Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

PADA PERSALINAN KALA I DAN II

A L I FA I N TA N A L - M U T TA H A S I N ( 1 0 1 8 0 0 0 0 0 0 8 )
S I S C A D W I T R E S YA N A ( 1 0 1 8 0 0 0 0 0 0 1 )
MONIKA FRANSISKA DHAO (101800000083)
WENDILINA LEKI (101800000033)
LETAK SUNGSANG
Persalinan letak sungsang adalah persalinan pada
bayi dengan presentasi bokong (sungsang)
dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu
badan ibu, kepala berada pada fundus uteri,
sedangkan bokong merupakan bagian terbawah
di daerah pintu atas panggul atau simfisis
(Manuaba, 1988).
Persalinan kepala pada letak sungsang tidak
mempunyai mekanisme “Maulage” karena
susunan tulang dasar kepala yang rapat dan
padat, sehingga hanya mempunyai waktu 8
menit, setelah badan bayi lahir. Keterbatasan
waktu persalinan kepala dan tidak mempunyai
mekanisme maulage dapat menimbulkan
kematian bayi yang besar (Manuaba, 1998).
MACAM-MACAM LETAK SUNGSANG

1. Letak Bokong Murni (frank breech)


2. Letak Bokong kaki sempurna (complete breech)
3. Letak bokong Kaki tidak sempurna (incomplete breech)
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan perabdominal pada palpasi
a. Di bagian bawah teraba bagian yang kurang keras dan kurang bundar, sementara di fundus teraba bagian yang keras, bundar dan
melenting.
b. Djj terdengar di atas pusat.
c. Dengan USG
ETIOLOGI
1. Faktor ibu
 Keadaan rahim (rahim arkuatus, septum pada rahim, uterus dupleks,mioma bersama kehamilan)
 Keadaan plasenta (plasenta previa, plasenta letak rendah)
 Keadaan jalan lahir (panggul sempit, deformitas tulang panggul, terapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala)
2. Faktor Janin
Talipusat pendek / lilitan talpus
Hidrocepalus atau anencepal
Kehamilan kembar
Hidramnion atau oligohidramnion
premauritas
TANDA DAN GEJALA

Pemeriksaan abdominal
Letaknya adalah memanjang.
Di atas panggul terasa massa lunak dan tidak terasa seperti kepala.
Pada fundus uteri teraba kepala. Kepala lebih keras dan lebih bulat dari pada bokong
dan kadang-kadang dapat dipantulkan (Ballotement)
Auskultasi
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan sedikit lebih tinggi dari umbilikus
(Sarwono Prawirohardjo, 2007 ). Auskultasi denyut jantung janin dapat terdengar diatas
umbilikus jika bokong janin belum masuk pintu atas panggul. Apabila bokong sudah
masuk pintu atas panggul, denyut jantung janin biasanya terdengar di lokasi yang lebih
rendah (Debbie Holmes dan Philip N. Baker, 2011).
PENATALAKSAAN PERSALINAN SUNGSANG

1. Pada saat masuk kamar bersalin perlu dilakukan penilaian secara cepat dan cermat mengenai : keadaan selaput
ketuban, fase persalinan, kondisi janin serta keadaan umum ibu.
2. Dilakukan pengamatan cermat pada DJJ dan kualitas his dan kemajuan persalinan.
3. Persiapan tenaga penolong persalinan dan asisten penolong.
Persalinan spontan pervaginam (spontan Bracht) terdiri dari 3 tahapan :
1. Fase lambat pertama:
Mulai dari lahirnya bokong sampai umbilikus (scapula).
Disebut fase lambat oleh karena tahapan ini tidak perlu ditangani secara tergesa-gesa mengingat tidak ada bahaya
pada ibu dan anak yang mungkin terjadi.
2. Fase cepat:
Mulai lahirnya umbilikus sampai mulut.
Pada fase ini, kepala janin masuk panggul sehingga terjadi oklusi pembuluh darah talipusat antara kepala dengan
tulang panggul sehingga sirkulasi uteroplasenta terganggu.
Disebut fase cepat oleh karena tahapan ini harus terselesaikan dalam 1-2 kali kontraksi uterus (sekitar 8 menit).
3. Fase lambat kedua:
Mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala.
Fase ini disebut fase lambat oleh karena tahapan
ini tidak boleh dilakukan secara tergesa-gesa
untuk menghidari dekompresi kepala yang
terlampau cepat yang dapat menyebabkan
perdarahan intrakranial.
Berikut ini prosedur melahirkan secara bracht :
Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong
berdiri di depan vulva, dilahirkan dengan
kekuatan ibu sendiri. Setelah anak lahir,
perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan
seperti pada persalinan spontan pervaginam pada
presentasi belakang kepala
Pegangan bokong pada persalinan Partial Extraction/ Manual Aid
bracht Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga
dan kekuatan ibu dan sebagian dengan
tenaga penolong.
a. Mueller
1. badan janin dipegang secara femuro-
pelvis dan sambil dilakukan traksi
curam ke bawah sejauh mungkin
sampai bahu depan di bawah
simfisis dan lengan depan dilahirkan
dengan mengait lengan di bawahnya
Pegangan “Femuro Pelvic” pada 2. setelah bahu dan lengan depan lahir, maka
badan janin yang masih dipegang femuro pelvic
pertolongan persalinan sungsang
ditarik ke atas sampai bahu belakang lahur
(Wiknojosastro, 2007)
b. klasik 2.bersamaan dengan itu tangan kiri penolong
1. kedua kaki dipegang dengan tangan kanan dimasukkan ke dalam jalan lahir dengan jari telunjuk
penolong ada pergelangan kakinya dan dielevasi menelusuri bahu janin sampai pada fossa cubiti
ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin kemudia lengan bawah dilahirkan dengan gerakan
mendekati perut ibu. seolah-olah lengan bawah mengusap janin.
c. Lovset
3. untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan
1. badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik
sambil dilakukan traksi curam ke bawah bdan curam ke bawah sehingga punggung janin mendkati punggung
janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu ibu. Dengan cara yang sama lengan dapat dilahirkan
belakang menjadi bahu depan (Wiknjosastro,2007)
2. Tubuh janin dipegang dengan pegangan  untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan
femuropelvik kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik
curam ke bawah sehingga punggung janin mendkati punggung
ibu. Dengan cara yang sama lengan dapat dilahirkan
(Wiknjosastro,2007)
 Tubuh janin diputar kembali 180 derjat kearah yang d. Mauriceau
berlawanan sehingga bahu belakang kembali menjadi Cara persalinan sungsang dengan teknik
bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat
mauriceaue
dilahirkan.
1. tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan lahir
2. jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jadi telunjuk serta jari ke empat
mencengkram fossa canina sedangkan jari yang lain mencengkram leher

Jari tengah masuk ke dalam mulut bayi, jari telunjuk dan jari manis beara di fossa canina
3. badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari
ke tiga penolong mencengkram leher rahim dari arah punggung.
4. kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah ambil seorang asisten melakukan fundal pressure.
5. saat sub-oksiput tampak di bawah simfisis, kepala janin di elevasi keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion
sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, UUB dan akhirnya seluruh kepala
(Wiknjosastro,2007)
Full Extraction
Yaitu janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Ekstraksi sungsang dilakukan jika ada indikasi
dan memenuhi syarat untuk mengakhiri persalinan serta tidak ada kontra indikasi. Indikasi ekstraksi sungsang
yaitu gawat janin, tali pusat menumbung, persalinan macet.
a. cara ekstraksi bokong
1. lakukan periksa dalam vagian untuk memastikan titik penunjuk (os sacrum)
2. jari telunjuk tangan operator yang berhadapan dengan os sacrum dikaitkan pada lipat paha depan janin.
Kemudia dilakukan esktraksi curam ke bawah
3. bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari telunjuk tangan operator yang lain dipasang pad
alipat paha belakang untuk membantu traksi sehingga bokong berada di luar vulva.
 Atau Kaitkan pada lipat paha depan untuk melahirkan trochanter depan

4. arah ekstraksi berubah ke atas untuk mengeluarkan trokanter belakang


5. ekstraksi kemudian mengikuti putaran paksi dalam
6. bila pusat sudah berada di luar vulva, dikendorkan
7. ekstraksi diteruskan dengan cara menempatkan kedua tangan pada bokong janin dengan kedua ibu jari berada di
atas sacrum dan jari-jari kedua tangan berada di atas lipat paha janin
b. Perabdominal (sectio caesarea)
Jenis SC
 SC transpertinoealis profunda
 SC klasik
 SC ekstraperitoneal
Ekstraksi parsial
Secara klasik
Secara Mueller
Secara Loevset
Distosia Bahu

Distosia ialah kesulitan jalannyapersalinan atau dapat didefinisikanDistosia ialah persalinan atau


abnormalyang timbul akibat berbagai kondisiyang berhubungan dengan lima faktorpersalinan. (Rustam ,
1998)
Distosia Bahu ialah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelahkepala janin dilahirkan.
Etiologi Distosia Bahu
Sebab-sebab dystocia bahu dapat dibagi menjadi tiga golongan besar :
1.    Distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak keluar karena kuat.
a.  Karena kelainan his :
Inersia Uteri Hipotonik,  adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan
frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti
anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau
makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang
baik.
Inersia uteri hipotonik terbagi dua, yaitu :
 Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat ( kelemahan his
yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit untuk memastikan apakah
penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum.
 Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya
terdapat gangguan / kelainan.
b.  Karena kekuatan
mengejan kurang kuat, misalnya karena cicatrix  baru pada dinding perut, hernia, diastase musculus
rectus abdominis atau karena sesak nafas.
2. Distosia karena kelainan letak atau kelainan anak, misalnya letak lintang, letak dahi, hydrochepalus
atau monstrum.
3.  Distosia karena kelainan jalan lahir : panggul sempit, tumor-tumor yang mempersempit jalan lahir.
Patofisiologi Distosia Bahu

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan
kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada
umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) dibawah ramus pubis.
Dorongan pada saat ibu meneran akan menyebabkan bahu depan (anterior)
berada dibawah pubis, bila bahu gagal untuk mengadakan putaran
menyesuaikan dengna sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan
terhadap simfisis sehingga bahu tidak lahir mengikuti kepala
Komplikasi Distosia Bahu

Komplikasi distosia bahu antara lain sebagai berikut:


a. Pada janin
1. Meninggal, Intrapartum atau neonatal
2. Paralisis plexus brachialis
3. Fraktur klavikula
4. Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurologis permanen
5. Fraktura humerus
b. Pada ibu:
6. terjadi Robekan di perineum derajat III atau IV
7. Perdarahan pasca persalinan
8. Rupture uteri (Hakimi, 2003).
Factor Resiko
Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian distosia bahu yaitu:
1. Ibu dengan diabetes, 7 % insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan diabetes
gestasional (Keller,dkk).
2. Janin besar (macrossomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada bayi dengan berat lahir
yang lebih besar, meski demikian hamper separuh dari kelahiran distosia bahu memiliki
berat kurang dari 4000 g.
3. Multiparitas
4. Ibu dengan obesitas.
5. Kehamilan posterm, dapat menyebabkan distosia bahu karena janin terus tumbuh setelah
usia 42 minggu.
6. Riwayat obstetric dengan persalinan lama/persalinan sulit atau riwayat distosia bahu,
terdapat kasus distosia bahu rekuren pada 5 (12%) diantara 42 wanita ( Smith dkk., 1994).
Penatalaksanaannya

Penatalaksanaan distosia bahu juga harus memperhatikan kondisi ibu dan


janin. Syarat-syarat agar dapat dilakukan tindakan untuk menangani distosia
bahu adalah :
1. Kondisi vital ibu cukup memadai sehingga dapat berkerjasama untuk
menyelesaikan persalinan
2. Masih mampu untuk mengejan
3. Jalan lahir dan pintu bawah panggul memadai untuk akomodasi tubuh bayi
4. Bayi masih hidup atau diharapkan dapat bertahan hidup
5. Bukan monstrum atau kelainan kongenital yang menghalangi keluarnya
bayi (Taufan Nugroho.2012:133)
Pencegahan

Upaya pencegahan distosia bahu dan cedera yang dapat ditimbulkannya dapat dilakukan
dengan cara :
1. Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan vaginal berisiko tinggi : janin luar
biasa besar ( > 5 kg), janin sangat besar (> 4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin besar ( > 4
kg) dengan riwayat distosia bahu pada persalinan sebelumnya, kala II yang memanjang
dengan janin besar
2. Identifikasi dan obati diabetes pada ibu
3. Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi
4. Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan suprapubis atau
fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan risisko cedera pada janin
5. Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia diketahui. Bantuan
diperlukan untuk membuat posisi MCRobert, pertolongan persalinan, resusitasi bayi, dan
tindakan anestesia (bila perlu) (Abdul Bari Saifuddin.2008:60 ) 
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai