Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

“SEPTIK DAN RENJATAN SEPTIK”

1. Pengertian Sepsis : Sindrom respons inflamasi sistemik (SIRS) yang disebabkan


(Definisi) oleh infeksi.

Renjatan Septik : sepsis dengan hipotensi, ditandai dengan penurunan


TDS < 90 mmHg atau penurunan > 40 mmHg dari TD awal, tanpa
adanya obat-obatan yang dapat menurunkan TD.

2. Anamnesis a. Keluhan nyeri perut terutama kanan bawah, epigastrium atau sekitar
pusar

b. Riwayat panas

3. Pemeriksaan Fisik a. Kondisi umum dan hemodinamik

b. Nyeri tekan titik McBurney, massa +/-

4. Kriteria Diagnosis 1. SIRS ditandai dengan 2 gejala atau lebih berikut :

 Suhu badan > 38° C atau < 36°C

 Frekuensi denyut jantung > 90 x/menit

 Frekuensi pernapasan > 24x/menit atau PaCO <32

 Hitung lekosit > 12.000/mm³ atau < 4.000/mm³, atau


adanya > 10% sel batang

2. Ada fokus infeksi yang bermakna

5. Diagnosis Sepsis

6. Diagnosis Banding Renjatan kardiogenik, rejatan hipovolemik

7. Pemeriksaan DPL, tes fungsi hati, ureum, kreatinin, gula darah, AGD, elektrolit,
Penunjang kultur darah adn infeksi fokal (urin, pus, sputum,dll) disertai uji
kepekaan mikroorganisme terhadap anti mikroba, foto toraks.

8. Terapi 1. Eradikasi fokus infeksi

Antimikroba empirik, sesuai dengan :

1
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
“SEPTIK DAN RENJATAN SEPTIK”

1. Tempat infeksi

2. Dugaan kuman penyebab

3. Profil antimikroba (farmakokinetik dan farmakodinamik)

4. Keadaan fungsi n fungsi hati)

5. Antimikroba definitif : bila hasil kultur mikroorganisme


telah diketahui, antimikroba dapat diberikan sesuai hasil
uji kepekaan mikroorganisme

2. Suportif : resusitasi ABC, oksigenasi, terapi cairan,


vasopresor.inotropik, dan transfusi (sesuai indikasi) pada
renjatan septik diperlukan untuk mendapatkan respons
secepatnya.

 Resusitasi cairan : Hipovolemia pada sepsis segera


diatasi dengan pemberian cairan kristaloid atau koloid.
Volume cairan yang diberikan mengacu pada respons
klinis(respons terlihat dari peningkatan tekanan darah,
penurunan frekuensi jantung, kecukupan isi nadi,
perabaan kulit dan ekstremitas, produksi urin, dan
perbaikan kesadaran) dan perlu diperhatikan ada
tidaknya tanda kelebihan cairan (peningkatan JVP,
ronki, galop S dan penurunan saturasi oksigen).
Sebaiknya dievaluasi dengan CVP (dipertahankan 8-
12 mmHg), dengan mempertimbangkan kebutuhan
kalori perhari.

 Oksigenasi sesaui kebutuhan, Ventilator diindikasikan


pada hipoksemia yang progresif, hiperkapnia,
gangguan neurologis atau kegagalan otot pernapasan.

 Bila hidrasi cukup tetapi pasien tetap hipotensi,


diberikan vasoaktif untuk mencapai tekanan darah
sistolik 90 mmHg atau MAP 60 mmHg dan urin
dipertahankan > 30 ml/jam. Dapat digunakan
vasopresor seperti dopamin dengan dosis > 8
mcg.kgBB/menit, norepinefrin 0.03-1.5

2
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
“SEPTIK DAN RENJATAN SEPTIK”

mcg/kgBB/menit, fenilefrin 0.5-8 mcg/kgBB/menit


atau epinefrin 0.1-0.5 mcg.kgBB/menit. Bila terdapat
disfungsi miokard, dapat digunakaan inotropik seperti
dobutamin dengan dosis 2-28 mcg/kgBB/menit,
dopamin 3-8 mcg/kgBB/menit, epinefrin 0.1-0.5
mcg/kgBB/menit, atau fosfodiesterase inhibitor
(amrinon dan milrinon).

 Transfusi komponen darah sesuai indikasi

 Koreksi gangguan metabolik : elektrolit, gula darah


dan asidosis metabolik (secara empiris dapat diberikan
bila pH<7.2 atau bikarbonat serum < 9 mEq/l, dengan
disertai upaya perbaikan hemodinamik)

 Nutrisi yang adekuat

 Terapi suportif terhadap gangguan fungsi gunjal

 Kortikosteroid bila ada kecurigaan insufisiensi adrenal

 Bila terjadi KID dan didapatkan bukti terjadinya


tromboemboli, dapat diberikan heparn dengan dosis
100 IU/kgBB bolus, dilanjutkan 15-25 IU/kgBB/jam
dengan infus kontinu, dosis lanjutan disesuaikan untuk
mencapai target aPTT 1.5-2 kali kontrol atau
antiogulan lainnya.

9. Edukasi a. Kondisi klinis/diagnosis

10. Prognosis Dubia ad malam

11. Tingkat Evidens -

12. Tingkat -
Rekomendasi

13. Kepustakaan Panduan Praktik Klinis Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia 2017

Anda mungkin juga menyukai