Anda di halaman 1dari 18

HAPPY

HYPOXIA dr. Hari Subagiyo

PADA
COVID19:
THE BEST TEACHER
Definisi Happy Hypoxia

Merupakan istilah yang berkembang pada pandemi COVID-19

Terjadi akibat adanya tanda hipoksia pada


pasien COVID-19 namun tidak diikuti dengan
munculnya gejala klinis

Umumnya pasien datang ke rumah sakit

dengan gejala ringan  perburukan cepat  meninggal


Kasus Happy Hypoxia
• Tidak diketahui kapan pertama kali
muncul kasus Happy Hypoxia
• Pelaporan pertama kecurigaan ke arah
Happy Hypoxia terjadi pada bulan April –
Mei 2020
• Pelaporan pertama kecurigaan Happy
Hypoxia Ottestad dkk (2020),
menggunakan istilah “silent” atau
“apathetic” hypoxia Sering ditemui :
1. Laki-laki usia 60-an tahun
2. Batuk, demam, kelemahan tubuh. Gejala
muncul 9 hari
• Pelaporan pertama 21 April 2020 3. Masih bisa beraktivitas layaknya orang sehat
4. Pemeriksaan fisik : sianosis, ronkhi kedua
• Penggunaan istilah Happy Hypoxia  lapang paru, RR 36x/menit, SpO2 66%
05 Mei 2020 5. Perburukan dengan cepat
Patogenesis
• Tubuh kita memiliki berbagai reseptor yang mendeteksi
perubahan kadar oksigen dalam tubuh Parenkim paru, otot,
aorta
• Reseptor mendeteksi perubahan kadar oksigen dalam
tubuhpengiriman sinyal via saraf aferen ke batang otak
korteks serebri menghantarkan respon via saraf eferen ke
efektorpeningkatan frekuensi napas, kerja otot napas, dll

• Patogenesis “happy hipoxia” masih belum dapat dijelaskan


dengan pasti.
• Pada Covid-19mekanisme belum jelas. Namun dicurigai
terdapat kerusakan pada saraf eferen akibat badai sitokin dan
infeksi Covid-19gangguan hantaran stimulasi ke batang otak
dan korteks serebritidak munculnya respon tubuh terhadap
perubahan kadar oksigen.
• Menyebabkab pasien Covid-19 tidak muncul gejala sesak nafas.
Manifestasi Klinis
Tidak muncul gejala sesak
napas meski sudah terdapat
Hipoksemia, atau
peningkatan usaha
bernapas yang tidak sesuai
dengan derajat keparahan Tidak munculnya gejala
Hipoksemia sesak napas tidak hanya
terjadi pada Covid-19,
namun juga terjadi pada
beberapa penyakit seperti : Guan dkk (2020)  dispneu
atelektasis, pirau hanya terdapat pada 18,7%
intrapulmoner, atau pirau dari 1099 pasien Covid-19
jantung kanan kiri yang dirawat di Rumah Sakit,
walaupun pasien dengan
rasio PaO2 yang rendah,
gambaran CT scan abnormal
(86%) serta pada pasien
dengan kebutuhan
suplementasi oksigen (41%)
Patofisiologi

• Hipoksemia akibat pertukaran gas pada paru yang tidak adekuat


(ventilation/perfution mismatch)
• Mekanisme hipoksemia pada COVID-19:
• Pirau intrapulmoner
• Hilangnya regulasi perfusi paru
• Mikrotrombus intravaskuler
• Gangguan kapasitas difusi
Proses Hipoksemia Pada COVID-19
Pirau Intrapulmoner

-Edema interstisial lokal


-Hilangnya surfaktan
Infeks -Superimposed Pirau
i pressure intrapulmoner
-Kolaps alveloar
-Atlektasis
Hilangnya Regulasi Perfusi Paru

• Pada keadaan normal, pembuluh darah paru dapat berkonstriksi dan berdilatasi untuk menunjang
proses perfusi paru

• Pada infeksi COVID-19  terdapat pelepasan prostaglandin vasodilator, bradikinin, dan sitokin lainnya
 kerusakan relatif pada mekanisme vasokontriksi hipoksia pulmoner

• Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) sebagai perantara masuknya SARS- CoV-2 disregulasi


renin-angiotensin system (RAS)  penurunan perfusi paru
Mikrotrombus Intravaskular
Terjadi akibat ketidakseimbangan prokoagulan
dan aktivitas fibrinolisis pada keadaan inflamasi
akut dan kerusakan endotel  peningkatan D-
dimer

Mikrotrombus kecil menyumbat kapiler paru, sedangkan mikrotrombus besar


menyebabkan thrombosis arteri dan emboli paru  V/Q mismatch kerusakan
jaringan paru
Gangguan Kapasitas Difusi Paru
SARS-CoV-2 memperbanyak diri pada
sel alveolar tipe II dan dilanjutkan
dengan penghancuran sel yang
terinfeksi oleh virus (virus-linked
pyroptosis)
Debris, fibrin, sel yang mati serta
komplemen menyebabkan rusaknya epitel
alveolar  gangguan difusi

Hilangnya kemampuan vasokonstriksi pada Covid-19


 penyesuaian tekanan oksigen antara jaringan
paru dan kapiler paru terganggu  terbatasnya
kapasitas difusi
Penanganan Hipoksemia Pada COVID-19

Target utama tatalaksana

Pemberian antivirus

Optimialisasi of the V/Q


mismatch

Penurunan efek badai sitokin


Penanganan Hipoksemia Pada COVID-19
Perfusi Ventilasi
• Hindari terbentuknya mikrotrombus • Pemberian suplementasi oksigen
dan deposisi fibrin • Pada pasien dengan gagal napas hipoksik
• Penggunaan tromboprofilaksis refrakter diutamakan intubasi dan bantuan
pada pasien rawat inap, khususnya ventilasi invasif dibandingkan ventilasi non-
dengan D-Dimer tinggi invasif
• ↑ tekanan transpulmoner
• Penggunaan antiinflamasi (anti-
• Mengembangkan alveolus yang kolaps
IL6R tocilizumab, anti-IL6
antibody • ↑ oksigenasi
xiltuximab)mencegah • Menghindari P-SILI (Patient-Self Inflicted
terbentuknya Lung Injury)
mikro/makrotrombusmasih • Peningkaran proses perbaikan paru
dalam penelitian
Patient-Self Inflicted Lung Injury (P-SILI)

Adalah cedera paru yang diinduksi oleh pasien


karena usaha pernapasan pasien sendiri pada
pasien dengan stress pernapasan akut

Mekanisme yang menyebabkan P-SILI sebagai


berikut :
• adanya ”swings” pada tekanan transpulmoner
• peningkatan yang abnormal pada tekanan
transvaskuler->memeprberat edema paru
• adanya pertukaran gas antar zona intratidal paru-
paru
• cedera diafragma
Penanganan Hipoksemia Pada COVID-19:
Ventilation
Lung-protective ventilation

High positive end-


Pasien COVID-19 sensitif terhadap
expiratory pressure PEEP
(PEEP)
Pada Toleransi pada hiperkapnia permisif
pasien dapat meminimalisasi ventilator-induce
kritis lung injury (VILI)

keterlibatan regio paru dorsal &


Prone ventilation
mengarahkan aliran darah ke
kaudal dapat memberikan luaran
yang lebih baik pada pasien
COVID-19
Sedasi dan analgetik
yang efektif
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai