Anda di halaman 1dari 19

Penyulit Persalinan

PREKLAMSI & EKLAMSI


Pengertian
 1. PREKLAMSI
 Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi penyebab
kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang
akan berdampak pada ibu dan bayi. Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila
dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua
sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.
 Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan
perempuan. AKI merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5, meningkatkan kesehatan ibu dimana target
yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian
ibu.
Etiologi

 Penyebab preeklamsi saat ini belum dapat diketahui secara pasti, walaupun
penelitian dilakukan terhadap penyakit ini sedemikian maju. Semuanya baru
didasarkan pada teori yang dihubung-hubungkan dengan kejadian. Itulah
sebabnya preklamsi disebut juga “disease of theory”, gangguan kesehatan yang
diasumsikan pada teori. Adapun teori tersebut antara lain :
 Peran prostasiklin dan tromboksan
 Peran faktor imunologis
 Faktor genetik
Tanda dan Gejala Pre-eklamsia Berat:
 Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg
 Tekanan darah diastolic ≥110 mmHg
 Peningkatan kadar enzim hati dan icterus
 Trombosit <100.000/mm3 (Normalnya 150.000 – 450.000/mm3)
 Oliguria <400 ml/24jam (Normalnya eliminasi urin pada orang dewasa 1500 ml/hari)
 Proteinuria >3 g/liter
 Nyeri epigastrium (nyeri perut bagian atas atau tengah)
 Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
 Skotoma adalah bintik buta/ada bayangan putih saat melihat dan tidak fokus
mengenali objek
 Perdarahan retina
 Edema pulmonum
Faktor Predisposisi

 Nulipara ( wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable/hidup)


 Kehamilan ganda
 Usia < 20tahun dan > 35 tahun
 Riwayat pre-eklampsia
 Riwayat dalam keluarga pernah menderita pre-eklampsia
 penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes melitus yang sudah ada sebelum
kehamilan
 Obesitas
Diagnosa Potensial

 Gangguan Pertumbuhan Janin


 Kelahiran Prematur
 Abrupsi Plasenta
 Sindrom HELLP
 Eklamsia
 Kerusakan Organ
 Penyakit Kardiovaskular
Penanganan
 partus dengan atau tanpaamniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin 10
satuan dalam infus tetes (dilakukan oleh bidan atas instruksi dokter)
 Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam dengan ekstraksi wakum atau
forceps, jadi ibu dilarang mengedan ()dilakukan oleh dokter ahli kandungan);
jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang
disebabkan antonia uteri; pemberian MgSO4 kalau tidak ada kontraindikasi,
kemudia diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum.
 Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea, perhatikan bahwa: tidak
terdapat koagulopati: anastesi yang aman atau terpilih adalah anastesi spinal
berhubungan dengan resiko (dilakukan oleh dokter kandungan)
 Jika anastesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlau kecil, lakukan
persalinan pervaginam. Jikaservuks matang, lakukan induksi dengan
oksitosin 2- 5 IU dalam 500nml dextrose 10 tetes/mnit atau dengan
prostaglandin (atas instruksi dokter boleh dilakukan oleh bidan)
Eklamsia

 Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “ karena gejala
eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam
kebidanan. Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam
nyawa dari kehamilan , ditandai dengan munculnya kejang tonik – klonik,
biasanya pada pasien yang telah menderita preeklampsia. Preeklamsia dan
eklampsia secara kolektif disebut gangguan hipertensi kehamilan dan toksemia
kehamilan (Prawiroharjo 2005).
 Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa
nifas yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau
koma dimana sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia (Ong Tjandra
& John 2008).
Etiologi / Penyebab
 Penyebab eklamsia belum diketahui benar, oleh karena eklamsia merupakan
kelnajutan atau stadium akhir preeklamsia, faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadiannya sama dengan preeklamsia, yaitu :
 Terpajan vili koroalis pertama kali
 Terpajan vili korialis berlebihan
 Mempunyai dasar penyakit ginjal atau Kardiovaskuler
 Mempunyai riwayat preeklamsia/eklamsia dalam keluarga
 Tanda dan Gejala
 Pada umumya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklamsi dan
terjadinya nyeri-nyeri kepala didaerah frontal, gangguan penglihatan, mual,
nyeri di epigastrium, dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan
diobati akan timbul kejang, terutama pada persalinan bahaya ini besar.
(Rukiyah, Ai yeyeh. 2010 )
 Serangan kejang eklamsia dapat dibagi kedalam 4 tingkat :
 1. Tingkat Invasi ( tingkat permulaan ) :
 2. Tingkat Kontraksi ( tingkat kejang tonis ) :
 3. Tingkat Konvulsi ( tingkat kejang klonis )
 4. Tingkat Koma
 Komplikasi
 Solusio Plasenta. Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hypertensi akut dan
lebih sering terjadi pada preeklamsi.
 Hemolisis penderita dengan preeklamsi berat kadang-kadang menunjukan gejala
klinis hemolisis yang dikenal karena ikterus.
 Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklamsi.
 Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu, dapat terjadi. Perdarahan sampai seminggu dapat terjadi, perdaran
kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya
apopleksia serebri.
 Edema paru-paru
 Kelainan ginjal.
 Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akiat kejang,
pneumonia, aspirasi dan DIC (disseminated intravscular coagulation)
 Prematuritas, kematian janin intra uterin. ( Rukiyah, 2010)
 Gejala-gejala lain yang memberatkan prognosis telah dikemukakan oleh eden, yaitu :
 Koma yang lama
 Nadi > 120x/menit
 Suhu > 39˚c
 Tekanan dara > 200mmHg
 Kejang > 10 kali serangan
 Proteinuria > 10 gram / hari
 Tidak ada edema
 Edema paru dan apopleksi merupakan keadaan yang biasanya mendahului kematian.
(UNPAD, 2012 )
 Pencegahan Eklamsia
 Pada umumnya timbul eklamsi dapat dicegah, atau frekuensinya dikurangi.
Usaha-usaha untuk menurunkan frekuensi eklamsi terdiri atas : meningkatkan
jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita hamil
memeriksa diri sejak hamil muda, mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda
preeklamsi dan mengobatinya segera apabila ditemukan, mengakhiri kehamilan
sedapat-dapatnay pada kehamilan 37 minggu keatas apabila dirawat tanda-tanda
preeklamsi tidak juga dapat hilang ( Rukiyah, 2010)
 Profilaksis/ pencegahan : menemukan kasus preeklamsia sedini mungkin dan
mengobatinya dengan adekuat. Tindakannya dapat berupa :
 Identifikasi faktor resiko
 Identifikasi gejala awal hipertensi dan proteinuria
 Rujukan yang tepat
 Perawatan jalan atau inap
 Pengobatan medisinal
 Pengobatan obstetrik untuk mengakhiri kehamilan
 Pengobatan : karena eklamsia merupakan keadaan gawat darurat yang sangat
berbahaya bagi keselamatan ibu dan anak, penderita harus dirawat di unit
perawatan intensif (ICU) bersama dengan disiplin ilmu lain yang terkait. Secara
teoritis eklamsia adalah penyakit yang disebabkan oleh kehamilan, maka
pengobatan yang terbaik ialah secepat mungkin mengakhiri kehamilan, misalnya
dengan seksio sesaria. Namun, dalam praktik terbukti bahwa hasilnya tidak terlalu
memuaskan, terutama karna operasi dilakukan pada penderita yang keadaannya
sudah sedemikian buruk.
 Perawatan Eklamsia
 Perawatan dasar eklamsia yang utama ialah terapi suportif untuk stabilisasi
fungsi vital, yang harus selalu diingat Airway, Breathing, Circulation (ABC),
mengatasi dan mencegah kejang mengendalikan tekanan darah, khususnya
pada waktu krisishipertensi, melahirkan janin pada waktu yang tepat dan
dengan cara yang tepat. Perawatan medikamentosa dan perawatan suportif
eklamsia, merupakan perawatan yang sangat penting. Tujuan utama
pengobatan medikamentosa eklamsia ialah mencegah dan menghentikan
kejang, mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya hipertensi krisi,
mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan janin
pada saat dan cara yang tepat. ( Prawirohardjo, 2010)
Thankyou….

Anda mungkin juga menyukai