Anda di halaman 1dari 17

Refe

rat
URTIKARIA DAN
ANGIOEDEMA

Pembimbing: dr.Satria Yanis, Sp.KK


Di susun oleh:
Esty Willyana Sari 20360055
Upi Lestari 19360278
 
DEFINISI
Urtikaria adalah reaksi vaskular pada Angioedema adalah reaksi yang
kulit, ditandai dengan adanya edema
setempat yang cepat timbul dan menyerupai urtikaria, namun terjadi
menghilang perlahan-lahan, berwarna pada lapisan
pucat atau kemerahan, umumnya
dikelilingi oleh halo kemerahan kulit yang lebih dalam, ditandai dengan
(flare) dan disertai rasa gatal yang pembengkakan jaringan, rasa gatal,
berat, rasa tersengat atau tertusuk.
lebih sering disertai rasa terbakar.
Angioedema dapat
terjadi di bagian tubuh manapun, namun
lebih sering ditemukan di daerah
perioral,
periorbital, lidah, genitalia dan
ekstremitas.
elamin,
a s,
Usia, r kerjaan,
pe im
EPIDEMIOLOGI
jenis k af i s d an mus
eogr
lokasi g ngaruhi jenis
m e me .
pajanan

Akut bila berlangsung <6 minggu


kronis bila > 6 minggu biasa
pada dewasa perempuan: laki-
laki 2:1.
Anak-anak (85%) yang
mengalami urtikaria, tidak
disertai
angioedema.
Sedangkan 40% dewasa yang
mengalami urtikaria dan
ETIOLOGI
80% tidak diketahui penyebabnya . Diguga penyebab urtikaria bermacam
macam diantaranya: obat, makanan dan food additive, gigitan/sengatan
serangga, bahan fotosensitizer, inhalan, kontaktan, trauma fisik, infeksi
dan infestasi, psikis, genetik, penyakit sistemik.
1. Obat: karena ada obat yang dapat merangsang sel
mast untuk melepaskan histamin yang nantikan
terjadi urtikaria dan angioedema.
2. Makanan: berupa protein/bahan lainnya yang
dicampurkan ke dalamnya seperti zat warna,
penyedap rasa/bahan pengawet dapat
menimbulkan urtikaria.
3. Gigitan/sengatan serangga: karna diperantai oleh
IgE (tipe I) dan tipe selular (tipe IV).
4. Bahan fotosensitizer: misalnya griseofulvin,
fenotiazin, sulfonamid, bahan kosmetik, sabun
germisid.
5. Inhalan: serbuk sari bunga (polen), spora jamur,
debu, bulu binatang, dan aerosol.
ETIOLOGI

6. Kontaktan: kutu binatang, serbuk


tekstil, air liur binatang, tumbuh
tumbuhan, buah buahan, bahan
kimia.
7. Trauma fisik: faktor dingin
(berenang), faktor panas (sinar
matahari), faktor tekanan
(pakaian ketat, tekanan berulang
ulang)
8. Infeksi dan infestasi: infeksi
bakteri,viru,jamur,parasit.
9. Penyakit sistemik: hipertiroid
maupun hipotiroid, penyakit Hodgkin
dan leukemia
limfositik kronis.
PATOFISI
OLOGI
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai
permeabilitas kapiler yang meningkat akibat penglepasan
mediator dari sel mast dan basofil.
sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan
pengumpulan cairan setempat. Sehingga tampak edema
kemerahan.
Mekanisme yang dapat menyebabkan aktivasi
sel mast, digolongkan menjadi :
1. Faktor imunologik : hipersensitivitas tipe
cepat yang diperantarai IgE
2. Faktor non-imunologik yang mengakibatkan
aktivasi langsung sel mast oleh penyebab,
misalnya bahan kimia pelepas mediator, dan
faktor fisik.
Sel Mast
Basofil
Pelepasan Mediator:
histamin, kinin, serotonin, slow
reacting substance of
anaphylaxis (SRSA),
prostaglandin.
Vasodilatasi
permeabilitas kapiler
meningkat
Sehingga terjadi transudasi cairan
yang mengakibatkan pengumpulan
cairan setempat. Sehingga tampak
edema kemerahan.
Urtikaria
MANIFESTASI Angioedema
KLINIS Bila lesi melibatkan jaringan yang lebih
dalam sampai dermis dan subkutis atau
Urtikatia submukosa, akan terlihat edema dengan
Keluhan subyektif : gatal, rasa batas difus dan disebut angioedema.
terbakar/tertusuk. Rasa gatal umumnya (-) pada angioedema,
Klinis: tampak eritema dan edema namun (+) rasa terbakar.
setempat berbatas tegas, kadang Predileksi angioedema sering dijumpai di
bagian tengah pucat. kelopak mata dan bibir.
Bentuk: dapar papular seperti Bila angioedema terjadi di mukosa saluran
pada urtikaria akibat gigitan napas dapat terjadi sesak napas, suara
serangga, besarnya dapat serak dan rinitis. Angioedema di saluran
lentikular, nurmular sampai cerna bermanifestasi sebagai rasa mual,
plakat. muntah, kolik abdomen dan diare.
MANIFESTASI KLINIS
Urtikaria akibat tekanan mekanis
dapat dijumpai pada tempat-
tempat yang tertekan
pakaian misalnya di sekitar
pinggang, bentuknya sesuai
dengan tekanan yang menjadi
penyebab.

Urtikaria kolinergik dapat timbul pada


peningkatan suhu tubuh, emosi, makanan
yang merangsang dan pkolinergikekerjaan
berat.
Biasanya sangat gatal, ukuran bervariasi
dari mm sampai nurmular, komfluen
membentuk plakat. Urtikaria terutama
dialami oleh remaja
dan dewasa muda.
DIAGNOSIS

Pemeriksaan fisik
Anamnesis Pemeriksaan
penunjang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada urtikaria
ditujukan untuk mencari penyebab atau
pemicu urtikaria.

1. Pemeriksaan darah, urin dan feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang
tersembunyi infestasi, atau kelainan alat dalam.
2. Pemeriksaan kadar igE total dan eosinophil untuk mencari kemungkinan kaitannya
dengan faktor atopi.
3. Pemeriksaan gigi, THT dan usapan genitalia interna wanita untuk mencari fokus infeksi.
4. Uji tusuk kulit terhadap berbagai makanan dan inhalan
5. Uji serum autolog dilakukan pada pasien urtikaria kronis untuk membuktikan adanya
urtikaria autoimun
6. Uji dermografisme dan uji dengan es batu (ice cube test) untuk mencari penyebab fisik
7. Pemeriksaan histopatologis kulit perlu dilakukan bila terdapat kemungkinan urtikaria
sebagai gejala vaskulitis atau mastositosis
DIAGNOSIS
BANDING

1. Mastositosis
2. Pitiriasis rosea tipe popular
3. Lupus eritematosus kutan
4. Anafilaktoid purpura (Henoch-
Schonlein purpura)
PENATALAKSANAAN
Hal terpenting dalam penatalaksanaan urtikaria adalah identifikasi dan eliminasi
penyebab dan atau faktor pencetus. Pasien juga dijelaskan tentang pentingnya
menghindari konsumsi alkohol, kelelahan fisik dan mental, tekanan pada kulit misalnya
pakaian yang ketat, dan suhu lingkungan yang sangat panas, karena hal-hal tersebut
akan memperberat gejala urtikaria.

Asian consensus guidelines yang diajukan oleh AADV


pada tahun 2011 untuk pengelolaan urtikaria kronis
dengan menggunakan antihistamin H1 non-sedasi,
yaitu:
• Antihistamin H1 non-sedasi (AH1-ns), bila gejala menetap setelah 2 minggu
• AH1-ns dengan dosis ditingkatkan sampai 4x, bila gejala menetap setelah 1-4
minggu
• AH1 sedasi atau AH1-ns golongan lain anatagonis leukotrien, bila terjadi
eksaserbasi gejala, tambahkan kortikosteroid sistemik 3-7 hari
• Bila gejala menetap setelah 1-4 minggu, tambahkan siklosporin A, AH2, dapson,
omalizumab
• Eksaserbasi di atasi dengan kortikosteroid sistemik 3-7 hari
PENATALAK
SANAAN Terapi sistemik
• Terapi lini pertama: antihistamin H1 generasi baru (non-sedasi) yang dikonsumsi secara teratur.
• Bila gejala menetap setelah 2 minggu, diberikan terapi
• lini kedua, yaitu dosis AH1-ns dinaikkan, dapat mencapai 4 kali dosis biasa, dengan
mempertimbangkan ukuran tubuh pasien.
• Bila gejala menetap setelah 1-4 minggu, dianjurkan penggunaan terapi
• lini ketiga, yaitu mengubah jenis antihistamin menjadi AH1 sedasi atau AH1-ns golongan lain,
ditambah dengan antagonis leukotrien, misalnya zafirlukast atau montelukast.
• Bila gejala menetap setelah 1-4 minggu, dianjurkan pemberian terapi
• lini keempat, yaitu penambahan antihistamin H2 dan imunoterapi. Imunoterapi dapat berupa
siklosporin A, omalizumab, immunoglobulin intravena (IVIG), plasmaferesis, takrolimus oral,
metotreksat, hikroksiklorokuin dan dapson.

(bila muncul eksaserbasi lesi di Terapi topikal


lini ke 3 dan 4, dapat diberikan Pemberian terapi topikal untuk
kortikosteroid sistemik (dosis mengurangi gatal, berupa bedak kocok
10-30 mg prednison) selama 3-7 atau losio yang mengandung mentol 0.5-
hari) 1% atau kalamin.
PENATALAKSANAAN

Pada urtikaria yang luas atau disertai


dengan angioderma, perlu dilakukan rawat inap dan
selain pemberian antihistamin, juga diberikan
kortikosteroid sistemik (metilprednisolon dosis 40
– 200 mg) untuk waktu yang singkat.
Bila terdapat gejala syok anafilaksis, dilakukan
protokol anafilaksis termasuk pemberian epinefrin
1:1000 sebanyak 0.3 ml intramuskular setiap 10-20
menit sesuai
kebutuhan.
PROGNOSIS
Prognosis urtikaria akut baik, jika
penyebabnya dapat diketahui dengan
mudah, untuk selanjutnya dihindari.
Urtikaria kronis merupakan tantangan bagi
dokter maupun pasien, karena
membutuhkan penanganan yang
komprehensif untuk mencari penyebab
dan menentukan jenis pengobatannya.
SEKIA
N
DAN
TERIM
AKASI


Anda mungkin juga menyukai