0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
66 tayangan33 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang gagal ginjal akut. Definisi gagal ginjal akut adalah sindrom klinis akibat penurunan fungsi ginjal secara mendadak dalam beberapa jam hingga hari yang menyebabkan retensi sisa metabolisme. Dokumen juga membahas pengelolaan gagal ginjal akut, termasuk identifikasi kasus berisiko, pencegahan, prioritas penatalaksanaan, komplikasi dan pengobatan, serta jenis dialisis yang d
Deskripsi Asli:
Gagal ginjal akut adalah suatu sindrom klinik akibat gangguan fungsi ginjal secara mendadak (dalam beberapa jam – hari) menyebabkan retensi sisa metabolisme nitrogen (urea-kreatinin) dan non nitrogen dengan atau tanpa disertai oliguri.
Dokumen tersebut membahas tentang gagal ginjal akut. Definisi gagal ginjal akut adalah sindrom klinis akibat penurunan fungsi ginjal secara mendadak dalam beberapa jam hingga hari yang menyebabkan retensi sisa metabolisme. Dokumen juga membahas pengelolaan gagal ginjal akut, termasuk identifikasi kasus berisiko, pencegahan, prioritas penatalaksanaan, komplikasi dan pengobatan, serta jenis dialisis yang d
Dokumen tersebut membahas tentang gagal ginjal akut. Definisi gagal ginjal akut adalah sindrom klinis akibat penurunan fungsi ginjal secara mendadak dalam beberapa jam hingga hari yang menyebabkan retensi sisa metabolisme. Dokumen juga membahas pengelolaan gagal ginjal akut, termasuk identifikasi kasus berisiko, pencegahan, prioritas penatalaksanaan, komplikasi dan pengobatan, serta jenis dialisis yang d
Hackradt Patologi Jerman, 1917 , banyak pasien Crush Kidney
Syndrome meninggal akibat gagal ginjal. Hemodialisis awal 1950 kematian korban trauma peperangan dari 90-95%. Penelitian gagal ginjal akut terjadi pada pasien & transfusi darah yg tdk cocok, abortus, ggn hemodinamik kardiovaskular, sepsis dan zat nefrotoksik.
GG akut hemodialisis mortalitas tinggi melebihi 50%, nilai akan apabila disertai kegagalan multi organ. Perbaikan nyata pada terapi penunjang, agka mortalitas belum banyak karena usia pasien makin tua dan menderita penyakit kronik lainnya. DEFENISI GGA : suatu sindrom klinik akibat ggn fungsi ginjal scara mendadak. (dalam beberapa jam hari) menyebabkan retensi sisa metabolisme nitrogen (urea-kreatinin) dan non nitrogen dengan atau tanpa disertai oliguri.
Diagnosis GGA berdasarkan pemeriksaan lab. : kreatinin serum 0,5 mg% pada pasien kreatinin awal < 2,5 mg% atau > 20% bila kreatinin > 2,5 mg%. GGA pada GG kronis (acute on chronic renal disease) termasuk dlm defenisi ini.
Klasifikasi GGA menurut The Acute Dyalisis Quality Intiative Group Kriteria Laju Filtrasi Glomerulus Kriteria Jumlah Urin Risk Peningkatan serum kreatinin 1,5 kali < 0,5 ml/Kg/jam selama Trauma Peningkatan serum kreatinin 2 kali 6 jam Gagal Peningkatan serum kreatinin 3 kali atau kreatinin 355 mol/jam l < 0,5 ml/Kg/jam selama 12 jam Loss GGA persisten kerusakan total fungsi ginjal selama lebih dari 4 minggu < 0,5 ml/Kg/jam selama 24 jam atau anuria selama 12 jam ESRD GGA terminal lebih dari 3 bulan DIAGNOSIS Tujuan: pemeriksaan jasmani dan penunjang adalah membedakan GGA pre renal, GGA renal dan GGA post renal.
Diagnosis gagal ginjal akut perlu diperiksa : 1. Anamnese yg baik mencari sebab GGA (operasi kardiovaskular, angiografi, riwayat infeksi, riwayat bengkak, riwayat kencing batu. 2. Membedakan GGA dgn GG kronis mis, anemia, ukuran ginjal kecil menunjukkan GGK. 3. Pemeriksaan berulang fungsi ginjal (ureum, kreatinin, LFG) 4. Assessment of a patient with acute renal failure (Tabel 2) Prosedur Informasi yang dicari Anamnesis & Pemerik. Fisis Tanda 2 utk peyebab GGA Indikasi beratnya ggn metabolik perkiraan status vol. (hidrasi) Mikroskopik urin Petanda inflamasi glomerulus atau tubulus Infeksi sal. Kemih atau uropati kristal Pemeriksaan Biokimia darah Mengukur pengurangan LFG dan ggn metabolik yg diakibatkannya. Pemeriksaan Biokimia urin Membedakan ginjal pre renal dan renal Darah perifer lengkap Ada tidaknya anemia, leukositosis dan kekurangan trombosit akibat pemakaian USG ginjal Menentukan ukuran ginjal, ada tidknya obstruksi, tekstur parenkim ginjal yg abnormal Bila diperlukan : CT scan abdomen
Mengetahui Struktur abnormal dari ginjal dan traktus urinarius Pemindaian radionuklir Mengetahui Perfusi ginjal yg abnormal Pielogram Evaluasi perbaikan dr obstruksi traktus urinarius Biopsi ginjal Menentukan berdasarkan pemeriksaan Patologi penyakit ginjal 5. a. Kadar kreatinin serum ( GGS faal ginjal : memeriksa berulang kadar serum kreatinin b. Kadar Cystatin C serum. c. Volume urin (anuria atau oliguria berat indikator yg spesifik utk GGA, yg dapat terjadi sebelum perubahan biokimia darah. GGA pre renal : disertai oliguria (<400 ml/hr) GGA post renal dan renal : ditandai baik oleh anuria dan poliuria. d. Kelainan analisis urin. e. Petanda biologis (Biomarker), syarat Petanda biologis mampu dideteksi sebelum kenaikan kadar kreatinin. Gambaran Klinis Gagal Ginjal Akut GGA pre renal Penyebab: hipoperfusi ginjal disebabkan oleh hipovolemia atau volume sirkulasi yg efektif. Hipoperfusi ginjal tidak berhasil GGA renal berupa Nekrosis Tubular Akut (NTA) karena iskemia GGA renal disebabkan kelainan vaskular : vaskulitis, hipertensi maligna, glomerulus nefritis akut, nefritis interstitial. Kelainan Vaskular, pada NTA terjadi : 1. Peningkatan Ca 2+ snosolik pada arteriol afferen glomerulus 2. Peningkatan stress oksidatif kerusakan sel endotel vaskular ginjal 3. Peningkatan mediator inflamasi Kelainan Tubuler, pada NTA terjadi : 1. Peningkatan Ca 2+
2. Peningkatan NO 3. Obstruksi tubulus 4. Kerusakan sel tubulus GGA post renal : 10% keseluruhan GGA. GGA post renal disebabkan : - obstruksi intra renal akibat deposisi kristal ( urat, oxalat, sulfonamid) dan protein (mioglobin, hemoglobin) - Obstruksi ekstra renal terjadi pada pelvis ureter oleh obstruksi intrinsik (tumor, batu, nekrosis papilla) dan ekstrinsik (keganasan pelvis dan retroperitonial, fibrosis) serta kandung kemih (batu,tumor, hipertrofi / keganasan prostat)
PENGELOLAAN Prinsip identifikasi kasus beresiko GGA
Tujuan: mencegah terjadinya kerusakan ginjal homeostasis, resusitasi, komplikasi metabolik/infeksi, mempertahankan pasien tetap hidup samapi faal ginjal sembuh spontan.
Pencegahan : zat kontras penyebab nefropati kontras. (menjaga hidrasi baik, pemakaian N acetyl cystein + furosemid) awas GE akut , malaria, DBD Pemberian kemoterapi asam urat GGA Prioritas Tatalaksana Pasien dengan GGA Cari dan perbaiki faktor pre dan pasca renal Evaluasi obat-obatan yg telah diberikan Optimalkan curah jantung dan aliran darah ke ginjal Perbaiki dan atau tingkatkan aliran urin Monitor asupan cairan dan pengeluaran cairan, timbang BB tiap hari Cari dan obati komplikasi akut (hiperkalemia, hipernatremia, asidosis,hiperfosfatemia, edema paru) Asupan nutrisi adekuat sejak dini Cari fokus infeksi dan atasi infeksi secara agresif Perawatan menyeluruh yang baik (kateter, kulit,psikologis) Segera memulai terapi dialisis sebelum timbul komplikasi Berikan obat dgn dosis tepat sesuai kapasitas bersihan ginjal. Terapi Khusus GGA ICU Sepsis GJ, Lansia HD ! Kriteria Untuk Memulai Terapi Penanganan Ginjal Pada Pasien Kritis Dengan GGA Oliguria : produksi urin < 2000 mL in 12 h Anuria : produksi urin < 50 mL in 12 h Hiperkalemia : kadar potasium > 6,5 mmol/ L Asidemia (keracunan asam) yang berat : pH < 7.0 Azotemia : kadar urea > 30 mmol/L Ensefalopati uremikum Neuropati / miopati uremikum Perikarditis uremikum Natrium abnormalitis plasma : konsentrasi > 155 mmol/L atau < 120 mmol/L Hipertemia Keracunan obat Pengobatan Suportif pada Gagal Ginjal Akut Komplikasi Pengobatan Kelebihan Volume Intravaskular Batasi garam (1-2 g/hr) dan air (< 1 L/hari) Furosemid, ultrafiltrasi atau dialisis Hiponatremia Batasi asupan air (< 1 L/hari); hindari infus larutan hipotonik Hiperkalemia Batasi asupan diet K (< 40 mmol/hari); hindari diuretik hemat K Potassium-binding ion exchange resins Glukosa (50 ml dextrose 50%) dan insulin (10 unit) Natrium bikarbonat (50-100 mmol) Agonis 2 (salbutamol, 10-20 mg di inhalasi atau 0,5 1 mg IV) Kalsium glukonat (10ml larutan 10% dlm 2-5 mnt) Komplikasi Pengobatan Asidosis metabolik Natrium bikarbonat (upayakan bikarbonat serum > 15 mmol/L , pH > 7,2) Hiperfosfatemia Batasi asupan diet fosfat (< 800 mg/hr) Obat pengikat fosfat (Kalsium asetat, Kalsium karbonat) Hipokalsemia Kalsium Karbonat : Kalsium glukonat (10-20 ml larutan 10 %) Nutrisi Batasi asupan protein diet (<0.8-1 g/Kg BB/hari) jika tidak dalam kondisi katabolik Karbohidrat ( 100 g/hr) Nutrisi enternal atau parenteral, jika perjalanan klinik lama atau katabolik Jenis dan Dialisis Pada Gagal Ginjal Akut Hemodialisis Hemofiltrasi Hemodialisis dan Hemofiltrasi Ultrafiltrasi Dialisis Peritoneal - Berkesinambungan - Intermiten Nutrisi TEE GGA bervariasi sesuai penyakit dasar / kondisi komorbid kebutuhan tinggi sepsis . GGA kompleks : pengaturan air, asam basa, elektrolit, asam amino / protein, karbohidrat, lemak. Nutrisi GGA berbeda dgn GGK (dibatasi) Fase Perbaikan Terjadi poliuria dijaga keseimbangan cairan. Asupan cairan pengganti : 65-75 % dari jumlah cairan yang keluar Pengamatan faal ginjal sampai 3 minggu atau lebih. PENDAHULUAN Penyakit Ginjal Tekanan darah, Hipertensi dalam jangka waktu lama mengganggu ginjal. Beratnya pengaruh hipertensi pada ginjal tergantung tekanan daran dan lamanya menderita hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu faktor pemburuk fungsi ginjal disamping faktor lainnya : - proteinuria - jenis peny. Ginjal -hiperglikemia - hiperlipidemia - beratnya fungsi ginjal sejak awal Cohart: penyebab kematian akibat hipertensi adalah Insufisiensi koroner, CHF, Infark cerebral & perdarahan, peny. Ginjal menahun dan ruptur aneurisme.
