Anda di halaman 1dari 13

Tugas Bakteriologi

“Chlamydiaceae trachomatis"

Disusun oleh kelompok 1

1. Zahida Shania (P27834117008)


2. Emeralda Lastian (P27834117015)
3. Oryza Amilussolihati (P27834117017)
4. Reza Resvilia Suwandi (P27834117025)
5. Faizal Suci Romadani (P27834117034)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PRODI D4 ANALIS KESEHATAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Chlamydia merupakan bakteri obligat intraseluler, hanya dapat berkembang


biak di dalam sel eukariot hidup dengan membentuk semacam koloni atau
mikrokoloni yang disebut Badan Inklusi (BI). Chlamydia membelar secara benary
fision dalam badan intrasitoplasma. Clamydia trachomatis bebrbeda dari kebanyakan
bakteri karena berkembang mengikuti suatu siklus pertumbuhan yang unik dalam dua
bentuk yang berbeda, yaitu berupa Badan Inisial. Badan Elementer (BE) dan Badan
Retikulat (BR). Badan erlementer ukurannya lebih kecil terletak ekstraseluler dan
merupakan bentuk yang infeksius, sedangkan badan retikulat lebih besar, terletak
intraseluler dan tidak infeksius.

Morfologi inklusinya adalah bulat dan terdapat glikogen di dalamnya,


Chlamydia trachomatis peka terhadap sulfonamida, memiliki plasmid, dan jumlah
serovarnya adalah 15.

Klasifikasi ilmiah dari Chlamydia trachomatis adalah sebagai berikut :


 Ordo : Chlamydiales
 Famili : Chlamydiaceae
 Genus : Chlamydia
 Spesies : Chlamydia trachomatis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Klamidia trakomatis adalah bakteri obligat intraseluler yang menginfeksi
urethra dan serviks. Serviks adalah tempat yang paling sering terinfeksi dengan
Klamidia trakomatis. Klamidia bukan merupakan penyebab vaginitis, tetapi dapat
mengerosi daerah serviks, sehingga dapat menyebabkan keluarnya cairan
mukopurulen. Cairan ini mungkin dianggap pasien berasal dari vagina. Neonatus
yang lahir dari wanita yang terinfeksi dengan Klamidia memiliki risiko untuk
terjadinya inclusion conjungtivitis saat persalinan. 25 sampai dengan 50% dari bayi
yang terpapar akan terkena konjungtivitis pada 2 minggu pertama setelah lahir, dan
10 sampai dengan 20 % akan berlanjut ke pneumonia dalam 3 sampai 4 bulan setelah
lahir jika tidak diobati dengan segera. Infeksi Klamidia pada awal kehamilan telah
dihubungkan dengan terjadinya persalinan prematur, ketuban pecah dini.
Meningkatnya angka kejadian late - onset endometritis yang terjadi setelah persalinan
pervaginam, dan infeksi panggul yang berat setelah operasi sesar dapat terjadi ketika
infeksi Klamidia di diagnosis pada pemeriksaan prenatal awal.

C. trachomatis adalah bakteri intraseluler penyebab infeksi yang ditularkan


melalui hubungan seksual. Secara umum, semua wanita yang aktif secara seksual
berisiko terkena infeksi C.trachomatis. Kira-kira 60% -80% infeksi C. trachomatis
pada wanita tidak bergejala sehingga sehingga sulit untuk menilai penyebaranya,
penderita tidak menyadari infeksi ini dan tidak segera mendapat pengobatan.

Infeksi C. trachomatis sukar didiagnostik, mudah menjadi kronis dan residif,


serta dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang serius. Infeksi C. trachomatis
yang tidak terobati dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, baik pada pria
dan wanita, demikian juga pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang telah terinfeksi.

Klamidia Trachomatis merupakan organisme kedua terbanyak dari infeksi


menular seksual yang ditemukan pada sebagian besar wanita, dan paling banyak
ditemukan pada wanita dibawah usia 25 tahun. Dikarenakan banyak dari kasus infeksi
ini merupakan infeksi yang asimptomatik atau tanpa gejala, diperlukan pemeriksaan
rutin pada wanita yang sudah aktif secara seksual yang berusia dibawah 25 tahun dan
mereka yang memiliki resiko.
Wanita yang dikatakan memiliki risiko terhadap infeksi klamidia
trachomatis adalah wanita yang berganti-ganti pasangan seksual ataupun mempunyai
pasangan sesual baru, pekerja seksual, mengunakan kondom secara tidak konsisten,
memiliki riwayat infeksi menular seksual lainnya, sebelumnya pernah terinfeksi
chlamydia ataupun gonorrhea.
Klamidia trachomatis merupakan parasit intraseluler obligate yang
bergantung pada sel lain untuk hidupnya. Parasit ini menyebabkan infeksi pada epitel
kolumnar. Gejala yang muncul diakibatkan karena peradangan pada kelenjar
endocervical, yang menghasilkan duh yang mukopurulenta ataupun duh sekresi dari
endoservical. Jika terinfeksi, jaringan endocervical biasanya akan membengkak dan
kemerahan. Seringkali diikuti dengan urethritis atau infeksi alat kelamin bawah
lainnya, sehingga sering dijumpainya adanya nyeri ketika berkemih.

B. Penyebab Infeksi, Siklus perkembangan dan Metode Untuk


Pemeriksaan Chlamydia trachomatis
1. Penyebab Infeksi Klamida
Disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis yang biasanya
menyerang urethra dan serviks. Pada laki-laki, uretritis merupakan
manifestasi klinis yang paling sering, sedangkan pada wanita adalah
servisitis, endometritis dan salfingitis, disamping dapat juga terjadi gejala
uretritis.

 Infeksi pada Pria


- Uretritis

Infeksi di uretra merupakan manifestasi primer infeksi chlamydia.


Masa inkubasi untuk uretritis yang disebabkan oleh C. trachomatis
bervariasi dari sekitar 1 - 3 minggu.
Pasien dengan chlamydia uretritis mengeluh adanya duh tubuh yang jernih
dan nyeri pada waktu buang air kecil (dysuria). Infeksi uretra oleh karena
chlamydia ini dapat juga terjadi asimtomatik.
Diagnosis uretritis pada pria dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
pewarnaan Gram atau biru methylene dari sedian apus uretra. Bila jumlah
lekosit PMN melebihi 5 pada pembesaran 1000 x merupakan indikasi
uretritis. Perlu diketahui bahwa sampai 25% pria yang menderita gonore,
diserta infeksi chlamydia. Bila uretritis karena chlamydia tidak diobati
sempurna, infeksi dapat menjalar ke uretra posterio dan menyebabkan
epididimitis dan mungkin prostatitis.
- Proktitis
C. trachomatis dapat menyebabkan proktitis terutama pada pria
homoseks. Keluhan penderita ringan dimana dapat ditemukan cairan
mukus dari rektum dan tanda-tanda iritasi, berupa nyeri pada rektum dan
perdarahan.

- Epididimitis
Sering kali disebabkan oleh C. trachomatis, yang dapat diisolasi
dari uretra atau dari aspirasi epididimis. Dari hasil penelitian terakhir
mengatakan bahwa C. trachomatis merupakan penyebab utama
epididimitis pada pria kurang dari 35 tahun (sekitar 70 - 90 %).
Secara klinis, chlamydial epididimitis dijumpai berupa nyeri dan
pembengkakan scrotum yang unilateral dan biasanya berhubungan
dengan chlamydial uretritis , walaupun uretritisnya asimptomatik.
- Prostatitis
Setengah dari pria dengan prostatitis, sebelumnya dimulai dengan
gonore atau uretritis non gonore. Infeksi C. trachomatis pada prostat dan
epididimis pada umumnya merupakan penyebab infertilitas pada pria.
- Sindroma Reiter
Suatu sindroma yang terdiri dari tiga gejala yaitu : artritis, uretritis
dan konjungtivitis, yang dikaitkan dengan infeksi genital oleh C.
trachomatis. Hal ini disokong dengan ditemukannya “Badan Elementer”
dari C. trachomatis pada sendi penderita dengan menggunakan teknik
Direct Immunofluerescence.

 Infeksi pada Wanita


Sekitar setengah dari wanita dengan infeksi C. trachomatis di
daerah genital ditandai dengan bertambahnya duh tubuh vagina dan atau
nyeri pada waktu buang air kecil, sedangkan yang lainnya tidak ada
keluhan yang jelas. Pada penyelidikan pada wanita usia reproduktif yang
datang ke klinik dengan gejala-gejala infeksi traktus urinarius 10 %
ditemukan carier C. trachomatis.
 Faktor resiko infeksi C. trachomatis pada wanita adalah :
- Usia muda, kurang dari 25 tahun
- Mitra seksual dengan uretritis
- Multi mitra seksual
- Swab endoserviks yang menimbulkan perdarahan
- Adanya sekret endoserviks yang mukopurulen
- Memakai kontra sepsi “non barier” atau tanpa kontrasepsi.

- Servisitis
Chlamydia trachomatis menyerang epitel silindris mukosa
serviks. Tidak ada gejala-gejala yang khas membedakan servisitis karena
C. trachomatis dan servisitis karena organisme lain. Pada pemeriksaan
dijumpai duh tubuh yang mukopurulen dan serviks yang ektopi.
Pada penelitian yang menghubungkan servisitis dengan ektopi
serviks, prevalerisi servisitis yang disebabkan C. trachomatis lebih
banyak ditemukan pada penderita yang menunjukkan ektopi serviks
dibandingkan yang tidak ektopi. Penggunaan kontrasepsi oral dapat
menambah resiko infeksi chlamydia trachomatis pada serviks, oleh
karena kontrasepsi oral dapat menyebabkan ektopi serviks.
- Endometritis
Servisitis oleh karena infeksi C. trachomatis dapat meluas ke
endometrium sehingga terjadi endometritis. Tanda dari endometritis
antara lain menorrhagia dan nyeri panggul yang ringan. Pada pemeriksaan
laboratorium, chlamydia dapat ditemukan pada aspirat endometrium.
- Salfingitis (PID)
Salfingitis terjadi oleh karena penjalaran infeksi secara ascenden
sehingga infeksi sampai ke tuba dan menyebabkan kerusakan pada tuba
(terjadi tuba scarring). Hal ini dapat menyebabkan infertilitas dan
kehamilan ektopik.
- Perihepatitis (Fitz - Hugh - Curtis Syndrome)
Infeksi C. trachomatis dapat meluas dari serviks melalui
endometrium ke tuba dan kemudian parakolikal menuju ke diafragma
kanan. Beberapa dari penyebaran ini menyerang permukaan anterior liver
dan peritoneum yang berdekan sehingga menimbulkan perihepatitis.
Parenchym hati tidak diserang sehingga tes fungsi hati biasanya normal.

2. Siklus Perkembangan Chlamydia trachomatis

Gambar Siklus perkembangan Klamidia trachomatis

Pada siklus perkembangan klamidia, Badan Elemnter (EB) dibawa kedalam


endosome dari sel penjamu, kemudian endosome melebur, dan badan elementer
berdifferensiasi menjadi Badan Retikulat (RB), Badan retikulat bereplikasidan
menyebabkan membrane endoplasmik membesar sampai mengisi hampir semua
rongga sitoplasma,Badan Retikulat berubah menjadi badan elementer. Membran
endoplasmic akan ruptur dan melepas badan elementer kedalam sitoplasma sel
penjamu atau melebur dengan membran sitoplasma penjamu, dan badan elementer
akan dikeluarkan ke lingkungan bebas.

3. Metode Untuk Pemeriksaan Chlamydia trachomatis


Untuk menunjukkan adanya infeksi genital oleh C. trachomatis bahan
pemeriksaan harus diambil uretra atau serviks dengan menggunakan swab kapas
dengan tangkai metal. Pada wanita C. trachomatis lebih sering dapat diisolasi di
serviks dari pada uretra.
I. Biakan
Sampai tahun 1980-an diagnosis infeksi C. trachomatis terutama berdasarkan
pada isolasi organisma dalam biakan sel jaringan. Ini merupakan metode
tradisional untuk diagnosis laboratorium dan tetap sebagai metode pilihan
untuk spesimen medikolegal dimana sensitifitas diperkirakan 80-90 % dan
spesitasnya 100%.
II. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan dalam gelas objek diwarnai dengan pewarnaan giemsa atau larutan
jodium dan diperiksa dengan mikroskop cahaya biasa. Pada pewarnaan Giemsa,
Badan Inklusi (BI) terdapat intra sitoplasma sel epitel akan nampak warna
ungu tua, sedangkan dengan pewarnaan yodium akan terlihat berwarna coklat.
Jika dibanding dengan cara kultur, pemeriksaan mikrosopik langsung ini
sensitifitasnya rendah dan tidak dianjurkan pada infeksi asimtomatik.
III. Deteksi Antigen Langsung
Dikenal 2 cara pemeriksaan antigen yaitu :
1. Direct Fluorescent Antibody (DFA)
Ini merupakan test non-kultur pertama dimana C. trachomatis dapat ditemukan
secara langsung dengan metode monoklonal antibodi yang dilabel dengan
fluorescein. Dengan teknik ini Chlamydia bebas ekstraseluler yang disebut
badan elementer (BE) dapat ditemukan. Kadang-kadang juga dapat ditemukan
badan inklusi intrasitoplasmik. Cara ini tidak dapat membedakan antara
organisme mati atau hidup, tetapi keuntungannya tidak membutuhkan biakan sel
jaringan dan hasilnya dapat diketahui dalam 30 menit.
2. Enzym Immuno Assay (EIA)
Banyak tes-tes yang tersedia saat ini menggunakan teknik ini. Tidak seperti
DFA, EIA bersifat semiautomatik dan sesuai digunakan untuk memproses
spesimen dalam jumlah besar.

C. Gejala dan Pengobatan Klinis


1. Gejala
Gejala mulai timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi. Pada
penis ataupun vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai nyeri.
Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang segera membaik sehingga
seringkali tidak diperhatikan oleh penderitanya. Selanjutnya terjadi pembengkakan
kelenjar getah bening pada salah satu atau kedua selangkangan. Kulit diatasnya
tampak merah dan teraba hangat dan jika tidak diobati akan terbentuk lubang (sinus)
dikulit yang terletak diatas kelenjar getah bening tersebut. Dari lubang ini akan keluar
nanah atau cairan kemerahan, lalu akan membaik, tetapi biasanya meninggalkan
jaringan parut atau kambuh kembali. Gejala lainnya adalah demam tidak enak badan,
sakit kepala, nyeri sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung dan infeksi
rektum yang menyebabkan keluarya nanah bercampur darah, rasa terbakar atau sakit
sewaktu mengeluarkan air seni, keluaran vagina yang tidak biasa, rasa sakit pada perut
bagian bawah, rasa sakit sewaktu melakukan seks, pendarahan yang tidak biasa atau
bercak di antara waktu haid. Akibat penyakit yang berulang dan berlangung lama,
maka pembuluh getah bening bisa mengalami penyumbatan, sehingga terjadi
pembengkakan jaringan. Infeksi rektum bisa menyebabkan pembentukan jaringan
parut yang yang selanjutnya mengakibatkan penyenpitan rektum.

2. Pengobatan

Pengobatan terhadap infeksi klamidia diberikan ketika infeksi ini telah


terdiagnosis atau dicurigai. Pengobatan juga melibatkan partner seksual pasien.
Pengobatan yang efektif dan murah untuk infeksi genital klamidia telah tersedia untuk
setiap gejala klinis yang umum.Pada suatu penelitian randomized controlledntrial
(RCT), efikasi pengobatan 7 hari dengan doksisiklin adalah sama dengan pengobatan
dengan azitromisin dosis tunggal. Keduanya memiliki angka kesembuhan lebih dari
95% pada pria dan wanita yang tidak hamil.
Pada ibu hamil yang terinfeksi klamidia, dari Chohrane Review pada 11
penelitian mengenai pengobatan infeksi klamidia pada kehamilan, amoksisilin
memiliki efektifitas yang sama dengan eritomisin.

- Pada wanita yang tidak hamil

1. Azitomisin 1 gram per oral dalam dosis tunggal (keamanan pada masa hamil
atau menyusui tidak dijamin), atau
2. Doksisiklin 100 mg per oral 2 kali/hari selama 7 hari (di kontraindikasikan
selama kehamilan)
- Alternatif bagi wanita yang tidak hamil

3. Eritromisin 500 mg per oral 4 kali/hari selama 7 hari, atau

4. Ofloksasin 300 mg per oral 2 kali/hari selama 7 hari (kontra indikasi selama
hamil dan menyusui), atau
5. Levofloksasin 500 mg per oral setiap hari selama 7 hari

- Untuk wanita hamil

6. Eritromisin 500 mg per oral 4 kali/hari selama 7 hari, atau


Amoksisilin 500 mg 3 kali/hari selama 7 hari.

D. Kesimpulan
Klamidia adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia
trachomatis. Klamidia sering menyebabkan apa yang dinamakan uretritis non spesifik
yakni radang saluran kemih yang tidak spesifik, yang dikenal merupakan salah satu
infeksi/penyakit, akibat dari hubungan seksual yang terjadi pada pria. Sedangkan
pada wanita klamidia lebih sering menyebabkan cervicitis, yaitu infeksi leher rahim
dan penyakit peradangan pelvis (pinggul/panggul), bahkan menyebabkan infertilitas.
PRP (Penyakit Radang Panggul) merupakan penyebab terbesar infertilitas dari
faktor tuba dan juga kehamilan ektopik. Ascending infection tanpa gejala merupakan
penyebab tersering kerusakan pada tuba. Banyak dari wanita dengan riwayat PRP
didapatkan terdeteksi memiliki antibodi klamidia pada infeksi sebelumnya. Infeksi
klamidia trachomatis dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium terhadap
antibodi dalam serum baik Ig G maupun Ig M anti klamidia trachomatis. Dengan
diketahuinya hubungan langsung antara infeksi klamidia dengan angka kejadian
oklusi tuba, maka pembuktian tersangka oklusi tuba dapat diperkirakan dari
pendeteksian adanya infeksi chlamydia pada seorang wanita, dimana tindakan ini
bukan merupakan tindakan invasif dengan resiko dan biaya yang lebih rendah.

Prognosis sangat baik bila di diagnosa dan diobati lebih dini. Risiko infertilitas
meningkat pada infeksi yang berulang. Reinfeksi dapat dicegah bila semua partner
seksual diobati.

Gejala chlamydia kebanyakan tidak menunjukkan tanda-tanda, namun


terdapat tanda-tanda lain diantaranya :

 Demam tidak enak badan,


 Sakit kepala,
 Nyeri sendi,
 Nafsu makan berkurang,
 Muntah,
 Sakit punggung dan infeksi rektum yang menyebabkan keluarya nanah
bercampur darah,
 Rasa terbakar atau sakit sewaktu mengeluarkan air seni,
 Keluaran vagina yang tidak biasa,
 Rasa sakit pada perut bagian bawah,
 Rasa sakit sewaktu melakukan seks,
 Pendarahan yang tidak biasa atau bercak di antara waktu haid
Pencegahan terinfeksi chlamydia data dilakukan dengan cara :
 Tidak berhubungan seks bebas
 Menggunakan kondom
 Berhubungan seks hanya dengan satu orang yang tidak terinfeksi

Klamidia yang menyebabkan penyakit pada manusia diklasifikasikan menjadi


3 spesies :

 Chlamydia psittaci, penyebab psittacosis.


 Trachomatis, termasuk serotipe yang menyebabkan trachoma, infeksi alat
kelamin, Chlamydia conjunctivitis dan pneumonia anak dan serotipe lain
yangmenyebabkan Lymphogranuloma venereum.
 C.Pneumoniae, penyebab penyakit saluran pernapasan termadanmerupakan
penyebab penyakit arteri koroner.

E. Saran
Sebagai seorang kesehatan masyarakat, dalam menyikapi kasus seperti ini
kita harus memberikan masukan atau penyuluhan kepada mereka yang telah
terinfeksi penyakit menular tersebut. Kita tidak perlu menjauhi mereka, yang
seharusnya kita lakukan adalah memberikan dukungan moral dan pendidikan
kesehatan serta penyuluhan kepada mereka karena penyakit klamidia ini masih bisa
diobati. Selain itu, memberikan penyuluhan juga kepada para remaja tentang
pentingnya menjaga organ reproduksi serta dampak dan bahanya jika melakukan
seks bebas, selain itu untuk diri sendiri atau untuk individu harus berhati-hati lagi
dalam menghadapi kemajuan budaya, modernisasi yang terus berkembang serta
teknologi sekarang yang sudah jelas lebih mempermudah dalam hal seks bebas,
sebaiknya hindari untuk berganti0ganti pasangan karena penyakit infeksi menular
seksual lebih mudah penularannya melalui hubungan seksual.
DAFTAR PUSTAKA

Wenny Nursa Octarina, Andani Eka Putra, Puja Agung Antonius. 2018. Hubungan Infeksi
Chlamydia Trachomatis dengan Kejadian Abortus Spontan di Rsud Dr. Rasidin dan Rsia
Siti Hawa Padang. Jurnal Kesehatan Andalas: Universitas Andalas

Suardika, Anom. 2015. Infeksi Klamidia Trachomatis Sebagai Salah Satu Penyebab Oklusi
Tubafalopi. Bagian/Smf Obstetri Dan Ginekologi : Fk Unud / Rsup Sanglah Denpasar.

Chlamydia. Communicable Disease Control Directorate Department of Health, Western


Australia. April 2013.

Karmila. Nelva. 2001. Infeksi Chlamydia Trachomatis. Fakultas Kedoktoran. Universitas


Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai