Anda di halaman 1dari 17

Syok anafilaktik

UGD/RRI
UPT BLUD PUSKESMAS GERUNG
2019
Syok anafilaktik

 Reaksi alergi sistemik berat, melibatkan multisistem,


kulit, jalan nafas, pembuluh darah, dan saluran cerna

 Sumbatan jalan nafas total, kolaps pembuluh darah dan


kematian

 “Anafilaksis”  rekasi hipersensiifitas diperantarai


antibodi imunoglobulin IgE dan IgG
Patofisiologi

 Alergen  berikatan antigen-spesifik IgE (dihasilkan


oleh sel mast dan basofil)  pelepasan mediator ;
histamin, leukotriens, prostaglandin, tromboksan dan
bradikinin 
 Lokal
 Sistemik   sekresi mukosa, 
permeabilitas dan kebocoran kapiler,
tonus otot polos (vasodilatasi ) dan
bronkiolus
Etiologi

 Antigen  aktifasi IgE  anafilaksis

 Farmakologik : Antibiotik ; penisilin, β laktam, aspirin,


NSAID, zat kontras intravena

 Lateks : jarang

 Sengatan serangga : semut, lebah, tungau, tawon

 Food : sea food, kacang-kacangan, tepung terigu


Tanda dan gejala

 Sering melibatkan 2 atau lebih sistem tubuh

 Lebih singkat interval antara eksposure dengan reaksi


antigen_antibodi  gejala makin berat

 Jalan nafas : edema laring dan asma  stridor dan


wheezing.

 Rhinitis  gejala awal gangguan pada jalan nafas


Tanda dan gejala

 Kardiovaskuler : kolaps  arrest  Vasodilatasi 


hipovolemia relatif.  permeabilitas kapiler  volume
intravaskuler 
 Pasien mengalami agitasi atau cemas
 flushing atau pucat
 Gastrointestinal : nyeri perut, muntah
dan diare
Diferensial diagnosis

 Keracunan Scombroid, 30 menit setelah makan ikan tuna,


sarden, dolphin  urtikaria, nausea, muntah, diarea dan
sakit kepala. Th/ antihistamin

 Angiedema, sering pada keluarga dengan riwayat


“hereditary angiedema”.

 ACE inhibitor  angiedema reaktif jalan nafas atas.


Reaksi ini terjadi bbrp hari sampai bertahun2 setelah
mendapat terapi ACE inhibitor

 Asma akut dan fatal. Urtikaria (-), angioedema (-)


Diferensial diagnosis

 “panic disorder”  stridor akibat aduksi pita suara,


urtikaria, angioedema, hipoksia dan hipotensi (-)

 Reaksi vasovagal  urtikaria, angioedema dan


bronkospasme (-)
Terapi

 Oksigen
 Epinefrin IM 0,3-0,5 mg (1:1000) diulang tiap 15-20
menit bila perbaikan (-)
 Epinefrin IV untuk syok anafilaksis yang berat.  1 :
10.000, 0,1 mg/kg IV
 Monitoring ketat dosis epinefrin
 Infus cairan (agresif), kristaloid isotonik, RL dan normal
saline bila hipotensi tidak respon dg epinefrin  1 – 2 L
bahkan sampai 4 L
Terapi

 Antihistamin, difenhidramin 25-50 mg IV/IM

 H2 Bloker, Cimetidin 300 mg oral/IV

 Inhalasi β – adrenergik bila ada spasme bronkus

 Kortikosteroid, dosis tinggi IV

 Membuang kantong racun pada sengatan lebah


Terapi potensial

 Vasopresin  hipotensi berat

 Atropin  bradikardi

 Glukagon  pasien yang mendapat β-bloker yg tidak


respon thd epinefrin
Bila henti jantung

 Infus agresif

 High dose epinefrin, 1 – 3 mg IV

 Antihistamin IV

 Steroid

 Asistole  RJP
ASUHAN KEPERAWATAN
IDENTITAS PASIEN

Nama : iq R

Umur :63 th

Alamat :Kemuning

Agama :Islam

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama :Nn S

Umur :28 th

HUB dengan pasien :anak kandung

Alamat :Kemuning
 IDENTITAS UTAMA
 Keluhan utama
pasien datang dengan keluhan baddan gatal gatal di
sertai bibir bengkak,sesak nafas setelah makan pisang
goreng,mencret dengan frekuensi
sering,cair,berampas,muntah,nyeri
perut,pusing,riwayat alergi telur.
 Pemerikaan Fisik
K/U sedang,CM
TD : 70/50 mmhg
S : 36,5 ‘C
RR :28 X/M
N :86 X/M
 DIAGNOSA

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan


dengan kehilangan cairan aktip
 TINDAKAN
 Ivfd rl grojook 500 cc lanjut 30 tpm
 O2 2lpm
 Inj.Dexametason 1 amp/IV
 Inj.Epinefrin 1 Amp/IV
 Inj. Dhipenhidramin 1 Amp/IV
 Nebu Combiven 1 Amp/3cc Nacl
 Ranitidin 2x1
 Prednison
 Oralt
 Loratidin
SEKIAN

Thank you…….

Anda mungkin juga menyukai