Anda di halaman 1dari 21

Refleksi Kasus April, 2016

KEJANG DEMAM KOMPLEKS

Nama : Siti Chairunnisa


No. Stambuk : N 111 15 040
Pembimbing : dr. Amsyar Praja, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2016
BAB I

PENDAHULUAN

Kejang demam ialah kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh di atas

38,4C tanpa adanya infeksi SSP atau gangguan elektrolit pada anak di atas usia 1

bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Beberapa hal penting yang

berhubungan dengan definisi di atas adalah kejang terjadi pada usia di atas 1 bulan,

kejang di awali dengan demam tinggi kemudian anak kejang dan pasca kejang anak

kembali sadar. Anak yang kejang didahului demam disertai akut atau muntah-

muntah, perlu dipikirkan adanya gangguan elektrolit. Apabila kejang tidak diawali

demam tinggi perlu dipikirkan anak menderita epilepsi. Kejang demam terutama

sering terjadi pada anak berusia 6 bulan sampai 6 tahun.1

Sekitar 30-50% anak mendapatkan kejang berulang pada episode demam

berikutnnya. Faktor yang beruhubungan dengan peningkatan resiko berulangnya

kejang yaitu pada umur <12 bulan, suhu rendah sebelum kejang, dan riwayat

keluarga dengan kejang demam.2

Klasifikasi kejang demam terbagi 3 yaitu kejang demam sederhana, kejang

demam kompleks dan status epileptikus demam. Kejang demam sederhana adalah

kejang demam yang berlangsung singkat kurang dari 15 menit, bersifat umum dan

tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam kompleks adalah kejang yang

berlangsung lebih dari 15 menit, kejang bersifat fokal atau parsial menjadi umum

dan berulang dalam waktu 24 jam. Status epileptik demam adalah kejang yang

2
berlangsung lebih lama >30 menit, kejang dapat berupa gangguan kesadaran,

perilaku, emosi, motorik, atau sensasi.2,3

Faktor resiko timbul kejang demam berulang apabila kejang terjadi sebelum

usia 12 bulan, kejang yang terjadi pada suhu rendah berkisar 38C, timbulnya

kejang kurang dari 1 jam setelah timbulnya panas dan adanya riwayat kejang

demam pada keluarga. Jika ke empat faktor resiko ini ditemukan pada anak,

kemungkinan untuk berulangnya kejang demam sebanyak 70-80%. Jika hanya

terdapat satu faktor resiko kemungkinan untuk berulangnya kejang demam

sebanyak 10-20%.2

Tatalaksana kejang demam terbagi atas 3 hal, yaitu pengobatan fase akut,

mencari dan mengobati penyebab, dan pengobatan profilaksis terhadap

berulangnya kejang demam.2

Prognosis kejang demam kompleks lebih buruk jika dibandingkan dengan

kejang demam sederhana. Suatu penelitian menunjukkan adanya gangguan memori

pada anak berumur kurang dari 1 tahun. Risiko menjadi epilepsi meningkat 7% atau

2-10 kali lipat lebih sering dibandingkan populasi umum.4

Pada laporan kasus ini, akan dibahas mengenai kejang demam kompleks pada

pasien anak yang dirawat di Pav. Catelia RSUD UNDATA.

3
BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. I

Umur : 1 bulan 20 hari

Jenis Kelamin : laki-laki

Tanggal masuk / waktu : 7 april 2016 pukul 08.35 wita

Keluhan Utama : Kejang

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien rujukan dari Buol dengan keluhan kejang sejak 11 hari yang lalu.
kejang pertama pasien tidak demam, durasi >5 menit tapi kurang dari <15 menit.
Setelah pasien masuk Rs.Buol, kejang menjadi lebih sering namun durasi <5 menit.
Setelah kejang pasien menangis. Sebelum pasien mengalami kejang yang pertama,
pasien mengalami BAB, dengan frekuensi kurang lebih 7 kali. Awalnya BAB
berwarna kehijauan, selanjutnya kuning. Berampas (+), lendir (-), darah (-). Batuk
(-), mual (-), muntah (-).

Riwayat Penyakit Dahulu :


Belum pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak terdapat penyakit serupa pada keluarga pasien

Riwayat sosial ekonomi :


Menengah

4
Riwayat kebiasaan dan Lingkungan :
- Ayah seorang perokok
- Tinggal di daerah pedesaan

Riwayat kehamilan dan persalinan :


Anak ke 2, lahir normal ditolong bidan tidak langsung menangis, Berat
badan lahir 2800 gram. Panjang badan 49 cm.

Anamnesis Makanan:
Asi 0 bulan- sekarang

Riwayat Imunisasi :
Belum pernah

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis

2. Pengukuran
Tanda vital : Denyut jantung : 112 kali/menit
Suhu :37C
Respirasi : 30 kali/menit
Berat badan : 5 kg
Tinggi badan : 54 cm
Status gizi : Gizi baik (z score)

3. Kulit : Warna : Sawo


Efloresensi : tidak ada
Pigmentasi : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Turgor : < 2 detik

5
Kepala: Bentuk : Normocephal
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut, tebal

Mata : Palpebra : edema (-/-)


Konjungtiva : pucat (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Reflek cahaya : (+/+) kesan normal
Refleks kornea : (+/+) kesan normal
Pupil : Bulat, isokor
Cekung : (-/-)

Telinga : Sekret : tidak ada


Nyeri : tidak ada

Hidung : Pernapasan cuping hidung : tidak ada


Epistaksis : tidak ada
Sekret : tidak ada

Mulut : Bibir : kering (-)

4. Leher :
Kelenjar getah bening : pembesaran (-)
Kelenjar tiroid : pembesaran (-)

5. Toraks :

a. Dinding dada/paru :

Inspeksi : Bentuk : simetris bilateral

Dispnea : tidak ada

Retraksi : tidak ada

Palpasi : Vokal fremitus kiri kanan, edema (-)

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Suara Napas Dasar : Bronchovesikuler (+/+)

Suara Napas Tambahan : Rhonchi (+/+) Wheezing (-/-)

6
b. Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan : SIC IV linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : Suara dasar : S1 dan S2 murni, regular
Bising :-

6. Abdomen :
Inspeksi : kesan datar
Auskultasi : bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Bunyi : timpani
Asites : (-)
Palpasi : Nyeri tekan : (-)

7. Ekstremitas : akral hangat, edem tidak ada


8. Genitalia : tidak ada kelainan
9. Otot-otot : hipotrofi (-)

Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap

Jenis Nilai
Wbc 6,8
Rbc 3,17
Hgb 9,3
Hct 31,0
Plt 396
Mcv 98
Mch 29,3
Mchc 30

7
RESUME

Anak I umur 1 bulan 20 hari berjenis kelamin laki-laki,rujukan dari Buol

dengan keluhan kejang sejak 11 hari yang lalu. kejang pertama pasien tidak demam,

durasi >5 menit tapi kurang dari <15 menit. Setelah pasien masuk Rs.Buol, kejang

menjadi lebih sering namun durasi <5 menit. Setelah kejang pasien menangis.

Sebelum pasien mengalami kejang yang pertama, pasien mengalami BAB, dengan

frekuensi kurang lebih 7 kali. Awalnya BAB berwarna kehijauan, selanjutnya

kuning. Berampas (+), lendir (-), darah (-). Batuk (-), mual (-), muntah (-).

Dari pemeriksaan fisik didapat tanda-tanda vital DJ : 112 kali/menit, Suhu :

37C, Respirasi 30 kali/menit. Dari status gizi di dapatkan gizi baik (Z-score). Dan

didapatkan suara napas tambahan pada pemeriksaan thoraks RH +/+. Dari

pemeriksaan laboratorium darah lengkap didapatkan

Wbc 6,8
Rbc 3,17
Hgb 9,3
Hct 31,0
Plt 396
Mcv 98
Mch 29,3
Mchc 30

DIAGNOSA
Kejang Demam Kompleks + Susp. Bronkopneumonia

8
ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Foto Thoraks
- Pemeriksaan Elektrolit & GDS
- Pungsi Lumbal
- Pencitraan ( MRI/ Ct-Scan)

TERAPI
- IVFD Tridex 8 tpm
- Inj. Ceftriaxone 2 x 200 mg
- Inj. Dexamethasone 2 x 0,8 mg
- Depakene syr 2 x 1,5 cth
- Paracetamol drops 3 x 0,5 cc

Follow up

Tanggal SOA P
8 april 2016 S : - Rewel (+) - O2 (1-2 lpm)
Hari 1 - Demam (-) - IVFD RL 10 tpm
- kejang 4x tadi malam, 5x - Inj. Ceftriaxone 2x150
siang <15 menit mg
- BAB cair 4x, berampas (+), - Inj.Dexamethasone
lendir (+),darah (-), warna 2x0,8 mg
hijau kuning - Depakene syr 2 x 1 cth
O : - DJ : 103 kali/menit - Paracetamol syr 4 x
- R : 44 kali/menit 0,5 cc
- S : 36,6C - Phenytoin 50 mg +
Rh +/+ NaCl 0,9% 15 ml
A : kejang Demam Kompleks
9 april 2016 S : - Demam (+) - O2 (1-2 lpm)
Hari 2 - Kejang (+) banyak kali > 5x - IVFD Dex 5% +
durasi <15 menit ( hanya diazepam 1 amp 10
tpm

9
hitungan detik) habis kejang - Paracetamol syr 4 x
pasien sesak 0,5 cc
- BAB cair 2x malam habis - Inj. Ceftriaxone 2x200
kejang, pagi biasa. mg
O : - DJ : 136 kali/menit - Inj.Gentamicin 10 mg/
- R : 42 kali/menit Iv/hari
- S : 37,8C - Inj.Dexamethasone
Rh +/+ 2x0,8 mg
A : kejang Demam Kompleks - Depakene syr 2 x 1 cth
10 april S : - Demam (+) - O2 (1-2 lpm)
2016 - Kejang (+) > 3x durasi <15 - IVFD Dex 5% +
Hari 3 menit ( hanya hitungan detik) diazepam 1 amp 10
- BAB 1x pagi tpm
O : - DJ : 136 kali/menit - Paracetamol syr 4 x
- R : 42 kali/menit 0,5 cc
- S : 37,8C - Inj. Ceftriaxone 2x200
A : kejang Demam Kompleks mg
- Inj.Gentamicin 10 mg/
Iv/hari
- Inj.Dexamethasone
2x0,8 mg
- Depakene syr 2 x 1 cth
11 april S : - Demam - O2 (1-2 lpm)
2016 - Kejang (-) dari jam 5 subuh - Paracetamol syr 4 x
Hari 4 - BAB 1x berampas warna 0,5 cc
kuning - IVFD Dex 5% 10 tpm
O:- DJ : 112 kali/menit - Inj. Ceftriaxone 2x200
- R : 36 kali/ menit mg
- S : 37,1C - Inj.Gentamicin 10 mg/
A : kejang Demam Kompleks Iv/hari

10
- Inj.Dexamethasone
2x0,8 mg
- Depakene syr 2 x 1,5
cth
12 april S : - Demam (-) - O2 (1-2 lpm)
2016 - Kejang (-) - IVFD Dex 5% 10 tpm
Hari 5 - BAB (-) - Inj. Meropenem 125
O:- DJ : 128 kali/menit mg/12 jam
- R : 38 kali/ menit - Inj.Dexamethasone
- S : 37,C 2x0,8 mg
A : kejang Demam Kompleks - Phenytoin 10 mg
- Depakene syr 2 x 1,5
cth

Rencana pemeriksaan DR
13 april S : - Demam (-) - IVFD 5% 10 tpm
2016 - Kejang (-) - Inj. Meropenem 125
Hari 6 - BAB 2x berampas mg/12 jam
O:- DJ : 103 kali/menit - Inj.Dexamethasone
- R : 40 kali/ menit 2x0,8 mg
- S : 36,8C - Phenytoin 10 mg
Laboratorium darah terbaru - Depakene syr 2 x 1,5
WBC : 11,77 cth
RBC : 3,12
HGB : 9,9 Rencana CT-Scan
HCT : 29,8
PLT : 728
MCV : 95,5
MHC : 31,7
MCHC : 33,2
A : kejang Demam Kompleks

11
14 April S : - Demam (-) - IVFD 5% 10 tpm
2016 - Kejang (-) - Inj. Meropenem 125
Hari 7 - BAB 4x berampas mg/12 jam
O:- DJ : 120 kali/menit - Inj.Dexamethasone
- R : 32 kali/ menit 2x0,8 mg
- S : 36,5C - Phenytoin 10 mg
A : kejang Demam Kompleks - Depakene syr 2 x 1,5
cth
15 April S : - Demam (-) - Depakene syr 2 x 1,5
2016 - Kejang (-) cth
Hari ke 8 - BAB 3x berampas - AFF infus
O:- DJ : 128 kali/menit
- R : 42 kali/ menit
- S : 37,1C
Hasil Ct-Scan :

A : kejang Demam Kompleks


16 April S : - Demam (-) - Depakene syr 2 x 1,5
2016 - Kejang (-) cth
Hari 9 - BAB 2x berampas
O:- DJ : 134 kali/menit
- R : 46 kali/ menit
- S : 36,8C Rencana Pulang
A : kejang Demam Kompleks

12
BAB III

DISKUSI

Berdasarkan International League Against Epilepsy (ILAE) kejang demam


merupakan kejang selama masa kanak-kanak setelah usia 1 bulan, yang
berhubungan dengan penyakit demam tanpa disebabkan infeksi sistem saraf pusat,
tanpa riwayat kejang neonatus dan tidak berhubungan dengan kejang simptomatik
lainnya. Definisi berdasarkan konsensus tatalaksana kejang demam dari Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI), kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada suhu tubuh (suhu rektal >38C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.2,4

Perbedaan antara kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks


adalah sebagai berikut :2,3

Kejang demam sederhana Kejang Demam Kompleks


1) Berlangsung singkat 1) Kejang berlangsung lama, lebih
2) Umumnya serangan berhenti dari 15 menit
sendiri dalam waktu <15 menit 2) Kejang fokal atau parsial satu sisi,
3) Bangkitan kejang tonik, tonik- atau kejang umum didahului
klonik tanpa gerakan fokal dengan kejang parsial
4) Tidak berulang dalam waktu 24 3) Kejang berulang 2 kali atau lebih
jam dalam 24 jam, anak akan sadar
kembali diantara bangkitan kejang

Kejang demam kompleks dapat di tegakkan diagnosisnya jika terdapat


salah satu kriteria diatas. Pada kasus ini, pasien berusia 1 bulan 26 hari masuk
dengan keluhan kejang sebanyak >3 kali dengan durasi < 5 menit dan kejang
pertama tidak didahului dengan demam, kemudian kejang selanjutnya di sertai
dengan demam. Pasien di diagnosis dengan kejang demam kompleks berdasarkan
frekuensi kejang yang dimana lebih dari dari 1 kali,yang ditandai jenis kejang fokal
dan kejang berulang dalam 24 jam.

13
Pada pasien ini tidak ada riwayat kejang demam dalam kelurganya. Namun
menurut teori kejang demam dapat diturunkan secara autosom dominan melalui
kromoson 19p dan 8q dan anak lelaki lebih sering 2 kali menderita kejang daripada
anak perempuan.3

Proses terjadinya bangkitan kejang melalui peningkatan berlebihan aktifitas


listrik pada neuron diserebri, yang akan merangsang sel-sel neuron lain secara
simultan sambil melepaskan muatan listrik. Mekanisme sebenarnya masih belum
diketahui pasti tetapi di duga akibat kemampuan membran sel neuron melepaskan
muatan listrik yang berlebihan, tidak terjadi inhibisi oleh neurotransmitter GABA,
dan akibat eksitasi sinaptik yang meningkat disebabkan oleh transmiter asam
glutamat dan aspartat melalui jalur eksitasi berulang.3

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari


penyebab kejang demam, diantaranya2,5 :

1. Pemeriksaan darah tepi lengkap, gula darah, elektrolit, kalsium serum,


urinalisis, biakan darah, urin atau feses.
2. Pungsi lumbal sangat dianjurkan pada anak berusia dibawah 12 bulan,
dianjurkan pada anak usia 12-18 bulan, dan dipertimbangkan pada anak di
atas 18 bulan yang dicurigai menderita menginitis.
3. Foto x-ray dan pencitraan seperti CT-Scan atau MRI diindikasikan pada
keadaan riwayat atau tanda klinis trauma, kemungkinan lesi struktural otak
(mikrocephal, spastik), adanya peningkatan tekanan intrakranial, adanya
kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis N.VI, dan
papiledema.
4. Elektroensefalografi (EEG) dipertimbangkan pada kejang yang tidak khas.
Misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau
kejang demam fokal.

Pada kasus ini pasein sudah melakukan beberapa pemeriksaan penunjang


yaitu pemeriksaan darah langkap dan pencitraan yaitu CT-Scan. Dari hasil
pemeriksaan menunjukkan :

14
1. Darah lengkap
Jenis Nilai
Wbc 11,77
Rbc 3,12
Hgb 9,9
Hct 29,8
Plt 728

2. CT-scan

Dari hasil Ct-Scan menunjukkan kesan awal atrofi cerebri dan

fontanella belum menutup.

15
Definisi atrofi cerebri adalah menyusutnya otak yang disebabkan

oleh hilangnya sel, yang disebut neuron. Dua jenis atrofi cerebri yang

dapat terjadi umum dan fokus. Atrofi umum mengacu pada hilangnya

neuron seluruh otak, dan atrofi fokus mengacu pada hilangnya neuron

didaerah otak tertentu.6

Biasanya atrofi cerebri disebabkan karena penuaan. Namun dalam

beberapa kasus, kerusakan sel-sel otak dapat dipicu karena beberapa

penyakit, yang dapat menyebabkan kerusakan prematur atau bahkan

bahkan mempercepat proses. Dibawah ini adalah daftar beberapa alasan

mengapa sel-sel dalam organ tubuh paling penting hilang : 6

- Epilepsi, yang merupakan gangguan neurologis yang dapat

menyababkan kejang.

- Kearns savre syndrome, menyababkan kelemahan pada otot-otot

karena encepalomyopathies mitokondria, yang merupakan

perubahan yang terjadi di mitokondria sel. Sindrom ini cenderung

menganggu fungsi yang tepat dari neuron.

- Cerebral palsy dimana ada gangguan dalam koordinasi neuron

motor di kawasan yang brusak disebabkan karena lesi.

Sedangkan atrofi pada bayi terjadi karena beberapa hal : 6

- Selama masa kehamilan yang meliputi infeksi virus (seperti

sitomegalovirus), penyakit-penyakit pada ibu yang menganggu

peredaran darah ke janin, kebiasaan minum alkohol dan kelainan

pada genetic dan kromosom

16
- Faktor ketika persalinan. Misalnya pada bayi yang mengalami

kekurangan oksigen (asfiksia berat) yang ditandai dengan lahir

tanpa menangis, otak yang tadinya normal menjadi kekurangan

oksigen sehingga sel-sel otak rusak.

- Faktor yang terjadi setelah lahir, misalnya bayi yang mengalami

radang otak, radang selaput otak dan juga trauma kepala yang

menyebabkan pendarahan dalam kepala sehingga jaringan otak

rusak dan volume otak berkurang.

Dari hasil CT Scan kemungkinan penyebab atrofi cerebri adalah faktor

ketika persalinan. Dimana waktu ketika kelahiran pasien mengalami asfiksia berat.

Yang ditandai ketika bayi lahir tidak langsung menangis.

