SUDDEN DEAFNESS
(TULI MENDADAK)
Disusun Oleh
2208022013
Pembimbing :
i
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing Klinik
Ditetapkan di : Kupang
Hari/tanggal : Desember 2022
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB 1.............................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................4
BAB 2.............................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................5
2.1 Anatomi dan Fisiologi Pendengaran......................................................5
2.2 Definisi Tuli Mendadak.......................................................................10
2.3 Epidemiologi........................................................................................10
2.4 Etiologi dan patofisiologi....................................................................10
2.5 Gejala Klinik........................................................................................11
2.6 Penegakkan Diagnosis.........................................................................12
2.6.1 Anamnesis........................................................................................12
2.7 Tatalaksana..........................................................................................14
2.7.1 Non Medikamentosa........................................................................14
2.7.2 Medikamentosa................................................................................14
2.8 Evaluasi Fungsi Pendengaran..............................................................15
2.9 Prognosis..............................................................................................15
BAB 3...........................................................................................................17
KESIMPULAN............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
mengenainya, menyebabkan tulang-tulang pendengaran telinga
tengah bergetar.
6
Gambar 2.1 Telinga dalam(8)
7
bergerak. Skala vestibule merupakan komponen atas koklea dan
skala timpani merupakan komponen bawah koklea mengandung
perilimfe yang dibuat bergerak oleh gerakan jendela oval yang
didorong oleh gerakan tulang-tulang telinga tengah. Skala media
merupakan komponen tengah koklea yang mengandung endolimfe;
tempat membrane basilaris. Membrane basilaris membentuk lantai
duktus koklearis yang bergetar bersama dengan gerakan perilimfe
mengandung organ corti, organ indera untuk mendengar. Organ
korti terletak di bagian atas dan disepanjang membrane basilaris
yang menadung sel rambut, reseptor untuk suara, yang
mengeluarkan potensial reseptor sewaktu tertekuk akibat gerakan
cairan koklea.
Membrane tektorial merupakan membrane stasioner yang
tergantung di atas organ corti dan tempat sel-sel rambut reseptor
permukaan terbenam di dalamnya menekuk dan membentuk
potensial reseptor ketika membrane basilaris yang begetar terhadap
membrane tektorial yang stasioner. Jendela bundar merupakan
membrane tipis yang memisahkan skala timopani daru telinga
tengah yang bergerak bersama dengan cairan di perilimfe untuk
meredam tekanan di dalam koklea(4).
8
auditoris interna (arteri labirintin) yang berasal dari arteri serebeli
inferior anterior atau langsung dari arteri basilaris yang merupakan
end artery(terminal artery) dan tidak mempunyai pembuluh darah
anastomosis. Setelah memasuki meatus akustikus internus, arteri ini
bercabang 3 yaitu: 1. Arteri vestibularis anterior yang nantinya
mendarahi makula utrikuli, sebagian makula sakuli, krista ampularis,
kanalis semisirkularis superior dan lateral serta sebagian dari utrikulus
dan sakulus. 2. Arteri vestibulokoklearis, mendarahi makula sakuli,
kanalis semisirkularis posterior, bagian inferior utrikulus dan sakulus
serta putaran basal dari koklea. 3.Arteri koklearis yang memasuki
modiolus dan menjadi pembuluh-pembuluh arteri spiral yang
mendarahi organ Corti, skala vestibule dan skala timpani sebelum
berakhir pada stria vaskularis.
Aliran vena pada telinga dalam melalui 3 jalur utama. Vena
auditorisinterna mendarahi putaran tengah dan apikal koklea. Vena
akuaduktus koklearis mendarahi putaran basiler koklea, sakulus serta
utrikulus dan berakhir pada sinus petrosus inferior. Vena akuaduktus
vestibularis mendarahi kanalis semisirkularis sampai utrikulus. Vena
ini mengikuti duktus endolimfatikus dan masuk ke sinus sigmoid.
Arteri auditori interna, memperdarahi koklea, pada umumnya berasal
dari arteri cerebellum anterior inferior dan terkadang dari arteri
cerebellum posterior inferior bercabang dari arteri vertebra rostral atau
arteri basilar kaudal, anastamosis utama antara AICA dan PICA
umumnya berbeda. AICA keluar dari salah satu sisi arteri basilar
kaudal. Banyak perbedaan yang terkait dengan AICA dan PICA yang
berasal dari arteri vertebrobasilar, dan percabangan dari AICA
memiliki anasmosis yang multiple dari arteri medulla lateral.
Mesikipun, arteri telinga dalam merupakan arteri akhir. Pons
diperdarahi oleh anterior, lateral dan bagian posterior dan arteri
basilar, arteri cerebellum superior dan AICA memperdarahi daerah
tersebut.
9
Arteri auditori interna bercabang dua yang umumnya adalah
arteri koklear dan arteri vestibular anterior, kemudian percabangan
arteri koklear dan areteri vestibulokoklear bercabang menjadi arteri
vestivular posterior dan ramus koklear. Arteri koklear umumnya
memperdarahi tiga per empat bagian apeks koklea dan ramus koklear
memperdarahi daerah seperempat basal pada bagian ujung koklea.
Arteri vestibular anterior memperdarahi utrikulus, superior dari
sakulus, ampulla dan kanalis semisirkularis anterior dan horizontal.
Bagian sakulus inferior dan kanalis semisirkularis posterior mendapat
perdarahan dari arteri vestibular posterior(4).
2.3 Epidemiologi
Tuli mendadak diderita oleh 5 sampai 30 per 100.000 orang,
dengan peningkatan sekitar 4000 kasus per tahun di Amerika
Serikat. Suatu penelitian di Jerman menunjukkan kejadian tuli
mendadak sebanyak 160 per 100.000 orang per tahunnya. 2
Kejadian tuli mendadak di Italia dilaporkan antara 5 sampai 20
kasus per 100.000 orang. Distribusi laki-laki dan perempuan hampir
sama. Tuli mendadak dapat ditemukan pada semua kelompok usia,
umumnya pada rentang usia 40-50 tahun(2,3).
Insiden tuli mendadak di poli THT-KL RSUP. Dr. M. Djamil
10
Padang pada periode Agustuts 2010 sampai Agustus 2011 berkisar
37 orang. Distribusi laki-laki dan perempuan hampir sama, dengan
puncak usia antara 50 sampai 60 tahun, 3 namun penelitian di
Taiwan pada tahun 1998 – 2002, menyatakan bahwa dari 8712
kasus tuli mendadak, 64,5% penderita berusia di atas 60 tahun(1).
11
membran tektoria dan selubung myelin saraf akustik. Pemeriksaan
serologis terhadap pasien dengan ketulian sensorineural mendadak
idiopatik menunjukkan adanya peningkatan titer antibodi terhadap
sejumlah virus. Pemeriksaan histopatologi tulang temporal pada
pasien tuli sensorineural mendadak ini ditemukan kerusakan koklea
akibat luka dari infeksi tersebut, kehilangan sel-sel rambut dan sel-sel
pendukung, atropi membran tektorial, atropi stria vaskularis(6).
12
Anamnesis lainnya adalah adanya riwayat kehilangan pendengaran
unilateral atau bilateral yang bersifat episodik dan gejala neurologi fokal.
Pasien tuli mendadak dengan riwayat kehilangan pendengaran yang bersifat
fluktuatif harus dievaluasi kemungkinan penyebabnya adalah penyakit
Meniere, kelainan autoimun, sindrom Cogan dan sindrom hiperviskositas.
Penyakit Meniere merupakan penyebab paling sering kehilangan
pendengaran fluktuatif yang unilateral. Penyakit telinga tengah autoimun
dan sindrom Cogan biasanya melibatkan telinga bilateral. Semua kondisi
tersebut menyebabkan penurunan pendengaran yang bertahap dan fluktuatif,
namun kadang muncul mendadak.
Tuli mendadak disertai dengan gejala dan tanda neurologis fokal
mengindikasikan keterlibatan sistem saraf pusat. Oklusi arteri auditorik
interna paling sering terlibat dalam mekanisme tuli mendadak unilateral
akibat stroke. Arteri auditorik interna mendapatkan suplai dari arteri
serebelar inferior anterior (AICA). Area yang terkena biasanya adalah
pedunkulus serebelum media dan pons lateral. Hampir sebagian besar infark
labirin terkait distribusi AICA dihubungkan dengan hilangnya pendengaran
unilateral dan gangguan vestibular akut. Tuli mendadak unilateral bisa
merupakan manifestasi dari Transient Ischemic Attack pada distribusi
AICA.
Gejala yang menyertai tuli mendadak akibat oklusi AICA antara lain
sindrom horner ipsilateral (paresis okulosimpatetik yang terdiri dari miosis,
ptosis dan anhidrosis), diplopia, nistagmus, kelemahan wajah ipsilateral dan
kesemutan, ataksia, vertigo, slurred speech, kekakuan ektremitas unilateral,
kehilangan kontrol nyeri dan suhu kontralateral(1,7).
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tanda vital terutama tekanan darah harus diperiksa
3. Pemeriksaan Otoskopi
Pemeriksaan otoskopi pada pasien tuli mendadak tidak menunjukan
adanya kelainan baik pada kanalis auricula eksterna dan membran
timpani.
13
4. Tes Garpu tala
Pada pemeriksaan garpu tala akan didapatkan kesan tuli sensorineural
dimana hasil yang ditemukan berupa :
Rinne positif
Schwabach memendek
5. Pemeriksaan Audiometri
Audiometri nada murni
14
magnetik dibutuhkan untuk menyingkirkan diagnosis seperti neuroma
akustik dan malformasi tulang. Pemeriksaan arteriografi diperlukan untuk
kasus yang diduga akibat trombosis.
9. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk memeriksa
kemungkinan infeksi virus, bakteri, hiperlipidemia, hiperfibrinogen,
hipotiroid, penyakit auto imun dan faal hemostasis(1).
2.7 Tatalaksana
2.7.1 Non Medikamentosa
Tirah baring sempurna (total bed rest)
Istirahat fisik dan mental selama dua minggu untuk menghilangkan
atau mengurangi stres(1).
2.7.2 Medikamentosa
Terapi oral methylprednoson 1 mg/kgbb/hr dosis tunggal pada pagi hari,
tappering off tiap 3-5 hari
Bila penurunan pendengaran berat > 70 dB dapat diberikan
methylprednison intravena dengan dosis 250-500 mg/hr
Bila belum ada perubahan dapat diberikan kortikosteroid intratimpani
Vitamin C 500 mg 1x1 tablet/hari, vitamin E 1x1 tablet
Neurobion 3x1 tablet/hari
HBO (hiperbarik oksigen terapi) dapat diberikan bersamaan
Berikan obat yang aman untuk lambung
Pemberian kortikosteroid pada pasien diabetes sangat beresiko
sehingga diperlukan pemantauan kadar gula darah rutin setiap hari
dan berkonsultasi dengan dokter penyakit dalam dan jika ditemukan
kelainan tambahan maka terapi perlu ditambah sesuai nasehat bidang
penyakit dalam(1).
15
Evaluasi fungsi pendengaran dilakukan setiap minggu selama 1
bulan. Perbaikan pendengaran pada pada tuli mendadak adalah
sebagai berikut :
1. Sangat baik : Perbaikan > 30 dB pada 5 frekuensi.
2. Sembuh : Perbaikan ambang pendengaran < 30 dB pada frekuensi 250 Hz, 500
Hz, 1000 Hz, 2000 Hz dan dibawah 25 dB pada frekuensi 4000 Hz
3. Baik : Perbaikan 1030 dB pada 5 frekuensi
4. Tidak ada perbaikan : Perbaikan < 10 dB pada 5 frekuensi
Bila gangguan pendengaran tidak sembuh dengan tatalaksana di atas maka
dapat dipertimbangkan pemasangan alat bantu dengar (Hearring aid). Apabila
dengan alat bantu dengar juga masih belum dapat berkomunikasi dengan baik
maka perlu dilakukan psikoterapi dengan tuuan agar pasien menerima
keadaan(1).
2.9 Prognosis
Sekitar 32% sampai 65% kasus tuli mendadak dapat pulih
secara spontan. Prognosis tuli mendadak bergantung pada kecepatan
pemberian obat. Pada umumnya pengobatan efektif pada 2 minggu pertama
saat mengalami keluhan. Apabila lebih dari 2 minggu maka kemungkinan
sembuh semakin kecil. Angka kesembuhan akan semakin kecil pada pasien
yang mendapat pengobatan ototoksik yang lama, diabetes melitus, kolesterol
tinggi dan peningkatan viskositas darah(1,8).
Faktor usia dan derajat ketulian juga berpengaruh pada prognosis
pasien. Pasien dengan usia lebih muda memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan pasien dengan usia lebih tua selain itu derajat tuli
sensorineural berat dan sangat berat memiliki prognosis yang lebih buruk
dibandingkan derajat ketulian sensorineural nada rendah dan menengah(1,8).
16
BAB 3
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku THT-KL UI edisi ketujuh
2. Hidayat H, Edward Y, Hilbertina N. Gambaran Pasien Tuli Mendadak di
Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang. J Kesehat Andalas.
2016;5(2):416–20.
3. Novita S, Yuwono N. CONTINUING MEDICAL EDUCATION Diagnosis
dan Tata Laksana Tuli Mendadak. Cdk-210. 2013;40(11):85–90.
4. Sherwood Lauralee. Telinga: Pendengaran dan keseimbangan. Dalam:
Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Indonesia: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2001. h.176-89
5. Mulyana S. Tuli mendadak akibat iskemik koklea. REFERAT. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2015.
6. Jantung PK. Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok – Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar.
7. Lin, RJ, Krall, R, Westerberg, BD, Chadha, NK, Chau, JK. Systematic
review and metaanalysis of the risk fac- tors for sudden sensorineural
hearing loss in adults. Laryngoscope. 2012;122(3):624-35.
8. Cho CS, Choi YJ. Prognostic factors in sudden sensorineural hearing loss:
Aretrospective study using interaction effects. Braz J Otorhinolaryngol.
2013;79(4):466–70.
9. Putra RM, Munilson J, Edward Y, Warto N, Rosalinda R. Injeksi
Kortikosteroid Intratimpani Sebagai Salvage Therapy pada Pasien Tuli
Mendadak. J Kesehat Andalas. 2018;7(Supplement 3):96.
18