Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“ PRE-EKLAMSIA ”

UNTUK MEMENUHI TUGAS

MATA KULIAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Dosen Pengampu :

Oleh Kelompok 1 :

AFIF RIYANTO ( NIM : 180203109 )


HANIF AFDHAN RIZANI ( NIM : 180203120 )
MUHAMMAD GALANG PRATAMA ( NIM : 180203126 )
PALUPI FITRI K ( NIM : 180203130 )

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1

2019
BAB I
KONSEP TEORI

A. Definisi Pre-eklamsia
Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini umumnya terjadi dalam
triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada mola
hidatosa. Preeclampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah persalinan. (Manjoer Arif,2000:270).

Pra-eklampsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi


setelah minggu ke-20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan proteinuria.Edema
juga dapat terjadi. (Safe Motherhood:2000)

Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain. Untuk


menegakkan diagnosis pre-eklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30mmHg
atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mmHg
atau lebih. Kenaikan diastolik sebenarnya lebih dapat dipercaya. Apabila tekanan
diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih, atau menjadi 90 mmHg atau lebih,
maka diagnosis hipertensi dapat dibuat. Penentuan tekanan darah dilakukan
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.

Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan
tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka. Edema pretibial yang ringan sering
ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan
diagnose pre-eklampsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam
kehamilan masih dapat dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre-
eklampsia.

Edema dapat terjadi di bagian berikut:

1) Bagian depan kaki (pra-tibia)


2) Tangan, jari-jari tangan
3) Wajah, kelopak mata
4) Dinding abdomen
5) Daerah sakrum
6) Vulva (Safe Motherhood:2000)

Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0.3 g/l dalam
urin 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1 atau 2+ atau 1 g/l atau
lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang diambil
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih
lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan; karena itu harus dianggap
sebagai tanda yang cukup serius.

Pre-eklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan


berat bila satu atau lebih tanda/gejala di bawah ini ditemukan”

a. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic 110 mmHg
atau lebih
b. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif;
c. Oliguria, urin 400 ml atau kurang dalam 24 jam’
d. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium;
e. Edema paru-paru atau sianosis (Prawirohardjo, Sarwono, 1991)

Temuan Pra-eklampsia Ringan Pra-eklampsia Berat

Tekanan darah diastolik Meningkat sebesar 15- Meningkat >20 mmHg


20mmHg atau nilai atau nilai absolut >100
absolut >90 tetapi <100
Proteinuria Renik atau 1+ 2+ atau semakin besar
secara persisten

Edema generalisata Tidak ada Ada


(termasuk wajah &
tangan)
Sakit kepala Tidak ada Ada

Gangguan penglihatan Tidak ada Ada


Nyeri abdomen atas Tidak ada Ada

Oliguria Tidak ada Ada

Menurunnya gerakan Tidak ada Ada


janin
Tabel Klasifikasi Pra-eklampsia menurut Safe Motherhood tahun 2000.

B. Etiologi
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum
diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-sebab
penyakit terebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang
memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut:

1) Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravidaritas, kehamilan ganda,


hidramnion, dan mola hidatidosa.
2) Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3) Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
4) Sebab jarang terjadinya eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
5) Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.

Etiologi pre-eklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.Banyak


teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”; namun belum ada yang
memberikan jawaban yang memuaskan.Teori sekarang yang dipakai sebagai
penyebab pre-eklampsia adalah teori “iskemia plasenta”.Namun teori belum dapat
menerangkan semuahal yang berkaitan dengan penyakit ini (Rustam, 1998).
Adapun teori-teori tersebut adalah;

a) Peran Prostasiklin dan Tromboksan


Pada pre-eklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel
vaskuler, sehingga sekresi vasodilator prostasiklin oleh sel-sel sendotelial
plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin
meningkat.Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul
vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosterone menurun.Akibat
perubahan ini menyebabkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%,
hipertensi dan penurunan volumeplasma (Y, Joko, 2002).
b) Peran Faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada
kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap
antigen plasenta tidak sempurna.Pada pre-eklampsia terjadi kompleks
imun humoral dan aktivasi komplemen.Hal ini dapat diikuti dengan
terjadinya pembentukan proteinuria.
c) Peran Faktor Genetik
Pre-eklampsia hanya terjadi pada manusia.pre-eklampsia meningkat pada
anak dari ibu yang menderita pre-eklampsia.
d) Iskemik dari Uterus
Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus
e) Defisiensi Kalsium
Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu mempertahankan
vasodilatasi dari pembuluh darah (Joane, 2006).
f) Disfungsi dan aktivasi dari endothelial
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan penting dalam
pathogenesis terjadinya pre-eklampsia.Fibronektin dilepaskan oleh sel
endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan dalam
darah wanita hamil dengan pre-eklampsia. Kenaikan kadar fibronektin
sudah dimulai pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin
akan meningkat sesuai dengan kemajuan kehamilan (Drajat Koerniawan).

C. Patofisiologi
Pre-eklampsia
Pre-eklampsia ringan jarang sekali menyebabkan kematian ibu. Oleh karena
itu, sebagian besar pemeriksaan anatomi patologik berasal dari penderita
eklampsia yang meninggal. Pada penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati
dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-patologik pada alat-alat itu pada
pre-eklampsia tidak banyak berbeda daripada yang ditemukan pada eklampsia.
Perlu dikemukakan di sini bahwa tidak ada perubahan histopatologik yang khas
pada pre-eklampsia dan eklampsia. Perdarahan, infark, nekrosis, dan trombosis
pembuluh darah kecil pada penyakit ini dapat ditemukan dalam berbagai alat
tubuh. Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriola.
Penimbunan fibrin dalam pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam
patogenesis kelainan-kelainan tersebut. (Prawirohardjo, Sarwono, 1991)

1) Pathologi dan patogenesis

Tiga lesi patologis utama yang terutama berkaitan dengan pre-eklampsia dan
eklampsia :
1. Perdarahan dan neklosis di banyak organ, sekunder terhadap kontriksi
kapiler
2. Endoteliosis kapiler glomeruler.
3. Tidak adanya dilatasi arteri spilar.
(Kemenkes, 2008)

2) Perubahan anatomi-patologik
Plasenta. Pada pre-eklampsia terdapat spasmus arteriola spiralis
desidua dengan akibat menurunnya aliran darah ke plasenta. Perubahan
plasenta normal seba akibat tuanya kehamilan, seperti menipisnya sinsitium,
menebalnya dinding pembuluh darah dalam villi karena fibrosis, dan konversi
mesoderm menjadi jaringan fibrotic, dipercepat prosesnya pada pre-eklampsia
dan hipertensi. Pada pre-eklampsia yang jelas ialah atrofi sinsitium,
sedangkan pada hipertensi menahun terdapat terutama perubahan pada
pembuluh darah dan stroma. Arteria spiralis mengalami konstriksi dan
penyempitan, akibat aterosis akut disertai necrotizing teriopathy.

Ginjal. Alat ini besarnya normal atau dapat membengkak. Pada simpai
ginjal dan pada pemotongan mungkin ditemukan perdarahan-perdarahan kecil.
Penyelidikan biopsi pada ginjal oleh Altchek dan kawan-kawan (1968)
menunjukkan pada pre-eklampsia bahwa kelainan berupa: 1) kelainan
glomerulus; 2) hyperplasia sel-sel jukstaglomeruler; 3) kelainan pada tubulus-
tubulus Henle; 4) spasmus pembuluh darah ke glomerulus.
Glomerulus tampak sedikit membengkak dengan perubahan-perubahan
sebagai berikut: a) sel-sel diantara kapiler bertambah; b) tampak dengan
mikroskop biasa bahwa membran basalis dinding kapiler glomerulus seolah-
olah terbelah, tetapi ternyata keadaan tersebut dengan mikroskop electron
disebabkan oleh bertambahnya maktriks mesangial; c) sel-sel kapiler
membengkak dan lumen menyempit atau tidak ada; d) penimbunan zat protein
berupa serabut ditemukan dalam kapsul Bowman.
Sel-sel jukstaglomeruler tampak membesar dan bertambah dengan
pembengkakan sitoplasma sel dan bervakuolisasi.
Epitel tubulus-tubulus Henle berdeskuamasi hebat; tampak jelas fragmen inti
sel terpecah-pecah.Pembengkakan sitoplasma dan vakuolisasi nyata sekali.
Pada tempat lain tampak regenerasi.
Perubahan-perubahan tersebutlah tampaknya yang menyebabkan proteinuria
dan mungkin sekali ada hubungannya dengan retensi garam dan air.Sesudah
persalinan berakhir, sebagian besar perubahan yang digambarkan menghilang,
hanya kadang-kadang ditemukan sisa-sisa penambahan matriks mesangial.

Hati. Alat ini besarnya normal, pada permukaan dan pembelahan


tampak tempat-tempat perdarahan yang tidak teratur.
Pada pemeriksaan mikrosopik dapat ditemukan perdarahan dan nekrosis pada
tepi lobules, disertai thrombosis pada pembuluh darah kecil, terutama di
sekitar vena porta. Walaupun umumnya lokasi ialah periportal, namun
perubahan tersebut dapat ditemukan di tempat-tempat lain. Dalam pada itu,
rupanya tidak ada hubungan langsung antara berat penyakit dan luas
perubahan pada hati.

Otak. Pada penyakit yang belum lanjut hanya ditemukan edema dan
anemia pada korteks serebri; pada keadaan lanjut dapat ditemukan perdarahan.

Retina. Kelainan yang sering ditemukan pada retina ialah spasmus


pada arteriola-arteriola, terutama yang dekat pada diskus optikus. Vena
tampak lekuk pada persimpangan dengan arteriola. Dapat terlihat edema pada
diskus optikus dan retina.
Ablasio retina juga dapat terjadi, tetapi komplikasi ini prognosisnya baik,
karena retina akan melekat lagi beberapa minggu postpartum. Perdarahan dan
eksudat jarang ditemukan pada pre-eklampsia; biasanya kelainan tersebut
menunjukkan adanya hipertensi menahun.

Paru-paru. Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan


perubahan karena bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang
ditemukan abses paru-paru.

Jantung. Pada sebagian besar penderita yang mati karena eklampsia


jantung biasanya mengalami perubahan degeneratif pada miokardium. Sering
ditemukan degenasi lemak dan cloudy swelling serta nekrosis dan
perdarahan.Sheehan (1958) menggambarkan perdarahan subendokardial di
sebelah kiri septum inteventrikulare pada kira-kira dua pertiga eklampsia yang
meninggal dalam 2 hari pertama setelah timbulnya penyakit.

Kelenjar adrenal.Kelenjar adrenal dapat menunjukkan kelainan berupa


perdarahan dan nekrosis dalam berbagai tingkat.

3) Perubahan fisiologi patologik

Perubahan patologik yang didapatkan pada pre-eklamsia adalah spasmus


pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.Dengan biopsy ginjal,
Altchek dkk.(1968) menemukan spasmus yang hebat pada arteriola
glomelurus.Pada beberapa kasus lumen arteriola demikian kecilnya, sehingga
hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah.Bila dianggap spasmus arteriola
juga ditemukan diseluruh tubuh, maka mudah dimengerti bahwa tekanan darah
yang meningkat tampaknya merupakan usaha mengatasi kenaikan tahanan
perifer, agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.Kenaikan berat badan dan
edema disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang
interstitialbelum diketahui sebabnya. Telah diketahui bahwa pada preeklamsia
dijumpai kadar aldosterone yang rendah dan konsentrasi proklatin yang tinggi
daripada kehamilan normal. Aldosterone penting utuk mempertahankan
volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium.Pada preeklamsia
permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.

Perubahan pada plasenta dan uterus. Menurunnya aliran darah ke


plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak
lama pertumbuhan janin terganggu pada hipertensi yanglebih pendek bisa
terjadi gawat-janin sampai kematiannya karena kekurangan oksigenisasi.

Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering didapatkan


pada pre-eklamsia dan eklamsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.

Perubahan pada ginjal.Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran


darah ke dalam ginjal menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomelurus
mengurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan
proteinuria dan mungkin sekali juga dengan retensi garam dan air.Mekanisme
retensi garam dan air belum diketahui benar, tetapi disangka akibat perubahan
dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus menurun, yang
menyebabkan retensi garam dan dengan demikian juga retensi air.Peranan
kelenjar adrenal dalam retensi garam dan air belum diketahui benar.

Fungsi ginjal pada pre-eklampsia tampaknya agak menurun bila dilihat


dari clearance asam urik. Filtrasi glomelurus dapat turun sampai 50% dari
normal, sehingga menyebabkan diuresis turun, pada keadaan lanjut dapat
terjadi oliguria atau anuria.

Perubahan pada retina.Pada pre-eklampsia tampak edema retina,


spasma setempat atau menyeluruh pada satu atau beberapa arteri, jarang
terlihat perdarahan atau eksudat.

Retinopatia arteriosklerotika menunjukkan penyakit vascular yang


menahun. Keadaan tersebut tak tampak pada pre-eklampsia, kecuali bila
terjadi atas dasar hipertensi menahun atau penyakit ginjal.

Spasmus arteri retina yang nyatamenunjkan adanya pre-eklampsia berat,


walaupun demikian, vasospasmus ringan tidak selalu menunjukkan pre-
eklampsia ringan.
Pada pre-eklampsia jarang terjadi ablasio retina. Keadaan ini disertai dengan
buta sekonyong-konyong.Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler
dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan segera.Biasanya setelah
persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari sampai 2 bulan.
Gangguab penglihatan secara tetap jarang ditemukan.

Skotoma, diplopia, dan amblyopia pada penderita pre-eklampsia merupakan


gejala yang menunjukan akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan
oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau
dalam retina.

Perubahan pada paru-paru.Edema paru-paru merupakan sebab utama


kematian penderita pre-eklampsia dan eklampsia. Komplikasi ini biasanya
disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri.

Perubahan pada otak. McCall melaporkan bahwa resistensi pembuluh


darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi lagi pada
eklampsia. Walaupun demikian, aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen
oleh otak hanya menurun pada eklampsia.

Metabolisme air dan elektrolit.Hemokonsentrasi yang menyertai pre-


eklampsia dan eklampsia tidak diketahui sebabnya.Terjadi disini pergeseran
cairan dan ruang intravascular ke ruang intertisial.Kejadian ini yang diikuti
oleh kenaikan hematocrit, peningkatan protein serum, dan sering
bertambahnya edema, menyebabkan volume darah mengurang, viskositet
darah meningkat, waktu peredaran darah tapi lebih lama.Karena itu, aliran
darah ke jaringan di berbagai bagian tubuh mengurang, dengan akibat
hipoksia.Engan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang, sehingga
turunnya hematocrit dapat dipakai sebagai ukuran tentang perbaikan keadaan
penyakit dan tentang berhasilnya pengobatan.

Jumlah air dan natrium dalam badan lebih banyak pada penderita pre-
eklampsia daripada wanita hamil biasa atau penderita dengan hipertensi
menahun. Penderita pre-eklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan
sempurna air dan garam yang diberikan.Hal ini disebabkan oleh filtrasi
glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.
Elektrolit, kristaloid, dan protein dalam serum tidak menunjukan perubahan
yang nyata pada pre-elampsia.Konsentrasi kalium, natrium, kalsium, dan
klorida dala serum biasanya dalam batas-batas normal. Gula darah,
bikarbonas, dan Ph pun normal.

D. Faktor Penyebab
1. Pre-eklampsia
Hingga saat ini penyebab pre-eklampsia dan eklampsia belum diketahui
dengan pasti, penyakit ini masih disebut disease of theory (Sudhaberata, 2001).
Namun demikian, perhatian harus ditujukan terutama pada penderita yang
mempunyai faktor predisposisi terhadap pre-eklampsia. Menurut Wiknjosastro
(2008) faktor predisposisi/risiko tersebut antara lain:
a. Usia : primigravida dengan usia dibawah 20 tahun dan semua ibu dengan
usia diatas 35 tahun dianggap lebih rentan. Pre-eklampsia yang meningkat di
usia muda dihubungkan belum sempurna organ-organ yang ada di tubuh
wanita untuk bereproduksi, selain itu faktor psikologis yang cenderung kurang
stabil juga meningkatkan kejadian pre-eklampsia di usia muda. Bertambahnya
umur wanita berkaitan dengan perubahan pada system kardiovskular dan
secara teoritis preeclampsia dihubungkan dengan adanya patologi pada endotel
yang merupakan bagian dari pembuluh darah. Preeclampsia-eklampsia hampir
secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara. Biasanya terdapat pada
wanita yang berumur lebih dari 35 tahun mempunyai resiko 3-4 kali lipat
mendapatkan preeclampsia dibandingkan usia lebih muda (Karkata,2006).
b. Paritas : primigravida memiliki insidensi hipertensi hampir dua kali lipat.
Menurut penelitian, telah diketahui bahwa umur reproduksi sehat pada seorang
wanita berkisar antara 20-30 tahun. Artinya melahirkan setelah umur 20 tahun,
jarak persalinan sebaiknya 2-3 tahun dan berhenti melahirkan setelah umur 20
thun. Berarti jumlah anak cukup 2-3 orang. Telah dibuktikan bahwa kelahiran
ke empat dan seterusnya akan meningkatkan kematian ibu dan janin
(Roeshadi,2004). Menurut Prawirohardjo (2005) paritas 2 merupakan paritas
paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas satu dan paritas
tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka maternal lebih tinggi primigravida dn
gravid pada usia diatas 35 tahun merupakan kelompok resiko tinggi untuk
preeclampsia-eklampsia.
c. Faktor ketturunan (genetic) : bukti adanya pewarisan secara genetic paling
mugkin disebabkan oleh turunan resesif. Menurut (Chapman, 2006) ada
hubungan genetic yang telah diteggakkan, riwayat keluarga ibu atau saudara
perempuan meingkatkan resiko empat sampai delapan kali. Faktor risiko
terjadinya komplikasi hipertensi pada kehmilan dapat diturunkan pada anak
perempuannya (Manuaba, 2007). Menurut Angsar (2008), ada faktor
keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotype ibu lebih
menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial
dibandingkan dengan genotype janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang
mengalami preeclampsia, 26% anak perempuannya akan mengalami
preeclampsia pula, sedangkan hanya 8% nak menantu mengalami
preeclampsia.
d. Status sosial ekonomi : preeclampsia dan eklampsia lebih umum ditemui pada
kelompok sosial ekonomi rendah. Menurut Benson (1994), status ekonomi
yang rendah juga merupakan salah satu faktor predisposisi kejadian
preeclampsia. Beberpa peneliti menyimpulkan bahwa sosial ekonomi yang
baik mengurangi terjadinya preekalampsia.
e. Komplikasi obstetric : kehamilan kembar, kehamilan mola atau hidrops fetalis.
Preeclampsia lebih besar kemungkinan terjadinya kehamilan kembar. Selin
itu, hipertensi yang diperberat karena kehamilan banyak terjadi pada
kehamilan kembar. Dilihat dari segi teori hiperplasentosis, kehamilan kembar
mempunyai risiko untuk berkembangnya preeclampsia. Kejadian preeclampsia
pada kehamilan kembar meningkat menjadi 4-5 kali dibandingkan kehamilan
tunggal. Selain itu, dilaporkan bahwa preeclampsia akan meningkat pada
kehamilan kembar tiga dan seterusnya. (Karkata, 2006)
f. Riwayat penyakit yang sudah ada sebelumnya: hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit ginjal, system lupus erytematosus (SLE), sindrom antifosfolipid
antibody. Dasar penyebab preeclampsia diduga adalah gangguan fungsi
endotel pembuluh darah (sel pelapis dalam pembuluh darah) yang
menimbulkan vasospasme lumen pembuluh darah mengecil/menciut.
E. Penatalaksanaan
1. Pre-eklampsia
Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis karena etiologi pre-
eklampsia, dan faktor-faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkannya, belum
diketahui. Tujuan utama ialah (1) mencegah terjadinya pre-eklampsia berat dan
eklampsia; (2) melahirkanjanin hidup; (3) melahirkan janin dengan trauma
sekecil-kecilnya.
Pada dasarnya penanganan pre-eklampsia terdiri atas pengobatan medik dan
penanganan obstetrik.
Pengobatan pre-eklampsia yang tepat ialah pengakhiran kehamilan karena
tindakan tersebut menghilangkan sebabnya dan mencegah terjadinya eklampsia
dengan bayi yang masih prematur penundaan pengakhiran kehamilan mungkin
dapat menyebabkan eklampsia atau kematian janin. Pada janin dengan berat
badan kemungkinan hidup pada pre-eklampsia berat lebih baik di luar dari di
dalam uterus. Cara pengakhiran dapat dilakukan dengan induksi persalinan atau
seksio sesarea menurut keadaan. Pada umumnya indikasi untuk kehamilan ialah :
(1) pre-eklampsia ringan dengan kehamilan lebih dari cukup bulan (2) pre-
eklampsia dengan hipertensi dan/atau proteinuria menetap selama 10-14 hari, dan
janin sudah cukup matur; (3) pre-eklampsia berat; (4) eklampsia.
Penanganan pre-eklampsia ringan
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan pre-
eklampsia. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan pengaliran
darah ke plasenta meningkat, aliran darah ke ginjal juga lebih banyak, tekanan
vena pada ekstrimitas bawah turun dan resorbsi cairan dari daerah tersebut
bertambah. Selain itu, juga mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar.
Oleh sebab itu, dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan edema
berkurang. Pemberian fenobarbital 3 x 30 mg sehari akan menenangkan penderita
dan dapat juga menurunkan tekanan darah. Apakah restriksi garam berpengaruh
nyata terhadap pre-eklampsia, masih belum ada persesuaian faham. Ada yang
menyatakan bahwa jumlah garam pada makanan sehari-hari tidak berpengaruh
banyak terhadap keadaan pre-eklampsia, penulis lain sebaliknya menganjurkan
garam dalam diet penderita.
Pada umumnya pemberian diuretika dan antihipertensiva pada pre-eklampsia
ringan tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan proses
penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu, pemakaian obat
obat tersebut dapat menutupi tanda dan gejala pre-eklampsia berat. Biasanya
dengan tindakan yang sederhana ini tekanan darah turun, berat badan dan edema
turun, proteinuria tidak atau mengurang. Setelah keadaan menjadi normal
kembali penderita dibolehkan pulang, akan tetapi harus diperiksa lebih sering
daripada biasa. Karena biasanya hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi
berlangsung. Bila hipertensi menetap biarpun tidak tinggi, penderita tetap tinggal
di rumah sakit. Dalam hal ini perlu diamati keadaan janin dengan pemeriksaan
kadar dalam air kencing berulang kali, pemeriksaan ultrasonik, amnioskopi, dan
lain-lain. Perlu diperhatikan bahwa induksi persalinan yang dilakukan terlalu dini
akan merugikan karena bahaya prematuritas, sebaliknya induksi yang terlambat
dengan adanya insufisiensi plasenta akan menyebabkan kematian intrauterin janin.
Bila keadaan janin mengizinkan, ditunggu dengan melakukan induksi persalinan,
sampai kehamilan cukup atau lebih dari 37 minggu.
Beberapa pre-eklampsia ringan tidak membaik dengan penanganan
konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan proteinuria bertambah,
walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini
pengakhiran kehamilan dilakukan walaupun janin masih prematur.
Penanganan pre-eklampsia berat
Pada penderita yang masuk rumah sakit sudah dengan tanda-tanda dan gejala-
gejala pre-eklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah
rimbulnya kejang-kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut dapat diatasi,
dapat difikirkan cara yang terbaik untuk menghentikan kehamilan. Tindakan ini
perlu untuk mencegah seterusnya bahaya eklampsia. Sebagai pengobatan untuk
mencegah timbulnya kejang-kejang dapat diberikan: (1) larutan sulfas magnesikus
40% sebanyak 10ml (4 gram) disuntikkan intramuskulus bokong kiri dan kanan
sebagai dosis permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap 6 jam menurut keadaan.
Tambahan sulfas magnesikus hanya diberikan bila diuresis baik refleks patella
positif, dan kecepatan pernapasan lebih dari 16 per menit. Obat tersebut, selain
menenangkan, juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis; (2)
Klorpromazin 50mg intramuskulus; (3) Diazepam 20mg intrmuskulus.
Penanggulangan pre-eklampsia dalam persalinan
Rangsangan untuk menimbulkan kejangan dapat berasal dari luar atau dari
penderita sendiri, dan his persalinan merupakan rangsangan yang kuat. Maka dari
itu, pre-eklampsia berat lebih mudah menjadi eklampsia pada waktu persalinan.
Tidak boleh dilupakan bahwa kadang – kadang hipertensi timbul untuk
pertama kali dalam persalinan dan dapat menjadi eklampsia, walaupun pada
pemeriksaan antenatal tidak ditemukan tanda – tanda pre-eklampsia. Dengan
demikian, pada persalinan normal pun tekanan darah perlu diperiksa berulang –
ulang dan air kencing perlu diperiksa terhadap protein.
Untuk penderita pre-eklampsia diperlukan analgetika dan sedativa lebih
banyak dalam persalinan. Pada kala II, pada penderita dengan hipertensi, bahaya
perdarahan dalam otak lebih besar, sehingga apabila syarat – syarat telah
dipenuhi, hendaknya persalinan diakhiri dengan cunam atau ekstraktor vakum
dengan memberikan narkosis umum untuk menghindari rangsangan pada susunan
saraf pusat. Anastesia lokal dapat diberikan bila tekanan darah tidak terlalu tinggi
dan penderita masih somnolen karena pengaruh obat.
Ergometrin menyebabkan konstriksi pembuluh darah dan dapat meningkatkan
tekanan darah. Oleh karena itu, pemberian ergometrin secara rutin pada kala III
tidak dianjurkan, kecuali jika ada perdarahan postpartum karena atonia uteri.
Pemberian obat penenang diteruskan sampai 48 jam postpartum, karena ada
kemungkinan setelah persalinan berakhir, tekanan darah naik dan eklampsia
timbul. Selanjutan obat tersebut obat tersebut dikurangi secara tertahap dalam 3 –
4 hari.
Telah diketahui bahwa pada pre-eklampsia janin diancam bahaya hipoksia,
dan pada persalinan bahaya ini makin besar. Pada gawat-janin, dalam kala I,
dilakukan sebera seksio-sesarea; pada kala II dilakukan ekstaksi dengan cunam
atau ekstraktor vakum. Postpartum bayi sering menunjukkan tanda asfiksia
neonatorum karena hipoksia intrauterin, pengaruh obat penenang, atau narkosis
umum, sehingga diperlukan resusitasi. Maka dari itu, semua peralatan untuk
keperluan tersebut perlu disediakan. (Prawirohardjo, Sarwono, 1991)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PRE-EKLAMPSIA