Pada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu di perhatikan,

yaitu pengobatan fase akut, pengobatan profilaksis, dan edukasi orang tua :4,5

1. Pengobatan fase akut

Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada saat pasien kejang, semua

pakaian yang ketat harus dibuka, dan pasien dimiringkan apabila

muntah untuk mencegah aspirasi. Jalan napas harus bebas agar

oksigenasi terjamin. Awasi keadaan vital seperti kesadaran, suhu,

tekanan darah, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi

dapat diturunkan dengan kompres dan antipiretik. Pemberian diazepam

merupakan pilihan utama dengan dosis :

17
- Diazepam intrarektal 0,5-0,75 mg/kgBB, atau jika BB<10kg

diberikan dengan dosis 5 mg, BB >10kg diberikan dengan dosis 10

mg. Atau dosis 7,5 mg untuk anak usia diatas 3 tahun.

- Diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB perlahan-lahan dengan

kecepatan 1-2 mg/menit dan dosis maksimal 20 mg.

- Fenotoin secara intravena dengan dois awal 10-20 mg/KgBB/kali

dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kuran dari 50

mg/kgBB/hari. Dimulai 12 jam setelah dosis awal.

- Bila dengan fenotoin kejang belum berhenti maka pasien harus

dirawat diruang intensif.

2. Pengobatan profilaksis intermittent

Pengobatan profilaksis intermittent dengan anti konvulsan segera

berikan pada waktu pasien demam (suhu rektal lebih dari 38C). Pilihan

obat harus dapat cepat masuk dan bekerja ke otak. Diazepam

intermittent memberikan hasil yang lebih baik karena penyerapannyan

lebih cepat. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk, dan

hipotonia.

3. Profilaksis terus menerus

Pengobatan rumatan (profilaksis terus menerus ) hanya diberikan

bila kejang demam menunjukkan ciri sebagia berikut (salah satu) :

a. Kejang lama > 15 menit

18
b. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau

sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis todd, cerebral

palsy, retardasi mental, hidrosefalus

c. Kejang fokal

Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila :

a. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam

b. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan

c. Kejang demam >4 kali/ tahun

Pemberian profilaksis yang dapat diberikan yaitu fenobarbital

4-5 mg/kgBB akan menunjukkan hasil yang bermakna untuk mencegah

berulangnya kejang demam. Obat lain yang dapat digunakan untuk

profilaksis kejang demam ada asam valproat yang sama atau bahkan

lebih baik dibandingkan fenobarbital tetapi memiliki efek samping

hepatotoksik. Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/KgBB/hari.

Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang

demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tetapi tidak

dapat mencegah terjadinya epilepsi dikemudian hari.

Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian

dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.

4. Edukasi kepada orang tua

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang

tua. Pada saat kejang sebagaian besar orang tua beranggapan bahwa

19
anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara

yang diantaranya: 2

a. Meyakinkan bahwa kejang demam umunya mempunyai

prognosis baik

b. Memberitahukan cara penanganan kejang

c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali

d. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif

tetapi harus di ingat juga efek samping.

Prognosis pada pasien terhadap kemungkinan mengalami kecacatan

atau kelainan neurologis adalah dubia, karena kecacatan atau kelainan

nerulogis setelah kejang demam tidak pernah dilaporkan.2

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Shinnar S, Febrile seizures, swaimans pediatric neurology, 2012, pg 790-

797.

2. UKK neurologi IDAI. Konsesus penatalaksanaan kejang demam. 2006

3. Departemen ilmu kesehatan anak Fk Unhas IDAI, tatalaksana praktis

kesehatan bayi dan anak di layanan primer tatalaksana kejang pada anak

dilayanan primer, makassar, 2015, pg 35-43.

4. De seiqueira LMF, Febrile Seizures : Update on diagnosis and management,

Rev Assoc Med bras 2010, 56 (4), pg 489-492.

5. Suwarba N, Management terkini kejang dan status epileptikus pada anak

2012.

6. NINDS,cerebral atrophy informatioin page, National Institute of

Neurological disorders and Stroke, 2009. Diakses 22 April 16 from

www.ninds.nih.gov/disorders/cerebral-atrophy.htm

21

Anda mungkin juga menyukai