Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Program
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di BPJS Kesehatan Kantor Cabang Tangerang tahun 2015. Studi cross
sectional ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui telepon dan berkunjung langsung ke rumah
responden. Jumlah sampel yang berhasil diperoleh yaitu 73 orang. Hasil penelitian juga didukung informasi dari
narasumber terkait. Pengetahuan responden terhadap penyakitnya, dukungan BPJS Kesehatan dan dukungan
keluarga mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan program pengelolaan penyakit kronis.
Tidak ada hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, jarak tempuh dan waktu tempuh ke PPK
tingkat pertama serta dukungan teman dengan pemanfaatan program pengelolaan penyakit kronis.
Kata kunci :
PPK tingkat pertama; program pengelolaan penyakit kronis (prolanis); utilisasi
Abstract
This study aims to determine factors associated with the utilization of Chronic Disease Management Program
(Prolanis) among the members of BPJS Kesehatan Tangerang Office, 2015. This study was done by interviewing
73 respondents through the phone and home-visit. The study was also involving information from relevant
informants. Respondents’ knowledge on their disease, support from BPJS Kesehatan and family have significant
association with the utilization of chronic disease management program. Age, sex, education, occupation,
distance and time to primary health care, as well as support from peer group was not associated with the
utilization of chronic disease management program.
Key words :
chronic disease management program (prolanis); primary health care; utilization
Pendahuluan
Kesehatan merupakan hak setiap orang. Hal ini tercantum dalam Pasal 28H ayat 1 UUD
1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
Tinjauan Teoritis
Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang
dilaksanakan secara terintegrasi melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan
dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menderita penyakit
kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang
efektif dan efisien (Panduan Praktis Prolanis). Tujuannya adalah mendorong peserta
penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal. Sasaran dari program ini adalah
seluruh peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis (DM Tipe 2 dan Hipertensi).
Aktifitas dalam Prolanis meliputi aktifitas konsultasi medis/edukasi, Home Visit,
Reminder, aktifitas klub dan pemanfaatan status kesehatan. Pelaksanaan konsultasi sesuai
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta Prolanis di BPJS Kesehatan
Hasil Penelitian
A. Analisis Univariat
1. Pemanfaatan Program Pengelolaan Penyakit Kronis
Tabel 1. Distribusi Pemanfaatan Program Pengelolaan Penyakit Kronis Pada Peserta Program
Pengelolaan Penyakit Kronis di BPJS Kesehatan Kantor Cabang Tangerang Tahun 2015
Peserta yang tidak memanfaatkan program pengelolaan penyakit kronis berjumlah sedikit
lebih banyak yaitu 37 orang (50,7%) sedangkan yang memanfaatkan program pengelolaan
penyakit kronis sebanyak 36 orang (49,3%).
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Umum Pada Peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis di BPJS
Kesehatan Kantor Cabang Tangerang Tahun 2015
Usia responden dikelompokkan menjadi kelompok usia pra lansia (45 – 59 tahun) dan
lansia (≥ 60 tahun) menurut BPS (2010). Pada tabel 2 dapat dilihat distribusi usia responden
yang masuk ke dalam kelompok usia lansia lebih banyak yaitu 53 orang (72,6%)
dibandingkan dengan responden yang masuk ke dalam kelompok usia pra lansia sebanyak 20
orang (27,4%).
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada tabel di atas terlihat bahwa
responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan responden
laki-laki yaitu sebanyak 42 orang (57,5%), sedangkan responden laki-laki sebanyak 31 orang
(42,5%).
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan yang telah dikelompokkan menjadi
kelompok pendidikan tinggi dan pendidikan rendah terlihat bahwa responden yang masuk
dalam kelompok pendidikan tinggi lebih banyak dibandingkan dengan pendidikan rendah,
yaitu sebanyak 57 orang (78,1%). Sedangkan responden dengan pendidikan rendah sebanyak
16 orang (21,9%).
Distribusi responden berdasarkan pekerjaannya pada tabel di atas terlihat bahwa sebagian
besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 70 orang (95,9%) dan responden yang bekerja
sebanyak 3 orang (4,1%).
Distribusi responden berdasarkan pengelompokan diagnosis medis terlihat bahwa
responden yang menderita satu penyakit lebih banyak dibandingkan yang menderita lebih dari
Tabel 3. Distribusi Jarak Tempuh, Waktu Tempuh, Dukungan BPJS Kesehatan, Dukungan Keluarga dan
Dukungan Teman dengan Pemanfaatan Program Pengelolaan Penyakit Kronis
Distribusi responden berdasarkan jarak tempuh ke PPK tingkat pertama pada tabel di atas
terlihat bahwa responden dengan persepsi jarak dekat lebih banyak dibandingkan dengan
responden dengan persepi jarak jauh, yaitu sebanyak 66 orang (90,4%). Sedangkan yang
merasa jaraknya jauh sebanyak 7 orang (9,6%).
Waktu tempuh ke PPK tingkat pertama dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu
kelompok waktu tempuh ≤ 10 menit dan kelompok waktu tempuh > 10 menit, berdasarkan
nilai tengah (median) yang diperoleh yaitu 10 menit. Terlihat bahwa sebagian besar responden
adalah yang mempunyai persepsi waktu tempuh ke PPK tingkat pertama ≤ 10 menit yaitu
sebanyak 53 orang (72,6%). Sedangkan responden dengan persepsi waktu tempuh ke PPK
tingkat pertama > 10 menit sebanyak 20 orang (27,4%).
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan Karakteristik Umum dengan Pemanfaatan Program Pengelolaan
Penyakit Kronis
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Karakteristik Umum Peserta Terhadap Penyakitnya dan
Pemanfaatan Program Pengelolaan Penyakit Kronis
Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Jarak Tempuh, Waktu Tempuh, Dukungan BPJS Kesehatan,
Dukungan Keluarga dan Dukungan Teman dengan Pemanfaatan Program Pengelolaan Penyakit Kronis
Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan
dengan pemanfaatan prolanis (p= 0,056), tidak ada hubungan yang signifikan antara waktu
tempuh dengan pemanfaatan Prolanis (p= 1,000), ada hubungan yang signifikan antara
dukungan BPJS Kesehatan dengan pemanfaatan prolanis (p= 0,014), ada hubungan yang
signifikan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan prolanis (p= 0,042) dan tidak ada
hubungan yang signifikan antara dukungan teman dengan pemanfaatan prolanis (p= 0,740).
1. Usia
Pada Tabel 4 diketahui nilai p sebesar 0,738 maka disimpulkan tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara usia responden dengan pemanfaatan program pengelolaan penyakit
kronis. Proporsi responden yang memanfaatkan prolanis pada kelompok usia pra lansia lebih
besar dibandingkan kelompok usia lansia yaitu sebesar 55%. Hal ini dapat disebabkan oleh
kondisi fisik pra lansia yang lebih baik jika dibandingkan dengan lansia sehingga untuk
datang ke puskesmas dapat dilakukan sendiri. Berbeda dengan lansia yang kondisi fisiknya
sudah lemah sehingga menjadi lebih tergantung pada orang-orang di sekitarnya, khususnya
keluarga. Narasumber menyebutkan bahwa penyebab lansia tidak memanfaatkan adalah
selain tidak ada yang mengantar, lansia juga lupa dengan jadwal yang telah ditetapkan. Hal ini
dikarenakan seiring dengan meningkatnya usia, tubuh akan mengalami perubahan yang
menyebabkan involusi dan degradasi jaringan yang disertai penurunan fungsi organ tubuh
(Bangun, 2005)
Program pengelolaan penyakit kronis dirancang agar dapat memudahkan lansia dalam
mengakses pelayanan kesehatan dengan hanya berkunjung ke FKTP. Namun, menurut
responden masih terdapat kendala seperti tidak semua obat dijamin dalam prolanis dan stok
obat kosong saat kegiatan. Selain itu, ada pula responden yang memilih untuk membeli obat
sendiri tiap bulan karena menurutnya harga obat yang diresepkan dokter tergolong murah.
Dengan membeli obat sendiri, responden tidak pernah memeriksakan penyakitnya ke dokter
baik di puskesmas maupun di rumah sakit.
2. Jenis Kelamin
Pada Tabel 4 diketahui nilai p sebesar 1,000 maka dapat disimpulkan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin responden dengan pemanfaatan program
pengelolaan penyakit kronis. Hasil ini sesuai dengan penelitian Rumengan, et al. (2015) yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas.
Proporsi responden yang memanfaatkan prolanis pada responden perempuan dan laki-laki
tidak jauh berbeda yaitu masing-masing 50% dan 48%. Menurut narasumber hal ini dapat
disebabkan oleh tingkat kesadaran kesehatan pada laki-laki dan perempuan saat ini tidak jauh
berbeda. Adapun perempuan sedikit lebih banyak proporsinya, menurut narasumber hal ini
dikarenakan sikap perempuan yang lebih peduli dengan kesehatannya.
3. Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik
individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian diperoleh nilai p sebesar 1,000 maka
disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan responden dengan
pemanfaatan prolanis. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wahyuni (2012) dan
Madunde, et. al. (2013) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
pendidikan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas antara responden dengan
pendidikan tinggi maupun responden dengan pendidikan rendah.
Proporsi pada responden yang memanfaatkan program pengelolaan penyakit kronis
antara responden dengan pendidikan tinggi dan responden dengan pendidikan rendah hampir
sama yaitu 49,1% dan 50%. Menurut narasumber hal ini dapat dikarenakan oleh responden
yang berpendidikan tinggi masih bekerja sehingga tidak dapat mengikuti kegiatan. Selain itu,
dapat disebabkan oleh keberhasilan promosi kesehatan yang dapat diterima oleh seluruh
masyarakat yang bersangkutan. Namun di zaman yang sudah modern seperti sekarang ini
tingkat pengetahuan seseorang tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal saja tetapi bisa
juga melalui alat bantu lain seiring dengan kemajuan teknologi informatika.
4. Pekerjaan
Hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,615 maka disimpulkan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara pekerjaan responden dengan pemanfaatan program
pengelolaan penyakit kronis. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rumengan, et al. (2015), Wahyuni (2012), Febrina (2011), Hariastuti (2002) dan Hayati
(2002) yakni tidak ada hubungan yang bermakna antara status pekerjaan dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan.
Responden yang tidak bekerja dan tidak memanfaatkan prolanis adalah sebanyak 36
orang (51,4%). Berdasarkan hasil wawancara saat pengisian kuesioner, beberapa responden
menyatakan bahwa mereka tidak mengikuti kegiatan karena menjaga cucu selagi orang tuanya
5. Diagnosis Medis
Nilai p yang diperoleh yaitu 0,072 maka disimpulkan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara diagnosis medis responden dengan pemanfaatan program pengelolaan
penyakit kronis. Perbedaan yang signifikan terlihat pada responden yang tidak memanfaatkan
program pengelolaan penyakit kronis. Jumlahnya pada kelompok yang menderita satu
penyakit sebanyak 28 orang dan pada kelompok yang menderita lebih dari satu penyakit
adalah 9 orang. Terlihat bahwa responden yang menderita satu penyakit lebih banyak yang
tidak memanfaatkan program pengelolaan penyakit kronis. Banyaknya responden yang tidak
memanfaatkan program pengelolaan penyakit kronis, menurut narasumber dapat disebabkan
oleh tingkat kepedulian responden terhadap kesehatannya masih rendah.
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada BPJS Kesehatan Kantor Cabang Tangerang berdasarkan
hasil penelitian ini yaitu:
a. Melaksanakan program reminder melalui SMS Gateway. Reminder tidak hanya diberikan
kepada peserta program pengelolaan penyakit kronis namun kepada keluarganya juga.
Reminder yang diberikan kepada peserta program pengelolaan penyakit kronis ditujukan
sebagai bentuk dukungan BPJS Kesehatan dalam mendorong peserta dalam
memanfaatkan program pengelolaan penyakit kronis. Sedangkan reminder yang diberikan
Bangun, A. P. (2005). Sehat & Bugar pada Usia Lanjut dengan Jus Buah & Sayuran.
AgroMedia Pustaka.
Febrina, S. (2011). Faktor-Faktor yang Berhubngan dengan Kunjungan Antenatal Lengkap
(K4) di Wilayah Kerja Puskesmas Sungayang Kabupaten Tanah Datar tahun 2011.
Depok: FKM UI.
Handayani, D. E. (2012). Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Oleh Lanjut Usia di
Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Tahun 2012 dan Faktor Yang Berhubungan.
Depok: FKM UI.
Hariastuti. (2002). Hubungan Karakteristik Ibu dengan Frekuensi Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal (ANC) di Jawa Barat tahun 2002. Depok: FKM UI.
Hayati. (2002). Karakteristik Ibu Hamil yang Memanfaatkan Pelayanan Antenatal Care
(ANC) Serta Hubungannya dengan Kelengkapan Kunjungan ANC di Puskesmas Kota
Bandung Jawa Barat tahun 2001. Depok: FKM UI.
Ilyas, Y. (2011). Mengenal Asuransi Kesehatan, Review Utilisasi, Manajemen Klaim, dan
Fraud. Depok: FKM UI.
Korneliani, K., & Meida, D. (2012). Obesitas dan Stress dengan Kejadian Hipertensi. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 7(2), 119.
Kurniasari, L., & Suktiarti. (2013). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Tingkat
Pendidikan dan Status Pekerjaan dengan Motivasi Lansia Berkunjung ke Posyandu
Lansia di Desa Dadirejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan. Pekalongan:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pekajangan.
Madunde, K. J., Pelealu, F. J., & Kawatu, P. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kema Kecamatan Kema Kabupaten
Minahasa Utara. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Maryam, R., Ekasari, M., Rosidawati, Jubaedi, A., & Batubara, I. (2009). Mengenal Usia
Lanjur dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Panduan Praktis Prolanis. (n.d.). Panduan Praktis Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit
Kronis). BPJS Kesehatan.