuk selalu
memperhatikan ibu
Kolaborasi dengan tim medisdalam pemberian
terapi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika
bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih
yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut
dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi
rongga tersebut. Biasanya abses disebabkan melalui beberapa cara :
Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril.
Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Sedangkan Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak dan adanya
nyeri tekan).
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu
benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit
diatasnya menipis.
Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
Gatal-gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena.
Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah :
Untuk meringankan neri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan
dikelaurkan isinya dengan insisi.
Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotic biasanya sia-sia.
Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 20 menit, 4 kali/hari.
Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.
B. Saran dan Kritik
Penulis dalam penyusunan makalah ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun
penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam kesempurnaan makalah ini, untuk itu saran
dan kritik yang membangun dari pembaca selalu penulis harapkan demi penyusunan makalahmakalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anemous www.google.com abses payudara
2. Diakses pada Tanggal 28 Desember 2008
Pukul 16.00 WIB
3. Soedigmarto, M.Prof.1979. Perawatan Ibu.Surabaya
4. Pardoko R.H.dr.MPH. 1978. Perawatan Anak di Pusat Kesehatan. Surabaya
5. Taber Ben-Zion, MD. 1994. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta: EGC.