KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No. 6. Kebon Jeruk- Jakarta Barat
SMF OBSTETRI - GINEKOLOGI RS MARDI RAHAYU KUDUS
Nama
NIM
: 11 2014 270
Dr pembimbing / penguji
IDENTITAS PASIEN
Masuk Rumah Sakit : 24 Juli 2015
Keluar Rumah Sakit : 25 Juli 2015
Identitas Pasien
No RM
: 414909
Nama Lengkap
: Ny. M
Usia
: 41 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan
: Buruh
Jenis Kelamin
Suku Bangsa
Agama
Pendidikan
Masuk RS
:
: Perempuan
: Jawa
: Islam
: SD
23 Juli 2015 Pukul
21.05 WIB
Alamat
: Getasrabi RT 10 RW 04,
Mioma Uteri
dirawat inap dan dilakukan beberapa persiapan sebelum operasi. Namun, setelah pulang dari
kunjungan poli yang pertama, pasien mengeluh perdarahan dari jalan lahir sebanyak 1
pembalut perharinya dan lemas. Operasi ditunda lagi dan pasien dirujuk ke RS Karyadi
Semarang karena kondisi pasien yang kurang baik dan hasil dari rundingan keluarga pasien.
Penurunan berat badan yang cepat disangkal. Nafsu makan dan minum pasien baik.
BAK/BAB tidak ada gangguan.
Riwayat Haid :
Menarche
: 10 tahun
Siklus Haid
: 28 hari, teratur
Lama Haid
: 7 hari
Riwayat Kontrasepsi:
( - ) Pil KB
(- ) Suntikan 3 bulan
( - ) Susuk KB
Riwayat Perkawinan : 1 x, umur 20 tahun
Riwayat Obstetri :
Anak
ke
1
Tahun
Jenis
Umur
Penolong
Hidup/
Persalinan
Normal
Dukun beranak
mati
Hidup
4 minggu
Kuret
Dokter
Mati
Jenis
1998
Perempuan 38 minggu
Normal
Dukun beranak
Hidup
2003
Laki-laki
Normal
Dukun beranak
Hidup
37 minggu
Mioma Uteri
Lain-lain : (-) Operasi
(- ) Kecelakaan
( - )Dispepsia Fungsional
Riwayat Penyakit Keluarga : DM (-), ginjal (-), jantung (-), hipertensi (+), asma (-),
alergi obat (-)
Riwayat KB
:-
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS (24 Juli 2015)
Kesadaran
: Compos Mentis
Keadaan Umum
Tinggi badan
: 158 cm
Berat badan
: 70 kg
Tekanan darah
: 130/ 80 mmHg
Nadi
: 74 kali / menit
Suhu
: 36,5 C
Pernapasan
: 24 kali / menit
Keadaan gizi
: baik
Sianosis
: tidak ada
Edema umum
: tidak ada
Cara berjalan
Mobilisasi
: aktif
Kulit
Kepala
Mata
: Pupil isokor 3mm, reflek cahaya (+/+), Konjungtiva pucat (-/-), Sklera
ikterik (-/-) Udem palpebra (-/-), Mata cekung (-/-)
Telinga
Hidung
: Sekret (-), Deviasi septum (-), Pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)
Mulut
Leher
Page 3
Mioma Uteri
Dada (Thorax)
Inpeksi
Bentuk
Buah dada
Paru-paru (Pulmo)
Kanan
Inspeksi
Anterior
Kiri
BENTUK
-Pectus pectinatum,
-sela iga tidak melebar
-retraksi(-)
PERGERAKAN
-Statis : simetris
-Dinamis : simetri
KULIT
-warna : kuning langsat
PERNAPASAN
-Frekuensi : 20 x/menit
Posterior
-Sifat : Abdominotorakal
BENTUK
-Vertebra: Normal
KULIT
Palpasi
Anterior
Posterior
FREMITUS : simetris
-tidak nyeri tekan
-Gerak torax
Page 4
Mioma Uteri
Paru kanan tertinggal dari kiri
Perkusi
Anterior
Posterior
Auskultasi Anterior
Posterior
FREMITUS : simetris
Sela iga 1-6 sonor
Linea skapularis : Sonor
Vesikuler, Rhonki (-), Whezing (-)
Whezing (-)
Vesikuler, Rhonki
(-),
Whezing (-)
Jantung (Cor)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas atas
Batas kiri
: Bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada ke 4
katup jantung
Perut (Abdomen)
Inspeksi
Bentuk
: tidak teraba
Limpa
: tidak teraba
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Anggota gerak : Edema -/-, sianosis -/-, clubbing finger -/Kelenjar getah bening
Page 5
Mioma Uteri
Submandibula
Supraklavikula
Lipat paha
Leher
Ketiak
Payudara
Perut
: linea nigrae (-), striae livide (-), striae albicans (-), bekas operasi (-)
Vulva
: PPV (-)
VT :
1. Fluxus (+), fluor (-)
2. V/U/V : tidak ada kelainan
3. PO
4. OUE : tertutup
5. CUT
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Darah Rutin pada tanggal 24 Juli 2015
Waktu Periksa
PEMERIKSAAN
Hb
Leukosit
Eosinofil %
Basofil %
SATUAN
g/dl
Ribu
%
%
NILAI NORMAL
11,7-15,5
3.6-11.0
1-3
0-1
Page 6
Mioma Uteri
Netrofil Segmen %
Limfosit %
Monosit %
MCV
MCH
MCHC
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
RDW
LED
Golongan Darah
BT /
54. 8
20.7 (L)
6.7
58. 8 (L)
14.7 (L)
23.0 (L)
33,6(L)
286
4.4
22.1 (H)
25
O/+
1.00
%
%
%
mikrom 3
pg
g/dl
%
Ribu
Juta
%
mm/jam
50-70
25-40
2-8
80-100
26-34
32-36
30 43
150-440
3.8-5.2
11.5-14.5
0-20
Menit
1-3
Waktu Perdarahan
CT /
4.00
Menit
2-6
80
22
0,7
8.9
18.0
4.02
mg/dl
mg/dl
mg/dl
U/l
U/l
mmol/l
75 110
15 40
0.60 1.10
0 35
0 35
3.5 5
Negative
Negative
Rapid
Waktu Pembekuan
KIMIA
Gula Darah Sewaktu
Ureum
Creatinin Darah
SGOT
SGPT
Kalium
IMUNOSEROLOGI
HBsAG Stik
Mioma Uteri
adanya perdarahan pervaginam sebanyak satu pembalut setelah kontrol ke poli pada tanggal
07 Juli 2015 dan disarankan untuk operasi, namun karena keadaan pasien yang kurang baik
maka operasi ditunda hingga disarankan untuk dirujuk ke RS Karyadi Semarang untuk
dilakukan tindakan operasi setelah mendapatkan persetujuan dari pihak keluarga pasien.
Menarche : 10 tahun, siklus haid teratur, lama haid 7 hari.
Pemeriksaan Fisik: Tekanan darah : 130/ 80 mmHg, Nadi: 74 kali / menit, Suhu : 36,5 C,
Pernapasan: 24 kali / menit.
Pemeriksaan Fisik Abdomen : Teraba massa berbatas tegas, kenyal, permukaan rata, mobile,
tidak nyeri tekan .
DIAGNOSIS
1. Diagnosis kerja dan dasar diagnosis
Diagnosis kerja
a. Pada Anamnesis dikatakan adanya benjolan pada bagian perut bawah sudah kurang
lebih selama 2 tahun.
b. Teraba berbatas tegas, kenyal, permukaan rata, mobile, tidak nyeri tekan
c. Tidak ada penurunan berat badan yang drastis
d. Hasil USG menggambarkan adanya massa mioma uteri
Terapi
Non medikamentosa: Bed rest
Medikamentosa: Amoxicilin 500mg 3x1 tab, Alinamin F 2x1 IV, Tramadol 1 amp IV, Vitamin
c 1x1 amp IV, Kaltrophen 2x1, Adona 2x1 amp
Operatif : Histerectomy
PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
: ad malam
: dubia ad bonam
FOLLOW UP
24 Desember 2014 07.30 WIB
S
Mioma Uteri
Suhu 36.50C,
Nadi 74x/menit,
RR 24x/menit
Keadaan Umum baik
Kesadaran Compos mentis
Mata
: CA (+/+) SI (-/-)
Paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
FOLLOW UP
25 Desember 2014 07.30 WIB
S
: CA (+/+) SI (-/-)
Paru
Jantung
Abdomen
TINJAUAN PUSTAKA
Page 9
Mioma Uteri
MIOMA UTERI
Definisi
Mioma Uteri adalah suatu pertumbuhan jinak dari sel-sel otot polos, sedangkan untuk
otot- otot rahim disebut dengan mioma uteri.
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya. Mioma Uteri
adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam
kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid.
Dari berbagai pengertian dapat disimpulkan bahwa Mioma Uteri adalah suatu
pertumbuhan jinak dari otot-otot polos, tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikat,
neoplasma yang berasal dari otot uterus yang merupakan jenis tumor uterus yang paling
sering, dapat bersifat tunggal, ganda, dapat mencapai ukuran besar, biasanya mioma uteri
banyak terdapat pada wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun.
Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.
1. Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
Mioma Uteri Submukosa
Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan
melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat menyebabkan dismenore,
namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala
pelepasan darah yang tidak regular dan dapat disalah artikan dengan kanker serviks. Dari
sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan
dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan
cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis
submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina.
Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
Page 10
Mioma Uteri
Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula
sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah
lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter.
Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan
dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah
diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus,
sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil
tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol,
uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis
yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah
bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai
mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak
(jaringan otot rahim dominan). Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan
permukaan halus. Pada potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip
potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat,
sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka
konsistensi menjadi lunak.
Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor
ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran, meniru gambaran
kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis, kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel
yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos cenderung mengalami atrofi, ada kalanya
diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian
besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang
mioma. Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan
dalam sirkulasi atau transformasi maligna.3
Page 11
Mioma Uteri
Epidemiologi
Page 12
Mioma Uteri
Mioma uteri adalah perkara biasa yang sering berlaku kepada wanita. Seleksi uteri
dilakukan dari 100 wanita yang menjalankan histerektomi ditemukan 77% mempunyai
mioma uteri termasuk yang berukuran sekecil 2mm. Mioma uteri juga sering ditemukan pada
wanita yang menjalankan histerektomi untuk indikasi yang lain walaupun ditemukan kecil
dan tidak banyak. Ini karena kebanyakan tehnik pemeriksaan imaging tidak mempunyai
resolusi di bawah 1 cm maka insidensi kejadian sebenar mioma uteri tidak dapat dipastikan
meskipun mioma uteri yang kecil tidak memberikan gejala klinis. Spesimen histerektomi
daripada wanita premenopaus dengan mioma uteri adalah rata rata 7,6. Wanita
postmenopaus pula adalah 4,2. Random sampling daripada wanita berusia 35 49 tahun yang
menjalani pemeriksaan rutin, hasil rekam medis dan pemeriksaan sonografi didapatkan pada
usia 35 tahun insidensi terjadinya mioma uteri adalah sebanyak 60% untuk wanita AfrikaAmerika; insidensi ini meningkat sehingga 80% pada usia 50 tahun. Wanita caucasia pula
mempunyai insidensi setinggi 40% pada usia 35 tahun dan meningkat sehingga 70% pada
usia 50 tahun.
Dari penelitian dilakukan oleh Ran Ok et-al di Pusan St. Benedict Hospital Korea
yang dilakukan terhadap 815 kasus mioma uteri diketahui bahwa kasus mioma uteri tebanyak
terjadi pada kelompok usia 40 49 tahun dengan usia rata rata 42,97 tahun. Keluhan utama
terbanyak pada penderita mioma uteri adalah perdarahan pervaginam abnormal (44,1%).
Mioma uteri tipe intramural adalah yang terbanyak dari tipe mioma uteri secara patologi
anatomi (51,3%). Kadar haemoglobin (Hb) rata rata penderita mioma uteri adalah 10,92 gr
% dan 37,6% diantaranya dilakukan transfusi darah. Histerektomi total ditemukan sebagai
tindakan penatalaksanaan terbanyak pada kasus kasus mioma uteri (91,5%).
Etiologi
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi tergantung pada sel-sel
otot imatur yang terdapat pada Cell Nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus
oleh hormon estrogen. Namun demikian, beberapa faktor yang dapat menjadi faktor
pendukung terjadinya mioma adalah: wanita usia 35-45 tahun, hamil pada usia muda,
genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan yang menjadi faktor pencetus dari terjadinya mioma
uteri adalah adanya sel yang imatur.
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
Page 13
Mioma Uteri
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai
abnormallitas
kromosom,
khususnya
pada
kromosom
lengan.
Faktor-faktor
yang
Mioma Uteri
adalah kerana dokter merekomendasi dan pasien menerima rekomendasi tersebut untuk
menjalani histerektomi hanya setelah mereka sudah melepasi usia melahirkan anak.
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang
mioma. Mioma belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke dan setelah menopause
hanya 10% mioma yang masih bertumbuh.
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang diambil dari hasil
histerektomi wanita yang telah menopause, diterangkan bahwa hormon esterogen endogen
pada wanita -wanita menopause pada kadar yang rendah atau sedikit. Awal menarke (usia di
bawah 10 tahun) dijumpai peningkatan resiko ( RR 1,24) dan menarke lewat (usia setelah 16
tahun) menurunkan resiko (RR 0,68) untuk menderita mioma uteri.
3.Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai peningkatan 2,5 kali kemungkinan risiko untuk menderita mioma uteri dibanding
dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang
mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi
dari VEGF- (a myoma related growth factor) dibandingkan dengan penderita mioma yang
tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri.
4.Etnik
Dari studi yang dijalankan melibatkan laporan sendiri oleh pasien mengenai mioma
uteri, rekam medis, dan pemeriksaan sonografi menunjukkan golongan etnik Afrika Amerika mempunyai kemungkinan risiko menderita mioma uteri setinggi 2,9 kali berbanding
wanita etnik caucasia, dan risiko ini tidak mempunyai kaitan dengan faktor risiko yang lain.
Didapati juga wanita golongan Afrika - Amerika menderita mioma uteri dalam usia yang
lebih muda dan mempunyai mioma yang banyak dan lebih besar serta menunjukkan gejala
klinis. Namun ianya masih belum diketahui jelas apakah perbedaan ini adalah kerana masalah
genetik atau perbedaan pada kadar sirkulasi estrogen, metabolisme estrogen, diet, atau peran
faktor lingkungan. Walau bagaimanapun, pada penelitian terbaru menunjukkan yang Val/Val
genotype untuk enzim essensial kepada metabolisme estrogen, catechol-O-methyltransferase
(COMT) ditemui sebanyak 47% pada wanita Afrika - Amerika berbanding hanya 19% pada
Page 15
Mioma Uteri
wanita kulit putih. Wanita dengan genotype ini lebih rentan untuk menderita mioma uteri. Ini
menjelaskan mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita mioma uteri dikalangan wanita
Afrika - Amerika lebih tinggi.
5.Berat Badan
Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko menderita mioma
uteri adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan 10kg berat badan dan dengan peningkatan
indeks massa tubuh. Temuan yang sama juga turut dilaporkan untuk wanita dengan 30%
kelebihan lemak tubuh. Ini terjadi kerana obesitas menyebabkan pemingkatan konversi
androgen adrenal kepada estrone dan menurunkan hormon sex - binding globulin. Hasilnya
menyebabkan peningkatan estrogen secara biologikal yang bisa menerangkan mengapa
terjadi peningkatan prevalensi mioma uteri dan pertumbuhannya. Beberapa penelitian
menemukan hubungan antara obesitas dan peningkatan insiden mioma uteri. Suatu studi di
Harvard yang dilakukan oleh Dr. Lynn Marshall menemukan bahwa wanita yang mempunyai
Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas normal, berkemungkinan 30,23% lebih sering menderita
mioma uteri. Ros dkk, (1986) mendapatkan resiko mioma uteri meningkat hingga 21% untuk
setiap 10 Kg kenaikan berat badan dan hal ini sejalan dengan kenaikan IMT.
6.Diet
Ada studi yang mengaitkan dengan peningkatan terjadinya mioma uteri dengan
pemakanan seperti daging sapi atau daging merah atau ham bisa meningkatkan insidensi
mioma uteri dan sayuran hijau bisa menurunkannya. Studi ini sangat sukar untuk
diintepretasikan kerana studi ini tidak menghitung nilai kalori dan pengambilan lemak tetapi
sekadar informasi sahaja dan juga tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat atau
phytoestrogen berhubung dengan mioma uteri.
7. Kehamilan dan paritas
Peningkatan paritas menurunkan insidensi terjadinya mioma uteri. Mioma uteri
menunjukkan karakteristik yang sama dengan miometrium yang normal ketika kehamilan
termasuk peningkatan produksi extracellular matrix dan peningkatan ekspresi reseptor untuk
peptida dan hormon steroid. Miometrium postpartum kembali kepada berat asal, aliran darah
dan saiz asal melalui proses apoptosis dan diferensiasi. Proses remodeling ini
berkemungkinan bertanggungjawab dalam penurunan saiz mioma uteri. Teori yang lain pula
Page 16
Mioma Uteri
mengatakan pembuluh darah diuterus kembali kepada keadaan atau saiz asal pada postpartum
dan ini menyebabkan mioma uteri kekurangan suplai darah dan kurangnya nutrisi untuk terus
membesar. Didapati juga kehamilan ketika usia midreproductive (25-29 tahun) memberikan
perlindungan terhadap pembesaran mioma.
8.Kebiasaan merokok
Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri. Banyak faktor yang bisa
menurunkan bioavalibiltas hormon estrogen pada jaringan seperti: penurunan konversi
androgen kepada estrone dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin
Patofisiologi
Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti sampai saat ini, tetapi
penyelidikan telah dijalankan untuk memahami keterlibatan faktor hormonal, faktor genetik,
growth factor, dan biologi molekular untuk tumor jinak ini. Faktor yang diduga berperan
untuk inisiasi pada perubahan genetik pada mioma uteri adalah abnormalitas intrinsik pada
miometrium, peningkatan reseptor estrogen secara kongenital pada miometrium, perubahan
hormonal, atau respon kepada kecederaan iskemik ketika haid. Setelah terjadinya mioma
uteri, perubahan - perubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh promoter (hormon) dan
efektor (growth factors).
Bagi Meyer dan De Snoo, mereka mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast.
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen pada kelinci percobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam
abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau
testosteron. Puukka dan kawan - kawan pula menyatakan bahwa reseptor estrogen pada
mioma lebih banyak didapati daripada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma
adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori onkogenik
maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator dan promotor. Faktor faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma masih belum diketahui pasti. Dari penelitian
menggunakan glucose-6-phosphatase dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari
jaringan uniseluler. Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan
mutasi somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid seks dan
growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal dalam proses pertumbuhan
Page 17
Mioma Uteri
tumor.
Tidak dapat dibuktikan bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma,
namun diketahui estrogen berpengaruh dalam pertumbuhan mioma. Mioma terdiri dari
reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding dari miometrium sekitarnya
namun konsentrasinya lebih rendah dibanding endometrium. Hormon progesteron
meningkatkan aktifitas mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor
pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron memungkinkan
pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari tumor. Estrogen berperan
dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan produksi matriks ekstraseluler.
Patologi Anatomi
Gambaran histopatologi mioma uteri adalah seperti berikut:
Pada gambaran makroskopik menunjukkan suatu tumor berbatas jelas, bersimpai, pada
penampang menunjukkan massa putih dengan susunan lingkaran lingkaran konsentrik di
dalamnya. Tumor ini bisa terjadi secara tunggal tetapi kebiasaanya terjadi secara multipel dan
bertaburan pada uterus dengan ukuran yang berbeda beda. Perubahan perubahan sekunder
yang terjadi pada mioma uteri adalah:
1. Atrofi : Sesudah kehamilan atau sesudah menopause mioma uteri menjadi kecil.
2. Degenerasi Hialin: Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau
sebagian kecil daripadanya seolah - olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari
kelompok lainnya.
3. Degenerasi Kistik: Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, di mana sebagian dari
mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan yang tidak teratur berisi agar agar,
dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai
limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dengan kista
ovarium atau suatu kehamilan.
4. Degenerasi membatu (Calcireous Degeneration): Terutama terjadi pada wanita berusia
lanjut oleh kerana adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam
kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada
foto rontgen.
5. Degenerasi merah (Carneous Degeneration) : Perubahan ini biasanya terjadi pada
kehamilan dan nifas. Patogenesis terjadinya diperkirakan kerana suatu nekrosis subakut
Page 18
Mioma Uteri
sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti
daging mentah bewarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin.
Degenerasi merah tampak khas apabila pada kehamilan muda disertai emesis, haus,
sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
6. Degenerasi lemak: Jarang terjadi dan merupakan lanjutan degenerasi hialin.
Manifestasi Klinik
Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka
sedang mengandung satu tumor dalam uterus. Adanya mioma tidak selalu memberikan gejala
karena itu mioma sering ditemukan tanpa disengaja, yaitu pada saat pemeriksaan
ginekologik. Gejala yang ditemukanpun sangat tergantung pada tempat sarang mioma itu
berada, besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
1. Besarnya mioma uteri.
2. Lokalisasi mioma uteri.
3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % 50% dari pasien yang terkena. Adapun gejala
klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:
1. Perdarahan abnormal, merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk
perdarahan yang ditemukan berupa menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Antara
penyebab perdarahan ini adalah:
-
pengaruh
ovarium
sehingga
terjadilah
hiperplasia
endometrium
sampai
adenokarsinoma endometrium
-
lebih luas akibat pertumbuhan mioma, maka lebih banyak dinding endometrium
yang terhakis ketika menstruasi dan ini menyebabkan perdarahan abnormal.
Walaupun menstruasi berat sering terjadi tetapi siklusnya masih tetap.
Perdarahan abnormal ini terjadi pada 30% pasien mioma uteri dan perdarahan
Page 19
Mioma Uteri
abnormal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Pada suatu penelitian yang
mengevaluasi wanita dengan mioma uteri dengan atau tanpa perdarahan abnormal,
didapat data bahwa wanita dengan perdarahan abnormal secara bermakna menderita
mioma intramural (58% banding 13%) dan mioma submukosum (21% banding 1%)
dibanding dengan wanita penderita mioma uteri yang asimtomatik.
2. Penekanan rahim yang membesar
Gangguan ini tergantung pada tempat dan ukuran mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio
urin, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di
panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul
a. Terasa berat di abdomen bagian bawah.
b. Gejala traktus urinarius: poliuri/anuria, retensi urine, obstruksi ureter, hidroureter
dan hidronefrosis.
c. Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal.
d. Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
3. Nyeri dapat disebabkan oleh :
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul kerana gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri
panggul yang disebabkan mioma uteri bisa juga disebabkan degenerasi akibat oklusi
vaskuler, infeksi, torsi dari mioma yang bertangkai maupun akibat kontraksi
miometrium yang disebabkan mioma subserosum. Tumor yang besar dapat mengisi
rongga pelvik dan menekan bagian tulang pelvik yang dapat menekan saraf sehingga
menyebabkan rasa nyeri yang menyebar ke bagian punggung dan ekstremitas
posterior.
4. Infertilitas, akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di kornu.
Perdarahan kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat menghalangi
implantasi. Terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur pada pasien
dengan mioma intramural dan submukosa. Mekanisme gangguan fungsi reproduksi
dengan mioma uteri adalah:
Page 20
Mioma Uteri
-
Mioma Uteri
4. Kehamilan dapat mengalami keguguran.
5. Persalinan prematuritas.
6. Gangguan proses persalinan.
7. Tertutupnya saluran indung telur sehingga menimbulkan infertilitas.
8. Pada kala II dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
9. Mioma yang lokasinya dibelakang dapat terdesak kedalam kavum douglasi dan terjadi
inkarserasi.
10. Subfertil (agak mandul) sampai fertil (mandul) dan kadang- kadang hanya punya anak
satu. Terutama pada mioma uteri sub mukosum.
11. Sering terjadi abortus. Akibat adanya distorsi rongga uterus.
12. Terjadi kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak sub
serus.
13. Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir, terutama pada mioma yang letaknya
diservix.
14. Atonia uteri terutama pasca persalinan, perdarahan banyak, terutama pada mioma yang
letaknya di dalam dinding rahim.
15. Kelainan letak plasenta.
16. Plasenta sukar lepas (retensio plasenta), terutama pada mioma yang submukus dengan
intramural.
Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor resiko serta
kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga dengan
pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas,
tidak sakit.
3. Pemeriksaan penunjang
-
Mioma Uteri
ukurannya.
-
Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
Histeroskopi. Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa,
jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.
MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap
terbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat
mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma
submukosa.
Diagnosis Banding
Diagnosa banding yang perlu dipikirkan adalah tumor abdomen di bagian bawah atau
panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan;
-
mioma subserosum harus dibedakan dengan tumor ovarium solid, kehamilan uterus
gravidus.
Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri
tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma itu
masih kecil dan tidak menimbulakan gangguan. Walaupun demikian mioma uteri
memerlukan pengamatan setiap 3 - 6 bulan. Penanganan mioma uteri menurut usia, paritas,
lokasi dan ukuran tumor terbagi kepada:
1. Terapi medisinal (hormonal)
Saat ini pemakaian Gonadotropin - releasing hormone (GnRH) agonis memberikan hasil
yang baik memperbaiki gejala klinis mioma uteri. Tujuan pemberian GnRH agonis adalah
mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium.
Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi
Page 23
Mioma Uteri
vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi
hormonal yang lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat progesteron akan mengurangi
gejala pendarahan tetapi tidak mengurangi ukuran mioma uteri.
2. Terapi pembedahan
Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American College of obstetricians and
Gyneclogist (ACOG) dan American Society of Reproductive Medicine (ASRM) adalah
a. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif
b. Sangkaan adanya keganasan
c. Pertumbuhan mioma pada masa menopause
d. Infertilitas kerana ganggaun pada cavum uteri maupun kerana oklusi tuba
e. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu
f. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
g. Anemia akibat perdarahan
Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah:
1. Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertileitas. Sejauh ini tampaknya aman, efektif,
dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada
kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada
masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang
dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang
menembus atau sangat berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.
2. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma sahaja tanpa pengangkatan uterus.
Miomektomi ini dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi reproduksinya
dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma
submukosum dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi ini dikerjakan kerana
keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30 - 50%.
Page 24
Mioma Uteri
Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun dengan
laparoskopi. Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk mengangkat
mioma dari uterus. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan pandang operasi
yang lebih luas sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin timbul pada
pembedahan miomektomi dapat ditangani dengan segera. Namun pada miomektomi secara
laparotomi resiko terjadi perlengketan lebih besar, sehingga akan mempengaruhi faktor
fertilitas pada pasien, disamping masa penyembuhan paska operasi lebih lama, sekitar 4 6
minggu. Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap mioma submukosum yang
terletak pada kavum uteri.Keunggulan tehnik ini adalah masa penyembuhan paska operasi
sekitar 2 hari. Komplikasi yang serius jarang terjadi namun dapat timbul perlukaan pada
dinding uterus, ketidakseimbangan elektrolit dan perdarahan.
Miomamektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi. Mioma yang
bertangkai diluar kavum uteri dapat diangkat dengan mudah secara laparoskopi. Mioma
subserosum yang terletak didaerah permukaan uterus juga dapat diangkat dengan tehnik ini.
Keunggulan laparoskopi adalah masa penyembuhan paska operasi sekitar 2 - 7 hari. Resiko
yang terjadi pada pembedahan ini termasuk perlengketan, trauma terhadap organ sekitar
seperti usus, ovarium,rektum serta perdarahan. Sampai saat ini miomektomi dengan
laparoskopi merupakan prosedur standar bagi wanita dengan mioma uteri yang masih ingin
mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya adalah tindakan terpilih.
Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Histerektomi
dijalankan apabila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada
traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12 - 14 minggu.
Tindakan histerektomi dapat dilakukan secara abdominal (laparotomi), vaginal dan pada
beberapa kasus dilakukan laparoskopi.
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal
hysterectomy (TAH) dan subtotal abdominal hysterectomy (STAH). Masing - masing
prosedur ini memiliki kelebihan dan kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari resiko
operasi yang lebih besar seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter,
kandung kemih dan rektum. Namun dengan melakukan STAH kita meninggalkan serviks, di
mana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Pada TAH, jaringan granulasi
Page 25
Mioma Uteri
yang timbul pada tungkul vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan
perdarahan paska operasi di mana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani
STAH.
Histerektomi juga dapat dilakukan pervaginanm, dimana tindakan operasi tidak melalui
insisi pada abdomen. Secara umum histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan
prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat minimal sehingga
trauma yang mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi. Maka histerektomi pervaginam
tidak terlihat parut bekas operasi sehingga memuaskan pasien dari segi kosmetik. Selain itu
kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi lebih minimal dan masa penyembuhan
lebih cepat dibandng histerektomi abdominal.
Histerektomi laparoskopi ada bermacam - macam tehnik. Tetapi yang dijelaskan hanya 2
iaitu; histerektomi vaginal dengan bantuan laparoskopi (Laparoscopically assisted vaginal
histerectomy / LAVH) dan classic intrafascial serrated edged macromorcellated hysterectomy
(CISH) tanpa colpotomy. Pada LAVH dilakukan dengan cara memisahkan adneksa dari
dinding pelvik dengan memotong mesosalfing kearah ligamentum kardinale dibagian bawah,
pemisahan pembuluh darah uterina dilakukan dari vagina. CISH pula merupakan modifikasi
dari STAH, di mana lapisan dalam dari serviks dan uterus direseksi menggunakan morselator.
Dengan prosedur ini diharapkan dapat mempertahankan integritas lantai pelvik dan
mempertahankan aliran darah pada pelvik untuk mencegah terjadinya prolapsus. Keunggulan
CISH adalah mengurangi resiko trauma pada ureter dan kandung kemih, perdarahan yang
lebih minimal,waktu operasi yang lebih cepat, resiko infeksi yang lebih minimal dan masa
penyembuhan yang cepat. Jadi terapi mioma uteri yang terbaik adalah melakukan
histerektomi. Dari berbagai pendekatan, prosedur histerektomi laparoskopi memiliki
Page 26
Mioma Uteri
kelebihan kerana masa penyembuhan yang singkat dan angka morbiditas yang rendah
dibanding prosedur histerektomi abdominal.
Penanganan Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami
menopause radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontrak indikasi untuk
tindakan operatif akhir-akhir ini kontraindikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi
hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
b. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
c. Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause. Maksud dari
radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.
Komplikasi
1. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32 - 0,6% dari seluruh mioma,
serta merupakan 50 - 75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan
pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus
apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
2. Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi
terjadi perlahan - lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaklah dibedakan dengan
suatu keadaan di mana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.
3. Nekrosis dan infeksi
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan kerana gangguan
sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan
berupa metroragia atau menoragia disertai leukore dan ganggua n yang disebabkan oleh
infeksi dari uterus sendiri.
Prognosis
Page 27
Mioma Uteri
Prognosis baik jika ditemukan mioma berukuran kecil, tidak cenderung membesar
dan tidak memicu keluhan yang berarti, cukup dilakukan pemeriksaan rutin setiap 3-6 bulan
sekali termasuk pemeriksaan USG. 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu
pengobatan dalam bentuk apapun. Menopause dapat menghentikan pertumbuhan mioma
uteri. Pengecilan tumor sementara menggunakan obat-obatan GnRH analog dapat dilakukan,
akan tetapi pada wanita dengan hormon yang masih cukup (premenopause), mioma ini dapat
membesar kembali setelah obat-obatan ini dihentikan. Jika tumor membesar, timbul gejala
penekanan, nyeri hebat, dan perdarahan dari kemaluan yang terus menerus, tindakan operasi
sebaiknya dilakukan. Rekurensi setelah miomektomi sebesar 15 - 40 %, 2/3-nya memerlukan
pembedahan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Page 28
Mioma Uteri
1. Mioma Uteri. Diunduh dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdlsrirahayug-5147-2-bab2.pdf, 26 Juli 2015
2. Hadibroto BR. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara. Volume 38. No. 3. 2005.
Diunduh
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005-
Diunduh
dari
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-
David.
Gynecologic
myomectomy.
2005.
Diunduh
dari
Page 29