Anda di halaman 1dari 6

1.

Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari pengobatan tradisional serta


pengobatan dari medis dan berikan contohnya.
Pengobatan Medis
a. KelebihanJpengobatan medis (modern) diantaranya adalah:
1) Saat ini merupakan metode pengobatan terhadap suatu penyakit yang
paling luas cakupannya dan menggunakan izin resmi dari pemerintahan
terkait praktek pengobatannya sehingga Iebih bisa
dipertanggungjawabkan..
2) Mempunyai efek terapi yang cepat sehingga sesuai untuk mengob\ati
penyakit penyakit yang bersifat emergency (gawat darurat).
3) Mempunyai tempat pelayanan pengobatan yang luas dan menjangkau
sampai daerah-daerah sulit.
4) Mempunyai sistem pengajaran yang lebih fleksibel dan efektif melalui
berbagai lembaga pendidikan sehingga bisa mudah disebarluaskan
5) Menggunakan metode penelitian yang lebih rinci dan detail terhadap
suatu produk obat atau car4a pengobatan secara ilmiah sehingga bisa
dipertanggungjawabkan.
b. Kekurangan pengobatan medis (modern) diantaranya adalah:
1) Adanya beberapa penyakit yang sama sekali tidak bisa diobati dengan
metode pengobatan medis modern. Hal inilah yang membuat seseorang
harus mencari metode alternative yang diyakini bisa memberikan
pengobatan.
2) Pada beberapa penyakit memerlukan biaya pengobatan yang mahal
sehingga hanya orang-orang tertentu yang bisa memanfaatkannya
3) Pada beberapa kasus pengobatan secara medis lebih rumit dan
memerlukan prosedur yang ketat-mungkin juga birokrasi yang berbelit-
belit sehingga kadang kadang membuat kelelahan sebelum tujuan
pengobatan itu tercapai dan pembengkalan biaya pengobatan.
4) Efek samping yang muncul relative lebih berbahaya sehingga
membutuhkan pengawasan yang lebih ketat.
5) Pada beberapa penyakit memerlukan cara-cara pengobatan yang dianggap
menakutkan, seperti operasi/pembedahan, radiasi, kemoterapi dan lain-
lain.
Contohnya : dilakukan oleh dokter, melalui operasi untuk mengobati
penyakit, dan menggunakan obat-obatan untuk penyembuhannya
Pengobatan Tradisional
a. Kelebihan pengobatan tradisional diantaranya:
1. Relatif aman dari efek samping untuk dikonsumsi dalam jangka waktu
lama
2. Adanya banyak senyawa aktif dalam obat bahan alam sehingga
menimbulkan efek komplementer/ saling melengkapi
3. Karena banyak senyawa aktif, maka memungkinkan obat bahanalam me
miliki banyak efek farmakologis
4. Karen sebagian besar obat tradisional dalam bentuk crudeextract/ekstrak 
kasar maka kandungn senyawa juga relatif sedikit tetapibanyak macamna.
Hal ini menyebabkan jika muncul efek samping relative ringan
5. Metode herbal menggunakan unsur-unsur obat yang lebih alami sehingga
diharapkan tubuh lebih mudah untuk menerima dan bisa menolerirnya.
6. Bisa menyembuhkan beberapa penyakit tertentu yang tidak bisa diobati
dengan cara medis.
7. Mengandung motivasi psiki`s, keyakinan, kepasrahan yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan semangat dalam berobat untuk mencapai
kesembuhan.
b. Kekurangan pengobatan tradisional :
1. Membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan khasiat obat
sehingga harus dikonsumsi secara rutin.
2. Sulit mendapatkan bahan dasar obat yang dimaksud jika harus dalam
bentuk segar (untuk mengurangi masalah ini sekarang telah dibuat dalam
berbagai ekstrak).
3. Khasiat obat yang membutuhkan waktu relatif lama, maka tidak
dianjurkan untuk gangguan kesehatan yang gawat darurat. Misal asma
pada keadaan serangan, jantung saat serangan, perdarahan, patah tulang,
infeksi yang membutuhkan penanganan cepat, dan lain-lain.
4. Masih sedikit obat tradisional yang sudah dibuktikandengan penelitian il
miah dalam bentuk uji klinis
5. Kurangnya standarisasi bahan obat tradisional
6. Resistensi dari para pelaku kesehatan/ dokter karenabelum adanya uji klinis 
Contohnya : Jamu-jamuan (kunyit asam, beras kencur, temulawak dll),
fitokimia (Stimuno, Tensigard, Xgra, Nodiar), OHT (tolak angin, diapet,
OBH, kiranti)

2. Faktor –faktor apa yang dapat meningkatkan penggunaan obat tradisional

di masyarakat
Berkenaan dengan jalur pengobatan, secara umum kita mengenal dua pilihan.
Pertama adalah jalur medis (metode kedokteran) dan yang kedua metode non
medis (metode tradisional) Ramuan obat tradisional dari nenek moyang terdahulu
masih menjadi alternatif pilihan bagi masyarakat di daerah saya yang masih
tinggal di pedesaan. Saat ini penggunaan pengobatan alternatif semakin populer.
Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) menjadi tren saat ini sehingga
masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam, termasuk pengobatan
dengan tumbuhan obat (herbal). Sebenarnya sudah sejak zaman dahulu
masyarakat Indonesia mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat
sebagai salah satu upaya menanggulangi berbagai masalah kesehatan, jauh
sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modern menyentuh
masyarakat. Selain lebih ekonomis efek samping ramuan herbal sangat kecil.
Karena itu pengguna obat herbal alami dengan formulasi yang tepat sangat
penting dan tentunya lebih efektif. Kecenderungan meningkatnya penggunaan
obat tradisional didasari oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Pada umumnya, harga obat–obatan buatan pabrik yang sangat mahal,
sehingga masyarakat mencari alternatif pengobatan yang lebih murah.
b. Efek samping yang ditimbulkan oleh obat tradisional sangat kecil
dibandingkan dengan obat buatan pabrik.
c. Kandungan unsur kimia yang terkandung di dalam obat tradisional
sebenarnya menjadi dasar pengobatan kedokteran modern. Artinya,
pembuatan obat–obatan pabrik menggunakan rumus kimia yang telah
disentetis dari kandungan bahan alami ramuan traisional.

3. Perbedaan Jamu, Obat Tradisional Terstandar dan Fitofarmaka


a. Jamu : Bahan obat alam yang sediaannya masih berupa simplesia sederhana,
seperti irisan rimpang, akar, kulit dan daun kering. Dan digunakan dengan
cara higienis
b. OHT : Obat tradisional yang telah teruji secara praklinis (percobaan pada
hewan), lolos uji toksisitas akut maupun kronis, terdiri dari bahan yang
terstandar seperti ekstrak serta dibuat dengan cara higienis
c. Fitofarmaka : Obat tradisional yang telah teruji Khasiatnya melalui uji
praklinis dan uji klinis, serta terbukti aman melalui uji toksisitas, bahan baku
terstandar, serta di produksi secara higienis, bermutu sesuai dengan standard
yang diterapkan

4. Obat Tradisional Eropa biaa dikenal dengan menggunakan Larva


a. Apa efek samping dari pengobatan tersebut
1) Rasa tidak nyaman baik untuk pasien, dokter, dan tenaga medis lainnya.
2) Nyeri: Mendapatkan keluhan nyeri ringan sampai berat (umumnya nyeri
sedang) 48-72 jam setelah larva diaplikasikan pada luka; nyeri dapat
diatasi dengan analgetika.
3) Desinfeksi luka: Larva memakan debris yang terinfeksi, menghasilkan
bahan bakterisidal yang berspektrum luas terhadap bakteri Gram positif
dan negative. Larva juga menghasilkan amonia yang menye-babkan
alkalinisasi, diduga dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
4) Irigasi luka oleh eksudat yang distimulasi oleh larva yang menelan
jaringan nekrotik dan oleh sekret larva sendiri.
5) Menghambat proses inflamasi melalui pemecahan komponen komplemen
yang berakibat turunnya aktivitas komplemen
6) Menghasilkan growth factors: Larva menghasilkan alantoin, urea, dan
bahan lainnya yang dapat bekerja sbagai growth factors.
b. Bagaimana bentuk dari pengobatan tersebut
Pada terapi larva, sekitar 5-10 ekor larva diaplikasikan per cm 2 luka. Larva yang

digunakan ialah instar 1 ber-ukuran panjang sekitar 2 mm (1-3 mm) dan dapat

berkembang menjadi 8-10 mm setelah 5-7 hari. Selama 48-72 jam larva bergerak

pada permukaan luka sambil menyekresi sekret yang berpotensi memecahkan

dan mencairkan jaringan nekrotik. Larva dapat digunakan bersama antibiotik

sistemik, dan juga tidak memperlihatkan efek merugikan pada X-ray sehingga

larva dapat dibiarkan pada tempatnya saat dilakukan tindakan tersebut.

5. Bagaimana sejarah dari perkembangan obat tradisional di Indonesia ini,


Mulai dari awal mula nya sampai penyebarannya.
Penggunaan obat tradisional berawal dari terdapatnya bukti dari beberapa
relief yang ada di candi Borobudur. Istilah jamu dimulai sejak abad 15-16 M yang
tersurat dalam primbon di Kartasuro. Pada tahun 1850 R. Atmasupana II menulis
sekitar 1734 ramuan jamu.
Sejak zaman penjajahan Belanda pada awal abad ke-17, para dokter
berkebangsaan Belanda, Inggris ataupun Jerman tertarik mempelajari jamu sampai
beberapa di antaranya menuliskannya ke dalam buku, pada tahun 1829. Isi buku
antara lain menjelaskan bahwa obat yang lazim digunakan di Eropa dapat
digantikan oleh herbal/tanaman (jamu) Indonesia, misalnya rebusan sirih (Piper
bettle) untuk batuk, rebusan kulit kayu manis (Cinnamomum) untuk demam
persisten, sedangkan daunnya digunakan untuk gangguan pencernaan. Pada tahun
1850 di lokasi yang sekarang menjadi RS Gatot Subroto , seorang ahli kesehatan
membuat kebun tanaman obat dan menginstruksikan kepada para dokter agar
menggunakan herbal untuk pengobatan.
IDI mengadakan konferensi dan mengundang dua orang pengobat
tradisional untuk mempraktikkan pengobatan tradisional di depan anggota IDI.
Mereka tertarik untuk mempelajari seni pengobatan tradisional Indonesia dan
pada tahun yang sama. Penggunaan jamu meningkat tajam saat penjajahan Jepang.
Terdapat tiga pabrik jamu besar yaitu PT Jamoe Iboe Jaya (1910), PT Nyonya
Meneer (1919) dan PT Sido Muncul (1940). Pada tahun 1966, diadakan
konferensi II tentang jamu, Sejak saat itu, banyak pabrik jamu bermunculan
terutama di Jawa Tengah.

Anda mungkin juga menyukai