Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

“SYOK ANAFILAKTIF”

1. Pengertian Keadaan gawat darurat yang ditandai dengan (hipotensi) penurunan


(Definisi) tekanan darah sistolik < 90 mmHg akibat respons hipersensitivitas tipe
I (adanya reaksi antigen dengan antobodi Ig E)

2. Anamnesis Gangguan respirasi : bersin, hidung tersumbat, batuk, sesak napas.

Gangguan sirkulasi : lemas, hipotensi

Gangguan pad kulit : kemerahan, gatal

Gangguan gastrointestinal : perut kram, mual, muntah, diare.

Riwayat konsumsi obat-obatan atau bahan tertentu.

3. Pemeriksaan Fisik Pasien tampak sesak, frekuensi napas meningkat, sianosis karena edem
laring, dan bronkospasme. Hipotensi, takikardi, edem periorbita,
konjungtiva hiperemis, dan tanda prodromal pada kulit berupa
urtikaria.

4. Kriteria Diagnosis 1. Onset gejala akut yang melibatkan kulit, jaringan mukosa, atau
keduanya. Dan salah satu dari tanda berikut :

 Gangguan respirasi (sesak napas, wheezing, stridor,


bronkospasme)

 Penurunan tekanan darah atau gejala yang berkaitan dengan


kegagalan organ target (hipotonia, sinkop, inkontinensia)

2. 2 atau lebih tanda yang muncul segera setelah terpapar allergen

 Keterlibatan jaringan mukosa dan kulit

 Gangguan respirasi

 Penurunan tekanan darah atau gejala yang berkaitan dengan


kegagalan organ target

 Gejala gastrointestinal yang persisten

3. Atau penurunan tekanan darah segera setelah terpapar allergen :

 Bayi dan anak : tekanan sistolik rendah atau terjadi

1
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
“SYOK ANAFILAKTIF”

penurunan >30% dari tekanan sistolik semula

 Dewasa : tekanan darah sistolik <90 mmHg atau terjadi


penurunan >30% dari tekanan darah sistolik semula.

5. Diagnosis Renjatan anafilaktik

6. Diagnosis Banding a. Kelainan menyerupai anafilaktik

b. Sindrom flush

c. Sindrom pasca pandrial

d. Syok jenis lain

e. Kelainan nonorganic

f. Peningkatan histamine endogen

7. Pemeriksaan Darah rutin, ureum, kreatinin, elektrolit, analisis gas darah, EKG.
Penunjang
Sjin prick test, IgE total.

8. Terapi 1. Posisi trendelenburg untuk mengembalikan venous return.

2. Pemberian oksigen 3-5 Lpm, trakeostomi atau


krikotiroidektomi perlu dipertimbangkan.

3. Pemasangan infus, cairan ekspander (dextran) pilihan utama


guna mnegisi volume intravaskuler secepatnya, RL dan NaCl
fisiologis dapat dipakai sebagai cairan pengganti.

4. Adrenalim 0,3 – 0,5 ml dari larutan 1:1000 diberikan


intramuskuler yang dapat diulang 5-10 menit. Dapat diberikan
intravena 0,1-0,2 ml adrenalin dilarutkan dalam spuit 10 ml
NaCl fisiologis diberikan perlahan.

5. Aminofilin dapat diberikan secara hati-hati apabila


bronkospasme belum hilang dengan adrenalin. 250 mg
aminofilin diberikan perlahan selama 10 menit intravena, dapat
diberikan 250 mg lagi melalui drip infus bila dianggap perlu.

2
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
“SYOK ANAFILAKTIF”

6. Antihistamin dan kortikosteroid merupakan pilihan kedua


setelah adrenalin. Antihistamin yang biasa dipakai
difenhidramin HCl 5-20 mg IV dan kortikosteroid yang dipakai
deksametason 5-10 mg IV atau hidrokortison 100-250 mg IV.

7. Resusitasi Kardio Pulmoner bila terjadi henti jantung.

8. Penatalaksanaan reaksi anafilaktif

9. Edukasi a. Allergen penyebab syok

b. Mengganti preparat lain yang lebih aman.

10. Prognosis Dubia ad bonam

11. Tingkat Evidens -

12. Tingkat -
Rekomendasi

13. Indikator Medis Keadaan umum membaik

3
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
“SYOK ANAFILAKTIF”

14. Kepustakaan Panduan Praktik Klinis Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia 2017

Anda mungkin juga menyukai