10180000008
PREKLAMSI &EKLAMSI
A. Pengertian Preklamsia
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab
kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang
akan berdampak pada ibu dan bayi. Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai
tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai
triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan. AKI merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5, meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang
akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.
Terdapat dua kategori kematian ibu yaitu disebabkan oleh penyebab langsung obstetri yaitu
kematian yang diakibatkan langsung oleh kehamilan dan persalinannya, dan kematian yang
disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu kematian yang terjadi pada ibu hamil yang
disebabkan oleh penyakit dan bukan oleh kehamilan atau persalinannya.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia ringan,
preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum
kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda
dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak
sama.
1.2 Etiologi
Penyebab preeklamsi saat ini belum dapat diketahui secara pasti, walaupun penelitian
dilakukan terhadap penyakit ini sedemikian maju. Semuanya baru didasarkan pada teori yang
dihubung-hubungkan dengan kejadian. Itulah sebabnya preklamsi disebut juga “disease of
theory”, gangguan kesehatan yang diasumsikan pada teori. Adapun teori tersebut antara lain :
1. Peran prostasiklin dan tromboksan
Pada preeklamsi dan eklamsi didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga
terjadi penurunan prostasiklin yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi
pengumpalan dan fibionalisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin.
Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas
trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotinin, sehingga terjadi
vasospasme dan kerusakan endotel.
2. Peran faktor imunologis
Preeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada
kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama
pembentukkan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang
semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Fierlie FM (1992) mendapatkan
beberapa data yang mendukung adanya sistem imun pada penderita preeklamsi ;
beberapa wanita dengan preeklamsi mempunyai komplek imun dalam serum, beberapa
studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada preeklamsi diikuti
proteiuri.
3. Faktor genetik
Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian preeklamsi
antara lain :
a. Preeklamsi hanya terjadi pada manusia
b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada anak-anak
dari ibu yang menderita preeklamsi
c. Kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada anak dan cucu ibu hamil
dengan riwayat preeklamsi dan bukan pada ipar mereka
d. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron Sistem (RAAS)
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya
preeklampsia dan eklampsia. Faktor – faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan
gangguan aliran darah ke rahim. Faktor resiko terjadinya preeklamsi, preeklamsi umumnya
terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja, dan kehamilan pada
wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah: riwayat tekanan darah tinggi yang
kronis sebelum kehamilan, riwayat mengelami preeklampsia sebelumnya, riwayat
preeklampsi pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari satu
orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal lupus atau rematoid arthritis.
5. Oliguria <400 ml/24jam (Normalnya eliminasi urin pada orang dewasa 1500 ml/hari)
8. Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
Skotoma adalah bintik buta/ada bayangan putih saat melihat dan tidak fokus
mengenali objek
9. Perdarahan retina
12. Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam dengan ekstraksi wakum atau forceps, jadi
ibu dilarang mengedan (dilakukan oleh dokter ahli kandungan); jangan berikan
methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan antonia uteri;
pemberian MgSO4 kalau tidak ada kontraindikasi, kemudia diteruskan dengan dosis 4
13. Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea, perhatikan bahwa: tidak terdapat
koagulopati: anastesi yang aman atau terpilih adalah anastesi spinal berhubungan
14. Jika anastesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlau kecil, lakukan
dalam 500nml dextrose 10 tetes/mnit atau dengan prostaglandin (atas instruksi dokter
2. Kehamilan ganda
4. Riwayat pre-eklampsia
7. Obesitas
Preeklamsia dapat menghambat sirkulasi darah ke plasenta, jika hal ini terjadi,
janin Anda akan mengalami kekurangan suplai darah, oksigen dan nutrisi penting
untuk pertumbuhan. Preeklamsia dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan
kurang atau bahkan lahir secara prematur.
2. Kelahiran Prematur
Jika kondisi ibu hamil dengan pre-eklamsia berat, umumnya dokter akan
menyarankan untuk melakukan tindakan operasi caesar untuk menyelamatkan ibu dan
bayi. Kelahiran prematur dapat menyebabkan masalah pernapasan dan masalah
kesehatan lain pada bayi
3. Abrupsi Plasenta
Sindrom HELLP atau Hemolysis, Elevated Liver Enzymes and Low Platelet
Count merupakan kondisi dimanan rusaknya sel darah merah, meningkatnya enzim di
liver dan rendahnya trombosit pada tubuh. Sindrom HELLP membahayakan
keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan karena dapat menyebabkan kerusakan
sistem organ tubuh.
5. Eklamsia
6. Kerusakan Organ
1.5 Penanganan
1. Rangsang untuk menimbulkan kejang dapat berasal dari luar atau dari penderita
sendiri, dan his persalinan merupakan rangsang yang kuat. Maka dari itu, pre-
2. Tidak boleh dilupakan bahwa kadang-kadang hipertensi timbul untuk pertama kali
dalam persalinan dan dapat menjadi eklamsia, walaupun pada pemeriksan ANC tidak
tekanan darah perlu dieriksa berulang-ulang dan air kencing perlu diperiksa terhadap
protein.
3. Untuk penderita pre-eklamsia diperlukan analgetika dan sedative lebih banyak dalam
persalinan. Pada kala II, pada penderita dengan hipertensi, bahaya perdarahan dalam
otak lebih besar, sehingga apabila syarat-syarat telah dipenuhi, hendaknya persalinan
diakhiri dengan cunam atau ekstraktor vakum dengan memberikan narcosis umum
untuk menghindarkan rangsangan pada susunan saraf pusat. Anastesia lokal dapat
diberikan bila tekanan bila tekanan darah tidak terlalu tinggi dan penderita masih
darah. Oleh karena itu, pemberian ergometrin secara rutin pada kala III tidak
dianjurkan, kecuali jika ada perdarahan postpartum karena atonia uteri. Pemberian
obat penenang diteruskan sampai 48 jam postpartum, karena ada kemungkinan setelah
persalinan berakhir, tekanan darah naik dan eklamsia timbul. Selanjutnya obat
5. Telah diketahui bahwa pada pre-eklamsia janin diancam hipoksia, dan pada
persalinan bahaya ini makin besar. Pada gawat janin, dalam kala I, dilakukan segera
seksio sesaria, pada kala II dilakukan ekstraksi dengan cunam atau ekstraktor vakum.
resusitasi. Maka dari itu, semua peralatan untuk keperluan tersebut perlu disediakan.
1. partus dengan atau tanpaamniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin 10 satuan dalam
2. Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam dengan ekstraksi wakum atau forceps, jadi
ibu dilarang mengedan ()dilakukan oleh dokter ahli kandungan); jangan berikan
methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan antonia uteri;
pemberian MgSO4 kalau tidak ada kontraindikasi, kemudia diteruskan dengan dosis 4
3. Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea, perhatikan bahwa: tidak terdapat
koagulopati: anastesi yang aman atau terpilih adalah anastesi spinal berhubungan
dalam 500nml dextrose 10 tetes/mnit atau dengan prostaglandin (atas instruksi dokter
Pada umumnya indikasi untuk untuk merawat penderita pre-eklamsia di rumah sakit
ialah:
1) TD sistolik >140 mmHg atau lebih dan atau TD diastolik >90 mmHg atau lebih
Perlu diperhatikan bahwa apabila hanya 1 tanda yang ditemukan, perawatan belum
seberapa mendesak, akan tetapi pengawasan ditingkatkan dan kepada ibu dianjurkan
untuk segera datang jika ada keluhan. Sementara itu, ibu dinasehati untuk banyak
beristirahat dan mengurangi pemakaian garam dalam makanan.
Pada penderita yang dirawat di rumah sakit dilakukan pemeriksaan dan penilaian
sebagai berikut:
rutin
2.) TD, air kencing, BB diperiksa setiap hari, dan edema dicari, terutama pada daerah
sacral
4.) Funduskopi dilakukan pada waktu penderita masuk rumah sakit dan dikemudian tiap
3 hari
5.) Keadaan janin diperiksa tiap hari dan besarnya dinilai. Dapat ditemukan janin tidak
bertumbuh secara semestinya, penaksiran maturitas janin dalam hal ini perlu
7.) Penderita diingatkan untuk segera memberitahukan apabila sakit kepala, merasa mual,
2. Pre-eklamsia dengan hipertensi dan/ proteinuria menetap selama 10-14 hari dan janin
b) Tirah baring
menit
1) Edema paru
3) Edema anasarka
g) Kardiotonika
Indikasi pemberian kardiotonika ialah bila ada tanda-tanda gagal jantung dan
dilakukan perawatan bersama bagian penyakit jantung
h) Diet
Cahyaningtias, candra.2010.”preeklamsia”.dikutip
dari:file:///C:/Users/ASUS/Documents/Candra_Cahyaningtyas_Giyanto_2201011113009
0_Lap.KTI_BAB_II.pdf. Diakses pada tanggal 12 april 2021
Pengertian Eklamsia
Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “ karena
gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam
kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam nyawa
dari kehamilan , ditandai dengan munculnya kejang tonik – klonik, biasanya pada
pasien yang telah menderita preeklampsia. Preeklamsia dan eklampsia secara kolektif
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa
nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau
koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia (Ong Tjandra &
John 2008). Eklamsi dalam bahasa yunani berarti ”halilintar”, karena serangan
kejang-kejang timbul tiba-tiba seperti petir (Rustam Mochtar, 1998. hal : 203).
Matar dan sibai (2000) mengumpulkan efek merugikan pad 399 kasus wanita
dengan eklamsia yang melahirkan antar tahun 1977 dan 1998 disentra mereka
dimemphis. Penyulit utama adalah solusio plasenta (10%) defisit neurologis (7%)
pneumonia aspirasi (7%) dema paru (5%) henti kardiopulmonar (4%) gagal ginjal
dengan kejang menyeluruh dan koma. Sama halnya dengan preeklamsia, eklamsia
dapat timbul ante, intra dan postpartum. Eklamsia postpartum umumnya hanya terjadi
Eklamsia adalah kejang yang dialami wanita hamil dalam persalinan atau masa
A. Patologi
ditemukan kelainan-kelainan hati, ginjal, otak, paru dan jantung. Umumnya terdapat
Diplasenta dapat ditemukan infark akibat degenerasi lapisan trofoblas. Perubahan lain
yang dapat dijumpai antara lain retensi air dan natrium, hemokonsentrasi dan
terkadang asidosis.
B. Etiologi / Penyebab
kejang, terutama pada persalinan bahaya ini besar. (Rukiyah, Ai yeyeh. 2010 )
detik.
membuka dan menutup begitu pula mata, otot-otot muka dan otot badan
penderita dapat terlempar dari tempat tidur atau menggigit lidah sendiri. Ludah
berbuih bercampur darah dari keluar dari mulut, mata merah dan muka biru.
1menit.
bervariasi mulai dari beberapa menit sampai berjam-jam. Bila sadar kembali
penderita tidak ingat sama sekali apa yang telah terjadi ( amnesia retrograd).
Setelah beberapa waktu, dapat terjadi serangan baru seperti kejadian yang
dilukiskan diatas, terkadang berilang 10-20 kali. Penyebab kematian pada eklamsia
adalah edema paru, apopleksia dan asidosis. Penderita dapat juga meninggal dunia
setelah beberapa hari akibat pneumonia aspirasi, kerusakan hati atau gangguan faal
ginjal. Kadang-kadang eklamsia timbul tanpa kejang gejala yang menonjol ialah
koma, eklamsia macam ini disebut “eclamsi sine eclamsi” yang membuat hati rusak
berat. Oleh karena kejang merupakan gejalan khas eklamsia, ‘eclamsi sine eclamsi’
Pada eklamsia, tekanan darah biasanya tinggi, sekitar 180/110 mmHg. Denyut
nadi masih kuat dan berisi, kecuali dalam keadaan yang sudah buruk, ketika nadi
mengecil dan cepat. Demam tinggi menunjukan prognosis buruk. Agaknya demam ini
disebabkan oleh faktor serebral. Napas biasanya cepat dan berbunyi. Pada keadaan
berat, dapat terjadi sianosis. Proteinuria hampir selalu ada, bahkan terkadang sangat
kemudian. Namun demikian, penderita juga dapat berangsur membaik, tidak kejang
tidak segera disusul oleh persalinan disebut incercurrent eclamsia. Dalam keadaan
ini, penderita dianggap belum sembuh tetapi membaik ketingkat yang lebih ringan
persalinan terjadi. Oleh sebab itu, semua kasus eklamsia harus segera diakhiri dengan
terminasi kehamilan.
jam. Keparahan penyakit juga berkurang dalam kasus persalinan janin yang sudah
mati intrauterin. Proteinuria menghilang dalam 4-5 hari, sedangkan tekanan darah
menjadi psikotik, biasanya dalam hari ke 2 atau ke 3 pascasalin. Keadaan ini dapat
berlangsung selama 2-3 minggu. Prognosisnya umumnya baik. Penyulit lainya ialah
hemiplegia dan gangguan penglihatan/ kebutaan akibat edema retina. (UNPAD, 2012)
D. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis eklamsia, keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan kejang dan koma, seperti uremia, keracunan, tetanus, epilepsi, histeria,
ensefalitis, meningitis, tumor otak, pecah aneurisma otak, dan atrofi kuning akut dari
hati harus disingkirkan. Diagnosis eklamsia yang terjadi lebih dari 24 jam pascasalin
harus dicurigai. Namun demikian, semua ibu dalam masa kehamilan dan masa yang
mengalami kejang dan hipertensi harus dianggap sebagai penderita eklamsia sampai
E. Komplikasi
1. Solusio Plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hypertensi akut
2. Hipofibrinogenemia
penderita eklamsi.
perdaran kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat akan
6. Edema paru-paru
7. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada preeklamsi dan eklamsia merupakan
8. Sindrom HELLP. Yaitu hameolysis elevated libver enzyms dan low platelet
9. Kelainan ginjal.
10. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akiat kejang,
11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra uterin. ( Rukiyah, 2010)
F. Prognosis
maupun anak. prognosis juga dipengaruhi oleh paritas dan usia ibu ( prognosis
multipara lebih buruk, terutama usia ibu melebihi 35 tahun ) serta oleh keadaan
sewaktu penderita masuk rumah sakit. Deuresis juga mempengaruhi prognosis. Jika
produksi urine > 800 cc/24 jam atau 200 cc/6 jam, prognosis menjadi lebih baik.
prognosis.
yaitu :
balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita hamil memeriksa
diri sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda preeklamsi dan
pada kehamilan 37 minggu keatas apabila dirawat tanda-tanda preeklamsi tidak juga
e. Pengobatan medisinal
berbahaya bagi keselamatan ibu dan anak, penderita harus dirawat di unit
perawatan intensif (ICU) bersama dengan disiplin ilmu lain yang terkait. Secara
dengan seksio sesaria. Namun, dalam praktik terbukti bahwa hasilnya tidak terlalu
masih lebih baik dari pada yang menjalani seksio sesaria. Cunningham dan
Pritchard (1997) melaporkn keberhasilan perawatan 75% pasien (dari 209 kasus)
Hipertensi adalah usaha badan untuk mengatasi vasospasme agar darah tetap
1) Tekanan darah tidak boleh lebih turun dari 20% dalam 1 jam. Contoh,
cairan, misalnya 2A atau Ringer Laktat. Hipovolemia terjadi akibat air keluar
dari pembulu darah dan menyebabkan edema, oliguria sampai anuria bahkan
hiperhidrasi dan edema paru. Oleh sebab itu, produksi urine dan tekanan vena
1) Urine tidak boleh kurang dari 30 cc/ jam (oliguria = urine <16 cc/ jam,
teratas
MgsO4 diberikan terus-menerus per i.v atau berkala per i.m. pemberian i.v
1) Dosis awal : 4 gram MgsO4 20% (20cc) dilarutkan kedalam 100 cc cairan
Ringer Laktat atau Ringer Dextroses selama 15-20 menit secara i.v.
1) Dosis awal : 4 gram MgsO4 20% (20cc) i.v dengan keceptan 1 gram/
menit
2) Dosis pemeliharaan : 4 gram MgsO4 40% (10 cc) i.m setiap 4 jam .
dan panas.
cc)
b. Diazepam
Dapat diberikan bila tidak tersedia MgsO4 sebagai obat pilihan. Diazepam i.v
2. Obat suportif
antihipertensi yang hanya diberikan bila tekanan darah sistolik > 180 mmHg
dan/atau diastolik > 110 mmHg. Berbagai obat yang dapat dipergunakan antara
lain :
titrasi sampai tekanan darah sistolik <170 mmHg dan diastolik <110 mmHg
setiap 10 menit ( maksimal 220 mg) sampai tercapai tekanan darah yang
diinginkan.
sublingual.
Lain-lain :
a. Diuretikum : tidak diberikan kecuali ada edema paru, gagal jantung kongestif
C. Pengelolaan obstetrik
harus diakhiri tanpa memandang usia kehamilan dan keadaan janin. Waktu
pulih/ stabil, yakni 4-8 jam setelah salah satu atau lebih dari keadaan-keadaan ini :
D. Perawatan Eklamsia
Perawatan dasar eklamsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi
fungsi vital, yang harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation (ABC),
waktu krisishipertensi, melahirkan janin pada waktu yang tepat dan dengan cara yang
dapat melahirkan janin pada saat dan cara yang tepat. ( Prawirohardjo, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Tim Fakultas Kedokteran UNPAD, edisi ke 3, 2012, Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan
Reproduksi. Bandung, EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan, Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Cunningham FG, Gant N. Obstetri Williams edisi 21, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Rukiyah, Ai yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi, Jakarta : CV. Trans Info Media
Emasindonesia.org/assers/up/2016/11/05-Pemberian-MgSO4-pada-PEB-Eklamsia-di-
Puskesmas.jpg
Emasindonesia.org/assers/up/2016/11/07-Penatalaksanaan-Eklamsia-di-Puskesmas.jpg