Anda di halaman 1dari 44

KOMPLIKASI

TRANSFUSI DARAH: Bentuk,


Diagnosis, Pengobatan,
Pencegahan
dr.Nadjwa Zamalek Dalimoenthe
PRINSIP PEMBERIAN
TRANSFUSI DARAH

• AMAN

• RASIONAL sesuai Indikasi

• KEUNTUNGAN harus melebihi risiko


PRINSIP PEMBERIAN
TRANSFUSI DARAH
• AMAN: pengamanan sejak Seleksi
donor, Proesing dan Skrining darah
donor, ABO –Rh typing dan uji cocok
serasi, pemilihan darah/komponen
darah, peneriman permintaan dan
penyerahan darah s/d praktek
transfusi darah
REAKSI TRANSFUSI
DARAH
• Disebut juga adverse effect of blood
transfusion.
• Berbagai klasifikasi/sudut pandang
• WHO: reaksi akut dan reaksi lambat
• Demam dan bukan demam
• Hemolitik dan bukan hemolitik
• Imun dan nonimun
REAKSI TRANSFUSI DARAH
• Bila tahap pengamanan dilakukan dengan
BENAR, dapat terjadi REAKSI
TRANSFUSI RINGAN: (KOMPLIKASI
RINGAN) :
 demam, alergi: urtikaria

• Bila tahap pengamanan ada


KESALAHAN, dapat terjadi
KESALAHAN TRANSFUSI  REAKSI
TRANSFUSI BERAT s/d FATAL
(KOMPLIKASI BERAT/FATAL):
 reaksi hemolitik akut dan lambat
KOMPLIKASI AKUT
TRANSFUSI
• Dapat terjadi selama/segera setelah (dalam 24
jam) transfusi

• Dikategorikan dalam 3 kategori:


- reaksi ringan: alergi, e.g. urtikaria
- reaksi menengah-berat:
* reaksi hipersensitivitas menengah - berat
* reaksi febril non-hemolitik:
- antibodi thd leukosit, trombosit
- antibodi thd protein, termasuk IgA
* kemungkinan kontaminasi bakteria (tanda awal)
* pirogen
- reaksi mengancam jiwa:
KOMPLIKASI AKUT
TRANSFUSI
• Reaksi mengancam jiwa:
* hemolisis intravaskular akut
* kontaminasi bakterial dan syok septik
* kelebihan (overload) cairan
* reaksi anafilaksis
* “transfusion-associated lung injury”
KOMPLIKASI LAMBAT
(DELAYED) TRANSFUSI
1. Transfusion-transmitted infections:
* HIV-1 dan HIV-2
* HTLV-I dan HTLV-II
* Hepatitis virus B dan C
* Sifilis
* Malaria
* Cytomegalovirus
* Penyakit Chagas
* Human parvovirus B 19, hepatitis A
2. Komplikasi lambat lainnya:
* reaksi hemolitik lambat (delayed)
* purpura pasca transfusi
* graft-versus host-disease (GVHD)
* iron overload (pasien yang menerima transfusi berulang)
KOMPLIKASI TRANSFUSI
DARAH
• Komplikasi LOKAL:
- kegagalan memperoleh akses vena
- fiksasi vena tidak baik
- masalah ditempat tusukan
- vena pecah saat ditusuk, dll

• Komplikasi SISTEMIK:
- reaksi reaksi transfusi
- penularan/transmisi penyakit infeksi
- sensitisasi imunologis
- kemokromatosis
REAKSI PIROGENIK /
DEMAM (1)
• Dapat timbul selama atau setelah transfusi
darah
• Reaksi khas: peningkatan suhu: s/d 38
Celcius, dapat s/d 40° Celcius
• Dapat disertai/tidak disertai dgn menggigil,
kemerahan, kegelisahan dan ketegangan
• Bila transfusi dihentikan reaksi dan
kegelisahan hilang
REAKSI PIROGENIK /
DEMAM (2)
• Pirogen mungkin terdapat dalam
material yang ditransfusikan atau dari
alat yang dipakai untuk transfusi
• Pirogen adalah produk metabolisme
bakteri

(Selang plastik untuk transfusi 


disposable / sekali pakai dibuang)
REAKSI ALERGI

3 jenis reaksi alergi:

* anafilaksis
* urtikaria
* pireksia
KELEBIHAN VOLUME SIRKULASI
(CIRCULATORY OVERLOAD)

• Terjadi setelah transfusi yg cepat & banyak

• TERUTAMA terjadi pada pasien anemia


kronik, kelainan jantung, atau penyakit
degeneratif pembuluh darah

• Dapat terjadi PADA SETIAP transfusi,


terutama bila volume pasien normal

• Dapat didahului reaksi demam


Transfusion-associated
acute lung injury (TRALI)

• Disebabkan plasma donor mengandung


antibodi terhadap leukosit pasien
• Donor hampir selalu wanita multiparitas
• Timbul pada 1 – 4 jam pertama transfusi
• Rapid failure of pulmonary function, with
diffuse opacity on the chest x ray
• No specific therapy
• Intensive respiratory and general
support in an intensive care is required
REAKSI HEMOLITIK

REAKSI HEMOLITIK, terjadi setelah:

1. Transfusi darah yg sudah hemolisis


in vitro (non-incompatible /
non-imunologik): - karena sel donor
- karena sel pasien
2. Reaksi transfusi darah incompatible
REAKSI HEMOLITIK INCOMPATIBLE
• Penyebab tersering: kesalahan manusia
(CLERICAL ERROR)
• Di Bank Darah RS/UTD:
- kesalahan pada tahap penggolongan darah dan
crossmatch
- pemberian label yang tidak benar, sehingga darah
ditransfusikan kepada pasien yang salah, dll
• Di Ruang Rawat RS:
- kesalahan identitas pasien saat pengambilan
sampel darah pasien.
- pemberian transfusi tanpa meneliti ulang label dan
kantung darah donor serta identitas pasien.
REAKSI HEMOLITIK
INCOMPATIBLE

• Hemolisis intravaskular (dalam aliran darah)


 Acute intravascular hemolytic transfusion

• Hemolisis ekstravaskular (di luar aliran darah;


misalnya di limpa oleh sel makrofag)
 Acute extravascular hemolytic transfusion
REAKSI HEMOLITIK
INCOMPATIBLE
• REAKSI HEMOLITIK INTRAVASKULAR:
 pecahnya (hemolisis) eritrosit dlm sirkulasi darah
 ikterus + haemoglobinemia

• terutama disebabkan oleh antibodi IgM

• paling berbahaya disebabkan anti-a dan anti-b dari


sistem golongan ABO

• kebanyakan berakibat fatal, karena


- DIC = disseminated intravascular coagulation
- gagal ginjal akut
KOMPLIKASI SISTEMIK
TRANSFUSI

• REAKSI HEMOLITIK INKOMPATIBEL:

antigen + antibodi + komplemen C1

Sel sel darah C3 Lisis sel


sel darah
merah dilapisi merah
oleh C3
REAKSI HEMOLITIK
EKSTRA VASKULAR
• Sama beratnya seperti reaksi intravaskular.
• Reaksi fatal jarang terjadi.
• Akibat antibodi IgG yang menimbulkan
perusakan sel sel darah oleh sel makrofag.
• Kadang kadang terjadi penurunan tajam
kadar Hb/Ht pasien secara tiba-tiba
seringkali 10 hari setelah transfusi.
• Dapat terjadi febris, tes antiglobiulin direk
positif.
REAKSI AKIBAT DARAH
TERKONTAMINASI
• 1 % darah yang diambil terkontaminasi.
• kontaminasi terjadi pada saat pengambilan darah.
• organismenya biasanya tidak patogen (menimbul
kan penyakit) dan akan dihancurkan oleh sistem
retikuloendotelial (RES) tubuh pasien/resipien.
• darah menjadi berbahaya bila organisme ini
membelah diri/multiplikasi pada waktu antara saat
pengambilan darah dan transfusi.
• darah yang terkontaminasi tampak normal pada
pemeriksaan biasa.
KOMPLIKASI SISTEMIK
TRANSFUSI
• REAKSI KARENA DARAH TERKONTAMINASI:
- bakteri bakteri psichrophilic hidup pada suhu < 20
Celcius atau mesophilic hidup antara 20° - 40 C.
- makin lama penyimpanan makin besar replikasi
organisme tersebut.
- tumbuh lambat pada suhu dingin, tetapi dapat
bertumbuh cepat bila diletakkan di luar refrigerator
dan dibiarkan pada suhu kamar untuk beberapa
lama, terutama bila suhu panas .
PENULARAN PENYAKIT
LEWAT TRANSFUSI (1)

