1. Asfiksia
2. Perdarahan
3. Kematian janin
1. Pemberian sedasi dan analgetik : pethidin 50mg IV dan analgetik epidural lumbalis
2. Bila + tanda-tanda obstruksi maka lakukan SC
RUPTUR UTERI
Untuk mencegah timbulnya ruptur uteri pimpinan persalinan harus dilakukan dengan
cermat, khususnya pada persalinan dengan kemungkinan distosia, dan pada wanita yang
pernah mengalami sectio sesarea atau pembedahan lain pada uterus. Pada distosia harus
diamati terjadinya regangan segmen bawah rahim, bila ditemui tanda-tanda seperti itu,
persalinan harus segera diselesaikan.
Jiwa wanita yang mengalami ruptur uteri paling sering bergantung pada kecepatan
dan efisiensi dalam mengoreksi hipovolemia dan mengendalikan perdarahan. Perlu
ditekankan bahwa syok hipovolemik mungkin tidak bisa dipulihkan kembali dengan cepat
sebelum perdarahan arteri dapat dikendalikan, karena itu keterlambatan dalam memulai
pembedahan tidak akan bisa diterima. Jadi, segera perbaiki syok dan kekurangan darah.
Perbaikan syok meliputi pemberian oksigen, cairan intravean, darah pengganti dan
antibiotik untuk pencegahan infeksi.
Bila keadaan umum penderita mulai membaik dan diagnosa telah ditegakkan,
selanjutnya dilakukan laparotomi (tindakan pembedahan) dengan tindakan jenis operasi:
Tindakan aman yang akan dipilih, tergantung dari beberapa faktor, antara lain:
a. Keadaan umum
b. Jenis ruptur, inkompleta atau kompleta
c. Jenis luka robekan
d. Tempat luka
e. Perdarahan dari luka
f. Umur dan jumlah anak hidup
g. Kemampuan dan keterampilan penolong.
Gambar Ruptur Uteri
Daftar isi
https://www.academia.edu/33904697/RUPTUR_UTERI_MAKALAH_OK