Variabilitas TD berperan penting sebagai penyebab kerusakan organ target.
Komponen variabilitas TD yang berperan : 1. Perubahan TD siang dan malam 2. Perubahan TD Tiap hari 3. Kecepatan Perubahan TD 4. Perubahan TD jangka panjang PATOGENESIS Hipertensi pada Penyakit Ginjal :
1. Pada Penyakit Glomerulus Akut : - Paska Streptokokkus, - nefropati, membranosa 2. Pada Penyakit Vaskular : Vaskulitis, Skleroderma 3. Pada Penyakit Ginjal Kronik : CKD stage III-V 4. Pada Penyakit Glomerulus Kronik : TD normal tinggi
1. Penyakit Glomerulus Akut terjadi karena adanya retensi natrium hipervolemi Retensi natrium terjadi akibat reabsorbsi Na di duktus koligentes
2. Penyakit Vaskular Iskemi merangsang sistem renin angiotensin aldosteron
3. GGK. Hipertensi olehn karena : 1. Retensi natrium 2. sistem RAA akibat iskemi relatif karena kerusakan regional 3. Aktivitas saraf simpatis akibat kerusakan ginjal 4. Hiperparatiroid sekunder 5. Pemberian eritropoetin 4. Penyakit Glomerulus Kronik TD normal tinggi dibandingkan dengan kontrol normal.
Selain sistem RAA, ada sistem Kalikrein-Kinin (KK) yg dapat menyebabkan naiknya TD. Kalikrein akan merubah Bradikininogen Bradikinin, ACE akan merubah Bradikinin fragmen inaktif -> TD .
PENGOBATAN Sesuai dengan masing masing kelompok . 1. Peny. Glomerulus Akut : - diuretik sekaligus me edema - Pengurangan cairan dgn dialisis dpt TD - Pemberian ACEI atau ARB (Angiotensin Receptor Blocker) 2. Peny. Vaskular : Pemberian ACEI atau ARB merangsang sistem RAA 3. Peny. GGK : Pemberian diuretik atau ACEI/ARB atau Calcium Chanel Blocker CCB (Calcium Channel Blocker)a atau Beta Blocker 4. Peny. Glomerulus Kronik: Pemberian ACEI atau ARB dapat dipakai Renoprotektif Maksud dari pengobatan hipertensi selain me TD juga mencegah terjadinya kerusakan organ target . Interaksi Nitric Oxide (NO) dengan Angotensin II No berperan mengatur sirkulasi darah ginjal dan dapat meningkatkan retensi natrium sehingga bila terjadi ggn sintesa NO ketidakseimbangan antara pengaturan aliran darah ginjal dan natrium buruk pada hipertensi yg peka garam. Aktivitas sintesis NO lebih berperan pada hipertensi yang peka terhadap garam. PENDAHULUAN Hipertensi Renovaskular (HRV) : penyebab tersering dari Hipertensi sekunder. Diagnosis HRV potensial utk disembuhkan dengan menghilangkan penyebabnya yaitu stenosis arteri renali. Stenosis arteri renali : suatu keadaan terdapatnya lesi obstruktif secara anatomik pada arteri renalis. Stenosis arteri renalis tidak selalu menimbulkan hipertensi. Eyler dkk subyek normotensi usia < 60 thn prevalensi stenosis arteri renalis 45%. Schwartz & White pada otopsi 154 subyek hubungan bermakna antara stenosis arteri renalis dgn usia ttp tidak ada korelasi stenosis arteri renalis dgn TD diastolik. Prevalensi HRV , kurang 1 % dari populasi umum 40-60 % populasi hipertensi refrakter dgn pengobatan lebih dari 3 macam anti hipertensi pada populasi > 70 tahun ETIOLOGI Lesi Aterosklerotik Arteri Renalis : penyebab paling sering HRV 90% kasus, pada usia lanjut, riwayat keluarga, hipertensi Displasia Fibromuskular : terbanyak kedua, pada perempuan muda, umur dekade ketiga dan keempat, tidak riwayat keluarga, umumnya belum mempunyai kelainan organ target. Penyebab 2 lain : - Arteritis Takayasu - Neurofibromatosis - Aneurisma aorta disekans - Fistula Arteri-vena Renalis - Arteritis Radiasi - Posttransplant stenosis dan emboli PATOFISIOLOGI Goldblatt, 1934 Hipersekresi renin dari ginjal yg iskemik yg berperan terjadinya hipertensi, penelitian 2 selanjutnya mengindikasikan adanya faktor lain yang berperan pada persistensinya peningkatan TD oleh karena hiperreninemia tidak selalu ditemukan pada fase lanjut HRV.
Fase Akut : Konstriksi arteri renalis TD dan juga renin serta aldosteron. pemberian ACEI atau Saralasin mencegah TD. Fase kronik : setelah beberapa hari TD tetap meningkat, renin dan aldosteron mulai menurun ke nilai Normal.
DIAGNOSIS Sukar membedakan hipertensi esensil dgn HRV hanya dengan pemeriksaan fisis. Dibutuhkan pemeriksaan tambahan berupa : 1. Pemeriksaan Lab. seperti pemeriksaan aktivitas renin plasma perifer basal maupun setelah pemberian kaptopril dan pemeriksaan renin vena renalis 2. Pemeriksaan radiologis : renogram dgn atau tanpa pemberian kaptopril, ultranonografi, magnetic resonance angiography ataupun arteriografi. Arteriografi dianggap sebagai pemeriksaan baku emas untuk diagnosis stenosis arteri renalis. Sensitivitas dan Spesifitas dari Tes Diagnostik terhadap HRV Tes Sensitivitas Spesifitas Renogram 75 % 75 % Renogram Kaptopril 83 % 93 % Aktivitas renin plasma perifer 57 % 66 % Aktivitas renin plasma perifer sesudah pemberian kaptopril
96 % 55 % Ultrasonografi Lesi apapun Lesi > 60 %
95 % 90 %
90 % 62 % Magnetic resonance Angiografi 88 % - 95 % 94 % Pemeriksaan HRV biaya mahal dan tidak selalu tersedia. Prevalensi HRV yang sangat rendah. Skrining hanya pada kelompok pasien yang mempunyai riwayat dan gambaran klinik yang mencurigakan kemungkinan suau HRV yaitu : Hipertensi pada usia < 30 thn atau > 50 thn Hipertensi akselerasi atau Hipertensi maligna Hipertensi yg resisten dgn pemberian 3 atau lebih macam obat anti HT Hipertensi dengan ggn fungsi ginjal yang tidak dapat dijelaskan sebabnya Perburukan fungsi ginjal dari pasien HT yang diobati dengan ACEI atau ARB Hipertensi dengan bising pada abdomen Hipertensi dengan edema paru yang berulang. PENATALAKSANAAN Tujuan penatalaksanaan HRV: angka morbiditas dan mortalitas akibat peningkatan TD dan iskemi ginjal melalui pemberian obat anti HT, revaskularisasi dgn angioplasti atau operasi. HRV pada peny. Renovaskular aterosklerotik HT esensial didiagnosis sebelum diagnosis HRV dan sudah mendapat pengobatan anti HT Pada pasien Fibromuskular displasia tindakan revaskularisasi merupakan pengobatan definitif menurunkan TD. Pasien HRV akibat displasia fibromuskular, pasien dgn penyakit renovaskular aterosklerotik tetap butuh obat anti HT walaupun tindakan revaskularisasinya berhasil.
Pengobatan Medikamentosa : Tidak berbeda dgn hipertensi esensial, perhatian khusus harus diberikan bila memberikan ACEI atau ARB Angioplasti Perkutan : Pada lesi fibromuskular, keberhasilan teknik pengobatan ini mencapai 85-100%, dimana 50% pasien dpt disembuhkan, 40 % perbaikan kontrol TD. Pada lesi aterosklerotik keberhasilan dlm menormalkan TD lebih kurang dibandingkan lesi aterosklerosis. Revaskularisasi dengan Tindakan Bedah : tergantung letak, luas dan beratnya lesi pada arteri renalis. Lesi ostial aterosklerotik : tindakan aortorenal endareterectomy dan aortorenal bypass Lesi fibromuskular dilakukan graft dari arteri hipogastrika.