PENDAHULUAN
Sepsis merupakan respons sistemik terhadap infeksi dimana pathogen atau
toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivitas proses
inflamasi. (infeksi dan inflamasi). Sepsis dibagi dalam derajat Systemic
Inflammatory Response Syndrome (SIRS), sepsis, sepsis berat, sepsis dengan
hipotensi, dan syok septik.
Infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, fungi atau riketsia. Respon
sistemik dapat disebabkan oleh mikroorganisme penyebab yang beredar dalam
darah atau hanya disebabkan produk toksik dari mikroorganisme atau produk
reaksi radang yang berasal dari infeksi lokal.
Sepsis, syok sepsis, dan kegagalan multipel organ (MOF) mengenai
hampir 750. 0000 penduduk di Amerika Serikat dan menyebabkan kematian
sebanyak 215.000 orang. Angka kematian oleh karena sepsis berkisar 9,3 % dari
seluruh penyebab kematian di Amerika Serikat, setara dengan angka kematian
yang disebabkab oleh infark miokardial dan jauh lebih tinggi dari kematian oleh
karena AIDS dan kanker payudara.
Sepsis merupakan proses infeksi dan inflamasi yang kompleks dimulai
dengan rangsangan endo atau eksotoksin terhadap sistem imunologi, sehingga
terjadi aktivasi makrofag, sekresi berbagai sitokin dan mediator, aktivasi
komplemen dan netrofil, sehingga terjadi disfungsi dan kerusakan endotel,
aktivasi sistem koagulasi dan trombosit yang menyebabkan gangguan perfusi ke
berbagai jaringan dan disfungsi/kegagalan organ multipel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Syok
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh.1 Pada keadaan
syok terjadi gangguan hemodinamik yang menyebabkan perfusi jaringan menjadi
tidak adekuat dan mengganggu metabolisme pada sel dan jaringan.
Syok terbagi dalam beberapa jenis, diantaranya:2
Jenis Syok
Hipovolemi
k
Kardiogenik
Septik
Neurogenik
Penyebab
1. Perdarahan
2. Kehilangan plasma (misal pada luka bakar)
3. Dehidrasi, misal karena puasa lama, diare, muntah, obstruksi
usus dan lain-lain
1. Aritmia
Bradikardi / takikardi
2. Gangguan fungsi miokard
Infark miokard akut, terutama infark ventrikel kanan
Penyakit jantung arteriosklerotik
Miokardiopati
3. Gangguan mekanis
Regurgitasi mitral/aorta
Rupture septum interventrikular
Aneurisma ventrikel massif
Obstruksi:
Out flow : stenosis atrium
Inflow : stenosis mitral, miksoma atrium kiri/thrombus
1.Infeksi bakteri gram negative,
Contoh: Eschericia coli, Klebsiella pneumonia, Enterobacter,
serratia,Proteus,
2. Kokus gram positif,
Contoh : Stafilokokus, Enterokokus, dan Streptokokus
Disfungsi saraf simpatis, disebabkan oleh trauma tulang
Anafilaksis
Suspected infection
2.2.3 Epidemiologi
Dalam kurun waktu 23 tahun yang lalu bakterimia karena infeksi bakteri
gram negatif di AS mencapai 100.000-300.000 kasus pertahun, tetapi sekarang
insiden ini meningkat menjadi sekitar 300.000-500.000 kasus pertahun. Syok
akibat sepsis terjadi karena adanya respon sistemik pada infeksi yang serius.
Walaupun insiden syok septik ini tak diketahui pasti namun dalam beberapa tahun
terakhir ini cukup tinggi. Hal ini disebabkan cukup banyak faktor predisposisi
untuk terjadinya sepsis antara lain diabetes melitus, sirhosis hati, alkoholisme,
leukemia, limfoma, keganasan, obat sitotoksis dan imunosupresan, nutrisi
parenteral dan sonde, infeksi traktus urinarius dan gastrointestinal. Di AS syok
sepsik adalah penyebab kematian yang sering di ruang ICU.
Dalam analisis retrospektif besar, Pusat Nasional Statistik Kesehatan
Amerika melakukan survey pada 500 rumah sakit non federal (yang termasuk
lebih dari 10 juta kasus sepsis selama 22 tahun terakhir) melaporkan septikemia
menyumbang 1,3% dari semua rumah sakit. (Martin GS, Mannino DM, Eaton S,
Moss M. The epidemiology of sepsis in the United States from 1979 through
2000. N Engl J Med. 2003 Apr 17. 348(16):1546-54. [Medline]). Insiden sepsis
meningkat 3 kali lipat antara tahun 1979 dan 2000, dari 83 kasus per 100.000
penduduk per tahun untuk 240 per 100.000.
5
2.2.4 Etiologi
Infeksi dapat disebabkan oleh virus, bakteri, fungi atau riketsia. Respon
sistemik dapat disebabkan oleh mikroorganisme penyebab yang beredar dalam
darah atau hanya disebabkan produk toksik dari mikroorganisme atau produk
reaksi radang yang berasal dari infeksi lokal. Penyebab terbesar adalah bakteri
gram
negatif.
Produk
yang
berperan
penting
terhadap
sepsis
adalah
Streptococcus pneumoniae
Klebsiella pneumoniae
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Legionella species
o
o
o
o
Infeksi traktus urinarius yang menyebabkan syok septik pada sekitar 25%
pasien, patogen yang umum :
o
o
o
o
o
o
S aureus
Staphylococcus epidermidis
Streptococci
Clostridia
Gram-negative bacteria
Anaerobes
E coli
Proteus species
Klebsiella species
Pseudomonas species
Enterobacter species
Serratia species
Infeksi jaringan lunak yang menyebabkan syok septik pada sekitar 15%
pasien, patogen yang umu :
o
o
o
o
o
o
Haemophilus species
Anaerobes
Gram-negative bacteria
Fungi
E coli
Streptococcus faecalis
Bacteroides fragilis
Acinetobacter species
Pseudomonas species
Enterobacter species
Salmonella species
o Streptococci
o Anaerobes
hematologi)
Imunosupresi (misalnya, neutropenia, terapi imunosupresif, terapi
kortikosteroid, IV penyalahgunaan narkoba, complement deficiencies,
asplenia)
Operasi besar, trauma, luka bakar
Prosedur invasif (misalnya, kateter, alat intravaskular, prosthetic
device,
hemodialisis
dan
kateter
dialisis
peritoneal,
tabung
endotrakeal)
Pengobatan antibiotik sebelumnya
Perawatan di rumah sakit yang berkepanjangan
Faktor-faktor lain, seperti melahirkan, aborsi, dan malnutrisi
2.2.5 Patofisiologi
Baik bakteri gram positif maupun gram negatif dapat menimbulkan sepsis.
Pada bakteri gram negatif yang berperan adalah lipopolisakarida (LPS). Suatu
protein di dalam plasma, dikenal dengan LBP (Lipopolysacharide binding protein)
yang disintesis oleh hepatosit, diketahui berperan penting dalam metabolisme
LPS. LPS masuk ke dalam sirkulasi, sebagian akan diikat oleh faktor inhibitor
dalam serum seperti lipoprotein, kilomikron sehingga LPS akan dimetabolisme.
Sebagian LPS akan berikatan dengan LBP sehingga mempercepat ikatan dengan
CD14. Kompleks CD14-LPS menyebabkan transduksi sinyal intraseluler melalui
nuklear factor kappaB (NFkB), tyrosin kinase(TK), protein kinase C (PKC), suatu
faktor transkripsi yang menyebabkan diproduksinya RNA sitokin oleh sel.
Kompleks LPS-CD14 terlarut juga akan menyebabkan aktivasi intrasel melalui
toll like receptor-2 (TLR2).2
Pada bakteri gram positif, komponen dinding sel bakteri berupa
Lipoteichoic acid (LTA) dan peptidoglikan (PG) merupakan induktor sitokin.
Bakteri gram positif menyebabkan sepsis melalui 2 mekanisme: eksotoksin
sebagai superantigen dan komponen dinding sel yang menstimulasi imun.
Superantigen berikatan dengan molekul MHC kelas II dari antigen presenting
cells dan V-chains dari reseptor sel T, kemudian akan mengaktivasi sel T dalam
jumlah besar untuk memproduksi sitokin proinflamasi yang berlebih.8
Endotoksin mengaktifkan jalur klasik dan alternatif. C3a dan C5a adalah
produk utama komplemen protein yang diproduksi. Mediator ini menghasilkan
vasodilatasi melalui pelepasan histamin dan meningkatkan permeabilitas kapiler,
yang menyebabkan perpindahan cairan ke interstisial.
Perpindahan cairan ke interstisial juga disebabkan oleh vasodilatasi dan
perubahan permiabelitas yang disebabkan oleh endotoksin / reaksi mediator lain.
Contoh
terjadinya
diproduksi dan
distimulasi oleh faktor lain Tumor nekrosis mediator endogen (TNF, cachectin).
10
ENDOTOXIN
Capillary Permiability
Vasodilation
Platelet AggregationClotting Cascade
Intravascular Microemboli
Distributional Hypovolemia
Lactic Acidosis
Cellular Death
Death
maldistributed
selama
shock
berlangsung
karena
peningkatan
menyebabkan beberapa jaringan vaskular untuk menerima darah lebih dari yang
mereka butuhkan, sementara yang lain menerima terlalu sedikit. Maldistribution
darah ini menyebabkan hipoksia dan kurangnya dukungan gizi ke beberapa
daerah, menyebabkan disfungsi seluler yang akhirnya menyebabkan kematian sel.
12
produksi urin, dan penurunan tekanan darah).Gejala syok sepsis yang mengalami
hipovolemia
sukar
dibedakan
dengan
syok
hipovolemia
(takikardia,
vasokonstriksi perifer, produksi urin < 0,5 cc/kgBB/jam, tekanan darah sistolik
turun dan menyempitnya tekanan nadi). Pasien-pasien sepsis dengan volume
intravaskuler normal atau hampir normal, mempunyai gejala takikardia, kulit
hangat, tekanan sistolik hampir normal, dan tekanan nadi yang melebar.
Perubahan hemodinamik
Tanda karakteristik sepsis berat dan syok-septik pada awal adalah hipovolemia,
baik relatif (oleh karena venus pooling) maupun absolut (oleh karena transudasi
cairan). Kejadian ini mengakibatkan status hipodinamik, yaitu curah jantung
rendah, sehingga apabila volume intravaskule adekuat, curah jantung akan
meningkat. Pada sepsis berat kemampuan kontraksi otot jantung melemah,
mengakibatkan fungsi jantung intrinsik (sistolik dan diastolik) terganggu.
Meskipun curah jantung meningkat (terlebih karena takikardia daripada
peningkatan volume sekuncup), tetapi aliran darah perifer tetap berkurang. Status
hemodinamika pada sepsis berat dan syok septik yang dulu dikira hiperdinamik
(vasodilatasi dan meningkatnya aliran darah), pada stadium lanjut kenyataannya
lebih mirip status hipodinamik (vasokonstriksi dan aliran darah berkurang).
Tanda karakterisik lain pada sepsis berat dan syok septik adalah gangguan
ekstraksi oksigen perifer. Hal ini disebabkan karena menurunnya aliran darah
perifer, sehingga kemampuan untuk meningkatkan ekstraksi oksigen perifer
terganggu, akibatnya VO2 (pengambilan oksigen dari mikrosirkulasi) berkurang.
Kerusakan ini pada syok septic dipercaya sebagai penyebab utama terjadinya
gangguan oksigenasi jaringan.
Karakteristik
lain
sepsis
berat
dan
syok
septik
adalah
terjadinya
13
Kepala dan leheri - Sakit kepala parah, leher kaku, perubahan status
mental, sakit telinga, sakit tenggorokan, nyeri sinus atau nyeri, dan
adneksa atau massa, keputihan atau uretra, disuria, frekuensi, dan urgensi
Tulang dan jaringan lunak - nyeri tungkai atau nyeri terlokalisasi, eritema
fokus, edema, dan bengkak sendi, krepitus di necrotizing infeksi, dan efusi
sendi
Infeksi kulit - Petechiae, purpura, eritema, ulserasi, pembentukan bulosa
Hypovolemic Shock
Pulmonary Embolism
Shock, Distributive
Shock, Hemorrhagic
Toxic Shock Syndrome
2.2.8 Penatalaksanaan
Pasien sepsis wajib dinilai dan dievaluasi dengan menggunakan metode
ABCDE ( Airway, Breathing,Circulation,Disability, Exposure ). Metode ABCDE :
9
15
Airway support
Oksigen aliran tinggi
Cannule
Terapi cairan
Monitoring jumlah urine
Penilaian kadar gula darah
Regulasi temperatur
2. Pengecekan ulang untuk memastikan hal berikut telah dilakukan :
Terapi oksigen aliran tinggi
Cannule
Terapi cairan bila ada gangguan sirkulasi
Monitor jumlah urin
3. Melakukan penegakan diagnostik sepsis yang spesifik, dapat
mencakup :
Kultur ( darah, dll )
Pengukuran kadar laktat
Pengukuran Hemoglobin dan tes lain
Pencitraan untuk mengidentifikasi sumber infeksi
4. Terapi lengkap untuk sepsis:
Antibiotik spektrum luas secara intravena
Drainase atau bedah bila memungkinkan
Penatalaksanaan awal ini dapat disingkat menjadi Sepsis Six yakni :9
akan
meningkatkan
kecepatan
metabolik
bila dibutuhkan.
Pengukuran hemoglobin dan laktat
Laktat dapat diukur dari sampel vena menggunakan jarum Arterial Blood
Gas. Akumulasi laktat menandakan respirasi anaerob yang sedang
berlangsung. Penelitian terbaru menyebukan Procalcitonin sebagai
Perbaikan hemodinamik.
Banyak pasien syok septik yang mengalami penurunan volume
intravaskuler, sebagai respon pertama harus diberikan cairan jika terjadi
penurunan tekanan darah. Cairan koloid dan kristaloid tak diberikan. Jika disertai
anemia berat perlu transfusi darah dan CVP dipelihara antara 10-12 mmHg.
Untuk mencapai cairan yang adekuat pemberian pertama 1 L-1,5 L dalam
waktu 1-2 jam. Tujuan resusitasi pasien dengan sepsis berat atau yang mengalami
hipoperfusi dalam 6 jam pertama adalah CVP 8-12 mmHg, MAP >65 mmHg,
urine >0.5 ml/kg/jam dan saturasi oksigen >70%. Bila dalam 6 jam resusitasi,
saturasi oksigen tidak mencapai 70% dengan resusitasi cairan dengan CVP 8-12
mmHg, maka dilakukan transfusi PRC untuk mencapai hematokrit >30% dan/atau
pemberian dobutamin (dosis 5-10 g/kg/menit sampai maksimal 20 g/kg/menit).
10
Dopamin diberikan bila sudah tercapai target terapi cairan, yaitu MAP
60mmHg atau tekanan sistolik 90-110 mmHg. Dosis awal adalah 2-5 mg/Kg
BB/menit. Bila dosis ini gagal meningkatkan MAP sesuai target, maka dosis dapat
di tingkatkan sampai 20 g/ KgBB/menit. Bila masih gagal, dosis dopamine
18
berarti prognosisnya buruk sekali. Dapat juga diganti dengan vasokonstriktor lain
(fenilefrin atau epinefrin).
Pemakaian Antibiotik
Setelah diagnose sepsis ditegakkan, antibiotik harus segera diberikan,
dimana sebelumnya harus dilakukan kultur darah, cairan tubuh, dan eksudat.
Pemberian antibiotik tak perlu menunggu hasil kultur. Untuk pemilihan antibiotik
diperhatikan dari mana kuman masuk dan dimana lokasi infeksi, dan diberikan
terapi kombinasi untuk gram positif dan gram negatif.
Terapi antibiotik intravena sebaiknya dimulai dalam jam pertama sejak
diketahui sepsis berat, setelah kultur diambil. Terapi inisial berupa satu atau lebih
obat yang memiliki aktivitas melawan patogen bakteri atau jamur dan dapat
penetrasi ke tempat yang diduga sumber sepsis. Oleh karena pada sepsis
umumnya disebabkan oleh gram negatif, penggunaan antibiotik yang dapat
mencegah pelepasan endotoksin seperti karbapenem memiliki keuntungan,
terutama pada keadaan dimana terjadi proses inflamasi yang hebat akibat
pelepasan endotoksin, misalnya pada sepsis berat dan gagal multi organ.
Pemberian antibiotik kombinasi juga dapat dilakukan dengan indikasi :
19
Nama Obat
Tanpa faktor resiko infeksi Pseudomonas
Golongan Sefalosporin generasi III (seftriakson
IV 1-2 g/12 jam) ditambahn aminoglikosida
(gentamisin
IV
Kg/BB/jam),
atau
sefalosporin
antipseudomonas
IV
400
mg/8
jam
atau
Urosepsis
(gentamisin IV 7 mg/Kg/BB/jam
Levofloksasin IV 750 mg/24
jam,
atau
amoniglikosida
(gentamisin
IV
IV 1,5g/8-6 jam
Monoterapi : imipenem IV 1-2 g/12 jam, atau
meropenem IV 1 g/8 jam, atau monifloksasin IV
400 mg/24 jam, atau piperasilin-tazobaktam IV
4,5 g/6 jam, atau ampisilin sulbaktam IV 1,5
g/6-8 jam, atau tigesiklin (dosis inisial 100menit,
dilanjutkan 50 mg/12 jam)
Kombinasi :
Metronidazol IV 500 mg/8 jam, ditambah
aztreonam IV 2 g/6-8 jam, atau levofloksasin IV
750 mg/24 jam, atau gentamisin 7 mg/KgBB/8
jam
Metronidazol IV 500 mg/8 jam, ditambah
levofloksasin IV 750 mg/24 jam, atau azteonam
IV 2 g/6-8 jam, atau sefepim IV 1-2 g/8-12 jam,
2.2.9 Komplikasi
DIC
21
Respirotary Distr.Syndrome
Hipoksemia
Hepatobilier disfunction
GCS < 15
2.2.10 Prognosis
Keseluruhan angka kematian pada pasien dengan syok septik menurun dan
sekarang rata-rata 40% (kisaran 10 to 90%, tergantung pada karakteristik pasien).
Hasil yang buruk sering mengikuti kegagalan dalam terapi agresif awal (misalnya,
dalam waktu 6 jam dari diagnosa dicurigai). Setelah laktat asidosis berat dengan
asidosis metabolik decompensated menjadi mapan, terutama dalam hubungannya
dengan kegagalan multiorgan, syok septik cenderung ireversibel dan fatal.
22
BAB III
Kesimpulan
Bila ada pasien dengan gejala klinis berupa panas tinggi, menggigil,
tampak toksik, takikardia, takipneu, kesadaran menurun dan oliguria harus
dicurigai terjadinya sepsis (tersangka sepsis).
Pada keadaan sepsis gejala yang nampak adalah gambaran klinis keadaan
tersangka sepsis disertai hasil pemeriksaan penunjang berupa lekositosis atau
lekopenia, trombositopenis, granulosit toksik, hitung jenis bergeser ke kiri, CRP
(+), LED meningkat dan hasil biakan kuman penyebab dapat (+) atau (-).
Keadaan syok sepsis ditandai dengan gambaran klinis sepsis disertai
tanda-tanda syok (nadi cepat dan lemah, ekstremitas pucat dan dingin, penurunan
produksi urin, dan penurunan tekanan darah).
Keadaan
syok
sepsis
merupakan
kegawatdaruratan
klinik
yang
23
Daftar Pustaka
1. Guntur A H, Sepsis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk (Editor). Jakarta. Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FK UI; 2007 : 242
2. Guyton AC, Hall JE. 2006. Syok Sirkulasi dan Fisiologi Pengobatan in:
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC. Jakarta. pp. 359-372
3. Nelwan RHH. Patofisiologi dan deteksi dini sepsis. Dalam: Pertemuan
Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 2003. Jakarta: 2003; h. S15-18
4. British Journal of Anesthesia. Anesthesic Management in Patients With
Severe Sepsis. [online]. Cited September 2015. Available from :
http://bja.oxfordjournals.org/content/105/6/ 734/T1. expansion.html)
5. Wang HE, Shapiro NI, Angus DC, Yealy DM. National estimates of severe
sepsis in United States emergency departments. Crit Care Med. 2007 Aug.
35(8):1928-36. [Medline])
6. Hermawan A.G. 2007. Sepsis daalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi,
Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Pp: 1840-3)
7. Michael R. Pinsky. Septic Shock. [online] cited September 2015. Available
from : http://emedicine.medscape.com/article/168402
8. Bochud PY, Calandra T. Pathogenesis of sepsis: new concepts and
implication for future treatment. BMJ 2003;325:262-266. Available at:
http://www.bmj.com)
9. Ron Daniels. Tim Nutbeam. ABC of Sepsis.2010. UK : Wiley Blackwell
BMJ books.
24
10. Dellinger RP, Carlet JM, Masur H, Gerlach H, Calandra T, Cohen J, et.al.
Surviving sepsis campaign guidelines for mangement of severe sespis and
septic shock. Crit Care Med 2004;32(3):858-72.
11. Mansjoer, Arif et al. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 4. Media
25