Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN SYOK ANAFILAKTIK

Disusun Oleh :

FERA AFRI SANTHI

G1B223040

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS JAMBI
2024
LAPORAN PENDAHULUAN SYOK ANAFILAKTIK

1. DEFINISI
Anafilaktik merupakan jenis syok distributive adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas
segera. Ini adalah peristiwa hidup yang mengancam yang memerlukan intervensi secepatnya.
Respon antibody antigen yang parah menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi
respon syok umum.
Anafilaksis merupakan reaksi alergi yang berat dan bisa mengancam nyawa dan harus
selalu ditangani sebagai hal darurat medis. Anafilaksis terjadi setelah orang terpapar dengan
allergen (biasanya makanan, serangga atau obat) yang dapat menimbulkan alergi padanya.
Tidak semua orang yang terkena alergi menghadapi bahaya anafilaksis (ASCIA, 2015).

2. ETIOLOGI
a. Obat-obatan terjadi reaksi histamine tak langsung yang berat biasanya mengikuti suntikan
obat, serum, media kontras foto rontgen
b. Makanan tertentu
c. Gigitan serangga
d. Reaksi kadang dapat idiopatik / manifestasi abnormalitas immunologis

Ada beberapa factor yang bisa mempengaruhi beratnya reaksi alergi, termasuk olahraga,
panas, bagi yang terkena alergi makanan, banyaknya yang dimakan maupun cara
dipersiapkan.

3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala anafilaksis bisa mengancam nyawa dan termasuk manapun yang berikut ini :
a. Pernafasan sulit atau berbunyi
b. Lidah membengkak
c. Tenggorokan membengkak atau menyempit
d. Sulit berbicara atau suara serak, sesak, apnea,
e. Mengi atau batuk terus
f. Pening terus atau pingsan
g. Pucat dan lunglai (pada anak kecil)
h. Takikardi, hipotensi, renjatan, aritmia, palpitasi

Dalam beberapa kasus, anafilaksis diawali dengan gejala alergi yang kurang berbahaya,
seperti:

a. Pembengkakan wajah, bibir dan mata


b. Ruam atau bilur
c. Sakit perut, muntah (inilah pertanda anafilaksis untuk alergi serangga)
d. Pruritus, urtikaria, angioedema, kulit pucat dan dingin

4. PATOFISIOLOGI
Bila suatu allergen spesifik disuntikan langsung kedalam sirkulasi darah maka
allergen dapat bereaksi pada tempat yang luas diseluruh tubuh dengan adanya basophil dalam
darah dan sel mast yang segera berlokasi diluar pembuluh darah kecil, jika telah disensitisasi
oleh perlekatan regain Ig E menyebabkan terjadi anafilaksis.
Histamin yang dilepaskan dalam sirkulasi menimbulkan vasodilatasi perifer
menyeluruh, peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan terjadi kehilangan banyak
plasma dari sirkulasi maka dalam beberapa menit dapat meninggal akibat syok sirkulasi.
Histamine yang dilepaskan akan menimbulkan vasodilatasi yang menginduksi timbulnya red
flare (kemerahan) dan peningkatan permeabilitas kapiler setempat sehingga terjadi
pembengkakan pada area yang terbatas jelas (disedut hives). Urtikaria muncul akibat
masuknya antigen kearea kulit yang spesifik dan menimbulkan reaksi setempat.
Histamin yang dilepaskan sebagai respon terhadap reaksi menyebabkan dilatasi
pembuluh darah setempat terjadi peningkatan tekanan kapiler dan peningkatan permeabilitas
kapiler menimbulkan kebocoran cairan yang cepat dalam hidung menyebabkan dinding
mukosa hidung bengkak dan bersekresi.
PATHWAY
Allergen
(Antibiotik, makanan, bisa binatang, lateks)

Terpapar pada sel plasma

Pembentukan Ig E spesifik terhadap allergen

Reaksi antibody

Lepasnya mediator kimia
(histamine, serotonin, bradykinin)

SYOK ANAFILAKTIK

Pe↑ permeabilitas pe↑ mucus pd spasme bronkus spasme pemb. Darah coroner
Vaskuler jalan nafas

