LETAK SUNGSANG
Letak
sungsang
merupakan
keadaan
dimana
janin
terletak
PREVALENSI
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh
persalinan tunggal.(1-3) Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin
memanjang dimana presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian
terendahnya. Angka kejadiannya adalah 3-4% dari seluruh kehamilan.
(1-3)
(1)
Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 20032007 didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%.
Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada
kematian perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7 kali lebih
tinggi daripada presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat
janin dan jenis presentasi bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi
bokong : hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital.
Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3%
pada presentasi kepala (1,2,4).
PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang (6).
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah
air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih
besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih
luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen
bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan
cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala
(6)
Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam
posisi sungsang.
ETIOLOGI
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya ialah prematuritas, rnultiparitas, hamil kembar, hidramnion,
hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit. Kadang-kadang juga
disebabkan oleh kelainan uterus (seperti fibroid) dan kelainan bentuk uterus
(malformasi). Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri dapat pula
menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan
didaerah fundus. Kelainan fetus juga dapat me n ye b a b k a n
letak
s u n g s a n g s e p e r t i m a l f o r m a s i C N S , m a s s a d i l e h e r, aneuploidi (1).
(1,4)
Pemeriksaan
yang
teliti
dapat
akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus untuk diagnosis posisi (1).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan
dalam, sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografik atau M R I ( M a g n e t i c R e s o n a n c e I m a g i n g ) . Pemeriksaan
ultrasonografik diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan
fisik belum jelas, menentukan letak placenta, menemukan kemungkinan
cacat bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi tungkai
bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala, menentukan adanya kelainan
bawaan anak (1,2,4).
DIAGNOSIS
Diagnosis letak s u n g s a n g pada umumnya tidak sulit. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang
yang telah dilakukan. Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan
perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan anak lebih banyak dibagian bawah
rahim. Dari riwayat kehamilan mungkin diketahui pernah melahirkan sungsang.
Sedangkan dari pemeriksaan fisik Leopold akan ditemukan dari Leopold I
difundus akan teraba bagian bulat dan keras yakni kepala, Leopold II teraba
punggung dan bagian kecil pada sisi samping perut ibu, Leopold III-IV teraba
bokong di segmen bawah rahim. Dari pemeriksaan dalam akan teraba
bokong atau dengan kaki disampingnya. Disini akan teraba os sakrum, kedua
tuberosis iskii dan anus. Pemeriksaan penunjang juga dapat digunakan
untuk menegakkan diagnosis seperti ultrasonografik atau rontgen (1,2,4).
DIAGNOSIS BANDING
Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan
kehamilan dengan letak muka. Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi Leopold
masih ditemukan kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni pada
letak sungsang akan didapatkan jari yang dimasukkan ke dalam anus mengalami
rintangan otot dan anus dengan tuberosis iskii sesuai garis lurus. Pada letak
muka, jari masuk mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa
hambatan serta mulut dan tulang pipi membentuk segitiga. Sedangkan
dengan USG atau rontgen sangatlah dapat dibedakan (1,4).
PENATALAKSANAAN
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak
sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan
kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan
pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau dengan versi
luar (jika tidak ada kontraindikasi) (1).
Versi luar sebaiknya dilakukan
pada kehamilan 34-38 minggu. Pada
umumnya versi luar sebelum minggu
ke 34 belum perlu dilakukan karena
kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan
setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah
besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang. Sebelum
melakukan versi luar diagnosis letak janin harus pasti sedangkan
denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Kontraindikasi untuk
melakukan versi luar; panggul sempit, perdarahan antepartum,
hipertensi, hamil kembar, plasenta previa
(1,2,4)
0
0
3
-3
Kaku
1
1-2
2
-2
Sedang
2
3-4
1
-1
Lunak
3
5+
0
+1,+2
Position
posterior
Mid
anterior
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara
lain: narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan
sakit dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan
narkosis dihindari pada versi luar (4).
2. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak
ketekunan dan kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak
kepala. Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan
lain yang menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta
previa atau adanya tumor dalam rongga panggul (4).
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang,
maka penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak
sungsang dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria).
Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan
penurunan bokong
(1,4)
Persalinan bokong
a. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang
atau miring.
b. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi
putaran paksi dalam sehingga trokanter depan berada di bawah
simfisis.
c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga
pers alinan
bokong,
dengan
trokanter
depan
s ebagai hipomoklion.
e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk
persalinan trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin
lahir.
f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke
arah perut ibu.
g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
Persalinan bahu
a.
b.
c.
d.
e.
Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan
sehingga seluruh bahu janin lahir.
f.
Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau
miring.
g.
dalam
posisi
trokanter
belakang
dasar
panggul,
mencapai
Penurunan
bokong
dengan
Terjadi
persalinan
trokanter
belakang
sehingga
seluruh
selama
berikutnya,
dilakukan
kontraksi
episiotomi
dan
dapat
bokong
bokong
sampai
kedua
10
dan
abduksi
sehingga
(jalan
sempit)
dan
pada
diameter
simultan,
bokong
pada
tepi
diameter
transversal.
Penurunan ke dalam pelvic
terjadi dengan flexi dari kepala.
(Professor Jeremy Oats and Professor Suzanne Abraham, 2005)
Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakal dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan
kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara,
Bracht.
b) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin
11
sejajar
sumbu
panjang
paha,
sedangkan
jani-jari
lain
memegang panggul.
4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan
tampak teregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan
hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior,
yaitu punggung janin didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya
mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut
12
dis es uaikan dengan gaya berat badan janin. Bers amaan dengan
dilakukannya hiferlordossis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller
pada fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul. Dengan gerakan
hiperlordossis ini berturut-turut lahir pusar, perut, badan lengan, dagu,
mulut dan akhirnya kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas
dan rawat tali pusat.
Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong
tidak ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling
mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang
dapat dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit,
janin besar, jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan
menjungkit atau menunjuk.
Prosedur Manual Aid
Indikasi :
Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan,
misalnya terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari
awal sudah direncanakan untuk manual aid.
Tahapan :
1. Tahap pertama :lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan
kekuatan dan tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
a)
Klasik (Deventer)
13
b)
Mueller
c)
Lovset
d)
Bickenbach.
Mauriceau (Veit-Smellie)
b)
Najouks
c)
Wigand Martin-Winckel
d)
Parague terbalik
e)
Cunam piper
Tehnik :
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua
melahirkan bahu dan langan oleh penolong:
1.
Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan
lengan
secara
klasik
ini
dulu
karena
lengan
14
2.
Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan
lengan secara Mueller ialah
melahirkan bahu dan lengan
depan
lebih
ekstraksi,
dulu
baru
dengan
kemudian
melahirkan bahu dan lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuropelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan
jari telunjuk pada krisat iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan.
Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu
depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait
lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke
atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan
lahir sehingga mengurangi infeksi.
3.
Cara lovset
Prinsip melahirkan persalinan
secara Lovset ialah memutar
badan janin dalam setengah
lingkaran bolak-balik sambil
dilakukan traksi curam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di
belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.
Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua
letak sungsang, minimal bahay infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan
pada sungsang dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.
4.
Cara Bickhenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara
klasik.
15
1.
Cara Mauriceau
Tangan penolong yang sesuai dengan muka
janin dimasukkan ke dalam jalan lahir. Jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari
telunjuk dan jari keempat mencengkeram
fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram
leher. Badan anak diletakkan diatas lengan
bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari
ketiga penolong yang lain mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua
tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten
melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh
penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput
tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai
hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi,
ubun-ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.
2.
Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga
jari penolong tidak dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua
tangan penolong yang mencengkeram leher janin menarik
bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang
asisten mendorong kepala janin kearah bawah. Cara ini tidak
dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.
3.
4.
16
2.
17
yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan
di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan
ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka
jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam
kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara
femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.
Prosedur Persalinan Sungsang Perabdominam
Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan
yang terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak
sungsang pervaginam memberi trauma yang sangat berarti bagi janin. Namun hal
ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan perabdominam.
Persalinan diakhiri dengan seksio sesaria bila:
1.
2
2 kali
< 3176 g
< 37 minggu
-1 atau >
4 cm
3 : persalinan perabdominam
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap
dapat dilahirkan pervaginam.
>5 : dilahirkan pervaginam.
2.
3.
Didapatkan distosia
4.
Umur kehamilan:
-
18
5.
tinggi.
6.
KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
1.
2.
Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
PROGNOSIS
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr.
Pringadi Medan dan RS Hasan Sadikin Bandung didapatkan angka kematian
perinatal masing-masing 38,5%, 29,4% dan 16,8%. Eastmen melaporkan angkaangka kematian perinatal antara 12-14%. Sebab kematian perinatal yang
terpenting akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu
kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat
19
pemeriksaan
fisik
yaitu
palpasi
Leopold
didapatkan
Waktu hamil (antenatal) yaitu untuk kehamilan 28-30 minggu dilakukan untuk
mencari kausa dengan USG. Jika tidak ada kelainan dapat dilakukan knee
chest position atau dengan versi luar.
2.
Waktu persalinan yaitu dapat pervaginam dengan cara spontan Bracht, Manual
Aid/Lovset-Mauriceau, total ekstraksi. Persalinan perabdominal (seksio
sesaria) dipilih jika persalinan pervaginam sukar dan berbahaya (ZA skor 3),
tali pusat menumbung pada primi/multigravida, distosia, premature/postmatur,
riwayat obstetric buruk, nilai janin tinggi dan terdapat komplikasi kehamilan
dan persalinan seperti hipertensi dalam kehamilan, ketuban pecah dini.
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. B
Nama
: Tn. S
20
Pasien
Umur
Jenis
Kelamin
Agama/suku
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
MRS/Pukul
: 31 tahun
: Perempuan
: Islam/sasak
: Tamat SD
: Ibu Rumah
:
Tangga
Ubung,
JonggatLombok
Suami
: 35 tahun
Umur
: Laki-laki
Jenis
Kelamin
Islam/sasak
Agama/suku
Pendidikan
SMP
Pekerjaan
: Buruh
Tamat
Tengah
: 12 Oktober
2008/ 16.00
WITA
II. ANAMNESIS
Keluhan utama:
Pasien mengeluh sakit perut dan keluar air sejak jam 01.00 WITA (12/10/08).
Pasien mengalami keluar air berwarna jernih dan volume diperkirakan 500 cc (3
kain basah).
Kronologis:
Pasien awalnya datang ke Puskesmas Jonggat dengan mengeluh sakit perut
yang sering dan keluar air sekitar pukul 12.30 WITA. Dilakukan pemeriksaan
dalam (VT), didapatkan hasil pemeriksaan yaitu : pembukaan 7-8 cm, eff : 90 %,
ketuban (-), teraba bokong, penurunan H-II. Di puskesmas pasien diberikan infus
RL dan injeksi ampisilin 1 g I.V. sebagai penatalaksanaan awal. Pasien kemudian
di rujuk ke RSU Praya jam 13.50 WITA dengan G 2P1A0H1 A/T/H dengan Letsu
dan riwayat keluar air. Setelah lapor dokter ahli, pasien kemudian dirujuk ke RSU
Mataram. Hari Pertama Haid Terakhir yaitu 26 Januari 2008 dan Hari Taksiran
Persalinan adalah 3 November 2008. Pasien melaksanakan ANC secara teratur di
Posyandu yaitu terhitung sebanyak 7 kali.
Riwayat perkawinan: Pasien menikah satu kali selama 8 tahun.
Riwayat persalinan :
1. Laki-laki, Berat Bayi Lahir : 3000 g, lahir spontan di dukun terlatih, umur
saat ini 7 thn.
2. Ini.
Riwayat KB : pasien menggunakan KB suntik (3 bulan) selama
5 tahun.
21
Kemudian KB pil kurang lebih 1 tahun. Setelah itu pasien berhenti menggunakan
KB karena ingin hamil lagi.
Rencana KB : suntikan
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Keadaan Umum: baik
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 130/90 mmHg
N : 88 x/menit
P : 24 x/menit
T : 36,9 0C,
Mata : an(-/-), ikt (-/-)
Jantung :
o Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
o Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
o Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
o Auskultasi : S1-S2 tunggal, reguler, murmur tidak ada
Paru :
o Inspeksi : simetris, dan dinamis
o Palpasi : tidak dilakukan
o Perkusi : tidak dilakukan
o Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen : sesuai status obstetric
Ekstremitas : akral hangat (+), Edema (-).
St obstetri :
Abdomen :
o Inspeksi : Strie gravidarum, tinggi fundus uteri = 34 cm
o Palpasi :
L1 : teraba kepala di fundus
L2 : Punggung janin di kiri
L3 : Bokong di bagian bawah rahim
L4 : Bokong sudah masuk pintu atas panggul.
His : 3x/10 menit dengan durasi selama 30 detik
o Auskultasi DJJ : 134 x/menit (reguler)
o Taksiran Berat Janin : 3565 g
Pemeriksaan dalam (VT) : pukul 16.10 WITA
Pembukaan 6 cm, eff : 65 %, ketuban (-)
Teraba bokong murni dengan penurunan pada HI+
Denominator
Tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat
22
ZA skore = 5
o Paritas: (multi) = 1
o Pernah letak sungsang: (tidak) = 0
o TBJ : (3649-3176 g) = 1
o Usia Kehamilan: (38 mgg) = 1
o Stasion ( < -3) = 0
o Pembukaan serviks (6 cm) = 2
VI. PENATALAKSANAAN
Observasi kesra ibu dan janin
Pantau tanda vital, pembukaan, his dan DJJ untuk evaluasi setelah 4
jam.
Persalinan pervaginam
Jika terjadi distosia pada jalan lahir SC
KIE
23
VII. OBSERVASI
Tanggal 12 Oktober 2008
Waktu
Subject
Object
Assesment
Planning
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
Os
mengeluh His : 4x/10 menit40
G2P1A0 H1 37-38/ T/H PKSetelah 2 jam, tidak ada
sudah kelelahan DJJ : 138 x/mnt (reguler)
II macet dengan letakkemajuan persalinan.
VT : pembukaan lengkap, eff :sungsang.
Lapor supervisor usul SC
95 %, ketuban (-), teraba
Advise: Acc
bokong murni, penurunan H2,
Siapkan SC
Pasang DC
tidak teraba bagian kecil
Injeksi ampisilin 2 g
janin/tali pusat.
22.20
TD : 130/90 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,6 0C
His : 4x/10 menit40
DJJ : 158 x/mnt (reguler)
24
22.45
TD : 130/90 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,6 0C
His : 4x/10 menit30
DJJ : 160 x/mnt (reguler)
23.00
TD : 130/90 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,7 0C
His : 4x/10 menit30
DJJ : 164 x/mnt (reguler)
TD : 130/90 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,7 0C
His : 4x/10 menit30
DJJ : 170 x/mnt (reguler)
23.30
uterin :
- Infus RL
- O2 5 ltr
- Miring kiri
SC
(-),
nafas
00.30
TD : 130/90 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,6 0C
Urin tampung : 150 cc
TFU: sepusat
Kontraksi uterus : kuat
post SC
TD : 130/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,6 0C
Urin tampung : 300 cc
TFU: sepusat
Kontraksi uterus : kuat
post SC
25
Subject
Object
Assesment
Planning
01.00
TD : 130/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,6 0C
Urin tampung : 300 cc
TFU: satu jari dibwh pusat
Kontraksi uterus : kuat
Post SC
02.00
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,6 0C
Urin tampung : 300 cc
TFU: satu jari dibwh pusat
Kontraksi uterus : kuat
Post SC
ada
Status ibu:
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,8 0C
Urin tampung : 400 cc
TFU: satu jari dibwh pusat
Kontraksi uterus : kuat
Masa nifas
06.00
Ibu
tidak
keluhan
Observasi lanjut
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, jika dilihat dari definisi merupakan kehamilan dengan letak
sungsang, dimana keadaan janin terletak memanjang dengan kepala difundus
uteri dan bokong dibagian bawah kavum uteri. Namun dalam penegakan
diagnosis pada kasus ini terdapat syarat yang belum terpenuhi yaitu kurang
dilakukan pemeriksaan USG untuk konfirmasi terhadap presentasi bagian
janin yang terdapat di bagian terbawah rahim.
Sesuai
dengan
teori
yang
ada
bahwa
diagnosis
ditegakkan
26
panjang
telapak
tangan.
Pemeriksaan
yang
teliti
dapat
27
Dari hasil pemeriksaan fisik dan evaluasi awal pada penderita ini
didapatkan hal-hal sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
28
distosia akibat passenger yang terlalu besar pada proses persalinan sehingga tidak
dapat dilakukan dengan cara pervaginam.
Dari penemuan letak placenta, maka kemungkinan yang menjadi faktor
penyebab terjadinya letak sungsang pada kasus ini adalah letak placenta yang ada
di fundus bagian kornu posterior. Sesuai teori yang ada bahwa plasenta yang
terletak didaerah kornu fundus uteri dapat menyebabkan letak sungsang, karena
plasenta mengurangi luas ruangan didaerah fundus sehingga kepala
berada diruang yang lebih kecil dan bokong dipaksa untuk menempati ruang yang
lebih luas yaitu di segmen bawah rahim.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams
Obstetrics.22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division,
509-536.
2. Kampono, Nugroho, dkk. 2008. Persalinan Sungsang. Available from:
http://geocities.com/abudims/cklobpt9.html. (Accessed: 2008, October 26).
3. Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. Malpresentation. In: Obstetrics normal
and problem pregnancies.
2000:478-90.
4. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery and
outcome of 699 term singleton breeech deliveries at a single center. Am J
Obstet Gynecol 2002;187:1694-8.
5. Manuaba, I.B. 1995. Persalinan Sungsang dalam: Operasi Kebidanan
Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Dokter Umum. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 174-201.
6. Supono. Pimpinan persalinan letak sungsang. Dalam: Ilmu kebidanan bagian
patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi/Fakultas Kedokteran Universitas
29