Seorang perempuan usia 29 tahun G2P1A0 hamil 28 minggu tanggal 3 Februari 2017 datang
ke poliklinik untuk memeriksakan kehamilannya, ibu diantar suaminya dengan keluhan
penambahan berat badan yang berlebihan, keluhan disertai adanya pembengkakan pada kaki
(edema), jari tangan dan pada wajah terutama pada kelopak mata, tekanan darah > 140/90
mmHg nadi 88x/mnt suhu 36oC, dan pada pemeriksaan laboratorium terdapat proteinuria.
Hasil pemeriksaan: TFU 1/3 diatas pusat, DJJ tidak terdengar, sering mengeluh sakit kepala
dan tengkuk bagian belakang tegang.

1. PENGKAJIAN

PENGKAJIAN ANTENATAL/ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU HAMIL

Nama Mahasiswa : Elsa Andriyani Tgl Pengkajian : 02/02/2017


NPM : 34403015280 Rumah Sakit : RS Akper Jayakarta

DATA UMUM
Initial Klien : Ny. R Nama Suami : Tn. O

Usia : 29 Usia : 35

Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan Terakhir : SMA Pendidikan : SMA


Alamat/Tepl : Ciracas Alamat/Tlp : Ciracas
Status perkawinan : Kawin Lama perkawinan : 17 th
Tahun : 2014
Kawin : 1 Kali
Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu
Kehamilan Persalinan Komplikasi Anak
Anak Nipas
ke Umur Jenis BB PB Keadaan &
Penyulit Jenis Penolong Penyulit Nipas umur skrg
Kehamilan
1 39 minggu - Nor Bidan - - Laki 3200 50 Baik
mal
2 tahun

Pengalaman menyusui : ya/tidak berapa lama: 1 tahun

Riwayat penyakit lalu: Tidak ada


Riwayat penyakit keluarga : Diabetes Mellitus Jantung
Hipertensi Lain-lain, Sebutkan.......................................................

Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi:Tidak ada
2. Riwayat Riwayat keluarga berencana : ya / tidak
Bila ya, jenis kontrasepsi yang digunakan : IUD Pil
Implan Suntik Lain-lain; sebutkan.......................
......................................................................................................................

Riwayat Kehamilan Saat Ini


HPHT: 1 Juli 2016 Taksiran Partus: 8 April 2017
Usia Kehamilan Sekarang: 28 minggu
BB sebelum hamil: 50kg TD sebelum Hamil 110/80 mm/Hg
Riwayat imunisasi TT : ya/tidak, bila ya............. berapa kali diberikan:.....................

N BB/TD TFU Letak/presentasi DJJ Usia Keluhan


o Gestasi
Janin
1. 58 kg 1/3 Leopold I : bokong (-) 28 mgg Sakit kepala,
diatas
> Djj (-), edema
Leopold II : kanan :
140/90m pusat punggung kaki, jari
mHg tangan, wajah
Kiri : bagian kecil dan kelopak
mata,
Leopold III : kepala
Proteinuria
Penurunan kepala: belum

Leopold IV

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI


Status Obstetrik : G2 P1A0 H 28 Minggu

Keadaan Umum : ………… Kesadaran: Compos mentis BB: 58Kg, TB:160Cm

Tanda Vital TD : 140/90 mmHg, Nd: 88 x/ menit Sh 360C, RR 20 x/menit

Kepala Leher

Kepala : Simetris, tidak ada benjolan, rambut tidak rontok, tidak ada nyeri
tekan

Mata : Konjungtiva: Tidak pucat Sklera: Tidak ikterik

Terdapat edema pada kelopak mata dan wajah

Hidung : Simetris

Pengeluaran: tidak ada, Polip: tidak ada

Mulut : Stomatitis: Tidak ada

Gusi: Tidak epulitis, kemerahan

Caries: Tidak ada

Rongga mulut dan lidah: Bersih

Telinga : Simestris, Tidak ada kotoran telinga

Leher : Pembesaran tyroid: Tidak ada

Kelenjar getah bening: Tidak ada


Vena jugularis: Tidak ada

Masalah khusus: Terdapat edema pada kelopak mata Ny.R

Dada

Jantung : Bunyi lup-dub

Paru : Tidak ada bunyi wheezing dan sesak

Payudara : Simetris kiri dan kanan

Pengeluaran ASI: Belum ada

Putting susu :Terdapat hiperpigmentasi

Masalah Khusus: Pengeluaran ASI pada riwayat kehamilan pertama dimulai saat
minggu ke 32, Ny. R mengatakan pengeluaran ASI nya agak sedikit dan harus
dipompa terlebih dahulu agar pengeluaran ASI meningkat.

Abdomen

Uterus :

Tinggi pundus uteri; 25 cm, Kontraksi: ya/tidak

Leopold I : kepala / bokong / kosong

Leopold II : kanan : punggung/bagian kecil/kepala/bokong

Kiri : punggung/bagian kecil/kepala/bokong

Leopold III : kepala/bokong/kosong

Penurunan kepala: sudah/belum

Leopold IV : teraba 5/5 bagian janin, kepala belum masuk PAP

Pigmentasi :

Linea nigra : Ada


Striae : Ada

Fungsi pencernaan : Tidak ada masalah

Masalah khusus : Tidak ada

Pemeriksaan Panggul Luar

Distansia Spinarum :25cm

Distansia Crimstarum :29cm

Conjungata Eksterna :18cm

Lingkar Panggul :80cm

Perineum dan Genetal

Vagina varises : Tidak ada

Kebersiahannya : Vagina Ny.R terlihat bersih

Keputihan

Jenis/warna : Tidak ada

Konsistensi : Tidak ada

Bau : Tidak ada

Hemoroid:ya/tidak derajat: - lokasi: -

Berapa lama : - nyrei : ya/tidak

Masalah khusus : Tidak ada masalah khusus pada vagina Ny.R

Ekstremitas

Ekstremitas atas: edema Ya/ Tidak

Inspeksi ; Tangan Ny.R terlihat bengkak

Palpasi : Terdapat pitting edema saat dilakukan palpasi

varises Ya / Tidak
Ekstremitas bawah: edema Ya/ Tidak

Inspeksi ; Kaki Ny.R terlihat bengkak

Palpasi : Terdapat pitting edema saat dilakukan palpasi

varises Ya/ Tidak

Replek patella: + kanan dan kiri

Masalah khusus : Terdapat edema pada ekstremitas bawah pasien

Eliminasi

Urine : Frekuensi: 4x dalam sehari

Konsistensi: Kuning jernih

Keluhan: Tidak ada

BAB : Frekuensi: 1x dalam sehari

Konsistensi: Lunak

Keluhan: Tidak ada

Masalah khusus : Tidak ada

Istirahat dan Kenyamanan

Pola tidur: kebiasaan tidur, lama 8 jam, frekwensi

Pola tidur saat ini: 5 jam

Kebutuhan ketidaknyamanan: ya/tidak, Lokasi kepala sifat menjalar

Intensitas sedang

Mobilisasi dan Latihan

Tingkat mobilisasi : Ny.R masih dapat beraktivitas dengan baik


Latihan/senam : Ny.R biasanya melakukan senam hamil 2x seminggu

Masalah khusus : Tidak ada

Nutrisi dan Cairan

Asupan Nutrisi : 3x/hari (1 porsi)

Asupan Cairan : 1 lt/hari

Masalah khusus :-

Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan:

Tidak ada

pola seksualitas

masalah seksualitas ya Tidak, bila ya, sebutkan.....................

.......................................................................................................................................

.......................................................................................................................................

Persiapan Persalinan

Senam hamil

Rencana tempat melahirkan: RS Jayakarta

Perlengkapan kehidupan bayi dan Ibu..................................................................

Kesiapan mental ibu dan keluarga........................................................................

Pengetahuan tentang tanda – tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses

persalinan

Perawatan payudara

Obat – obat yang di konsumsi saat ini :

Obat antihipertensi: Fenobarbital 3x30 mg sehari


Hasil pemeriksaan penunjang

Proteinuria

Penatalaksanaan

Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan pre-
eklampsia. Pemberian fenobarbital 3 x 30 mg sehari akan menenangkan penderita dan
dapat juga menurunkan tekanan darah.

Rangkuman hasil pengkajian

Seorang perempuan usia 29 tahun G2P1A0 hamil 28 minggu tanggal 3 Februari 2017
mengeluh penambahan berat badan yang berlebihan, keluhan disertai adanya
pembengkakan pada kaki (edema), jari tangan dan pada wajah terutama pada kelopak
mata yang mengindikasikan bahwa Ny.R mengalami gangguan Kelebihan Volume
Cairan, tekanan darah > 140/90 mmHg yang menyebabkan Ny. R mengalami
gangguan Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak nadi 88x/mnt suhu 36oC,
dan pada pemeriksaan laboratorium terdapat proteinuria. Hasil pemeriksaan: TFU 1/3
diatas pusat, DJJ tidak terdengar yang dapat menimbulkan Resiko gangguan
hubungan ibu-janin, sering mengeluh sakit kepala dan tengkuk bagian belakang
tegang merupakan tanda dan gejala dari hipertensi akibat pre-eklampsia yang saat ini
sedang dialami.

HPHT 1 Juli 2016

Leopold I : kepala / bokong / kosong

Leopold II : kanan : punggung/bagian kecil/kepala/bokong

Kiri : punggung/bagian kecil/kepala/bokong

Leopold III : kepala/bokong/kosong

Penurunan kepala: sudah/belum

Leopold IV : teraba 5/5 bagian janin, kepala belum masuk PAP


a. Data fokus
Data subjektif Data objektif
Pasien mengeluh penambahan berat Tekanan darah > 140/90 mmHg
badan yang berlebihan, Nadi 88x/mnt
Pasien mengeluh adanya Suhu 36oC
pembengkakan pada kaki (edema), Hasil laboratorium proteinuria
jari tangan dan pada wajah terutama TFU 1/3 diatas pusat,
pada kelopak mata DJJ tidak terdengar
Pasien mengatakan sering mengeluh
sakit kepala dan tengkuk bagian
belakang tegang.

b. Analisa data
Masalah/Problem Etiologi Symptom/Data
Kelebihan volume cairan Gangguan mekanisme DS:
regulasi Pasien mengeluh
adanya pembengkakan
pada kaki (edema), jari
tangan dan pada wajah
terutama pada kelopak
mata

DO:
TD > 140/90 mmHg
DJJ tidak terdengar
Proteinuria
Nyeri akut Agen cedera biologis DS:
(hipertensi) Pasien mengatakan
sering mengeluh sakit
kepala dan tengkuk
bagian belakang tegang.

DO:
TD > 140/90 mmHg
Nadi 88x/mnt
Suhu 36oC
Resiko ketidakefektifan Hipertensi DS:
perfusi jaringan otak
Pasien mengatakan
sering mengeluh sakit
kepala dan tengkuk
bagian belakang tegang,
edema.

DO:
TD > 140/90 mmHg
Nadi 88x/mnt
Suhu 36oC
Resiko gangguan Komplikasi kehamilan
hubungan ibu-janin (preeclampsia)

2. DIAGNOSA
Rumusan diagnose keperawatan terkait kasus:

1) Domain 2: Nutrisi
Kelas 5. Hidrasi
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
ditandai dengan Pasien mengeluh adanya pembengkakan pada kaki (edema), jari
tangan dan pada wajah terutama pada kelopak mata, TD > 140/90 mmHg, DJJ
tidak terdengar, proteinuria.
2) Domain 4: Aktivitas/istirahat
Kelas 4. Respon kardiovaskular/pulmonal
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan Hipertensi
ditandai dengan pasien mengatakan sering mengeluh sakit kepala dan tengkuk
bagian belakang tegang, edema.TD > 140/90 mmHgNadi 88x/mntSuhu 36oC
3) Domain 8: Seksualitas
Kelas 3. Reproduksi
Resiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan dengan komplikasi
kehamilan
3. INTERVENSI
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
o. Kriteria Hasil
1. Kelebihan Kelebihan Intervensi
volume volume cairan keperawatan yang
cairan teratasi yang disarankan untuk
berhubunga dibuktikan menyelesaikan
n dengan dengan: masalah:
gangguan 1. Keseimbanga 1. Manajemen cairan a. Untuk
mekanisme n cairan dengan aktivitas: menjaga
regulasi dengan a. Jaga keseimban
ditandai criteria hasil: intake/asupan gan cairan
dengan: a. Intake dan yang akurat b. Untuk
DS: output dan catat mengetah
Pasien seimbang output ui keadaan
mengeluh b. Turgor b. Kaji lokasi edema
adanya kulit dan luasnya pasien
pembengkak elastic edema c. Untuk
an pada kaki c. Berat c. Monitor hasil memantau
(edema), jari badan laboratorium perkemba
tangan dan stabil yang relevan ngan hasil
pada wajah dengan retensi laboratori
terutama 2. Pengetahuan: cairan (pantau um pasien
pada Manajemen kadar protein
kelopak Hipertensi dalam urine)
mata a. Mengetah
ui efek 2. Manajemen
DO: terapeutik Hipervolemia a. Untuk
TD > 140/90 obat yang dengan aktivitas: mengetah
mmHg diberikan a. Timbang berat ui keadaan
DJJ tidak b. Memiliki badan tiap vital
terdengar pengetahu hari dengan pasien
Proteinuria an tentang waktu yang
pemantaua sama
n tekanan b. Monitor
darah edema perifer
c. Pengetahu a. Untuk
an tentang c. Reposisi memantau
strategi pasien dengan perubahan
mengelola edema berat
stress dependen badan
d. Mengetah secara teratur pasien
ui d. Tingkatkan secara
pentingny integritas kulit teratur
a (mencegah b.
mematuhi gesekan, Memantau
pengobata hindari keadaan
n kelembaban edema
yang c. Untuk
berlebihan) mencegah
pada pasien adanya
edema tekanan
dependen pada
edema

d. Untuk
mencegah
adanya
gesekan
pada area
yang
edema
2. Resiko Ketidakefektifan Intervensi
ketidakefek perfusi jaringan keperawatan yang
tifan perifer teratasi disarankan untuk
perfusi yang dibuktikan menyelesaikan
jaringan dengan: masalah:
perifer 1) Status 1) Monitor tanda-
berhubunga sirkulasi tanda vital dengan
n dengan dengan aktivitas:
Hipertensi kriteria hasil:  Monitor
ditandai a) Tidak ada tekanan darah,
dengan edema nadi, suhu,
pasien perifer dan status
mengatakan b) Wajah pernpasan
sering tidak pucat dengan tepat
mengeluh
sakit kepala 2) Keparahan
dan tengkuk hipertensi
bagian membaik
belakang dengan
tegang, kriteria hasil:
edema. TD a) Tidak ada
> 140/90 sakit
mmHgNadi kepala
88x/mnt b) Tidak ada
Suhu 36oC pusing
3) Memiliki
pengetahuan
manajemen
hipertensi
dengan
kriteria hasil:
a) Tekanan
darah
120/80
b) Mengeta
hui tanda
dan
gejala
eksaserb
asi
hipertens
i
3 Resiko Resiko gangguan Intervensi
gangguan hubungan ibu- keperawatan yang
hubungan janin teratasi disarankan untuk
ibu-janin yang dibuktikan menyelesaikan
berhubunga dengan: masalah:
n dengan 1) Status janin : 1) Perawatan
komplikasi Antepartum prenatal, dengan
kehamilan baik dengan aktivitas:
kriteria hasil: a) Monitor
a) Denyut denyut
jantung jantung
janin 120 janin
– 160 b) Monitor
gangguan
2) Pengetahuan hipertensi
: kehamilan (tekanan
a) Pola darah,
pergeraka edema
n janin pergelanga
baik n kaki,
b) Perubaha tangan dan
n anatomi wajah dan
dan proteinuria
fisiologis )
kehamila 2) Pencegahan
n sesuai kejang dengan
tingkat aktivitas:
keseimba a) Intruksika
ngan n pasien
mengenai
3) Kontrol potensial
kejang dari faktor
sendiri resiko
dengan b) Intruksika
kriteria n pasien
hasil: untuk
a) Mencega memanggi
h faktor l jika
resiko/pe dirasa
micu tanda akan
kejang terjadinya
kejang
c) Intruksika
n
keluarga/S
O
mengenai
pertolonga
n pertama
pada
kejang
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2002. Dasar- Dasar Keperawatan, Profesional. Widya Medika :


Jakarta

Angsar D. 2008. Hipertensi Dalam Kehamilan, dalam Ilmu Kebidanan. Edisi IV.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawowihardjo

Benson, R.C., Pernollm M.L. 1994. Handbookof Obstetrics and Gyencology.


United States: McGraw-Hill.

Karkata, MK. 2006. ‘Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi dalam Kehamilan’,


Indonesian Journal of Obstetrics and Gynecology, vol. 30, no. 1

Manuaba, I.B.G., LA. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. 2007.
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. (1991). Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Roeshadi, R.H. 2004. Gangguan dan Penyulit pada Masa Kehamilan, Bagian
Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara

Safe Motherhood. 2001. Modul Eklampsia ̶ Materi Pendidikan Kebidanan.


Jakarta: EGC.

Sudhaberata, K., 2001. Profil Penderita Preeklampsia-Eklampsia di RSU Tarakan


Kaltim. http://www.infomedika.com

Sukrisno, Adi. 2014. Instant Access Ilmu Kebidanan. Pamulang: Binarupa Aksara
Publisher

Wiknjosastro H, Prawiroharjo. 2008. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini dan


Kelak, dalam: Ilmu Kebidanan Edisi IV. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo

Anda mungkin juga menyukai