Perpindahan cairan Ggn. Pd jalan nafas penyempitan jalan nafas pe↓ aliran darah
dari Intravascular ke pada arteri coroner
Interstisial Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

pe↓ tekanan perfusi pe↓ cairan intravaskuler pe↓suplai O2 ke miokard


jaringan jantung

jaringan kekurangan pe↓ aliran darah balik miokard kekurangan O2


suplai darah (O2) (energy)
akral dingin pe↓ tekanan darah pe↓ kekuatan kontraksi
otot jantung
Perfusi Perifer Hipovolemia
Tidak Efektif Penurunan Curah Jantung

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Penunjang diagnostic EKG untuk mengetahui gambaran jantung (biasanya pada gambar
EKG gelombang T mendatar dan terbalik), aritmia. Tidak ada pemeriksaan laboratorium
yang khas, diagnose ditegakkan dengan adanya keluhan dan tanda anafilaktik dengan riwayat
sebelumnya memakai obat parenteral atau adanya gigitan serangga.

6. PENATALAKSANAAN
a. Memerlukan tindakan cepat, diutamakan dengan pemberian adrenalin sesegera mungkin
b. Penanganan utama
1) Hentikan antigen penyebab, beri antihistamin
2) Baringkan pasien dengan posisi tungkai / kaki lebih tinggi dari kepala
3) Pemberian adrenalin 1:1000 (1 mg/ml)
4) Segera diberi im dosis 0,3-0,5 ml pada otot deltoideus (anak 0,01 mg/kgBB) dapat
diulang tiap 5 menit
5) Pemberian adrenalin iv bila tidak ada respon pemberian dengan im atau terjadi
kegagalan sirkulasi dan syok dosis 0,5 ml. adrenalin 1:1000 diencerkan dalam 10 ml
larutan dan diberikan selama 10 menit
6) Pasang infus untuk mengatasi hypovolemia dan tanda kolaps vaskuler
7) Bebaskan jalan nafas kalau perlu pasang intubasi endotrakeal
8) Pemberian oksigen 5-10 lt/mt, bila perlu bantuan pernafasan
c. Pengobatan tambahan
1) Antihistamin : dipenhidramin iv 50 mg pelan (5-10 menit) diulang tiap 6 jam selama
48 jam
2) Kortikosteroid : untuk mencegah reaksi berulang seperti hidrokortison
d. Tindakan dan pengobatan simptomatis
1) Apabila terjadi bronkospasme yang menetap atau tidak mempan dengan adrenalin
maka diberikan aminopilin iv 4-7 mg/kgBB selama 10-20 menit, bronkodilator
aerosol.
2) Apabila tekanan darah tidak naik dengan pemberian cairan maka dapat diberikan
dopamine 0,3-1,2 mg/kgBB/jam dalam larutan infus dextrose 5%
3) Apabila ada obstruksi saluran nafas atas karena oedema maka dilakukan intubasi dan
trakeotomi

7. KOMPLIKASI
a. Henti jantung (cardiac arrest) dan henti nafas
b. Bronkospasme persisten
c. Oedema larynx (dapat mengakibatkan kematian)
d. Relaps jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
e. Kerusakan otak permanen akibat syok
f. Urtikaria dan angoiodema menetap sampai beberapa bulan