Secara teori semua kuman dalam darah dapat


ditularkan melalui darah donor pasien/resipien.

Mikroorganisme yang dapat ditularkan lewat


darah transfusi: malaria, sifilis,hepatitis pasca
transfusi, HIV, mononukleosis, CMV.
PENULARAN PENYAKIT
LEWAT TRANSFUSI (2)

Infeksi lainnya yang ditularkan via transfusi


darah:
- Human parpovirus, brucellosis, Epstein-Barr
virus, toksoplasmosis, mononukleosis infeksiosa,
penyakit Lymes
- Variant baru Creutzfeldt-Jacob disease (vCJD)
 masih diteliti adakah kaitan dengan
transfusi darah
PENULARAN PENYAKIT
LEWAT TRANSFUSI (3)

• UK: Screening infeksi pra transfusi:


Wajib: HBSAg, anti-HCV, anti HIV-1
dan -2, anti-sifilis,
Optional: anti CMV, malaria

• USA, Jepang, beberapa negara di Eropa:


+ HTLV + antigen B 19 (Jepang)
Complications of allogeneic
transfusion

Risk estimated risk/unit transfused

HIV1 1 in 1,100,000
Hepatitis C 1 in 103,000
Hepatitis B 1 in 63,000
HTLV I and II 1 in 641,000
Allergic cutaneous 1 in 200
reactions
Anaphylaxis 1 in 150,000
Acute hemolytic 1 in 250,000
reactions
Febrile reactions 1 in 500
KOMPLIKASI SISTEMIK
TRANSFUSI
• INTOKSIKASI SITRAT
- akibat pengumpulan sitrat dalam darah akan
menimbulkan pengurangan ion calcium, karena ion
calcium darah diikat oleh sitrat tersebut
- sitrat diekskresikan oleh ginjal dan dimetabolisir
di hati, sehingga bila pasien gagal hati dan ginjal
akan terjadi penumpukan/akumulasi sitrat dalam
darah  terjadi hipocalcemia
- dapat terjadi gangguan jantung
KOMPLIKASI SISTEMIK TRANSFUSI
• HEMOKROMATOSIS AKIBAT TRANSFUSI
- mekanisme pembuangan besi pada manusia via
kerusakan sel dan darah menstruasi wanita
- transfusi darah 500 cc akan memasukkan 250 cc besi
- akan menguntungkan bagi pasien dengan perdarahan atau
pasien kekurangan zat besi
- tetapi akan mengakibatkan penumpukan pada
pasien yang mendapat transfusi berulang  terjadi
HEMOKROMATOSIS, yakni penumpukan zat besi
pada jaringan tubuh yang kemudian menimbulkan
penyakit (hemokromatosis kulit, liver, jantung,
pankreas)
KOMPLIKASI SISTEMIK
TRANSFUSI
• Beratnya reaksi transfusi hemolitik intravaskular
akut:
- “rate and dose-related”
- “the more incompatible the blood given and
the faster the infusion rate,the more severe
reaction”
• Sebelum transfusi  Perlu cek ulang:
- kesesuaian gol. darah donor dan resipien
• Selama transfusi  Perlu pengawasan pada jam
• jam pertama dan seterusnya,
pada setiap kantung darah
KOMPLIKASI
TRANSFUSI
• Kecuali reaksi alergi urtikaria dan
febris non-hemolitik, semua
komplikasi transfusi darah berpotensi
fatal dan perlu tindakan segera
• Pada saat pertama terjadi reaksi
akut, mungkin sulit menentukan jenis
dan beratnya reaksi, karena tanda
dan gejala pada awalnya tidak
spesifik atau diagnositik
PENTING untuk MENGENAL TANDA
dan GEJALA AWAL REAKSI
TRANSFUSI AKUT
• Pasien tidak sadar/dibius umum:
hipotensi dan perdarahan tidak
terkontrol.
• Pasien sadar dengan reaksi hemolitik
transfusi hebat: gejala dan tanda dapat
muncul pada menit menit awal dari hanya
5 – 10 ml darah  Pengawasan ketat
pada awal transfusi darah dari SETIAP
UNIT DARAH sangat penting.
MANIFESTASI KLINIK
REAKSI TRANSFUSI HEMOLITIK
INTRA-VASKULAR (83 kasus)

• Manifestasi klinik awal: Jumlah % pasien


pasien
- demam,menggigil,ke-2-nya 67 81 %
- nyeri 13 16 %
- nausea , vomitus 10 12 %
- hipotensi, takikardi,ke-2-nya 10 12 %
- dyspnea 6 7 %
- Komplikasi
- Gagal ginjal 30 36 %
- DIC 7 8 %
MANIFESTASI KLINIK
REAKSI TRANSFUSI HEMOLITIK
EKSTRA-VASKULAR (80 kasus)

• Manifestasi klinik awal: Jumlah pasien %


pasien
- demam,menggigil,ke-2-nya 45 56 %
- ikterus 8 10 %
- nyeri 2 2,5 %
- dyspnea 1 1,2 %

- Komplikasi
- Sickle crisis 4
- Gagal ginjal 5 6 %
- DIC 1 1,2 %
BILA TERJADI KOMPLIKASI
TRANSFUSI DARAH
• Stop transfusi darah  perawat segera lapor
ke dokter penanggung jawab/dokter jaga dan
Bank Darah RS
• Lihat bentuk komplikasinya:
Klinis dan Laboratorium
• Lihat HEMODINAMIK: TD, N=Dj, akral
 adakah syok  siapkan emergency kit
• Lihat JALAN NAFAS perlu alat nafas bantu
• Lihat DIURESIS  ukur urin  adakah gagal
ginjal
• ADAKAH DIC  perdarahan/ trombosis
REAKSI HEMOLITIK
INTRAVASKULAR AKUT
Anti-A atau Anti-B (IgM/complement fixing IgG)

Aktivasi komplemen

Ikatan komponen komplemen C5-9


(membrane attack complex)

Fiksasi pada eritrosit


 Pori pori pada membran eritrosit

Air masuk ke dalam eritrosit


 Lisis intravaskular osmotik
REAKSI HEMOLITIK
INTRAVASKULAR AKUT
• Komplemen C3a dan C5a & mediator inflamasi
lainnya 
hipotensi, shock, bronkospasme

• Nitric oxide (potent vasodilator) diikat oleh Hb


yang lepas akibat hemolisis  NO 
vasokonstriksi  insufisiensi ginjal  nekrosis
tubular  gagal ginjal akut

• Aktivasi sitokin pro- inflamasi  demam, hipotensi,


aktivasi sistem koagulasi  DIC
LAMPIRAN: WHO - 1998
The Clinical Use of Blood

Fig.7.1.Guidelines for the recognition and


the management of acute trans -
fusion reactions
Fig.7.2.Drugs that may be required in the
management of acute transfusion
reaction
Fig.7.3.Outlines the procedure for investi
gating acute transfusion reaction
Penatalaksanaan Reaksi Transfusi
Bila reaksi transfusi akut terjadi:

1. Hentikan transfusi darah segera


2. Pastikan kantung darah yang benar diberikan kepada pasien yang tepat
3. Jaga akses IV dan pastikan “urine output” adekuat,dengan kristaloid yang tepat atau koloid
4. Pertahankan tekanan darah dan nadi
5. Jaga/pertahankan ventilasi yang adekuat
6. Beritahu dokter penanggung jawab/jaga dan bank darah
7. Ambil contoh darah dan urin untuk pemeriksaan laboratorium pada reaksi transfusi
8. Kirimkan kantung darah dan “blood set” ke bank darah RS segera
9. Bank darah melakukan penatalaksanaan kecurigaan reaksi transfusi , seperti:
a. Cek naskah kerja untuk memastikan kantung darah yang benar ditransfusikan ke pasien yamg teoat
b. Evaluasi plasma untuk hemoglobinemia
c. Kerjakan tres antiglobulin direk
d. Ulangi tes serologik lainnya bila diperlukan (ABO Rh )

Bila reaksi hemolitik intravaskular terbukti


10. Monitor status ginjal: ureum, kreatinin
11. Mulai diuresis
12. Analisis urin untuk hemoglobinuria
13. Monitor status koagulasi (prothrombin time, partial tromboplastin time, fibrinogen,D-dimer)
14. Monitor tanda hemolisis (lactate dehydrogenase, bilirubin, haptoglobin, plasma hemoglobin)
15. Ulangi tes kompatibilitas (cross match)
16.Bila curiga sepsis , kultur setiap unit kantong darah ,berikan pengobatan segera

Adapted from snyder EL. Transfusion reaction. In : Hoffman R, Benz. EF Jr, Shattil SJ, et al. Hematology : Basic
Principle and practice, 2nd ed. Ney York : Chruchill Livingstone, 1995 ; 2045-53
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
PADA REAKSI TRANSFUSI
DARAH
• Semua reaksi transfusi darah HARUS
DILAPORKAN dan DISELIDIKI
SEGERA setelah reaksi transfusi itu
terjadi untuk sedapat mungkin
DICARI PENYEBABNYA 
Bank Darah dan UTD + Laboratorium
Klinik
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PADA REAKSI TRANSFUSI DARAH

• Bilamana telah diketahui seoarng pasien


mengalami REAKSI TRANSFUSI
DARAH, penting untuk memastikan
bahwa:
1. Transfusi darah sudah dihentikan
2. Dokter yang bersangkutan telah
tahu dan telah melakukan tindakan
3. Tugas UTD:
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PADA REAKSI TRANSFUSI DARAH
3. Tugas UTD: sampel/contoh darah yang diperlukan
diambil untuk diperiksa di laboratorium:
- sampel darah pasien: beku dan tidak beku,
segera setelah transfusi
- sampel darah pasien sebelum transfusi
- sisa sel darah merah dan plasma dari darah
donor yang ditransfusikan yang tersimpan di
UTD RS atau bank darah RS
- sisa darah donor dari kantung darah yang
ditransfusikan
- spesimen pertama urin pasien setelah transfusi
PROSEDUR PEMERIKSAN
LABORATORIUM pada REAKSI
TRANSFUSI

1. Mutlak yang harus dicatat:


- jenis reaksi transfusi yg dialami
pasien
- lama waktu antara transfusi dimulai
dengan reaksi yang terjadi
- jumlah darah yang ditransfusikan

2. Periksa plasma pasien sebelum dan


setelah transfusi untuk mendapatkan
tanda adanya ikterus (kuning) dan/atau
PROSEDUR PEMERIKSAN
LABORATORIUM pada REAKSI
TRANSFUSI
3. Kerjakan tes antiglobulin direk pada sel
sel darah merah sebelum dan setelah
transfusi
4. Ulangi uji kecocokan dari serum
pasien terhadap sel sel darah mertah
donor, termasuk pemeriksaan ulang
golongan ABO-Rh pasien dan donor
5. Uji plasma donor terhadap sel sel darah
merah pasien dengan tes antiglobulin
indirek
untuk memeriksa adakah antibodi-
antibodi dalam plasma donor bereaksi
dengan sel sel darah merah pasien
PROSEDUR PEMERIKSAN
LABORATORIUM pada REAKSI
TRANSFUSI
6. Telitilah sampel pasca transfusi dari
urin pasien untuk mencari adanya
hemoglobin bebas atau sel sel darah
merah

7. Lakukan pemeriksaan ulang atas semua


catatan UTD RS untuk memastikan ada
tidaknya kesalahan kesalahan akibat
kekeliruan pemasukan data atau
tertukarnya suatu sampel darah, dsb

Anda mungkin juga menyukai