Anda di halaman 1dari 24

EKSTRAKSI VAKUM PADA PARTUS MACET DENGAN

DEEP TRANSVERSE ARREST

Pembimbing :
dr. FX Widiarso, SpOG
Disusun Oleh :
Giovanni Reynaldo
(11-2014-266)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 29 JUNI 2015 5 SEPTEMBER 2015
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
2015

LAPORAN KASUS

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan


Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
________________________________________________________________________
Nama

: Giovanni Reynaldo

NIM

: 11.2014.266

Dr pembimbing / penguji

: dr. FX. Widiarso, SpOG

Tanda tangan :

A. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. M
Umur : 36 tahun
Status perkawinan : Kawin (GIP0A0)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pagilaran Keteleng RT 14 RW 03.

Jenis kelamin : Perempuan


Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Masuk Rumah Sakit : 12 Juli 2015, pukul

Batang
Nama suami

06.45 WIB
: Tn. R

Umur

: 38 tahun

Pekerjaan

: Karyawan Swasta

Alamat

: Pagilaran Keteleng RT 014 RW 003. Blado Batang

B. ANAMNESIS :
Pasien masuk rumah sakit pada 12 Juli 2015 pukul 06.40 WIB
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 12 Juli 2015 ; Jam : 07.00 WIB
Keluhan utama :
Perut terasa kencang-kencang dan mulas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien GIP0A0 , dengan usia 36 tahun, datang dengan keluhan perut kencang dan terasa

mulas sejak 9 jam SMRS. Pasien hanya merasa kencang-kencang saja tetapi tidak ada darah atau
cairan yang keluar dari jalan lahir. Pasien mengaku ini adalah kehamilan yang pertama.
Sebelum datang ke RS Mardi Rahayu, Pasien memutuskan untuk pergi ke bidan untuk
memeriksakan kandungan nya, dari bidan pasien dirujuk ke rumah sakit Demak untuk diberikan
penanganan proses melahirkan, namun pasien tidak mendapatkan ruangan dan langsung dirujuk
ke Rumah Sakit Mardi Rahayu.

Pasien mengaku saat ini belum mengeluarkan cairan dari jalan lahir. Tidak ada mual
muntah, tidak ada demam, tidak ada nyeri kepala. Riwayat BAB dan BAK lancar. Pasien rutin
memeriksakan kehamilannya di bidan. OS mengatakan bahwa ini adalah kehamilan pertama.
Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelum dan selama pemeriksaan kehamilan.
Pasien tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya. Pasien memiliki riwayat menstruasi teratur .
OS mengatakan HPHT 10 Oktober 2014, dengan HPL 17 Juli 2015.
Riwayat Menstruasi

Menarche

: 13 tahun

Menopause

:(-)

Dismenorrhea

:(+)

Siklus haid

: 28 hari

Leukorrhea

:(-)

Lama haid

: 7 hari

Riwayat Perkawinan

Menikah 1 kali pada usia 28 tahun, selama 8 tahun

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Hamil
ke
1

Usia
kehamilan
Hamil
sekarang

Jenis
persalinan

penyulit

Penolong Jenis
kelamin

BB/TB
lahir

Umur
sekarang

Riwayat kehamilan ini:

HPHT
HPL

: 10 Oktober 2014
: 17 Juli 2015

Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)

( - ) Pil KB
( - ) Suntikan 3 bulan
( - ) Susuk KB

( - ) IUD
( - ) Lain-lain

Riwayat Antenatal Care :


Pasien memeriksakan kehamilannya 1 kali setiap bulan ke bidan.
Riwayat Penyakit Dahulu
2

() Alergi

() Diabetes

() Hepatitis

() Asma
() Tuberkulosis

() Gastritis
() HIV

() Hipertensi
() Penyakit Jantung

Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit
Alergi
Asma
Tuberkulosis
Diabetes
Gastritis
HIV
Hepatitis
Hipertensi
Penyakit jantung

Ya
-

Tidak

Hubungan

Riwayat Operasi
Tidak ada
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan Darah

: 130/90 mmHg

Nadi

: 92x/ menit (kuat angkat, teratur)

Suhu

: 36,5 o C

Pernafasaan

: 20x/ menit. Abdomino-torakal

Tinggi Badan

: 165 cm

Berat Badan

: 75 kg

Kepala
Mata
Kulit
Jantung
Pulmo
Abdomen
Genitalia

: Normocephal, rambut hitam, distribusi merata


: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
: Warna Sawo matang, turgor kulit baik, ikterus (-)
: BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-)
: SN vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
: Tampak membuncit sesuai masa kehamilan, tampak linea nigra dan
striae gravidarum. Bising usus (+), nyeri tekan (-), kontraksi (+)
: Lendir (-), darah (-)
3

Ekstremitas

: Tangan Edema -/-, kaki edema -/-, reflex fisiologis (+/+),


reflex patologis (-/-), Akral hangat tangan dan kaki (+/+), clubbing
finger (-/-), sianosis (-/-)

Kelenjar Getah Bening


Submandibula

: tidak ditemukan pembesaran

Supraklavikula

: tidak ditemukan pembesaran

Lipat paha

: tidak ditemukan pembesaran

Leher

: tidak ditemukan pembesaran

Ketiak

: tidak ditemukan pembesaran

Aspek kejiwaan
Tingkah laku

: tenang

Alam perasaan

: biasa

Proses pikir

: wajar

D. PEMERIKSAAN OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah
Payudara
Abdomen
Genital

: chloasma gravidarum (-)


: pembesaran (+), puting susu menonjol, cairan dari puting(-)
: membuncit memanjang linea nigra (+), striae gravidarum (+)
bekas operasi (-)
: PPV (-)

Palpasi
TFU
: 32 cm
Tafsiran Berat Janin : (32-11) x 155= 3255 gram
Leopold I
: Teraba bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong)
Leopold II

: Teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kiri (PUKI)

Leopolod III
Leopold IV
DJJ
His

: Teraba bagian bulat, melenting, dan keras (kepala)


: Kepala sudah masuk PAP
: 12-12-12 (144 x/menit)
: (+) 2x dalam 10 menit selama 30 detik, kuat.

Pemeriksaan dalam: (pukul 07.17)


Pembukaan
: 7 cm
KK
:+

Effacement
Hodge
Point of direction

: 75 %
:I
: UUK kiri
4

Presentasi

: Kepala

Effacement
Hodge
Point of direction
Presentasi

Pemeriksaan dalam: (pukul 12.40)


Pembukaan
: Lengkap
KK
:E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

: 100 %
: III+
: UUK kiri
: Kepala

Pemeriksaan Laboratorium - 12 Juli 2015 (pukul 06:41)


Darah rutin
Eritrosit
4.800.000
Hemoglobin
12,8 g/dL
(N: 11,7 15,5)
Leukosit
17,29
(N: 3.600 11.000)
Hematokrit
38.70 %
(N: 30-43)
Trombosit
284.000
(N: 150.000-440.000)
Golongan darah/Rh
B/+
Diff. Count
Eosinofil
0,1
(1-3)
Basofil
0,2
(0-1)
Neutrofil
87,8
(50-70)
Limfosit
7,8
(25-40)
Monosit
4,1
(1-4)
RDW
15,3 %
(N: 11,5 - 14,5)
LED 1 jam
45
(<20)
LED 2 jam
86
Hemostasis
APTT/Tromboplastin Time
APTT Control
PT/Protrombine Time
PT Control
Imunoserologi
Anti-HBsAG stick
Anti-HIV stick

28,5 detik
(27-40 detik)
33,2 detik
12,4 detik
(11-19 detik)
11,6 detik
Negatif
Negatif

F. RINGKASAN (RESUME)
Wanita 36 tahun GI P0 A0 hamil 39 minggu, datang ke IGD Rumah Sakit Mardi Rahayu
dengan keluhan perut kencang dan terasa mulas sejak 9 jam SMRS. OS mengatakan ini
adalah kehamilan yang pertama. OS mengatakan rutin memeriksakan kehamilannya ke
bidan. OS mengatakan HPHT 10 Oktober 2014, dengan HPL 17 Juli 2015. Saat ini pasien
hamil 39 minggu.
Pada pemeriksaan fisik obstetrik didapatkan inspeksi: perut membuncit memanjang,
striae gravidarum (+), linea nigra (+). Palpasi: tinggi fundus uteri 32 cm, Leopold I: teraba
5

bagian bulat, lunak, tidak melenting (bokong), Leopold II: teraba bagian memanjang dan
keras di sebelah kiri dan teraba bagian kecil di sebelah kanan (puki), Leopold III: teraba
bagian bulat, keras, dan melenting (kepala), Leopold IV: kepala sudah masuk PAP. Pada
pemeriksaan dalam (pukul 12.40) didapatkan: pembukaan lengkap, effacement 100%, KK
(-), teraba kepala Hodge III+, UUK kiri, presentasi kepala. DJJ 144x/menit, teratur,. His 2x
dalam 10 menit selama 30 detik, kuat. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan jumlah
Hemoglobin: 12,8 g/dL, leukosit : 17.290 Eosinofil 0,1% , Neutrofil : 87.80 %, Limfosit
7,8%, LED 1 jam: 45 mm.
G. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja
GI P0 A0 , Usia 36 tahun, Hamil 39 minggu
Janin I hidup intrauterine
Presentasi kepala puki
Inpartu kala II
H. RENCANA PENGELOLAAN
1. VT: pembukaan 7 cm, KK (+), Effacement 75%,
2. Bagian bawah janin kepala HI
3. UUK kiri
4. Pengawasan 10
5. Beri pasien suasana nyaman
6. Beri oksigen menggunakan kanul 3 liter/jam
7. Sarankan pasien untuk berbaring ke kiri
8. Anjurkan dan ajarkan pasien untuk menarik nafas dalam saat his timbul
9. Pasang DC
10. Infuse RL 20 tpm + Induksi 1 ampul
11. Lahirkan secara spontan saat pembukaan sudah lengkap dan his adekuat
I. PROGNOSIS :
Passage
: dubia ad bonam
Passanger
: dubia ad bonam
Power
: dubia ad bonam
J. LAPORAN PERSALINAN
12 Juli 2015 , pukul 12.45 WIB
S : Os merasa perut semakin kencang dan mulas. Os merasa ingin mengejan
O :
KU
: Tampak sakit sedang
TD
: 150 /90 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
6

RR
: 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C
DJJ
: 144 x/menit
His
: 3 x / 10 menit (30 detik)
PPV : (+) lendir darah
Tanda-tanda inpartu kala II (+)
VT :
o Pembukaan
o KK
o Effacement
o Portio
o Hodge
o Point of direction
o Presentasi
A : GI P0 A0 hamil 39 minggu
Janin I hidup intrauterine
Presentasi kepala puki
In partu kala II
P : Pimpin mengejan saat ada HIS
Pengawasan 9

: 10 cm (lengkap)
:: 100 %
: Tidak teraba lagi bibir portio
: III+
: UUK kiri
: Kepala

12 Juli 2015 , pukul 13.15 WIB


S : Os merasa perut semakin kencang dan mulas. Os merasa ingin mengejan
O :
KU
: Tampak sakit sedang, lemas
TD
: 140 /90 mmHg
Nadi : 86 x/ menit
RR
: 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C
DJJ
: 148 x/menit, teratur
His
: 3 x / 10 menit (30 detik)
PPV : (+) lendir darah
Tanda-tanda inpartu kala II (+)
VT :
o pembukaan
: 10 cm
o KK
:o Effacement
: 100%,
o Hodge
: III+
o Point of direction
: UUK kiri
o Presentasi
: Kepala
A : GI P0 A0 hamil 39 minggu
Janin I hidup intrauterine
Presentasi kepala puki
In partu kala II
Partus macet
Deep Transverse Arrest (DTA)
7

P : Pimpin mengejan saat ada His


Episiotomi mediolateral + Akhiri dengan vakum ektraksi
Infus RL 20 tpm
12 Juli 2015 , pukul 13.25 WIB
S : Lemas (+)
O :
KU
: Tampak sakit sedang
Kes. : CM
TD
: 150/100 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR
: 22 x/menit
Suhu : 36,5C
His
: (+)
Bayi lahir dengan Vakum Ekstraksi
Jenis kelamin : Laki laki
BB lahir
: 2890 gram
PB lahir
: 47 cm
APGAR score : 9 10 10
Cacat (-)
A : PI A0 36 tahun
In partu kala III
Post VE atas indikasi Partus macet dengan DTA
P : Pemberian oksitosin 10 IU drip
Lahirkan plasenta
PASCA PERSALINAN
12 Juli 2015 , pukul 13.35 WIB
S : Masih lemas
O :
Plasenta lahir spontan, kesan: lengkap
TFU: 2 jari dibawah umbilikus
Kontraksi uterus baik
Air ketuban sedikit, berwarna jernih
Perdarahan kala III 100 cc; IV : 150 cc
Ruptur perineum grade III
A : PI A0 36 tahun
In partu kala IV
Post VE a/i Partus macet dengan DTA
P : Pehacain 2 ampul IM
Hecting perineum jelujur
Bledstop 1 ampul
Kaltrofen Supp 1
Observasi TFU, kontraksi uterus, perdarahan
Evaluasi 2 jam

FOLLOW UP
13 Juli 2015 , pukul 07.20 WIB
S : Nyeri bekas jahitan berkurang
O : KU : Tampak Sakit Ringan
Kes. : Compos Mentis
TD
: 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu : 36,5C
Mata
: Konjungtiva Anemis -/-, Sklera Ikterik -/Paru-paru
: Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/Jantung
: BJ I-II murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Mammae
: Puting menonjol (+), ASI sudah keluar
Abdomen
: TFU 2 jari dibawah umbilikus, kontraksi uterus (+), BU (+),
Normal)
Ekstremitas
: Edema -/-, akral hangat
PPV : lochia (+)
A : PI A0 36 tahun post partus dengan Vakum Ekstraksi a/i partus macet dengan DTA
P : Cefadroxil 3 x 500
Pospargin (metylergometrin) 3 x 0,2 mg
Hemafort 1 x 1
Edukasi: makan protein tinggi, kalori, vitamin, dan mineral yang cukup, jaga kebersihan diri,
ASI eksklusif 6 bulan, kontrol di poliklinik obgyn 1 minggu. Boleh pulang.
TINJAUAN PUSTAKA
FISIOLOGI PERSALINAN
In partu adalah proses dimulainya persalinan, yang ditandai dengan adanya penipisan dan
pembukaan serviks, kontraksi uterus yang menyebabkan perubahan pada serviks yaitu dengan
frekuensi minimal 2 kali setiap 10 menit serta adanya bloody show.
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar.
Partus dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10
cm. Kala I dinamakan pula kala pembukaan. Kala II disebut pula kala pengeluaran, oleh karena
berkat kekuatan his dan kekuatan mengejan janin didorong ke luar sampai lahir. Dalam Kala III
atau kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya
plasenta dan lamanya 1 jam. Dalam kala itu harus diobservasi ada tidaknya perdarahan
postpartum.1
Kala I
9

Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan
lendir yang bercampur darah (bloody show). Lendir yang bercampur darah ini berasal dari lendir
kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal
dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena
pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.1
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase.
1. Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3 cm.
2. Fase Aktif : Dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :
Fase Akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
Fase Dilatasi Maksimal : Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4

cm menjadi 9 cm.
Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan
dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian,

akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida.
Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan
mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida
ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta
penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Kala I selesai apabila pembukaan
serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan
pada multipara kira-kira 7 jam.1
Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali.
Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his
dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian
perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan
tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah
lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di luar his, dan dengan his dan kekuatan
mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simfisis dan dahi,
muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk

10

mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Para primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam
dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.1

Gambar 1. Gerakan utama dalam persalinan


Gerakan utama dalam persalinan :1
1. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu
kepala janin dapat tegak lurus dengan pintu atas
panggul (sinklitismus) atau miring/ membentuk
sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus
anterior/ posterior).
2. Kepala turun ke dalam rongga panggul,
akibat : 1) tekanan langsung dari his dari daerah
fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari
cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan
diafragma (mengejan), dan 4) badan janin terjadi
ekstensi dan menegang.
3. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu
menempel ke toraks, posisi kepala berubah dari
diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter suboksipito-bregmatikus (belakang
kepala).
4. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala, putaran ubunubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia
interspinarum dengan diameter biparietalis.
5. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah oksiput melewati
bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung,
mulut, dagu.
6. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai dengan sumbu
rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah
simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan dengan mudah.
Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan belakang,
tungkai dan kaki.
11

Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa
menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya
plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah. 1

Kala IV
Dimulai setelah lahirnya placenta dan berakhir 2 jam setelahnya. Dalam kala IV ini
penderita masih membutuhkan pengawasan yang intensif karena pendarahan akibat atonia uteri
masih mengancam. 1
PARTUS MACET ATAU DISTOSIA
Definisi
Partus macet atau distosia didefinisikan sebagai persalinan yang sulit dan ditandai oleh
terlalu lambatnya kemajuan persalinan; dimana pada fase inpartu kala II tidak terjadi kemajuan
penurunan janin ketika ibu mengejan.2
Epidemiologi
Insidens distosia pada usia 20 35 tahun sebesar 73,6%, usia > 35 tahun 23,1% dan usia
< 20 tahun 3,3%. Pada paritas 0 dengan persentasi sebesar 43,2%, paritas 1-3 dengan persentasi
sebesar 35,9% dan pada paritas > 3 dengan persentasi sebesar 20,9%.
Berdasarkan survei Profil Kesehatan Indonesia tahun 2007, diketahui bahwa distosia
merupakan penyebab langsung kematian ibu maternal sebesar 5%.
Etiologi
Penyebab kemacetan dapat terjadi karena:
a. Faktor Kekuatan Ibu
Kelainan His
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada
jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak dapat diatasi dapat
megakibatkan kemacetan persalinan. His yang normal dimulai dari salah satu sudut di
fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan
adanya dominasi kekutan pada fundus uteri, kemudian mengadakan relaksasi secara
merata dan menyeluruh. Baik atau tidaknya his dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat
12

dari his itu sendiri (frekuensinya, lamanya, kuatnya dan relaksasinya) serta besarnya
caput succedaneum.2,3
Adapun jenis-jenis kelainan his sebagai berikut: 3
1. Inersia uteri
His bersifat biasa, yaitu fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada
bagian lain. Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontaksi berlangsung terlalu lama
dapat meningkatkan morbiditas ibu dan mortalitas janin. Keadaan ini dinamakan dengan
inersia uteri primer. Jika setelah berlangsungnya his yang kuat untuk waktu yang lama
dinamakan inersia uteri sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan
berlangsung lama (hingga menimbulkan kelelahan otot uterus) maka inersia uterus
sekunder jarang ditemukan.3
2. His yang terlalu kuat
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu
yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam disebut partus
presipitatus. Sifat his normal, tonus otot diluar his juga normal, kelainannya hanya
terletak pada kekuatan his. Bahaya dari partus presipitatus bagi ibu adalah perlukaan
pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum. Sedangkan bagi bayi bisa
mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut menglami tekanan kuat
dalam waktu yang singkat2.
3. Kekuatan uterus yang tidak terkoordinasi
Tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah, tidak adanya
dominasi fundal, tidak adanya sinkronisasi antara kontraksi daripada bagian-bagiannya.
Dengan kekuatan seperti ini, maka tonus otot terus meningkat sehingga mengakibatkan
rasa nyeri yang terus menerus dan hipoksia janin. Macamnya adalah hipertonik lower
segment, colicky uterus, lingkaran kontriksi dan distosia servikalis3.
Kelainan Mengejan
Pada umumnya persalinan kala II kemajuannya sangat dibantu oleh hejan perut, yang biasanya
dikerjakan bersama-sama pada waktu his. Kelainan mengejan disebabkan oleh:3
1. Otot dinding perut lemah
2. Distasis recti, abdomen pendulans dan jarak antara kedua m. recti lebar
3. Refleks mengejan hilang oleh karena pemberian narkose atau anestesi

13

4. Kelelahan (otot dinding perut menjadi lemah)


b. Faktor Janin
Dapat disebabkan oleh janin yang besar, adanya malposisi dan malpresentasi, kelainan letak
bagian janin, distosia bahu, malformasi dan kehamilan ganda. 3
Letak : Defleksi :
-

Presentasi Puncak Kepala

Presentasi Muka

Presentasi Dahi

Posisi Oksiput Posterior Persisten


-

Kadang kadang ubun ubun kecil tidak berputar ke depan, tetapi tetap berada di
belakang

Letak belakang kepala ubun ubun kecil melintang karena kelemahan his dan kepala
janin bundar.

Letak tulang ubun ubun


-

Positio occiput pubica (anterior)

Oksiput berada dekat simfisis

Positio occiput sacralis (posterior)

c. Faktor Jalan Lahir


Jalan lahir dibagi atas bagian tulang yang terdiri atas tulang-tulang panggul dengan sendisendinya dan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen. Dengan
demikian distosia akibat jalan lahir dapat dibagi atas:
1. Distosia karena kelainan panggul
Kelainan panggul dapat disebabkan oleh; gangguan pertumbuhan, penyakit tulang
dan sendi (rachitis, neoplasma, fraktur, dll), penyakit kolumna vertebralis (kyphosis,
scoliosis,dll), kelainan ekstremitas inferior (coxitis, fraktur, dll). Kelainan panggul dapat
menyebabkan kesempitan panggul. Kesempitan panggul dapat dibagi menjadi tiga
bagian yaitu; kesempitan pintu atas panggul, pintu tengah panggul dan pintu bawah
panggul. Pintu atas panggul dikatakan sempit bila konjugata vera < 10 cm, atau diameter
14

transversa < 12 cm. Kesempitan pintu atas panggul dapat menyebabkan persalinan yang
lama karena adanya gangguan pembukaan yang diakibatkan oleh ketuban pecah sebelum
waktunya yang disebabkan bagian terbawah kurang menutupi pintu atas panggul
sehingga ketuban sangat menonjol dalam vagina dan setelah ketuban pecah kepala tetap
tidak dapat menekan cerviks karena tertahan pada pintu atas panggul. Selain itu
persalinan yang lama juga disebabkan karena adanya moulage kepala yang hebat
sehingga dapat melewati pintu atas panggul ,dan ini memerlukan waktu yang lama.
Bidang tengah panggul dikatakan sempit bila jumlah diameter transversa dan
diameter sagitalis posterior 13,5 cm (N = 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm), diameter antar
spina 9 cm. Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis
posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (transverse arrest).
Pintu bawah panggul dikatakan sempit bila jarak antara tuber ossis ischii 8 cm
dan diameter transversa + diameter sagitalis posterior < 15 cm (N =11 cm+7,5 cm = 18,5
cm), hal ini dapat menyebabkan kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa. 3
2. Distosia karena kelainan jalan lahir lunak
Persalinan kadang-kadang terganggu oleh karena kelainan jalan lahir lunak
(kelainan traktus genitalis). Kelainan tersebut terdapat di vulva, vagina, cerviks uteri, dan
uterus3.
Kelainan pada vulva yang dapat menyebabkan distosia antara lain; edema yang biasanya
diakibatkan oleh persalinan yang lama dengan penderita yang dibiarkan meneran terus menerus,
stenosis pada vulva yang terjadi sebagai akibat perlukaan dan radang yang menyebabkan ulkus
sehingga menimbulkan parut, dan tumor. Sedangkan kelainan vagina yang menyebabkan
distosia antara lain; stenosis vulva, septum vagina dan tumor vagina. 3
Distosia servikalis dan uteri dapat disebabkan oleh dysfunctional uterine action
atau dapat juga disebabkan oleh jaringan parut pada serviks uteri dan dengan adanya
tumor. 3
d. Faktor psikologis
Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus emosional yang
luar biasa bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari aspek fisik
15

satu sama lain. Bagi wanita kebanyakan proses persalinan membuat mereka takut dan
cemas.

Ketakutan dan kecemasan inilah yang dapat menghambat suatu proses

persalinan. Dengan persiapan antenatal yang baik, diharapkan wanita dapat melahirkan
dengan mudah, tanpa rasa nyeri dan dapat menikmati proses kelahiran bayinya. 3

DEEP TRANSVERSE ARREST


Definisi
Deep transverse arrest adalah keadaaan dimana kepala sudah masuk ke dalam
rongga panggul, sutura sagitalis terletak melintang pada diameter interspinosus dan tidak
ada kemajuan penurunan kepala setelah 1 jam pembukaan lengkap. Posisi oksipital
melintang ini merupakan hasil akhir dari rotasi anterior yang tidak sempurna dari posisi
occipital posterior atau karena tidak terjadinya rotasi dari posisi occipital melintang.
Deep tranverse arrest sendiri merupakan bagian dari malposisi, berupa presentasi
belakang kepala dengan ubun-ubun kecil tetap berada disamping atau dibelakang. Posisi
ubun-ubun kecil (UUK)

tetap berada disamping (melintang) disebut sebagai posisi

oksipitalis tranversalis persisten (POTP). Bila persalinan terhenti dengan posisi ubunubun kecil tetap pada posisi melintang disebut transverse arrest.
Keadaan tranverse arrest terbagi menjadi dua yaitu :
1. High Transverse arrest yaitu bila tranverse arrest terjadi dengan penurunan kepala masih
diatas spina ischiadika.
2. Deep Transverse arrest yaitu bila transverse arrest terjadi dengan penurunan kepala sudah
dibawah spina ischiadika. Menurut Dutta, DTA terjadi jika kepala telah jauh turun
kedasar panggul dimana sutura sagitalis kepala tetap pada posisi trasversal diantara
diameter interspinarum dan tidak ada kemajuan penurunan kepala setelah sampai 1 jam
setelah pembukaan lengkap.
Etiologi
1. Kelainan panggul, yaitu panggul picak/platipoid, panggul corong, otot dasar panggul
lemah pada multiparitas, tidak sempurnanya rotasi anterior dari posisi oksipitalis
16

posterior, pada panggul dengan spina ischiadika yang menonjol dengan diameter
interspina <10 cm, diameter anteroposterior pendek, dinding samping panggul konvergen,
sakrum datar.4
2. Disfungsi uterus hipotonik. Kontraksi uterus spontan yang normal seringkali
menghasilkan tekanan sekitar 60 mmHg. Pada saat relaksasi otot uterus tidak
mengadakan relaksasi sampai 0 mmHg akan tetapi masih mempunyai tonus, sehingga
tekanan didalam ruang amnion masih terukur antara 6-12 mmHg. Hal ini disebabkan
karena setiap sesudah his, otot di korpus menjadi lebih pendek dari sebelumnya yang
dalam bahasa obstetrik disebut otot-otot uterus mengadakan retraksi. Disfungsi uterus
hipotonik, pada keadaan kontraksi uterus mempunyai pola gradien yang normal
(sinkron), namun dengan kenaikan tekanan yang sedikit pada saat his tidak cukup untuk
menimbulkan dilatasi serviks dengan kecepatan yang memuaskan. Tipe uterus ini terjadi
selama fase aktif dari persalinan, yaitu sesudah servik mengadakan dilatasi lebih dari 4
cm dan respon baik terhadap pemberian oksitosin.1
3. Ketuban pecah dini atau adanya keadaan oligohidramnion dapat menyebabkan terjadinya
deep transverse arrest dikarenakan sedikitnya cairan sehingga tidak ada yang membantu
melincinkan jalan lahir.
Penatalaksanaan
Keadaan letak belakang kepala dengan ubun-ubun kecil melintang belum dapat
menjadi alasan untuk mengambil tindakan. Karena dapat dicoba dulu dengan menyuruh
ibu berbaring miring ke samping ke arah punggung anak. Jika kepala gagal mengadakan
rotasi spontan yang disebabkan oleh adanya disfungsi uterus hipotonik tanpa adanya
sefalopelvik disproporsi, oksitosin dapat diberikan lewat infus, sementara itu bunyi
jantung anak dan kontraksi uterus dipantau secara ketat.
Rotasi manual dapat dilakukan dengan cara Whole Hand Method yaitu seluruh
tangan dimasukkan ke dalam vagina untuk melakukan rotasi. Pada oksiput kanan
melintang biasanya digunakan tangan kiri dan pada oksiput kiri melintang biasanya
digunakan tangan kanan. Setelah dua jari tangan membeberkan labia, tangan yang sesuai
dimasukkan ke dalam vagina dengan cara membentuk kerucut. Empat jari dimasukkan
ke dalam vagina di lengkung sakrum dan diletakkan di os parietal posterior, sedang ibu
jari diletakkan di os parietal anterior.

17

Arrest pada deep transverse secara umum lebih sulit penanganan-nya dibanding
pada posisi oksipito posterior dan juga lebih serius dari arrest pada pintu atas panggul.
Pada keadaan terakhir adanya disproporsi diketahui pada awal persalinan dan persalinan
dengan seksio sesarea dapat dilakukan ketika keadaan masih baik. Tapi pada posisi deep
transverse arrest, proses persalinan telah jauh berjalan dan secara teknik seksio sesarea
sulit dilakukan dan dapat menyebabkan infeksi.
Persalinan pervaginam merupakan cara yang aman dan dapat dilakukan dengan

cara cara berikut:


Vakum ekstraksi.
Rotasi manual.
Rotasi dengan forceps Kielland dilakukan oleh tenaga ahli.
Kraniotomi pada janin mati

EKSTRAKSI VAKUM
Ekstraksi vakum

merupakan

tindakan

obstetrik

yang

bertujuan

untuk

mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada
bayi. Oleh karena itu kerjasama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya
merupakan faktor yang sangat penting yang sangat penting dalam menghasilkan
akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke arah yang sama. Tarikan pada kulit kepala
bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman yang dihasilkan dari aplikasi tekanan
negatif (vakum) . Mangkuk logam atau silastik akan memegang kulit kepala yang akibat
tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk dihubungkan dengan tuas penarik
(yang dipegang oleh penolong persalinan), melalu seutas rantai. Ada 3 gaya yang bekerja
pada prosedur ini, yaitu tekanan intrauterin (oleh kontraksi) tekanan ekspresi eksternal
(tenaga mengedan) dan gaya tarik (ekstraksi vakum). Alat ini dinamakan ekstraktor
vakum atau ventouse.5,6
Sejarah
Gagasan untuk melahirkan kepala janin dengan memakai tenaga vakum, mulamula dipelajari oleh Young (1706) dari inggris, yang kemudian secara berturut-turut
dikembangkan oleh ahli-ahli obstetri di negara-negara Eropa dalam bentuk yang
bermacam-macam. Bentuk ekstraktor vakum yang bermacam-macam ini ternyata kurang
populer dalam pemakaiannya, karena banyak hambatan-hambatan teknik. Akhirnya pada
tahun 1952-1954 Tage Malmstrom dari Gothenburg, Swedia menciptakan ekstraktor
vakum yang setelah mengalami percobaan-percobaan dan modifikasi dalam bentuknya,
18

sejak tahun 1956 menjadi sangat populer dipakai dalam klinik-klinik obstetri sampai saat
ini.5

Gambar 2. Ekstraksi Vakum


Bentuk dan Bagian-Bagian Ekstraktor Vakum6
1. Mangkuk (Cup)
Bagian yang dipakai untuk membuat kaput suksedaneum artifisialis. Dengan mangkuk ini
kepala diekstraksi. Diameter mangkuk : 3,4,5,6 cm. Pada dinding belakang mangkuk
terdapat tonjolan, untuk tanda letak denominator.
2. Botol
Tempat membuat tenaga negatif (vakum). Pada tutup botol terdapat manometer, saluran
menuju pompa penghisap, dan saluran menuju ke mangkuk yang dilengkapi dengan
3.
4.
5.
6.

pentil.
Karet Penghubung
Rantai Penghubung Antara Mangkuk Dengan Pemegang
Pemegang (extraction handle)
Pompa Penghisap (vacuum pump).

Indikasi
Ibu
1. Untuk memperpendek kala II, misalnya penyakit jantung kompensata, penyakit paru
2. Waktu : Kala II yang memanjang.

19

Janin
1. Gawat Janin atau fetal distress
Kontraindikasi
Ibu
1. Ruptur Uteri Imminens (RUI)
2. Pada penyakit dimana ibu secara
mutlak

tidak

boleh

mengejan,

misalnya High myopia.


Janin
1. Letak muka
2. After Coming Head
Gambar

3.

After

coming head
3. Janin preterm
Syarat Ekstraksi Vakum5
1. Pembukaan lengkap
2. Penurunan kepala janin boleh pada hodge III+
3. Harus ada kontraksi rahim dan ada tenaga pengejanan ibu yang terkoordinasi
4. Ketuban sudah pecah/dipecah
5. Tidak ada CPD
Prosedur Ekstraksi Vakum5
1. Ibu dalam posisi litotomi dan dilakukan desinfeksi daerah genitalia. Sekitar vulva ditutup
dengan kain steril.
2. Pada dasarnya tidak diperlukan narkosis umum. Bila perlu dapat dilakukan anestesi lokal
baik dengan cara infiltrasi maupun blok pudendal.
3. Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum terpasang maka dipilih mangkuk yang
sesuai dengan pembukaan servik. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dengan posisi
miring dan setelah melewati introitus pasangkan pada bagian terendah kepala, menjauhi
ubun-ubun besar (perhatikan agar tepi mangkok tidak terpasang pada bagian yang tidak
rata/moulage di daerah ubun-ubun kecil). Tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai
dengan letak denominator.5,6
4. Dilakukan penghisapan dengan tekanan negatif 0,2 kg/cm2 , 2 menit kemudian
dinaikkan sampai mencapai 0,6 kg/cm2. Maksud pembuatan tekanan negatif yang
bertahap ini adalah supaya kaput suksedaneum buatan dapat terbentuk dengan baik.
20

5. Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada bagianbagian jalan lahir yang ikut terjepit.
6. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah
dengan arah sumbu panggul. Pada waktu melakukan tarikan ini harus ada koordinasi
yang baik antara tangan kiri dengan tangan kanan penolong. Arah tarikan harus sesuai
dengan turunnya kepala dan tegak lurus dengan mangkuk :
-

Kepala tinggi

- Arah tarikan ke dorsal

Kepala tengah

- Arah tarikan dasar

Kepala di dasar panggul

- Arah tarik ke atas/ventral

7. Ibu jari dan telunjuk tangan kiri menahan mangkuk, sedang tangan kanan melakukan
tarikan dengan memegang pada pemegang. Maksud tangan kiri menahan mangkuk ialah
agar mangkuk selalu dalam posisi yang benar dan bila sewaktu-waktu mangkuk lepas,
maka mangkuk tidak akan meloncat ke arah muka penolong.
8. Traksi dilakukan terus selama ada his dan harus mengikuti putaran paksi dalam, sampai
akhirnya suboksiput berada di bawah simfisis. Bila his berhenti, maka traksi juga
dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara intermittent, bersama-sama dengan his.
9. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga kepala janin
melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomokhlion dan berturut-turut
lahir bagian-bagian kepala sebagaimana lazimnya. Pada waktu kepala melakukan
gerakan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan perineum. Setelah
kepala lahir, pentil dibuka, udara masuk ke dalam botol, tekanan negatif menjadi hilang,
dan mangkuk lepas.
10. Bila diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau pada
waktu kepala membuka vulva.
Kriteria Ekstraksi Vakum Gagal5
1. Waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali. Mangkuk lepas pada waktu
traksi, kemungkinan disebabkan :
Tenaga vakum terlalu rendah.

21

Tekanan negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak terbentuk kaput suksedaneum

yang sempurna yang mengisi seluruh mangkuk


Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan mangkuk sehingga mangkuk

tidak dapat mencengkram dengan baik.


Bagian-bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkuk.
Kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak bekerja sama dengan baik.
Traksi terlalu kuat
Cacat (defect) pada alat, misalnya kebocoran pada karet saluran penghubung.
Adanya disproporsi sefalo-pelvik. Setiap mangkuk lepas pada waktu traksi, harus
diteliti satu per satu kemungkinan-kemungkinan di atas dan diusahakan

melakukan koreksi.
2. Dalam waktu setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir.
3. Pada saat penarikan cup yang sudah terpasang terasa berat dan tidak ada penurunan.
Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi baik pada ibu maupun pada janin, pada ibu dapat terjadi
perdarahan, trauma jalan lahir dan infeksi. Pada janin dapat terjadi ekskoriasi kulit
kepala, Sefalohematoma, Subgaleal hematoma cepat direabsorpsi tubuh janin. Bagi janin
yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum yang
agak berat, nekrosis kulit kepala yang dapat menimbulkan alopesia, fraktur klavikula,
distosia bahu.5
Keunggulan Ekstraksi Vakum dibandingkan Ekstraksi Cunam 5
1.
2.
3.
4.

Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi)


Tidak diperlukan narkosis umum.
Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan lahir.
Trauma pada kepala janin lebih ringan.

Kerugian Ekstraksi Vakum dibandingkan Dengan Cunam 5


1. Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama.
2. Tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap sebagai
keuntungan, karena kepala janin terlindungi dari traksi dengan tenaga yang berlebihan.
3. Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet dan
harus selalu kedap udara.

22

DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi keempat. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2012.h.80-7, 583-7, 678-81.
2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri Williams.
Vol. I. Jakarta: EGC; 2010.h. 546-7.
3. Mochtar R. Partus lama dan partus terlantar. Sinopsis Obstetri jilid I. Edisi 2. Jakarta: EGC;
1998. h. 384-386.
4. Sinclair C. Buku saku kebidanan.Jakarta:EGC;2010.h.208.
5. Wiknjosastro H. Ilmu bedah kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2010.h.80-7, 103.
6. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Ekstraksi Vakum. Buku panduan praktis
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.Jakarta: YBP-SP;2002.h. 496-500.

23

Anda mungkin juga menyukai