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway. Meliputi pemeriksaan adanya
obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing, bengkak pada wajah seperti
hidung atau adanya secret. Dalam hal ini dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”.
Selama memeriksa dan memperbaiki jalan nafas.
2) Breathing
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi
pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dari tubuh. Frekuensi nafas cepat dan dangka, suara pernafasan pada
paru-paru terdengar ada ronchi, weezing atau dipsnea. Ventilasi yang baik meliputi :
fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma.
3) Circulation
Dikaji sirkulasi meliputi : sirkulasi perifer, nadi (irama, denyut), tekanan darah,
ekstremitas, warna kulit, CRT, dan edema. Tanda dan gejala seperti : Takikardi,
hipotensi, renjatan, aritmia, palpitasi, bengkak pada wajah, bibir dan mata, akral
dingin, pucat, CRT >2, pruritus, urtikaria.
4) Disability
Periksa tingkat kesadaran, respon pupil dan fungsi sensorik motoric
5) Exposure
Dilakukan pemeriksaan fisik head to toe secara menyeluruh dan EKG
b. Pengkajian Sekunder
1) Identitas : nama, usia, jenis kelamin, kebangsaan/suku, berat badan, tinggi badan,
pendidikan, pekerjaan,status perkawinan, anggota keluarga, agama.
2) Riwayat kesehatan : waktu kejadian, penyebab syok, posisi saat kejadian, status
kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.
3) Aktivitas/istirahat
Gejala : merasa lelah, lemah, lunglai
4) Sirkulasi
Gejala : perubahan tekanan darah (hipotensi), takikardi, renjatan, aritmia,
palpitasi.
5) Makanan/cairan
Gejala : mual, muntah.
6) Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit perut
Tanda : rasa tak enak di dada dan perut
7) Pernafasan
Tanda : pernafasan sulit, suara serak, sesak, sulit berbicara, apnea, mengi batuk
terus.
8) Keamanan
Gejala : alergi terhadap makanan, gigitan binatang, dan alergi obat
Tanda : pruritus, urtikaria

1. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA PENDUKUNG


No Data subyektif Data obyektif Masalah
1 Sesak napas Napas dengan bibir, ada rinitis/ Bersihan jalan nafas
mukosa hidung bengkak tidak efektif

2 Palpitasi Kulit pucat, akral dingin, Ketidakefektifan


hipotensi, angioedema, aritmia perfusi jaringan
gambaran EKG gelombang T perifer
mendatar dan terbalik

3 Mual Muntah-muntah Risiko kekurangan


volume cairan

4 Sesak nafas, lemas Aritmia, takikardia, palpitasi, Penurunan curah


akral dingin, gambaran EKG jantung
gelombang T mendatar dan
terbalik

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d mokus dalam jumlah berlebihan
b. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan sirkulasi darah keperifer darah ditandai
dengan penurunan kardiak output (penurunan nadi dan tekanan darah)
c. Resiko hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
d. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan
No SLKI SIKI
(SDKI)

1 Ketidakefektifan bersihan 1. Batuk efektif meningkat  Manajemen jalan napas


jalan nafas berhubungan 2. Produksi sputum menurun Observasi
dengan mokus dalam 3. Mengi menurun 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
jumlah berlebihan 4. Wheezing menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling,
Batasan karakteristik 5. Mekonium (pada mengi, wheezing, ronchi kering)
Suara nafas tambahan neonatus) menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Sianosis Terapeutik
Sputum dalam jumlah 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan
yang berlebih chin-lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur servikal)
Gelisah 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
Perubahan frekuensi dan 3. Berikan minum hangat
irama nafas 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Dispneu 5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
2. Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
-
2 Perfusi perifer tidak efektif 1. Kekuatan nadi perifer Perawatan Sirkulasi (I.02079)
meningkat Observasi
2. Warna kulit pucat menurun 1. Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi perifer, edema,
3. Pengisian kapiler membaik pengisian kapiler, warna, suhu, ankle-brachial index)
4. Akral membaik 2. dentifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis:
5. Turgor kulit membaik diabetes, perokok, orang tua, hipertensi, dan kadar
kolesterol tinggi)
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
ekstremitas
Terapeutik
4. Hindari pemasangan infus, atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
5. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas
dengan keterbatasan perfusi
6. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area
yang cidera
7. Lakukan pencegahan infeksi
8. Lakukan perawatan kaki dan kuku
9. Lakukan hidrasi
Edukasi
10. Anjurkan berhenti merokok
11. Anjurkan berolahraga rutin
12. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit
terbakar
13. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika perlu
14. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara
teratur
15. Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
16. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis:
melembabkan kulit kering pada kaki)
17. Anjurkan program rehabilitasi vaskular
18. Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis:
rendah lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
19. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis: rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa).
3 Risiko Hipovolemi 1. Kekuatan nadi meningkat  Manajemen Hipovolemia (I.03116)
2. Output urin meningkat Observasi
3. Membran mukosa lembab 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis: frekuensi
meningkat nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
4. Ortopnea menurun menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
5. Dispnea menurun menurun, membran mukosa kering, volume urin
6. Paroxysmal nocturnal menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
dyspnea (PND) menurun 2. Monitor intake dan output cairan
7. Edema anasarka menurun Terapeutik
8. Edema perifer menurun 3. Hitung kebutuhan cairan
9. Frekuensi nadi membaik 4. Berikan posisi modified Trendelenburg
10. Tekanan darah 5. Berikan asupan cairan oral
membaik Edukasi
11. Turgor kulit membaik 6. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
12. Jugular venous pressure 7. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
membaik Kolaborasi
13. Hemoglobin membaik 8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis: NaCL,
14. Hematokrit membaik RL)
9. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis:
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
10. kolaborasi pemberian cairan koloid (albumin,
plasmanate)
11. Kolaborasi pemberian produk dara
4 Penurunan curah jantung 1. Kekuatan nadi perifer Perawatan Jantung (I.02075)
berhubungan dengan meningkat Observasi
perubahan irama 2. Ejection fraction (EF) 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
Batasan Karakteristik : meningkat (meliputi: dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, PND,
Aritmia 3. Palpitasi menurun peningkatan CVP).
Perubahan EKG 4. Bradikardia menurun 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah
Palpitasi 5. Takikardia menurun jantung (meliputi: peningkatan berat badan,
Bradikardi, takikardi 6. Gambaran EKG Aritmia hepatomegaly, distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
menurun basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
7. Lelah menurun 3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah
8. Edema menurun ortostatik, jika perlu)
9. Distensi vena jugularis 4. Monitor intake dan output cairan
menurun 5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
10.Dispnea menurun 6. Monitor saturasi oksigen
11.Oliguria menurun 7. Monitor keluhan nyeri dada (mis: intensitas, lokasi,
12.Pucat/sianosis menurun radiasi, durasi, presipitasi yang mengurangi nyeri)
13.Paroximal nocturna 8. Monitor EKG 12 sadapan
14.dyspnea (PND) menurun 9. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
15.Ortopnea menurun 10. Monitor nilai laboratorium jantung (mis: elektrolit,
16.Batuk menurun enzim jantung, BNP, NTpro-BNP)
17.Suara jantung S3 menurun 11. Monitor fungsi alat pacu jantung
18.Suara jantung S4 menurun 12. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
19.Tekanan darah membaik dan sesudah aktivitas
20.Pengisian kapiler membaik 13. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum
pemberian obat (mis: beta blocker, ACE Inhibitor,
calcium channel blocker, digoksin)
Terapeutik

14. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan


kaki ke bawah atau posisi nyaman
15. Berikan diet jantung yang sesuai (mis: batasi asupan
kafein, natrium, kolesterol, dan makanan tinggi
lemak)
16. Gunakan stocking elastis atau pneumatik intermitten,
sesuai indikasi
17. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya
hidup sehat
18. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika
perlu
19. Berikan dukungan emosional dan spiritual
20. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen > 94%
Edukasi
21. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
22. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
23. Anjurkan berhenti merokok
24. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan
harian
25. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan
output cairan harian
Kolaborasi
26. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
27. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
DAFTAR PUSTAKA

Australasian Society of Clinical Immunology and Allergy (ASCIA). (2015). Diunduh dari
www.allergy.org.au pada tanggal 15 Juni 202Bailey, J.J., Sabbagh, M., Loiselle, C, G.,
Boileau, J., & McVey. L. (2010). Intensive and Critical Care Nursing 2010, Vol. 26,
Hal. 986

Bailey, J.J., Sabbagh, M., Loiselle, C. G., Boileau, J.,& McVey, L. (2010). Intensive and Critical
Care Nursing 2010, Vol. 26, Hal. 986.

Nurarif. A. H. dan Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 3. Jogjakarta: MediAction

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2017), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2017), Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai